Anda di halaman 1dari 13

‫)‪MENYIKAPI KEBERAGAMAN (2‬‬

‫َ‬
‫القلب‬ ‫الحمد هلل الذي أصلحَ الضمائر‪ ،‬ونقّى السرائر‪ ،‬فهدى‬
‫وأشهد أنَ ال إلهَ إال للاَ وحده ال‬
‫َ‬ ‫الحائرَ إلى طريقَ أولي البصائر‪،‬‬
‫عبد للاَ ورسوله‪ ،‬أنقى‬‫وأشهد أن سيّدنا ونبينا محمداَ َ‬
‫َ‬ ‫شريكَ له‪،‬‬
‫العالمينَ سريرةَ وأزكاهم سيرة‪( ،‬وعلى آله وصحبه ومنَ سارَ على‬
‫هديهَ إلى يومَ الدينَ‬
‫ق تقاتهَ وال تموت ََّ‬
‫ن إال وأنتمَ مسلمونَ‬ ‫ياأيُّها الَّذينَ آمنوا اتَّقوا ََّ‬
‫اَلل ح ََّ‬
‫ياأيُّها النَّاسَ اتَّقوا ربَّكمَ الَّذي خلقكمَ منَ نفسَ واحدةَ وخلقَ منها‬
‫اَلل الَّذي‬
‫ث منهما رجاال كثيرا ونساءَ واتَّقوا ََّ‬ ‫زوجها وب ََّ‬
‫اَلل كانَ عليكمَ رقيبا‬
‫ن ََّ‬‫تساءلونَ بهَ واألرحامَ إ ََّ‬
‫ياأيُّها الَّذينَ آمنوا اتَّقوا ََّ‬
‫اَلل وقولوا قوال سديدا *يصلحَ لك َم‬
‫اَلل ورسولهَ فقدَ فازَ فوزا‬
‫أعمالكمَ ويغفرَ لكمَ ذنوبكمَ ومنَ يطعَ ََّ‬
‫عظيما‬
‫‪Jamaah Jumat rahimakumullah‬‬
‫‪Pertama-tama senantiasa kita bersyukur kepada‬‬
‫‪Allah Subhanahu Wa Ta’ala atas segala nikmat dan‬‬
‫‪karunia-Nya yang diberikan kepada kita semua.‬‬
‫‪Selanjutnya marilah kita senantiasa meningkatkan‬‬
‫‪keimanan dan ketakwaan kita kepada Allah‬‬
Subhanahu Wa Ta’ala agar kita selalu mendapatkan
kebahagiaan di dunia dan di akhirat kelak.
Jamaah Jumat rahimakumullah
Dalam ajaran Islam ada satu kewajiban yang sangat
prinsip, yang sekalugus juga sebagai tanda
keimanan hati seseorang, yakni sebagaimana yang
difirfirmankan Allah subhanahu wa ta’ala dalam
surat Al-Hujurat ayat 10:
َ‫ٱَلل لعلَّك َۡم ت ۡرحمون‬ ۡ ‫إنَّما ۡٱلم ۡؤمنونَ إ ۡخوةَ فأ‬
ََّ َ‫صلحواَ ب ۡينَ أخَو ۡيك َۡم وٱتَّقوا‬
“sesungguhnya orang-orang beriman itu
bersaudara. Sebab itu damaikanlah (perbaikilah
hubungan) antara kedua saudaramu itu dan
takutlah terhadap Allah, supaya kamu mendapat
rahmat.” (Al-Hujurat: 10)
Jamaah Jumat rahimakumullah
Siapapun akan bisa memahami maksud hadits
tersebut, bahwa setiap ummat Islam harus saling
mendamaikan jika seandainya ada gejala-gejala
yang menjurus pada perpecahan sesama ummat.
Lebih-lebih saat kita mau menghadapi pemilu
seperti saat ini, di mana beda pilihan sudah pasti
mewarnai sikap dan karakter ummat Islam. Jika
tidak bijaksana dan dewasa, maka akan sangat
rentan terjadinya benturan antar sesama ummat
Islam yang mestinya harus saling menguatkan.
Jika kita memperhatikan secara lebih detail
terhadap ayat tersebut, ada makna tersirat yang
cukup mendalam, yang berupa bahwa jika ada
orang-orang yang mengaku mukmin, tetapi
kenyataannya mereka selalu memusuhi terhadap
sesama mukmin, tidak mau bersaudara, maka pada
hakekatnya sangat sulit apabila mereka ini
dikatakan sebagai orang-orang yang sudah beriman
kepada Allah Subhanahu Wa Ta’ala.
Hal ini dikuatkan dengan sabda Rasulullah
shallallahu alaihi wasallam yang diriwayatkan oleh
Imam Bukhari:
َ‫ال يؤمنَ أحدكمَ حتَّى يحبََّ ألخيهَ ما يحبَُّ لنفسه‬
“Salah seorang di antara kalian tidaklah beriman
(dengan sempurna) sampai ia mencintai
saudaranya sebagaimana ia mencintai dirinya
sendiri.” (HR. Bukhari dan Muslim)
Jamaah sidang Jumat rahimakumullah
Imam Al Qurthubi mengatakan bahwa
“Persaudaraan karena agama, yang didasari
keimanan kepada Allah Subhanahu Wa Ta’ala itu
jauh lebih kuat dibandingkan dengan persaudaraan
karena hubungan darah. Sebab, persaudaraan
karena hubungan darah bisa terputus dengan
perbedaan agama. Maka persaudaraan karena
agama tidak akan pernah terputus meskipun
hubungan darah itu telah terputus.”
Adapun persaudaran yang diharapkan oleh Islam,
adalah persaudaraan sebagaimana yang
dicontohkan dalam kehidupan para sahabat Nabi ?
Dalam hadits yang diriwayatkan oleh Imam Bukhari
dan Muslim. Nabi bersabda:
‫مثلَ المؤمنينَ في توادّهمَ وتراحمهمَ وتعاطفهمَ كمثلَ الجس َد‬
‫سهرَ والح َّمى‬َّ ‫الواحدَ إذا اشتكى منهَ عضوَ تداعى لهَ سائرَ الجسدَ بال‬
“Perumpamaan orang-orang mukmin dalam saling
mengasihi, saling menyayangi, dan saling menolong
di antara mereka seperti perumpamaan satu tubuh.
Tatkala salah satu anggota tubuh merasakan sakit,
maka anggota tubuh yang lainnya akan merasakan
pula dengan demam dan tidak bisa tidur.” (HR
Muslim)
Marilah kita renungkan, ketika tangan kiri kita
tergores oleh pisau; darah mengalir di depan mata,
maka cobalah kita perhatikan, reaksi apa yang
dilakukan oleh tangan kanan. Pasti tangan kanan
akan berusaha sedemikian rupa untuk mengambil
sesuatu untuk bisa menghentikan pendarahan itu.
Begitu pula kaki, kaki pasti akan tegerak ke arah
tempat obat agar luka yang dialami oleh tangan kiri
tersebut tidak menjadi parah. Sementara itu mata
akan segera menunjukkan ke arah mana kaki
digerakkan untuk mencari obat. Bahkan kedua mata
kita juga terkadang sampai ikut menangis karena
ikut merasakan pedih yang dialami oleh tangan kiri
kita.
Seperti itulah gambaran yang diberikan oleh
Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam tentang
persaudaraan orang-orang yang beriman.
Ketika ada saudara kita yang sedang membutuhkan
bantuan, hendaknya kita membantu mereka
dengan apa yang kita bisa. Ketika ada tetangganya
tertimpa musibah, kita berusaha untuk mencoba
meringankan beban saudara kita. Rasulullah
Shallallahu Alaihi Wasallam mengatakan dalam
hadits yang lain.
‫المؤمنَ للمؤمنَ كالبنيانَ يش َدُّ بعضهَ بعضا‬
“Seorang mukmin terhadap mukmin lainnya seperti
satu bangunan, sebagian menguatkan terhadap
sebagian yang lainnya.” (HR Bukhari dan Muslim).
َ‫يخذله وال يحقره والَ يسلمه‬
َ َ‫المؤمنَ أخو المؤمنَ ال‬
“Seorang mukmin adalah saudara bagi mukmin
lainnya, dia tidak membiarkannya (di dalam
kesusahan), tidak merendahkannya, dan tidak
menyerahkannya (kepada musuh)”. (HR Bukhari
dan Muslim).
Rasulullah juga menggambarkan suasana pada hari
kiamat. Bahwa ketika orang-orang ahli neraka
sudah dimasukkan ke dalam neraka. Ahli surga
sudah masuk ke dalam surga, maka penduduk surga
saling mencari saudaranya. Mereka memohon
kepada Allah: Ya Allah, saudara kami mana ya Allah?
Ya Allah saudara kami di mana? Ya Allah mereka
dulu shalat berjamaah bersama kami. Ya Allah
mereka dulu berpuasa bersama kami. Ya Allah
mereka dulu juga berhaji bersama kami. Ya Allah
apakah mereka engkau masukkan ke dalam neraka
ya Allah? Kemudian Allah berfirman, “Pergilah kamu
menuju neraka, lalu keluarkan siapa di antara
mereka yang engkau kenal”
Jamaah Jum'ah rahimakumullah...
Persaudaraan sejati seorang mukmin adalah
persaudaraan dunia akhirat. Oleh karena itu
pantang bagi seorang mukmin memiliki perasaan
tidak senang terhadap sesamanya, apalagi sampai
saling jegal, saling menjatuhkan, saling membuka
kelemahan masing2, dan sikap-sikap sejenis.
Maka seorang mukmin akan merasa senang
manakala melihat saudaranya berhasil dan maju,
sebaliknya juga ikut merasa susah apabila melihat
saudaranya sesama muslim selalu gagal dan
menderita.
Jika demikian sudahkah kita merasa seperti itu?
Terutama sekali saat kita berada dalam kelompok
maupun organisasi yang berbeda. Sudahkah
semangat persaudaraan sesama mukmin tersebut
betul-betul kita aplikasikan dengan baik.
Maka apabila yang terjadi justru sebaliknya, yakni
merasa risau apabila melihat saudaranya berhasil
dan maju dalam membangun ummat, di sisi lain
merasa senang apabila melihat saudaranya sesama
muslim selalu gagal dan menderita, dan lebih tragis
lagi memunculkan upaya untuk menghambat
kemajuan-kemajuan yang telah dicapai oleh sesama
mukmin hanya karena berbeda
organisasi/kelompok, lebih2 ditambah lagi dengan
upaya untuk menciptakan citra buruk, bahkan
fitnah terhadap sesama ummat mukmin yang
berada dalam kelompok lain, maka jika itu yang
terjadi; siapapun orangnya, rasanya masih begitu
sulit untuk bisa dikatakan bahwa yang
bersangkutan telah benar-benar beriman.
Seorang ulama besar Imam Ibnu Jauzi
rahimakumullah memberikan pesan kepada
sahabat-sahabatnya, “Bila kalian masuk ke dalam
surga, kemudian kalian tidak mendapati aku berada
di antara kalian di dalamnya, maka tanyakan kepada
Allah perihal aku.”
Makna yang tersirat adalah bahwa sesama mukmin
haruslah terikat dengan persaudaraan sejati yang
terbingkai keimanan dan ketakwaan apapun status
dan kelompoknya.
Jamaah Jum'ah rahimakumullah...
Kita semua berharap semoga ummat Islam yang
terbagi-bagi kedalam berbagai kelompok, aliran,
maupun organisasi ini tida terjebak ke dalam
ashobiyah. Fanatisme buta yang berupa merasa
benar sendiri sehingga begitu besar jaga gengsinya
untuk mengakui terhadap kelebihan yang dimiliki
oleh kelompok lain.
Semoga ummat ini tidak terjerembab ke dalam
sikap takabbur sebagaimana dimaksud. Aamiin.
‫جعلنا للا من الفائزين اآلمنين و ادخلنا و اياكم فى عباده الصالحين‬.
َ‫أقولَ قوليَ هذا وأستغفرَ للاَ العظيمَ ليَ ولكمَ ولسائرَ المسلمين‬.
َّ َ‫ إنَّهَ هَوَ الغفور‬،‫فاستغفروه‬
َ‫الرحيم‬

Khutbah Kedua
َ‫الَّ للا‬
َ ‫أشهدَ أنَ الَ إلهَ إ‬. َ‫َلل حمدا كثيرا كما أمر‬ََّ َ‫الحمد‬, ‫َلل‬
ََّ َ‫الحمد‬
َ‫ن مح ّمدا عبدهَ ورسولهَ وعلى آله‬ ََّ ‫وحدهَ الَ شريكَ لهَ وأشهدَ أ‬
َ‫ أ َّما بعد؛ عبادَ للا‬،‫وأصحابهَ ومنَ تبعهمَ بإحسانَ إلى يومَ الدّين‬،
َّ‫ال‬
َ‫نإ‬ ََّ ‫ فاتَّقوا للاَ ح‬،‫أوصيكمَ وإيَّايَ بتقوى للا‬
ََّ ‫ق تقاتهَ والَ تموت‬
َ‫وأنتمَ ُّمسلمون‬l
Jamaah Jumat rahimakumullah
Ketika Rasulullah ditanya oleh seorang Arab Badui
yang merasa tidak memiliki bekal untuk akhirat
kecuali hanya mencintai Rasulullah shalallahu alaihi
wa sallam. Maka beliau bersabda: bahwa seseorang
akan masuk surga bersama orang yang dicintainya.
Maka menjadi suatu tuntunan bagi kita untuk
mencintai orang2 yang selalu dalam kebaikan.
Mereka adalah orang-orang yang bukan hanya
pandai dalam agama, tetapi juga tampil menjadi
penyejuk, selalu berusaha mempersatukan ummat,
dan selalu membimbing ummat ini untuk terus
bergerak ke arah kemajuan dunia akhirat. Mereka
inilah para ulama yang sebenarnya. Maka cintailah
para ulama tersebut, cintailah orang-orang beriman
yang selalu berbuat kebaikan di muka bumi ini agar
di hari kiamat kita dikumpulkan bersama mereka.
‫‪Sebaliknya, betapa sayangnya apabila justru‬‬
‫‪kecintaan ummat ini hanya diberikan kepada‬‬
‫‪publik2 figur penebar maksiat, penebar keonaran‬‬
‫‪dan profokasi ke arah perpecahan. Semoga kita‬‬
‫‪selalu berada dalam petunjuk Allah swt.‬‬
‫ي يا أيُّها الَّذينَ آمنوا صلُّوا‬
‫ن للاَ ومالئكتهَ يصلُّونَ على النَّب َّ‬
‫إ ََّ‬
‫‪.‬عليهَ وسلّموا تسليما‬
‫ل على مح َّمدَ وعلى آلَ مح َّمد‪ ،‬كما صلَّيتَ على إبراهي َم‬ ‫اللَّه ََّم ص َّ‬
‫وعلى آلَ إبراهيم‪ ،‬وباركَ على مح َّمدَ وعلى آلَ مح َّمد‪ ،‬كما باركتَ‬
‫‪،‬على إبراهيمَ وعلى آلَ إبراهيم‪ ،‬في العالمينَ إنَّكَ حميدَ مجيدَ‬
‫الراشدين‪ ،‬وعنَ أزواجهَ أ َّمهاتَ المؤمنينَ‬ ‫‪،‬وارضَ اللَّه ََّم عنَ خلفائهَ َّ‬
‫صحابةَ أجمعين‪ ،‬وعنَ المؤمنينَ والمؤمناتَ إلى يومَ‬ ‫وعنَ سائرَ ال َّ‬
‫‪.‬الدّين‪ ،‬وعنَّا معهمَ برحمتكَ يا أرحمَ َّ‬
‫الراحمينَ‬
‫اللَّه ََّم اغفرَ للمؤمنينَ والمؤمنات‪ ،‬والمسلمينَ والمسلمات‪ ،‬األحياءَ‬
‫‪.‬منهَمَ واألموات‪ ،‬إنَّكَ سميعَ قريبَ مجيبَ الدُّعاءَ‬
‫اللَّه ََّم اجعلَ جمعنا هذا جمعاَ مرحوما‪ ،‬واجعلَ تف ُّرقنا منَ بعدهَ تف ُّرقاَ‬
‫‪.‬معصوما‪ ،‬وال تدعَ فينا وال معنا شقيًّا وال محروماَ‬
‫‪.‬اللَّه ََّم إَنَّا نسألكَ الهدى والتُّقى والعفافَ والغنى‬
‫اللَّه ََّم إنَّا نسألكَ أنَ ترزقَ ك َ‬
‫الًّ منَّا لساناَ صادقاَ ذاكرا‪ ،‬وقلباَ خاش َ‬
‫عا‬
‫‪،‬منيبا‪ ،‬وعمالَ صالحاَ زاكيا‪ ،‬وعلماَ نافعاَ رافعا‪ ،‬وإيماناَ راسخاَ ثابتاَ‬
‫ويقيناَ صادقاَ خالصا‪ ،‬ورزقاَ حالالَ طيّباَ واسعا‪ ،‬يا ذا الجاللَ‬
‫‪.‬واإلكرامَ‬
‫اللَّه ََّم أع ََّز اإلسالمَ والمسلمين‪ ،‬وو ّحدَ اللَّه ََّم صفوفهم‪ ،‬وأجمع كلمتهم‬
‫سالمَ واألمنَ لعبادك‬
‫على الحق‪ ،‬واكسرَ شوكةَ الظالمين‪ ،‬واكَتبَ ال َّ‬
‫‪.‬أجمعين‬
‫اللَّه ََّم ربَّنا اسقنا منَ فيضكَ المدرار‪ ،‬واجعلنا منَ الذَّاكرينَ لكَ في‬
‫‪.‬الليلَ والنَّهار‪ ،‬المستغفرينَ لكَ بالعش َّ‬
‫ي واألسحارَ‬
‫سماء وأخرجَ لنا منَ خير َ‬
‫ات‬ ‫اللَّه ََّم أنزلَ علينا منَ برَكاتَ ال َّ‬
‫‪.‬األرض‪ ،‬وباركَ لنا في ثمارنا وزروعنا يا ذا الجاللَ واإلكرامَ‬
‫‪.‬ربَّنا آتنا في الدُّنيا حسنةَ وفي اآلخرةَ حسنةَ وقنا عذابَ النَّارَ‬
‫ربَّنا ال تزغَ قلوبنا بعدَ إذَ هديتنا‪ ،‬وهبَ لنا منَ لدنكَ رحمة‪ ،‬إنَّكَ أنتَ‬
‫‪.‬الو َّهابَ‬
‫ربَّنا ظلمنا أنفسنا وإنَ لمَ تغفرَ لنا وترحمنا لنكون ََّ‬
‫ن منَ‬
‫‪.‬الخاسرينَ‬
‫‪ :‬عبادَ للاَ‬
‫ن للاَ يأمرَ بالعدلَ واإلحَسانَ وإيتاءَ ذي القربى وينهى عنَ ((‬ ‫إ ََّ‬
‫)) الفحشاءَ والمنكرَ والبغيَ يعظكمَ لعلَّكمَ تذ َّكرونَ‬

Anda mungkin juga menyukai