Anda di halaman 1dari 6

Nilai Suatu Amal Tergantung Akhirnya

khotbahjumat.com/5272-nilai-suatu-amal-tergantung-akhirnya.html

December 9, 2018

Khutbah Pertama:

1/6
‫ِإَّن اْلَح ْم َد ِهلل َنْح َم ُد ُه َو َنْس َتِعْيُنُه َو َنْس َتْغ ِفُر ُه َو َنُع ْو ُذ ِباِهلل ِم ْن ُش ُر ْو ِر َأْنُفِس َنا َوَس ِّيَئاِت َأْع َم اِلَنا َم ْن َيْهِدِه اُهلل َفَال‬

‫ُمِض َّل َلُه َوَم ْن ُيْض ِلْل َفَال َه اِد َي َلُه َو َأْش َه ُد َأْن َال ِإَلَه ِإَّال اُهلل َو ْح َدُه َال َش ِر ْيَك َلُه َو َأْش َه ُد َأَّن ُم َح َّمدًا َع ْبُد ُه‬
‫َوَر ُس ْو ُلُه‬.

‫َيا َأُّيَه ا اَّلِذيَن آَم ُنوْا اَّتُقوْا اَهّلل َح َّق ُتَقاِتِه َو َال َتُموُتَّن ِإَّال َو َأنُتم ُّمْس ِلُموَن‬.

‫َيا َأُّيَه ا الَّناُس اَّتُقوْا َر َّبُك ُم اَّلِذي َخ َلَقُك م ِّم ن َّنْف ٍس َو اِح َدٍة َو َخ َلَق ِم ْنَه ا َز ْو َج َه ا َو َبَّث ِم ْنُه َم ا ِر َج اًال َك ِثيرًا َو ِنَس اء‬
‫َو اَّتُقوْا اَهّلل اَّلِذي َتَس اءُلوَن ِبِه َو اَألْر َح اَم َّن اَهّلل َك اَن َع َلْيُك ْم َر ِقيبًا‬
‫ِإ‬

‫ ُيْص ِلْح َلُك ْم َأْع َم اَلُك ْم َو َيْغ ِفْر َلُك ْم ُذ ُنوَبُك ْم َوَم ن ُيِط ْع اَهَّلل‬. ‫َيا َأُّيَه ا اَّلِذيَن آَم ُنوا اَّتُقوا اَهَّلل َو ُقوُلوا َقْو ًال َس ِديدًا‬

‫َوَر ُس وَلُه َفَقْد َفاَز َفْو زًا َع ِظ يمًا‬

‫أما بعد‬

Ma’syiral muslimin,

Saya menasihati diri saya pribadi dan jamaah sekalian agar bertakwa kepada Allah.
Karena hanya orang yang bertakwa saja yang mendapatkan kesuksesan.

Ummul mukminin Aisyah radhiallahu ‘anha meriwayatkan dari Nabi shallallahu ‘alaihi wa
sallam, dan ini dicatat oleh Ibnu Hibban dalam kitab Sahihnya. Rasulullah shallallahu
‘alaihi wa sallam bersabda,

‫َّن َأْل ُل ْل‬


‫ِإ َم ا ا ْع َم ا ِبا َخ َو اِتيِم‬.

“Bahwa nilai amal itu ditentukan oleh bagian penutupnya.”

Al-Imam al-Bukhari juga meriwayatkan dalam Shahihnya dari Sahl bin Saad radhiallahu
‘anhu bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam dalam Perang Uhud bersabda,

‫َم ن أَح ـَّب أْن ينُظ َر إلى رجٍل ِمن أهِل الَّناِر فلينُظ ْر إلى هذا‬

“Siapa yang ingin melihat seseorang dari penghuni neraka, hendaklah ia memperhatikan
orang ini.”

2/6
Lalu ada seorang sahabat yang mengikuti orang tersebut. Orang sangat hebat dalam
bertempur menghadapi orang-orang musyrik. Banyak dari mereka tewas di tangannya.
Sahabat ini pun heran dengan sabda Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam. Tapi ia terus
mengikutinya. Sampai akhirnya ia terluka. Orang tersebut tak sabar menahan rasa sakit
lukanya. Lalu ia tegakkan pedangnya dan ia tindihkan dadanya di atas pedang tersebut
hingga menembus punggungnya. Ia pun mati bunuh diri. Kemudian Nabi shallallahu
‘alaihi wa sallam bersabda,

‫َأ‬ ‫ُل‬ ‫َأ‬


‫ِإَّن َح َد ُك ْم َلَيْعَم ِبَعَم ِل ْه ِل ْالَج َّنِة ِفْيَم ا َيْبُد ْو ِللَّناِس‬.

“Sesungguhnya ada salah seorang dari kalian benar-benar melakukan amalan ahli surga,
dalam apa yang nampak kepada manusia.”

‫َّن َأْل ُل ْل‬


‫ِإ َم ا ا ْع َم ا ِبا َخ َو اِتيِم‬.

“Bahwa nilai amal itu ditentukan oleh bagian penutupnya.”

Hadits-hadit ini mengajarkan kita agar kita tidak berbangga-bangga dengan amal shaleh
yang telah kita lakukan. Dengan shalat kita. Dengan bacaan Alquran kita. Dengan puasa
kita. Dengan amal kabjikan apapun yang kita lakukan. Karena kita tahu kita bagaimana
akhir kehidupan kita. Allah Ta’ala berfirman,

‫ۚ َوَم ا َتْد ِر ي َنْف ٌس ِبَأِّي َأْر ٍض َتُموُت‬

“Seseorang tidak tahu di belahan bumi mana ia wafat.” [Quran Luqman: 34]

Sebagian ahli tafsir mengatakan, “Ia tidak tahu bagaimana kondisi dia di bagian bumi
tersebut saat wafat. Apakah dalam kondisi baik atau malah dalam kondisi su-ul
khotimah.”

Allah Subhanahu wa Ta’ala menggaibkan ini semua. Tidak ada yang mengetahuinya
melainkan Allah Subhanahu wa Ta’ala. Dialah yang mengetahui apakah seseorang
termasuk penghuni surge ataukah penghuni neraka. Hikmah dari Allah sembunyikan hal
ini adalah agar seseorang tidak berbangga dengan apa yang dia lakukan. Karena ia tak
tahu bagaimana akhir hayatnya.

Jika seseorang tahu kalau ia akan dimasukkan ke dalam surga, ia akan menjadi
sombong dan malas beramal. Demikian juga apabila seseorang mengetahui kalau ia
penghuni neraka, ia akan semakin kufur dan semakin zalim. Karena ia tahu, ia akan
masuk neraka jahannam. Tapi, tatkala hal ini disembunyikan oleh Allah, seseorang akan
berhati-hati dengan perbuatannya. Seseorang tidak akan berbangga dengan

3/6
perbuatannya. Ia tidak akan merendahkan orang lain. Tatkala ia melihat pelaku maksiat di
hadapnnya, ia tak akan merendahkannya. Ia sadar bisa saja orang ini taubat. Dan nanti
di akhir hayat husnul khotimah.

Hafsh bin Humaid berkata kepada Abdullah bin al-Mubarak rahimahumallah, “Aku melihat
seseorang membunuh orang lain. Lantas terbetik dalam hatiku, aku lebih baik dari
pembunuh tersebut.” Abdullah bin al-Mubarak menanggapi, “Engkau merasa aman
dengan dirimu lebih buruk dari dosanya.”

Maksudnya, atas dasar apa engkau merasa lebih baik dari dia? Apakah kau merasa kau
pasti masuk surga sementara si pembunuh itu bakal masuk neraka jahannam? Kau tidak
tahu bagaimana akhir hayatmu dan kau juga tidak tahu bagaiman akhir hayat si
pembunuh tersebut. Bisa jadi kau ditutup usiamu dengan keburukan. Sementara pelaku
maksiat tersebut ditutup usianya dengan kebaikan.

Dengan demikian, seseorang yang beramal shaleh hendaknya menjaga amalnya. Dan
memohon kepada Allah SUbhanahu wa Ta’ala dianugerahkan husnul khotimah. Nabi
shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

‫ َر واه اإلمام‬.‫ ُيَو ِّفُقُه ِلَعَم ٍل َص اِلٍح َقْبَل َمْو ِتِه‬: ‫ َك ْيَف َيْس َتْعِم ُلُه ؟ َقاَل‬:‫ قَاُلُو ا‬، ‫ِإَذ ا َأَر اَد اُهلل ِبَع ْبِدِه َخ ْيًر ا اْس َتْعَم َلُه‬

‫أحمـد والترمذي وصحح الحاكم في المستدرك‬.

“Apabila Allah menghendaki kebaikan pada hambanya, maka Allah mempekerjakannya”.


Para sahabat bertanya, “Bagaimana Allah akan mempekerjakannya?” Rasulullah
menjawab, “Allah akan memberinya taufik untuk beramal shalih sebelum dia meninggal.”
[HR Imam Ahmad, Tirmidzi, dan dishahihkan al Hakim dalam Mustadrak].

‫ َفاْس َتْغ ِفُر ْو ُه؛ ِإَّنُه ُه َو‬، ‫ َو ِلَج ِمْيِع الُمْس ِلِمْيَن ِم ْن ُكِّل َذ ْنٍب‬، ‫ َو َأْس َتْغ ِفُر ُه الَع ِظ ْيَم الَج ِلْيَل ِلْي َو َلُك ْم‬،‫َأُقْو ُل َقْو ِلي َه َذ ا‬
‫الَغ ُفْو ُر الَر ِح ْيُم‬

Khutbah Kedua:

، ‫ َو َأْش ُك ُر ُه َع َلى ِنَع ِمِه الِغ َز اِر‬، ‫ َأْح َم ُد ُه َتَع اَلى َع َلى َفْض ِلِه الِم ْد َر اِر‬، ‫ الَر ِح ْيِم الَغ َّفاِر‬، ‫الَقَّهاِر‬ ‫َالَح ْم ُد ِهّلِل الَو اِح ِد‬
‫ َو َأْش َه ُد َأَّن َنِبَّيَنا ُم َح َّمدًا َع ْبُد ُه َوَر ُس ْو ُلُه‬، ‫ِإاَّل اهلل َو ْح َدُه اَل َش ِر ْيَك َلُه الَع ِز ْيُز الَج َّباُر‬
‫َو َأْش َه ُد َأْن اَّل ِإَلَه‬

، ‫ َو َأْص َح اُبُه اَألْخ َياِر‬، ‫ َو ِإْخ َو ِنِه اَألْبَر اِر‬،‫ َص َّلى اُهلل َع َلْيِه َو َع َلى آِلِه الَط ِّيِبْيَن اَألْط َه ار‬،‫الُم ْص َط َفى الُم ْخ َتار‬
‫َوَم ْن َتِبَع ُه ْم ِبِإْح َس اٍن َم ا ُتَع اِقُب الَلْيَل َو الَّنَه ار‬

4/6
Ibadallah,

Di antara hal yang menentukan seseorang meninggal dalam kondisi baik atau dalam
kondisi buruk adalah masalah keikhlasan. Tatkala Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam
bersabda,

‫َأ‬ ‫ُل‬ ‫َأ‬


‫ِإَّن َح َد ُك ْم َلَيْعَم ِبَعَم ِل ْه ِل ْالَج َّنِة ِفْيَم ا َيْبُد ْو ِللَّناِس‬.

“Sesungguhnya ada salah seorang dari kalian benar-benar melakukan amalan ahli surga,
dalam apa yang nampak kepada manusia.”

Artinya apa? Artinya orang ini tidak ikhlas tatkala beramal. Ada penyakit dalam hatinya.
Ada riya’. Ada keinginan ingin disanjung. Ia meremehkan orang lain. Ia meremehkan
amalan orang lain. Sehingga di akhir hayat su-ul khotimah.

Ibadallah,

Keikhlasan adalah perkara yang berat. Terlebih lagi menjaganya. Ia adalah amal yang
lebih berat lagi. Allah memberi pelajaran kepada kita tentang keadaan para sahabat saat
Perang Uhud. Saat dimana keikhlasan mereka diuji. Allah Ta’ala berfirman,

‫َو َلَقْد َص َد َقُك ُم اُهَّلل َو ْع َدُه ِإْذ َتُح ُّس وَنُهم ِبِإْذ ِنِه ۖ َح َّتٰى ِإَذ ا َفِش ْلُتْم َو َتَناَز ْع ُتْم ِفي اَأْلْم ِر َو َع َص ْيُتم ِّم ن َبْعِد َم ا َأَر اُك م‬
‫َّما ُتِح ُّبوَن ۚ ِمنُك م َّمن ُي يُد الُّدْنَيا َو ِمنُك م َّمن ُي يُد اآْل ِخ َر َة ۚ ُثَّم َص َر َفُك ْم َع ْنُه ْم ِلَيْبَتِلَيُك ْم ۖ َو َلَقْد َع َفا َع نُك ْم ۗ َو اُهَّلل‬
‫ِر‬ ‫ِر‬
‫ُذ و َفْض ٍل َع َلى اْلُمْؤ ِمِنيَن‬

“Dan sesungguhnya Allah telah memenuhi janji-Nya kepada kamu, ketika kamu
membunuh mereka dengan izin-Nya sampai pada saat kamu lemah dan berselisih dalam
urusan itu dan mendurhakai perintah (Rasul) sesudah Allah memperlihatkan kepadamu
apa yang kamu sukai. Di antaramu ada orang yang menghendaki dunia dan diantara
kamu ada orang yang menghendaki akhirat. Kemudian Allah memalingkan kamu dari
mereka untuk menguji kamu, dan sesunguhnya Allah telah memaafkan kamu. Dan Allah
mempunyai karunia (yang dilimpahkan) atas orang orang yang beriman.” [Quran Ali
Imran: 152].

Allah mengisahkan bahwa dalam Perang Uhud, Allah menguji keikhlasan para sahabat
dengan memperlihatkan apa yang mereka sukai. Yaitu harta dunia, bagian dari rampasan
perang. Sebagian dari mereka lalai dan mendurhakai perintah rasul. Namun Allah
maafkan mereka dan menjadi pelajaran bagi kita.

Kata Abdullah bin Mas’ud, “Aku tidak menyangka bahwa para sahabat Nabi Muhammad
shallallahu ‘alaihi wa sallam mengingikan dunia. Sampai Allah turunkan ayat ini.”

5/6
Bagaimana tidak? Para sahabat telah berhijrah meninggalkan kampung halaman
mereka. Meninggalkan semua bagian dunia yang mereka miliki. Bukan sebagian, semua!
Mereka tinggalkan rumah, tanah, harta, pekerjaan, keluarga, dll. untuk menyelamatkan
agama mereka. Mereka adalah orang-orang ikhlas yang tidak menginginkan dunia.

Demikianlah saudara-saudara sekalian, para sahabat yang ikhlas dan berusaha di atas
keikhlasan mereka, suatu saat mereka bisa berubah. Namun kemudian mereka tersadar
dan kembali teringat dengan keikhlasan kita. Allah mengisahkan hal ini sebagai pelajaran
bagi kita. Bukan mengungkapkan bahwa para sahabat itu manusia yang buruk. Bukan
sama sekali! Allah hendak mengabarkan, kalau orang-orang dengan kualitas seperti
mereka yang telah meninggalkan semua dunia mereka untuk Allah dan Rasul-Nya saja
bisa goyah dalam perjalanannya, apalagi orang-orang seperti kita. Tentu kita lebih tidak
layak lagi untuk berbangga. Kita semakin kuat memohon kepada Allah agar memberikan
kita keteguhan dan istiqomah di atas agama-Nya. Agar kita meraih husnul khotimah di
akhir hayat kita.

‫ِإَّن اَهلل َوَم َالِئَك َتُه ُيَص ُّلوَن َع َلى الَّنِبِّي َيآَأُّيَه ا اَّلِذيَن َء اَم ُنوا َص ُّلوا َع َلْيِه َوَس ِّلُموا َتْس ِليًم ا‬

‫ ِإَّنَك َح ِمْيٌد َم ِج ْيٌد‬، ‫ َو َع َلى آِل ِإْبَر اِه ْيَم‬، ‫ َك َم ا َص َّلْيَت َع َلى ِإْبَر اِه ْيَم‬،‫ َو َع َلى آِل ُم َح َّمٍد‬،‫اللهم َص ِّل َع َلى ُم َح َّمٍد‬

‫ ِإَّنَك َح ِمْيٌد َم ِج ْيٌد‬، ‫ َو َع َلى آِل ِإْبَر اِه ْيَم‬، ‫ َك َم ا َباَر ْك َت َع َلى ِإْبَر اِه ْيَم‬،‫ َو َع َلى آِل ُم َح َّمٍد‬،‫اللهم َباِر ْك َع َلى ُم َح َّمٍد‬

‫ َر َّبَنا َظ َلْم َنا َأْنُفَس َنا َو ِإْن َلْم َتْغ ـِفـْر َلَنا َو َتْر َح ْم َنا َلَنُك وَنَّن ِمَن اْلَخ اِس ِر ْيَن‬، ‫اللهم اْغ ـِفـْر ِلْلُمْس ِلِمْيَن َو اْلُمْس ِلَم اِت‬

‫ اللهم ِإَّنا َنْس َأُلَك اْلُهَدى َو الُّتَقى َو اْلَع َفاَف‬. ‫َر َّبَنا آِتَنا ِفي الُّدْنَيا َح َس َنًة َو ِفي اآْل ِخ َر ِة َح َس َنًة َو ِقَنا َع َذ اَب الَّناِر‬

‫ َو آِخ ُر َدْع َو اَنا‬. ‫ اللهم ِإَّنا َنُع ْو ُذ ِبَك ِم ْن َز َو اِل ِنْعَم ِتَك َو َتَح ُّو ِل َع اِفَيِتَك َو ُفَج اَء ِة ِنْق َم ِتَك َوَج ِمْيِع َس َخ ِط َك‬.‫َو اْلِغ َنى‬

‫ َوَص لى اهلل َع َلى َنِبِّيَنا ُم َح َّمٍد َو َع َلى آِلِه َوَص ْح ِبِه َوَس َّلَم‬. ‫َأِن اْلَح ْم ُد هلل َر ِّب اْلَع اَلِمْيَن‬.

Oleh tim KhotbahJumat.com


Artikel www.KhotbahJumat.com

6/6

Anda mungkin juga menyukai