Anda di halaman 1dari 7

MENDIDIK DENGAN SEPENUH HATI

Oleh : Muhammad Saidun

Khutbah Pertama :

‫َاْلَحْم ُد ِهّلِل َر ِّب اْلَع اَلِم ْيَن َنْح َم ُد ُه َو َنْسَتِع ْيُنُه َو َنْسَتْغ ِفُر ُه َو َنُتْو ُب ِاَلْي ِه َو َنُع ْو ُذ ِباِهلل ِم ْن ُش ُرْو ِر‬
‫ َاْش َهُد َاْن َال ِالَه ِاَّال‬.‫َاْنُفِس َنا َو َس ِّيَئاِت َاْع َم اِلَنا َم ْن َيْهِد ُهللا َفَال ُمِض َّل َلُه َو َم ْن ُيْض ِلْل َفَال َهاِدَي َلُه‬

‫ُهللا َو ْح َد ُه َال َش ِر ْيَك َلُه َو َاْش َهُد َاَّن ُمَحَّم ًدا َع ْب ُد ُه َو َر ُس ْو ُلُه َو الَّص َالُة َو الَّس َالُم َع َلى َنِبِّيَن ا ُمَح َّم ٍد‬
. ‫َو َع َلى َء اِلِه َو َاْص َح اِبِه َو َم ْن َتِبَع ُه ِاَلى َيْو ِم الِّدْيِن‬

: ‫َاَّم ا َبْعُد‬
‫ َقاَل ُهللا َتَع اَلى ِفى‬. ‫ ُاْو ِص ْيُك ْم َو َنْفِس ي ِبَتْقَو ى ِهللا َو َطاَع ِتِه َلَع َّلُك ْم ُتْفِلُحْو َن‬: ‫َفَياِع َباَد ِهللا‬
‫ ٰٓيَاُّيَها‬: ‫َو َقاَل‬. ‫ َياَاُّيَها اَّلِذ ْيَن َاَم ُنوا اَّتُقوا َهللا َح َّق ُتَقاِتِه َو َال َتُم ْو ُتَّن ِاَّال َو َاْنُتْم ُم ْس ِلُم ْو َن‬: ‫اْلُقْر آِن اْلَك ِر ْيِم‬
ࣖ ‫اَّلِذ ْيَن ٰا َم ُنوا اْص ِبُرْو ا َو َص اِبُرْو ا َو َر اِبُطْو ۗا َو اَّتُقوا َهّٰللا َلَع َّلُك ْم ُتْفِلُحْو َن‬
Ma’aasyirol Muslimien rahimakumullah,

Mengawali khutbah ini penting kiranya kami sampaikan hadits yang diriwayatkan dari An
Nu’man bin Basyir radhiyallahu ‘anhuma, bahwasanya Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam
bersabda :

‫ َأَال‬. ‫ َو ِإَذ ا َفَس َد ْت َفَس َد اْلَج َس ُد ُك ُّلُه‬، ‫َأَال َو ِإَّن ِفى اْلَج َسِد ُم ْض َغ ًة ِإَذ ا َص َلَح ْت َص َلَح اْلَج َس ُد ُك ُّلُه‬
‫َو ِهَى اْلَقْلُب‬
“Ingatlah bahwa di dalam jasad itu ada segumpal daging. Jika ia baik, maka baik pula
seluruh jasad. Jika ia rusak, maka rusak pula seluruh jasad. Ketahuilah bahwa ia adalah
hati (jantung)” (HR. Bukhari no. 52 dan Muslim no. 1599).

Hadits di atas adalah lanjutan dari hadits tentang meninggalkan perkara yang syubhat (yang
masih samar hukumnya). Jika hati baik, maka baiklah anggota badan yang lain, baik pula
sikap dan perilaku tubuh dan anggota badan lainnya. Jika hati rusak, maka rusak pula yang
lainnya, rusak pula sikap dan Tindakan yang dilakukan oleh anggota badan lainnya. Baiknya
hati adalah Ketika ia memiliki keimanan dan ketaqwaan yang baik dan benar, dia mencintai
Allah melebihi cintanya kepada lainnya, ia mempunyai khauf (rasa takut) kepada Allah
melebihi khauf dia kepada lainnya. Ia memiliki keyakinan tauhid dan aqidah yang benar,
tidak pernah terdetik sekalipun untuk musyrik (mensekutukan Allah SWT Yang Maha Esa,
karena ia ikhlas melakukan semuanya hanya untuk meraih ridla Allah SWT.

Rusaknya hati adalah ketika ia abaikan nilai keimanan dan ketaqwaan, ketika ia rapuh aqidah
dan tauhidnya, seperti rapuhnya rumah laba-laba, yang begitu mudah terombang-ambing,
kemana angin meniupnya, sehingga ia lupakan pentingnya keikhlasan. Ia berbuat dan atau
tidak berbuat, bukan untuk Raihan dan tujuan yang paling mulia, yaitu ridla Allah SWT,
tetapi yang ingin ia raih adalah Raihan dan tujuan yang serba murah dan bersifat sementara.
Ia berbuat atau tidak berbuat, karena ia inginkan harta kekayaan, pangkat jabatan, popularitas
dan penghormatan, tanpa ia pedulikan keridlaan Allah SWT. Tidak ia pedulikan, apakah yang
ia lakukan dalam bingkai ketaatan, ataukah bingkai kemaksiatan/kedurhakaan. Tidak ia
risaukan, apakah ia terjerumus kedalam perkara-perkara syubuhat atau perbuatan yang
haram-haram.

Ma’aasyirol Muslimien rahimakumullah,

Ibnu Rajab Al Hambali rahimahullah mengisyaratkan bahwa baiknya amalan badan


seseorang dan kemampuannya untuk menjauhi keharaman, juga meninggalkan perkara
syubhat (yang masih samar hukumnya), itu semua tergantung pada baiknya hati.

Para ulama katakan bahwa walaupun hati (jantung) itu kecil dibandingkan dengan bagian
tubuh yang lain, namun baik dan jeleknya jasad tergantung pada hati. Para ulama mengatakan
bahwa hati adalah malikul a’dhoo (rajanya anggota badan), sedangkan anggota badan adalah
junuduhu (tentaranya). Bahkan, akal dan kemampuan memahami, pusat dan sumbernya
sesungguhnya ada di hati, Demikian Imam Nawawi rahimahullah.

Ma’aasyirol Muslimien rahimakumullah,

Hatilah yang sejatinya memegang kendali seluruh jasad manusia. Jika pemegang kendali ini
baik, maka baiklah yang dikendalikan. Jika ia rusak, maka rusaklah seluruh yang
dikendalikan. Oleh karena itu, seorang muslim hendaklah meminta pada Allah agar
dikaruniakan hati yang baik. Jika baik hatinya, maka baik pula seluruh urusan dan
pekerjaannya. Sebaliknya, jika pemegang kendali ini rusak, maka akan rusak pula urusan dan
pekerjaannya.

Karena itulah, diantara doa yang sering dibaca Nabiyullah Muhammad shallallahu ‘alaihi wa
sallam dan diajarkan kepada ummatnya adalah meminta agar hatinya selalu dijaga oleh Allah
SWT senantiasa dalam kebaikan. Beliau sering berdo’a :

‫َيا ُم َقِّلَب اْلُقُلوِب َثِّبْت َقْلِبى َع َلى ِد يِنَك‬


“Wahai Dzat yang Maha Membolak-balikkan hati, teguhkanlah hatiku di atas agama-Mu)”.

Ummu Salamah pernah menanyakan kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam,


kenapa do’a tersebut yg sering beliau baca. Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam menjawab,

‫َيا ُأَّم َس َلَم َة ِإَّنُه َلْيَس آَد ِمٌّى ِإَّال َو َقْلُبُه َبْيَن ُأْص ُبَع ْيِن ِم ْن َأَص اِبِع ِهَّللا َفَم ْن َش اَء َأَقاَم َو َم ْن َش اَء َأَزاَغ‬
“Wahai Ummu Salamah, yang namanya hati manusia selalu berada di antara jari-jemari
Allah. Siapa saja yang Allah kehendaki, maka Allah akan berikan keteguhan dalam iman.
Namun siapa saja yang dikehendaki, Allah pun bisa menyesatkannya.” (HR. Tirmidzi no.
3522. Syaikh Al Albani mengatakan bahwa hadits ini shahih)

Dalam riwayat lain dikatakan,

‫ِإَّن اْلُقُلوَب ِبَيِد ِهَّللا َع َّز َو َج َّل ُيَقِّلُبَها‬


“Sesungguhnya hati berada di tangan Allah ‘azza wa jalla, Allah yang membolak-
balikkannya.” (HR. Ahmad 3: 257. Syaikh Syu’aib Al Arnauth mengatakan bahwa sanad
hadits ini qowiy atau kuat sesuai syarat Muslim).

Ma’aasyirol Muslimien rahimakumullah,

Al Hasan Al Bashri rahimahullah mengatakan, “Aku tidaklah memandang dengan


pandanganku, tidak pula mengucap dengan lisanku, begitu pula tidak menyentuh dengan
tanganku, dan tidak bangkit untuk melangkahkan kakiku melainkan aku melihat terlebih
dahulu apakah ini semua dilakukan karena ketaatan ataukah karena kemaksiatan. Jika dalam
ketaatan, barulah aku mulai bergerak. Jika dalam kemaksiatan, aku kendalikan diriku.”

Hari tanggal 25 Nopember kemarin masyarakat Pendidikan Indonesia, dan seluruh rakyat
Indonesia memperingati hari Hari Guru nasional 2021, dengan thema : Bergerak dengan Hati,
Pulihkan pendidikan. Diantara yang penting dari peringatan ini adalah esensi dan semangat
yang tersembunyi dabalik thema hari guru tahun ini.

Selama ini kita telah meyakini, betapa pentingnya peran guru dalam sistem Pendidikan di
negeri kita. Saking pentingnya, maka hampir saja unsur lain yang ada di tengah-tengah
masyarakat kita, yaitu keluarga dan masyarakat, yang sesungguhnya juga memiliki peran
penting dan strategis dalam pendidikan, nyaris dianggap tidak penting lagi. Kita
memperingati hari guru, karena kita benar-benar mengakui, dan harus memberikan apresiasi ;
bahwa kualitas pendidikan kita, sekarang dan dimasa yang akan datang, sangat ditentukan
oleh para guru kita. Kita peringati hari guru, dengan thema “Bergerak dengan hati, pulihkan
pendidikan”, karena kita berharap agar generasi penerus kita dimasa yang akan datang akan
menjadi lebih baik, karena para guru kita, mendidik anak-anak kita, dan kita semuanya, tidak
hanya dengan otak dan kecerdasannya, tidak hanya dengan ketrampilannya, tetapi juga
dengan hatinya.

Mendidik dengan hati adalah mendidik dengan sebuah keyakinan bahwa baik dan buruknya
manusia sangat ditentukan oleh kualitas hatinya. Jika hatinya baik, maka baiklah cara
berfikirnya, maka baiklah cara berbicaranya, maka baiklah cara bersikap dan bertindaknya.

Ada sebuah penelitian tentang Pendidikan Anak dini di Universitas Prof. HAMKA Jakarta,
bahwa Pendidikan yang diyakini efektif dalam pembentukan sikap dan karakter peserta didik
adalah Pendidikan yang dilakukan dengan hati. Pendidikan dengan hati adalah Pendidikan
yang dilakukan seorang guru dengan 9 kriteria/karakter, yaitu :

1. Mendidik dengan ketulusan dan keikhlasan hati.


Allah berfirman :
‫َو َم ٓا ُاِم ُر ْٓو ا ِااَّل ِلَيْعُبُد وا َهّٰللا ُم ْخ ِلِص ْيَن َلُه الِّدْيَن ۙە‬
2. Mendidik dengan penggilan jiwa dan kasih sayang :
Rasulullah bersabda :

‫ َقاَل َقاَل َر ُسوُل ِهَّللا صلى هللا عليه وسلم " الَّراِحُم وَن َيْر َحُم ُهُم‬،‫َع ْن َع ْبِد ِهَّللا ْبِن َع ْم ٍر و‬
‫الَّرْح َم ُن اْر َحُم وا َم ْن ِفي اَألْر ِض َيْر َحْم ُك ْم َم ْن ِفي الَّس َم اِء‬
"Orang orang yang penyayang itu akan dikasihi oleh Yang Mahapenyayang Yang Mahasuci
lagi Mahatinggi, maka sayangilah makhluk yang ada di bumi niscaya kalian akan disayangi
oleh makhluk yang ada di langit."

3. Mendidik dengan meyakininya sebagai amanah dan tanggung jawab :

‫ ُك ُّلُك ْم َر اٍع َو ُك ُّلُك ْم َم ْس ُئْو ٌل‬:‫وعن بن عمر رضي هللا عنهما عن النبي صلى هللا عليه وسّلم قال‬
‫ والمرأُة َر اِع َّيٌة على بيِت زوِج ها‬,‫ والّرُجُل راٍع على أهِل بيِتِه‬,‫ واألميُر راٍع‬,‫َع ْن َر عّيِتِه‬
)‫ (متفق عليه‬.‫ فكّلكم راٍع وكّلكم مسئوٌل عْن َر ِع َّيِتِه‬,‫َوَو َلِدِه‬
Dari Ibn Umar ra. Dari Nabi saw, beliau bersabda : “ Kalian adalah pemimpin dan kalian
akan dimintai pertanggungjawaban atas kepemimpinan kalian. Seorang penguasa adalah
pemimpin, seorang suami adalah seorang pemimpin seluruh keluarganya, demikian pula
seorang isteri adalah pemimpin atas rumah suami dan anaknya.Kalian adalah pemimpin yang
akan dimintai pertanggungtawaban atas kepemimpinan kalian”.(HR. Bukhari dan Muslim)

4. Mendidik dengan penuh kesabaran dan rasa syukur :


Rasulullah bersabda :

‫َع َج ًبا َألْم ِر اْلُم ْؤ ِم ِن ِإَّن َأْمَرُه ُك َّلُه َخْيٌر َو َلْيَس َذ اَك َألَح ٍد ِإَّال ِلْلُم ْؤ ِم ِن ِإْن َأَص اَبْتُه َس َّراُء َشَك َر َفَك اَن‬
‫َخْيًرا َلُه َو ِإْن َأَص اَبْتُه َض َّراُء َص َبَر َفَك اَن َخْيًرا َلُه‬
“Benar-benar mengagumkan keadaan seorang mukmin. Segala urusannya itu baik. Ini
tidaklah didapati kecuali pada seorang mukmin. Jika mendapatkan kesenangan, maka ia
bersyukur. Itu baik baginya. Jika mendapatkan kesusahan, maka ia bersabar. Itu pun baik
baginya.” (HR. Muslim)

5. Mendidik dengan berpikiran maju :


Ali bin Abi Thalib berkata : “Ajarilah anak-anakmu, karena mereka akan hidup
di zaman yang berbeda dengan zamanmu”.
6. Mendidik dengan kecerdasan, baik intelektual, emosional maupun spiritual,
7. Mendidik dengan kreatif
8. Mendidik dengan keteladanan :
Allah SWT berfirman dalam surat Al-Qalam ayat 4:
‫َو ِاَّنَك َلَع ٰل ى ُخ ُلٍق َع ِظ ْيٍم‬
“Dan sesungguhnya kamu benar-benar berbudi pekerti yang agung”

9. Mendidik dengan melayani peserta didik dengan hati.

Ma’asyiral muslimien rahimakumullah,

Mengakhiri khutbah ini, kami sampaikan beberapa pesan Rasulullah saw agar pendidikan
yang kita lakukan, bisa membentuk anak-anak yang sholeh dan shalihah :

1- Banyaklah berdoa :
‫َم ْن َيْهِد ُهَّللا َفُهَو اْلُم ْهَتِد ي َو َم ْن ُيْض ِلْل َفُأوَلِئَك ُهُم اْلَخاِس ُروَن‬
“Barangsiapa yang diberi petunjuk oleh Allah, maka dialah yang mendapat petunjuk; dan
barangsiapa yang disesatkan Allah, maka merekalah orang-orang yang merugi.” (QS. Al-
A’rof : 178)

Nabi Ibrahim ‘alaihis salam juga senantiasa berdoa untuk anak-anaknya :

‫َر ِّب َهْب ِلي ِم َن الَّصاِلِح يَن‬


Ya Rabbku, anugrahkanlah kepadaku (seorang anak) yang termasuk orang-orang yang
saleh]”. (QS. Ash Shaffaat: 100).

Nabi Zakariya ‘alaihis salaam, juga senantiasa berdoa untuk kebaikan keturunannya :

‫َر ِّب َهْب ِلي ِم ْن َلُد ْنَك ُذ ِّرَّيًة َطِّيَبًة ِإَّنَك َسِم يُع الُّد َعاِء‬
Ya Rabbku, berilah aku dari sisi Engkau seorang anak yang baik. Sesungguhnya Engkau
Maha Mengdengar doa. (QS. Ali Imron: 38).

Yang pasti, doa orang tua pada anaknya adalah doa yang mustajab. Dari Abu Hurairah
radhiyallahu ‘anhu, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda :

‫َثَالُث َدَع َو اٍت ُم ْسَتَج اَباٌت َال َشَّك ِفيِهَّن َد ْع َو ُة اْلَو اِلِد َو َد ْع َو ُة اْلُمَس اِفِر َو َد ْع َو ُة اْلَم ْظُلوِم‬
“Ada tiga doa yang mustajab yang tidak diragukan lagi yaitu doa orang tua, doa orang yang
bepergian (safar) dan doa orang yang terzalimi.” (HR. Abu Daud no. 1536, Ibnu Majah no.
3862 dan Tirmidzi no. 1905).

2. Orang Tua dan Guru Harus Memperbaiki Diri, patut menjadi tauladan

Sa’id bin Al-Musayyib pernah berkata pada anaknya,

‫َأَلِز ْيَد َّن ِفي َص َالِتي ِم ْن َأْج ِلَك‬


“Wahai anakku, sungguh aku terus menambah shalatku ini karenamu (agar kamu menjadi
shalih).” (Jami’ Al-‘Ulum wa Al-Hikam, 1: 467)

‫َم ا ِم ْن ُم ْؤ ِم ٍن َيُم ْو ُت ِإَّال َح ِفَظُه ُهللا ِفي َع ِقِبِه َو َع ِقِب َع ِقِبِه‬


“Setiap mukmin yang meninggal dunia (di mana ia terus memperhatikan kewajiban pada
Allah, pen.), maka Allah akan senantiasa menjaga anak dan keturunannya setelah itu.” (Jami’
Al-‘Ulum wa Al-Hikam, 1: 467)

Umar bin Uthbah, pernah berkata kepada guru yang akan mendidik anaknya :
“Hendaklah perbaikan pertama yang engkau lakukan terhadap anak saya, yang harus
engkau lakukan adalah dengan memperbaiki dirimu, maka mereka akan tertuju
‫‪padamu, yang mereka anggap baik adalah apa yang engkau lakukan, yang mereka‬‬
‫‪anggap buruk adalah apa yang engkau tinggalkan”.‬‬

‫‪3. Pendidikan Agama Sejak Dini‬‬

‫‪Allah memerintahkan pada kita untuk menjaga diri kita dan anak kita dari neraka‬‬
‫‪sebagaimana disebutkan dalam ayat,‬‬

‫َيا َأُّيَها اَّلِذ يَن َآَم ُنوا ُقوا َأْنُفَس ُك ْم َو َأْهِليُك ْم َناًرا‬
‫‪“Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka.” (QS.‬‬
‫‪At-Tahrim: 6).‬‬

‫ُم ُروا َأْو َالَد ُك ْم ِبالَّص َالِة َو ُهْم َأْبَناُء َس ْبِع ِسِنيَن َو اْض ِر ُبوُهْم َع َلْيَها َو ُهْم َأْبَناُء َع ْش ِر ِسِنيَن َو َفِّر ُقوا‬
‫َبْيَنُهْم ِفى اْلَم َض اِج ِع‬
‫‪“Perintahkan anak-anak kalian untuk mengerjakan shalat ketika mereka berumur 7 tahun.‬‬
‫‪Pukul mereka jika tidak mengerjakannya ketika mereka berumur 10 tahun. Pisahkanlah‬‬
‫‪tempat-tempat tidur mereka.” (HR. Abu Daud no. 495).‬‬

‫أقول قولي هذا ‪ ،‬فاستغفروا َهللا ؛ إنه هو الغفور الرحيم‬

‫‪Khutbah Kedua :‬‬

‫الَحْم ُد ِهلل َر ِّب الَع الِم ْيَن َو الَّص َالُة َو الَّس َالُم َع َلى َأْش َر اِف اَألْنِبَياِء َو المْر َس ِلْيَن َنِبِّيَن ا ُمَح َّم ٍد‬
‫َو َع َلى آِلِه َو َص ْح ِبِه َأْج َم ِع ْيَن‬
‫َاَّم ا َبْعُد ‪:‬‬

‫َفَياَا ُّيَهاالَّناُس !! ِاَّتُق وا َهللا َتَع الَى ‪َ .‬و َذ ُرواْلَف َو اِحَش َم ا َظَه َر َو َم ا َبَطْن ‪َ .‬و َح اِفُظْو ا َعلَى‬
‫الَّطاَع ِة َو ُحُضْو ِر اْلُج ْمَعِة َو اْلَج َم اَع ِة‪َ .‬و اْع َلُم ْو ا َاَّن َهللا َاَم َر ُك ْم ِبَأْم ٍر َبَد َأ ِفْيِه ِبَنْفِسِه‪َ .‬و َثَّنى ِبَم َالِئَك ِة‬
‫ُقْد ِسِه‪َ .‬فَقاَل َتَع الَى َو َلْم َيَز ْل َقاِئًالَع ِلْيًم ا‪:‬‬

‫ِاَّن َهللا َو َم َالِئَكَتُه ُيَص ُّلْو َن َعلَى الَّنِبْى َيَا ُّيَها اَّلِذ ْيَن آَم ُنْو ا َص ُّلْو ا َع َلْيِه َو َس ِّلُم ْو ا َتْس ِلْيًم ا‬
‫َالَّلُهَّم َص ِّل َع َلى ُم َحَّمٍد َو َع َلى آِل ُم َحَّمٍد َك َم ا َص َّلْيَت َع َلى ِإْبَر اِهْيَم َو َع َلى آِل ِإْبَر اِهْيَم ‪ِ ،‬إَّن َك َحِم ْي ٌد‬
‫َم ِج ْيٌد ‪َ .‬و َباِر ْك َع َلى ُم َحَّمٍد َو َع َلى آِل ُم َحَّمٍد َك َم ا َب اَر ْك َت َع َلى ِإْب َر اِهْيَم َو َع َلى آِل ِإْب َر اِهْيَم ‪ِ ،‬إَّن َك‬
‫َحِم ْيٌد َم ِج ْيٌد‬

‫اللُهَّم اْغ ِفْر ِلْلُم ْس ِلِم ْيَن َو المْس ِلَم اِت َو المْؤ ِمِنْيَن َو المْؤ ِم َن اِت اَألْح َي اِء ِم ْنُهْم َو اَألْم َو اِت ِإَّن َك َس ِم ْيٌع‬
‫َقِر ْيٌب ُم ِج ْيُب الَّدْع َو ِة‬
‫َر َّبَنا اَل ُتِز ْغ ُقُلوَبَنا َبْع َد ِإْذ َهَدْيَتَنا َو َهْب َلَنا ِم ْن َلُد ْنَك َر ْح َم ًة ِإَّنَك َأْنَت اْلَو َّهاُب‬

‫الَّلُهَّم ِإَّنا َنْس َأُلَك الُهَدى َو الُّتَقى َو الَع َفاَف َو الِغ َنى‬

‫الَّلُهَّم اْك ِفَنا ِبَح َالِلَك َع ْن َحَر اِم َك َو َأْغ ِنَنا ِبَفْض ِلَك َع َّم ْن ِس َو اَك‬

‫الَّلُهَّم َأْح ِس ْن َعاِقَبَتَنا ِفى اُألُم وِر ُك ِّلَها َو َأِج ْر َنا ِم ْن ِخ ْز ِى الُّد ْنَيا َو َع َذ اِب اآلِخَرِة‬
‫َالَّلُهَّم َأْص ِلْح ُو اَل َة ُأُم ْو ِر َنا‪َ ،‬الَّلُهَّم َو ِّفْقُهْم ِلَم ا ِفْيِه َص اَل ُحُهْم َو َص اَل ُح ْاِإل ْس اَل ِم َو اْلُم ْس ِلِم ْيَن َالَّلُهَّم َأْبِع ْد‬
‫َع ْنُهْم ِبَطاَنَة الُّسْو ِء َو اْلُم ْفِس ِد ْيَن َو َقِّر ْب ِإَلْيِهْم َأْهَل اْلَخْيِر َو الَّناِص ِح ْيَن َيا َر َّب اْلَع اَلِم ْيَن‬
‫َر َّبَنا َهْب َلَنا ِم ْن َأْز َو اِج َنا َو ُذ ِّرَّياِتَنا ُقَّرَة َأْع ُيٍن َو اْج َع ْلَنا ِلْلُم َّتِقيَن ِإَم اًم ا‬

‫َر َّبَنا آِتَنا ِفي الُّد ْنَيا َحَس َنًة َو ِفي اآْل ِخَرِة َح َس َنًة َو ِقَنا َع َذ اَب الَّناِر‬
‫َو َص َّلى ُهللا َع َلى َنِبِّيَنا ُم َحَّمٍد َو َع َلى آِلِه َو َص ْح ِبِه وَم ْن َتِبَع ُهْم ِبِإْح َس اٍن ِإَلى َيْو ِم الّد ْين‬

‫َو آِخ ُر َد ْع َو اَنا َأِن اْلَحْم ُد هلل َر ِّب اْلَع اَلِم ْيَن ‪.‬‬

‫‪Masjid Raya Candi Semarang, 25 Nopember 2021‬‬

Anda mungkin juga menyukai