A. PENDAHULUAN
Aqidah adalah kepercayaan yang pasti dan keputusan yang muktamat, tidak
bercampur dengan syak atau keraguan pada seseorang yang berakidah. Sehingga
akidah ini juga bisa diartikan dengan keimanan yang mantap tanpa disertai keraguan
di dalam hati seseorang. Aqidah yang benar merupakan landasan tegaknya agama
dan kunci diterimanya amalan. Hal ini sebagaimana ditetapkan oleh Allah SWT di
dalam firman-Nya:
Ayat-ayat yang mulia ini menunjukkan bahwa amalan tidak akan diterima
apabila tercampuri dengan kesyirikan. Oleh sebab itulah para rasul sangat
memperhatikan perbaikan aqidah sebagai prioritas pertama dakwah mereka. Inilah
dakwah pertama yang diserukan oleh para rasul kepada kaum mereka; menyembah
kepada Allah saja dan tidak menyembah kepada selain Allah Swt.
Setelah wafatnya Rasulullah Saw dan masa pemerintahan Khulafaurrasyidin,
penyimpangan mengenai aqidah mulai terjadi. Munculnya beberapa aliran yang
menyatakan diri pengikut Rasulullah dan para sahabatnya. Namun hakikatnya,
mereka mengiktikadkan sesuatu di luar ajaran Rasulullah Saw dan para sahabatnya.
Fenomena ini membuktikan kebenaran sabda Rasulullah Saw dalam sebuah hadist
yang berbunyi:
ِ أَالَ إِ َّن رسوَل هللا:عن أَِِب ع ِام ٍر ا ْْلوزِِن عب ِد هللاِ ب ِن ُِل ِي عن معا ِويةَ ب ِن أَِِب س ْفيا َن أَنَّه قَام فِي نَا فَ َق َال
ُْ َ ْ َ ُ َ ُ ْ ْ َ َ ُ ْ َ ِّ َ ْ َْ ِّ َ َْ َ ْ َْ
ًْي ِملَّة ِ ِ َاب اِفَْتقُوا علَى ثِْن ت ِ ِ ِ ِ
َ ْ ْي َو َسْبع
ْ َ ْ ََ ِ َ أَالَ إِ َّن َم ْن قَ ْب لَ ُك ْم م ْن أ َْه ِل الْكت:اّللُ َعلَْيه َو َسلَّ َم قَ َام فْي نَا فَ َق َال
ِّ صلَّى
َ
. ُاعة ْ اْلَنَّ ِة َوِه َي
َ اْلَ َم
ِ ان وسب عو َن ِِف النَّا ِر وو
ْ اح َدةٌ ِِف ََ
ِ ِ ِث وسبع
ْ ُ ْ َ َ َ ثْن ت.ْي
ٍ ِ ِِ
َ ْ ْ َ َ ََوإِ َّن َهذه الْملَّةَ َستَ ْف ََِت ُق َعلَى ثَال
Artinya: Dari Abu ‘Amir al-Hauzaniy ‘Abdillah bin Luhai, dari Mu’awiyah bin Abi
Sufyan, bahwasanya ia (Mu’awiyah) pernah berdiri di hadapan kami, lalu
ia berkata: “Ketahuilah, sesungguhnya Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa
sallam pernah berdiri di hadapan kami, kemudian beliau bersabda,
“Ketahuilah sesungguhnya orang-orang sebelum kamu dari Ahli Kitab
(Yahudi dan Nasrani) terpecah menjadi 72 (tujuh puluh dua) golongan dan
sesungguhnya ummat ini akan berpecah belah menjadi 73 (tujuh puluh
tiga) golongan, (adapun) yang tujuh puluh dua akan masuk Neraka dan
yang satu golongan akan masuk Surga, yaitu “al-Jama’ah.”
B. PEMBAHASAN
1. Ahlussunnah wal Jamaah
Pengertian Ahlussunnah wal Jamaah, sebagaimana ditafsirkan oleh Rasulullah
dalam hadits yang diriwayatkan oleh Imam Abu Dawud dalam Sunannya, demikian
pula Al-Hakim dalam Mustadraknya ketika Rasulullah mengajarkan umat Islam
berpecah belah menjadi 73 golongan. Rasulullah mengabarkan yang selamat hanya
satu. Yaitu mereka adalah Al-Jama’ah. Siapa mereka Al-Jama’ah? Kata Rasulullah:
b. Aliran Khawarij
Yaitu kaum kaum yang berlebih-lebihan membenci Saidina Ali bin Abi
Thalib, bahkan di antaranya ada yang mengkafirkan Saidina Ali. Firqah ini berfatwa
bahwa orang-orang yang membuat dosa besar menjadi kafir. Kaum Khawarij
terpecah menjadi 6 golongan yang kemudian terpecah menjadi 20 aliran. Enam (6)
golongan pokok dalam aliran Khawarij tersebut adalah 1) al-Muhakkimah; 2) al-
Zariqah; 3) al-Nadjat; 4) al-Jaridah; 5) al-Sufriyah; dan 6) al-Ibadiyah.
Adapun doktrin aliran Khawarij sebagai berikut:
1) Sebelum Ali (Abu Bakar, Umar, dan Utsman) adalah sah tetapi setelah tahun
ke tujuh dari masa ke Khalifahannya Utsman r.a dianggap telah menyeleweng.
2) Khalifah Ali adalah sah tetapi terjadi paham, ia dianggap telah menyeleweng.
3) Muawiyah dan Amr bin Al-Ash serta Abu Musa Al-Asy’ari juga dianggap
menyeleweng dan telah menjadi kafir.
4) Pasukan perang Jamal yang melawan Ali juga kafir.
5) Seseorang yang berdosa besar tidak lagi disebut muslim sehingga harus
dibunuh.
6) Setiap muslim harus berhijrah dan bergabung dengan golongan mereka. Bila
tidak mau bergabung, ia wajib diperangi karena hidup dalam negara Islam.
7) Seseorang muslim harus menghindar dari pimpinan yang menyeleweng.
8) Manusia bebas memutuskan perbuatannya bukan dari Tuhan.
c. Aliran Mu’tazilah,
Yaitu kaum yang berfaham bahwa Tuhan tidak mempunyai sifat, bahwa
manusia membuat pekerjaannya sendiri, Tuhan tidak bisa dilihat dengan mata dalam
surga, orang yang mengerjakan dosa besar diletakkan di antara dua tempat, dan
mi’raj Nabi Muhammad SAW hanya dengan ruh saja, dan lain sebagainya.
Pada dasarnya, aliran Mu’tazilah ini hanya terpecah dua golongan, mereka
menamakan diri dengan: 1) Ahlul ‘Adil dan; dan 2) Ahlut Tauhid wal ‘Adil.
Kemudian, kedua golongan tersebut terpecah menjadi 20 aliran.
Adapun doktrin aliran ini sebagai berikut:
1) Menolak semua sifat Allah.
2) Dalam masalah takdir, Mu’tazilah adalah Qadariyyah yaitu menolak takdir.
3) Punya pendapat yang hampir sama dengan Jahmiyyah yaitu meniadakan
kalau Allah dapat dilihat pada hari kiamat, menyatakan Al-Qur’an itu
makhluk (bukan kalamullah).
4) Menganggap bahwa semua ilmu itu kembali pada akal untuk bisa
menerimanya.
5) Mirip dengan Khawarij yaitu menganggap pelaku dosa besar kekal dalam
neraka, namun mereka tidak berani mencap kafir.
6) Menganggap bahwa surga dan neraka tidak kekal (akan fana).
7) Menyatakan Allah di mana-mana, di setiap tempat (Allah bi kulli makaninn).
8) Mengingkari adanya siksa kubur. (Pengantar Kitab Kibar Al-Mu’tazilah wa
Dhalaluhum, halaman 30-31)
d. Aliran Murjiah
Yaitu kaum yang menfatwakan bahwa membuat maksiat (kedurhakaan)
tidak memberi mudharat jika sudah beriman, sebaliknya membuat kebaikan dan
kebajikan tidak bermanfaat jika kafir. Kaum ini terpecah menjadi 5 aliran, yaitu: 1)
Jahmiyah; 2) Shalihiyah; 3) Yunusiah; 4) Ubaidiyah; dan 5) Hasaniyah.
Adapun ciri-ciri atau doktrin aliran Murji’ah ini sebagai berikut:
1) Suatu perbuatan (amal) tidak mempengaruhi keimanan seseorang, sehingga
banyak orang menyatakan yang penting “hatinya”, dan perbuatan maksiat
yang dilakukannya tersebut seakan-akan tidak mempengaruhi keimanan di
hatinya.
2) Menyamakan antara orang yang shalih dengan yang tidak, dan orang yang
istiqamah di atas agama Allah dengan orang yang fasik. Sebab menurut
mereka, amal shalih tidak mempengaruhi keimanan seseorang, sebagaimana
juga perbuatan maksiat tidak mempengaruhi keimanan.
3) Menghilangkan unsur jihad fi sabilillâh dan amar ma`ruf nahi mungkar.
4) Membuka pintu bagi orang-orang yang rusak membuat kerusakan dalam
agama, dan merasa tidak terikat dengan perintah dan larangan syari’at.
Sehingga akan memperbesar kerusakan dan kemaksiatan di tengah kaum
Muslimin. Bahkan akhirnya sangat mungkin mereka membuat melakukan
perbuatan kekufuran dan kesyirikan, dengan alasan bahwa hal itu merupakan
amalan, dan tidak merasa bisa menyebabkan imannya menjadi berkurang atau
hilang.
e. Aliran Najariyah
Yaitu kaum yang memfatwakan bahwa perbuatan manusia adalah makhluk,
yaitu dijadikan Tuhan, tetapi mereka berpendapat bahwa sifat Tuhan tidak ada.
Kaum Najariyah terpecah menjadi 3 aliran, yaitu: 1) Aliran Margatsiyah; 2) Aliran
Za’faraniyah; dan 3) Aliran Mustadrikah.
Adapun doktrin aliran Najariyah sebagai berikut:
1) Perbuatan manusia adalah makhluk, yang dijadikan Allah SWT. Oleh karena
itu, manusia tidak berhak berusaha untuk perbuatannya sendiri.
2) Allah SWT tidak bersifat, sebagaimana sifat-sifat Allah SWT yang terdapat
dalam Al-Quran, yang dijabarkan oleh para ulama.
3) Mukmin yang membuat dosa pasti masuk neraka, dan tidak akan kekal
selamanya di dalamnya. Fatwa ini bertentangan dengan I’tiqad Ahlussunnah
wal Jamaah yang mengatakan bahwa orang mu’min yang melakukan dosa
besar dan mati sebelum taubat maka ia belum pasti masuk neraka, karena
mungkin saja diampuni dosanya oleh Allah SWT.
f. Aliran Jabariyah
Yaitu kaum yang memfatwakan bahwa manusia “majbur”, artinya tidak
berdaya apa-apa. Kasab atau usaha tidak ada sama sekali. Kaum ini hanya 1 aliran,
yakni Jabariyah itu sendiri.
Adapun doktrin aliran Jabariyah ini sebagai berikut:
1) Perbuatan manusia bukan merupakan perbuatan yang timbul dari
kemauannya sendiri, tetapi perbuatan yang dipaksakan atas dirinya.
2) Surga dan neraka akan fana, tidak ada sesuatupun yang kekal selamanya.
3) Iman adalah pengenalan (ma’rifat) dan kekufuran adalah ketidaktahuan (al-
jahl).
4) Kalam Allah adalah baru dan bukan qadim. Dari pendapat ini timbul pendapat
di kalangan sebagian ulama yang mengatakan bahwa al-Quran makhluq.
5) Allah bukan sesuatu, tidak pula bersifat mengetahui dan hidup. Menafikan
bahwa Allah dapat dilihat pada hari kiamat.
g. Aliran Musyabbihah
Yaitu kaum yang memfatwakan bahwa ada keserupaan Tuhan dengan
manusia, misal bertangan, berkaki, duduk di kursi, naik dan turun tangga dan lain
sebagainua. Kaum ini hanya 1 aliran saja. Berdasarkan telaah para ulama,
pemahaman ini dianut oleh kelompok Wahabiyah. Karena Wahabiyah adalah aliran
yang muncul kemudian, namun sangat kuat, yang didorong oleh berbagai pihak
dalam pengembangannya pada masa-masa berikutnya.
Ada beberapa doktrin yang diajarkan dalam aliran ini, sebagai berikut:
1) Semua bentuk peribadatan selain Allah adalah palsu dan siapa saja yang
melakukannya harus menerima hukuman mati atau dibunuh.
2) Orang yang berusaha memperoleh keberkatan dari Allah SWT dengan cara
mengunjungi makam Rasulullah SAW, para sahabat, dan orang-orang saleh
bukanlah orang yang bertauhid, tetapi termasuk orang musyrik.
3) Bertawassul kepada Rasulullah SAW dan orang saleh dalam berdoa kepada
Allah SWT termasuk perbuatan syirik.