Anda di halaman 1dari 8

2

“Catatan Dars”

Dars Manhaj

“Manhaj Salaf”
-Ustadz Abu Abdillah Amir Hafizhahullah-

Rabu, 17 Juli 2019/ 14 Dzulqa’dah 1440 H

Mushola Ibnul Qayim-Ma’had Al Ayman Pontianak

Manhaj adalah metode atau cara beragama. Manhaj ini pula yang membentuk
seseorang diatas aqidahnya. Manhaj inilah yang menentukan seseorang, apakah berada di atas al-
haq atau tidak. Dan manhaj yang haq yaitu manhaj salaf, yaitu cara beragama, beribadah
mengikuti salaf. Maka tidak ada pemahaman yang benar di dunia ini melainakan beragama
mengikuti manhaj salaf.
Salaf atau Salafiyah atau Salafiyun itu penisbatan kepada salafus sholeh. Salaf secara
bahasa yaitu ‫ المثقدم‬artinya pendahulu. Pendahulu dalam beragama yaitu Rasulullah
Shallallahu ‘alaihi wasallam, para sahabat, tabi’in. Oleh karena itu para ulama mengatakan
salaf secara istilah syar’i adalah :
1. Para sahabat
2. Sahabat dan Tabi’in
3. Sahabat dan Tab’in dan Ta’baut Tabi’in

Dan itulah yang disebut salafus sholeh. Jadi, ulama mengambil dari hadits ‫اس قَ ْرنِي‬
ِ َّ‫ َخي ُْر الن‬yaitu
sebaik-baik manusia yaitu pada zamanku, yaitu sahabat, kemudian tabi’in, kemudian atba’
tabi’in.

Nama-nama lain dari Ahlussunnah wal Jama’ah

1. Ahlussunnah wal Jama’ah


Assunnah secara bahasa artinya jalan yang baik atau buruk, jadi assunnah artinya
jalan, dan ini pun diambil dari hadits riwayat Muslim :

3
‫من سن في اإلسالم سنة حسنة فله أجرها وأجر من عمل بها‬
“Barangsiapa yang mensunnahkan dalam islam, sunnah yang baik, maka dia akan
mendapatkan pahala dan pahala orang yang mengikutinya. Dan barangsiapa
mensunnahkan dalam islam sunnah yang jelek maka dia akan mendapatkan dosa, dan
dosa orang yang mengikutinya”.

Secara istilah syar’i itu para ulama berbeda-beda dalam istilah ini.
a. Sunnah menurut ulama Ahli Hadits, apa-apa yang datang dari Nabi
shallallahu ‘alaihi wa sallam dari perkataan, perbuatan, ketetapan, sifat-sifat,
perilaku atau kebiasaan Nabi, sebelum diutus atau setelahnya. Maka ketetapan
Nabi itu adalah sunnah.
b. Sunnah menurut ulama ahli fiqih, adalah jalan yang ditempuh dalam beragama
tanpa adanya kewajiban. Dengan kata lain, sunnah yaitu dilakukan mendapat pahala
ditinggalkan tidak berdosa (mustahab).
c. Sunnah menurut ulama ahli ushul, yaitu apa-apa yang diambil dari Nabi
shallallahu ‘alaihi wa sallam dari perkataan atau perbuatan atau ketetapan. Adapun
ulama ushul mempermaksudkan arti sunnah, yaitu dengan penelitian dalil syar’i.
d. Sunnah menurut ulama ahli aqidah, yaitu lawan daripada bid’ah.

1.1. Siapakah Ahlussunnah wal Jama’ah?


Yang dinamakan ahlussunnah, adalah mereka yang berjalan diatas sunnah
Rasul dan berjama’ah diatas al-haq (kebenaran) dan tidak bercerai-berai.
Maksudnya, beragamanya, berqidahnya diatas sunnah, berjama’ah, berkumpul
diatas kebenaran dan tidak bercerai-berai.
َ ‫سبُ َل فَتَفَ َّرقَ بِ ُك ْم َع ْن‬
‫سبِي ِل ِه‬ ِ ‫َوأ َ َّن َهذَا‬
ُّ ‫ص َرا ِطي ُم ْست َ ِقي ًما فَاتَّبِعُوه ُ َوالَتَتَّبِعُوا ال‬
“Dan bahwa (yang Kami perintahkan) ini adalah jalan-Ku yang lurus, maka
ikutilah dia dan janganlah kamu mengikuti jalan-jalan (yang lain), karena jalan-
jalan itu mencerai-beraikan kalian dari jalan-Nya” (Al An’am: 153).
1.2. Kenapa dinamakan Al-Jama’ah?
Dinamakan Al-Jama’ah karena bersatu diatas kebenaran. Dikarenakan dari
sifat mereka (Ahlussunnah wal Jama’ah) yaitu bersatu diatas kebenaran, dan tidak
4
menginginkan al-haq itu ditukar. Mereka itu akan merujuk kepada al-haq
(kebenaran) jika berselisih, inilah sifat al-jama’ah.
Allah Ta’ala berfirman:

‫يءٍ فَ ُرد ُّوهُ إِلَى‬ َ ‫سو َل َوأ ُ ْو ِلي األ َ ْم ِر ِمن ُك ْم فَإِن تَنَازَ ْعت ُ ْم فِي‬
ْ ‫ش‬ َّ ْ‫ّللا َ َوأ َ ِطيعُوا‬
ُ ‫الر‬ ‫يَا أَيُّ َها الَّذِينَ آ َمنُواْ أ َ ِطيعُواْ ه‬
ً‫س ُن ت َأ ْ ِويال‬ ِ ‫اّلل ِ َو ْاليَ ْو ِم‬
َ ْ‫اآلخ ِر ذَلِكَ َخي ٌْر َوأَح‬ ‫سو ِل إِن ُكنت ُ ْم تُؤْ ِمنُونَ بِ ه‬ ُ ‫الر‬
َّ ‫ّللا ِ َو‬
‫ه‬

“Wahai orang-orang yang beriman! Taatlah kepada Allah dan taatlah


kepada Rasul, serta ulil amri diantara kalian. Jika kalian berselisih dalam suatu
hal, maka kembalikanlah kepada Allah dan Rasul-Nya. Jika kalian benar-benar
beriman kepada Allah dan hari akhir.Yang demikian itu lebih utama (bagimu) dan
lebih baik akibatnya” (QS. An Nisa: 59).

Perbedaan apa saja, maka kembalikanlah kepada Allah dan Rasul-Nya, baik
masalah aqidah, fiqih, muamalah, apapun.

Lafadz Ahlussunnah itu dimutlakkan ada 2 makna.

a. Umum, yaitu termasuk semua kelompok yang menisbatkan kepada islam,


kecuali Rafidhah/Syiah.
ِ َّ‫ي الن‬
‫ار قِ ْي َل‬ ْ ِ‫س ْبعُ ْونَ ف‬ ِ ‫احدَة ٌ فِي ْال َجنَّ ِة َوثِ ْنت‬
َ ‫َان َو‬ ِ ‫ َو‬،ً‫س ْب ِعيْنَ فِ ْرقَة‬
َ ‫ث َو‬ ْ ِ‫س ُم َح َّم ٍد بِيَ ِد ِه لَت َ ْفت َِرقَ َّن أ ُ َّمت‬
ٍ َ‫ي َعلَى ثَال‬ ْ ‫َوالَّذ‬
ُ ‫ِي نَ ْف‬
ُ‫ ا َ ْل َج َما َعة‬:‫ َم ْن هُ ْم ؟ قَا َل‬،ِ‫س ْو َل هللا‬ ُ ‫يَا َر‬
“ sungguh akan berpecah-belah ummatku menjadi 73 (tujuh puluh tiga) golongan,
hanya satu (golongan) masuk surga dan 72 (tujuh puluh dua) golongan masuk
neraka.’ Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam ditanya, ‘Wahai Rasulullah,
‘Siapakah mereka (satu golongan yang selamat) itu ?’ Rasulullah Shallallahu
‘alaihi wa sallam menjawab, ‘al-Jama’ah.’”
b. Lebih khusus, terbatas dari makna umum, yaitu ahlussunnah yang murni dari
kebid’ahan, maka dikeluarkanlah dari makna yang khusus ini semua kelompok
pengikut hawa nafsu, dan pelaku kebid’ahan, seperti pemahaman khawarij.
Pemahaman khawarij diantaranya yaitu, mengkafirkan pelaku dosa besar, mereka
mengatakan pelaku dosa besar itu kekal di neraka (yang benar yaitu, pelaku dosa

5
besar itu tidak dikafirkan, kecuali syirik akbar); bolehnya memberontak kepada
pemimpin, seperti demo untuk menjatuhkan pemerintah yang sah (kaidah:
ahlussunnah itu mentaati pemimpin siapapun, meskipun caranya mendapatkan
kepemimpinan itu salah, dalilnya hadits Abu Daud, Tirmidzi. Seperti terbunuhnya
Ustman bin Affan, dikarenakan demonya orang khawarij); menghalalkan darah
kaum muslimin; mereka mengatakan bahwa Al-Qur’an itu makhluk, dan ini adalah
pemahaman yang menyimpang.

2. Ahlul atsar
3. Firqatun Najiyah
4. Ahlul Hadits
5. Salaf
6. Aththaifatu Almansuroh

Sebab-sebab penyimpangan/terjatuh kepada kebid’ahan, yaitu ada 2 sebab internal dan


ekternal.

1. Internal
a. Mengikuti hawa nafsu, ini merupakan sebab yang besar perkembangan yang banyak
dari kelompok yang sesat dan menyimpang. Dikarenakan mereka pengikut hawa nafsu
lebih mengedepankan hawa nafsunya daripada syari’at, bukan dalil yang
diutamakan. Contohnya, orang yang suka main musik. Bahkan pengikut hawa nafsu ini,
merupakan sebab kebanyakan umat menyelisihi Nabi mereka.

ُ ُ‫سو ٌل بِ َما َال تَ ْه َو ٰى أَنف‬


‫س ُك ُم ا ْستَ ْكبَ ْرت ُ ْم ف‬ ُ ‫فَ ُكلَّ َما َجا َء ُك ْم َر‬...
“....Apakah setiap datang kepadamu seorang rasul membawa sesuatu (pelajaran) yang
tidak sesuai dengan keinginanmu lalu kamu menyombong...” (Al-Baqarah: 87)

6
ُ ُ‫ظ َّن َو َما تَ ْه َوى ْاأل َ ْنف‬
ۖ‫س‬ َّ ‫إِ ْن يَتَّبِعُونَ إِ َّال ال‬....
“...Mereka tidak lain hanyalah mengikuti sangkaan-sangkaan, dan apa yang diingini
oleh hawa nafsu mereka...” (An-Najm: 23).

Mereka ahlul bid’ah itu selalu mengikuti hawa nafsu mereka. Dan Nabi
shallallahu ‘alaihi wa sallam telah meminta perlindungan kepada Allah dari keburukan
akhlak dan amal yang sesat dan hawa nafsu yang diikuti. Sebagaimana hadits,

ِ ‫َواأل َ ْه َو‬
‫اء‬ ‫َواأل َ ْع َما ِل‬ ِ َ‫األ َ ْخال‬
‫ق‬ ِ ‫ُم ْنك ََرا‬
‫ت‬ ‫ِم ْن‬ َ‫ِبك‬ ُ ‫أَعُوذ‬ ‫إِنهِى‬ ‫اللَّ ُه َّم‬
“Ya Allah, aku berlindung kepadamu dari akhlaq, amal dan hawa nafsu yang mungkar.”
(HR. Tirmidzi no. 3591, shahih)

Karena akhlak ini akan berdampak pada kita dan kepada masyarakat. Maka
berdo’a kepada Allah akan diberikan akhlak yang baik, dan agar dijauhkan dari akhlak
yang buruk, dan amal yang buruk, dan hawa nafsu yang diikuti (yang menyimpang).
Ada 3 perkara yang membinasakan
1. Bakhil (pelit) yang diikuti
2. Hawa nafsu yang diikuti
3. Bangga terhadap diri sendiri

Dari Mu’awiyah radhiyallahu’anhu, dia berkata, Rasulullah Shallallahu’alaihi


Wasallam bersabda,

َ‫اح ِب ِه ال‬
ِ ‫ص‬ َ ‫اح ِب ِه َوقَا َل َع ْم ٌرو ْالك َْلبُ ِب‬
ِ ‫ص‬ َ ‫ارى ْالك َْلبُ ِل‬ َ ‫سيَ ْخ ُر ُج ِم ْن أ ُ َّمتِي أ َ ْق َوا ٌم ت َ َج‬
َ ‫ارى ِب ِه ْم تِ ْلكَ ْاأل َ ْه َوا ُء َك َما يَت َ َج‬ َ ُ‫َو ِإنَّه‬
ُ ‫ص ٌل ِإالَّ دَ َخ َله‬ِ ‫َي ْبقَى ِم ْنهُ ِع ْر ٌق َوالَ َم ْف‬

“Dan sesungguhnya akan muncul kaum-kaum dari umatku yang hawa nafsu
mengalir pada mereka sebagaimana penyakit anjing gila mengalir pada
penderitanya. Tidak ada satu urat dan persendianpun melainkan dimasukinya”. (Abu
Daud (5/5-6) no. 4597, dihasankan Al-Albani di dalam Shahih Abi Daud (3/869) no.
383.)

7
Oleh karena itu, para ulama salaf terdahulu menamai ahli bid’ah dengan ahlul
ahwa, karena melakukan kebid’ahan karena mengikuti hawa nafsu. Sesungguhnya
mereka itu berada diatas kesesatan, yang dinamakan kesesatan melazimkan mengikuti
hawa nafsu.

Berkata Syaikhul Islam, pengikut hawa nafsu dalam beragama (beramal,


beraqidah, yang jadi dalilnya adalah hawa nafsu) itu lebih parah kerusakannya
dibandingkan orang yang mengikuti syahwatnya, dikarenakan jika seseorang
mengikuti hawa nafsu dalam beragama maka kerusakannya untuk dirinya dan juga orang
lain, sedangkan jika nafsu dalam perkara syahwat, hanya merusak dirinya sendiri.

b. Disebabkan karena jahil (bodoh) terhadap pemahaman salafus sholeh. Berkata


Imam Syatibi, dan diantara keluarnya khawarij dan menyimpangnya mereka, dikarenakan
mereka jahil terhadap tujuan syari’at. Sebagaimana yang Nabi sifati mereka,

ِ ‫ص َحابَهُ يَ ْق َر ُءونَ ْالقُ ْرآنَ الَ يُ َجا ِو ُز َحن‬


ُ‫َاج َر ُه ْم َي ْم ُرقُونَ ِم ْنه‬ ْ َ ‫إِ َّن َهذَا َوأ‬
“Sesungguhnya orang ini dan para pengikutnya adalah suka membaca al-Qur’an akan
tetapi bacaan mereka tidak melampaui pangkal tenggorokan mereka.”

Berkata pensyarah Thahawiyah, bahkan sejelek-jeleknya pemahaman terhadap


Allah dan Rasul-Nya itu merupakan pokok setiap kebid’ahan. Dan kelompok yang telah
menyebar dalam islam (menyimpang) dikarenakan kejahilan. Dan kejahilan/kebodohan
merupakan asal setiap kesalahan dan penyimpangan baik perkara (cabang)
maupun ushul (pokok). Perkara ushul tidak boleh ada khilaf. Dan jahil/bodoh terkadang
karena kurangnya ilmu, terkadang juga terjadi karena ketidakadanya ilmu yang
bermanfaat. Dan tidak boleh bodoh dalam agama, kita wajib belajar, tidak boleh tidak.
Berkata Imam Ahmad, sesungguhnya datang perselisihan bagi orang yang
menyelisihi, dikarenakan sedikitnya pengetahuan terhadap Nabi shallallahu ‘alaihi wa
sallam.
Maka belajar itu merupakan kebutuhan kita, belajar itu sungguh-sungguh. Yang
penting serius, semangat. Karena kita sangat butuh ilmu. Dakwah itu merupakan buah
daripada ilmu, sebagiaman amal buah daripada ilmu. Dakwah juga merupakan amal.

8
9

Anda mungkin juga menyukai