QIYAS
3. Apakah dasar dan alasan ulama yang mengakui dan mempraktekkan qiyas?
a. Alquran
ُۡول َوأُوْ لِي ٱأۡل َمۡ ِر ِمن ُكمۡۖ فَإِن تَ ٰنَزَ ۡعتُمۡ فِي ش َۡي ٖء فَ ُر ُّدوهُ إِلَى ٱهَّلل ِ َوٱل َّرسُو ِل إِن ُكنتُم ْ ٰيَٓأَيُّهَا ٱلَّ ِذينَ َءا َمنُ ٓو ْا أَ ِطيع
ْ ُوا ٱهَّلل َ َوأَ ِطيع
َ ُوا ٱل َّرس
ۡ ٰ
٥٩ ر َوأ ۡح َسنُ تَأ ِوياًلٞ تُ ۡؤ ِمنُونَ بِٱهَّلل ِ َو ۡٱليَ ۡو ِم ٱأۡل ٓ ِخ ۚ ِر َذلِكَ َخ ۡي
َ
Hai orang-orang yang beriman, taatilah Allah dan taatilah Rasul (Nya), dan ulil amri di antara
kamu. Kemudian jika kamu berlainan pendapat tentang sesuatu, maka kembalikanlah ia
kepada Allah (Al Quran) dan Rasul (sunnahnya), jika kamu benar-benar beriman kepada
Allah dan hari kemudian. Yang demikian itu lebih utama (bagimu) dan lebih baik akibatnya
(al-Nisa 59)
Hadis:
Hadis Mu’adh bin Jabal sat diutus menjadi Ulama ke Yaman. Dan beberapa peristiwa dimana
Rasulullah SAW menerapkan qiyas, seperti: Rasulullah menetapkan kewajiban qadha ibadah
haji sebagaimana kewajiban membayar hutang. Rasulullah SAW menetapkan berciuman
saat puasa (tidak sampai inzal) tidak membatalkan puasa sebagaimana berkumur tidak
membatalkan puasa.
Rasional
Seringkali hukum Islam berdasarkan adanya maslahah, sehingga menyamakan peristiwa
hukum baru dengan yang sudah di nash pasti juga mendatangkan maslahah. Nash Alquran
dan Hadis terbatas dan tidak bisa ditambah lagi, padahal peristiwa hukum terus
bermunculan. Penggunaan qiyas sejalan dengan akal sehat manusia
11. Sebutkan contoh mengetahui illat melalui analisa dan identifikasi (al-sabr wa al-taqsim)
Proses ini dilakukan bila nash tidak menyebutkan illat dan para ulama juga tidak
menyepakati adanya ijma’ mengenai illat hal tersebut. Misalnya terkait illat keharaman riba
fadhl sebagaimana dalam hadis:
“Emas ditukar dengan emas, perak ditukar dengan perak, gandum merah dengan gandum
merah, gandum dengan gandum, kurma dengan kurma dan garam dengan garam harus
sama beratnya dan harus diserahterimakan secara langsung. Kalau berlainan jenis, silakan
kalian jual sesuka kalian, namun harus secara kontan juga.”.[1]“.
Illat keharaman riba gandum merah tidak ada dalam nash ataupun ijma’. Jadi, ulama
berpendapat bahwa illatnya adalah satu di antara beberapa hal di bawah ini:
a. Karena gandum bisa ditakar atau ditimbang
b. Karena gandum merupakan makanan
c. Karena gandum adalah makanan pokok
d. Karena gandum bisa disimpan untuk waktu relatif lama
Ulama harus meneliti mana illat yang paling benar di antara kemungkinan di atas.
Nas menyebut tentang pengharaman arak. Akan tetapi, illat pengharaman tidak dinyatakan
di dalam nas tersebut. Menjadi peranan bagi seorang faqih untuk mencari ‘illat
pengharaman tersebut. Maka proses mengeluarkan illah hukum ini yang kita namakan
sebagai takhrij al-manath. Dalam prosesnya ditemukan bahwa illat keharaman khamr adalah
sifat iskar (memabukkan) yang ada di dalam khamr.
IJTIHAD ISTISLAHI
Pada awalnya, ijtihad istislahi ditujukan untuk menentukan hukum yang belum ditetapkan
melalui nash, akan tetapi dalam perkembangannya sebagian ulama juga digunakan merevisi
ketentuan hukum yang sudah ada nashnya. Alasan yang digunakan adalah bahwa hukum
yang berdasarkan nash tersebut tidak lagi mendatangkan maslahah, dan bahwa hukum
hukum yang berdasarkan nash tersebut adalah hasil ijtihad ulama yang mungkin terjadi
kesalahan.
Para ulama setuju menggunakan ijtihad istislahi menggunakannya dalam aspek-aspek hukum
dalam permaslahan-permasalahan mu’amalat saja, yaitu mencakup permasalahan, muamalat
harta benda, perkawinan, beberapa aspek pidana, politik dan lain-lain. Sedangkan dalam
permasalahan ibadah, pada umumnya para ulama tidak memperkenankan penggunaan metode
istislah dalam penentuan hukum.
NASAKH