Anda di halaman 1dari 8

Kisi-kisi Soal UAS Lisan metode istinbat

QIYAS

1. Apakah definisi qiyas dan berikan contohnya?


a. Menyamakan sesuatu yang tidak ada nash hukumnya dengan sesuatu yang ada nash
hukumnya karena adanya persamaan illat hukum
b. Seperti keputusan para shahabat untuk menjadikan Abu Bakr sebagai khalifah
karena dia pengganti Rasulullah sebagai imam sholat jika beliau berhalangan. Illat
hukumnya adalah baik menjadi imam sholat maupun menjadi khalifah adalah
sebuah bentuk kepemimpinan

2. Bagaimana kehujjahan qiyas menurut para ulama?


Jumhur ulama mengakui dan mempraktekkan qiyas (Hanafi, Syafii, Maliki dan Hanbali)
meskipun dengan ada perbedaan terkait intensitas dan beberapa aspek metodologis.
Beberapa kelompok kecil menolak penggunaan qiyas, seperti ulama Ibrahim al-
Nizham,mazhab Dahiriyyah dan Madhhab Shi’ah Imamiyah (Ja’fariyah)

3. Apakah dasar dan alasan ulama yang mengakui dan mempraktekkan qiyas?
a. Alquran
ۡ‫ُول َوأُوْ لِي ٱأۡل َمۡ ِر ِمن ُكمۡۖ فَإِن تَ ٰنَزَ ۡعتُمۡ فِي ش َۡي ٖء فَ ُر ُّدوهُ إِلَى ٱهَّلل ِ َوٱل َّرسُو ِل إِن ُكنتُم‬ ْ ‫ٰيَٓأَيُّهَا ٱلَّ ِذينَ َءا َمنُ ٓو ْا أَ ِطيع‬
ْ ‫ُوا ٱهَّلل َ َوأَ ِطيع‬
َ ‫ُوا ٱل َّرس‬
ۡ ٰ
٥٩ ‫ر َوأ ۡح َسنُ تَأ ِوياًل‬ٞ ‫تُ ۡؤ ِمنُونَ بِٱهَّلل ِ َو ۡٱليَ ۡو ِم ٱأۡل ٓ ِخ ۚ ِر َذلِكَ َخ ۡي‬
َ
Hai orang-orang yang beriman, taatilah Allah dan taatilah Rasul (Nya), dan ulil amri di antara
kamu. Kemudian jika kamu berlainan pendapat tentang sesuatu, maka kembalikanlah ia
kepada Allah (Al Quran) dan Rasul (sunnahnya), jika kamu benar-benar beriman kepada
Allah dan hari kemudian. Yang demikian itu lebih utama (bagimu) dan lebih baik akibatnya
(al-Nisa 59)
Hadis:
Hadis Mu’adh bin Jabal sat diutus menjadi Ulama ke Yaman. Dan beberapa peristiwa dimana
Rasulullah SAW menerapkan qiyas, seperti: Rasulullah menetapkan kewajiban qadha ibadah
haji sebagaimana kewajiban membayar hutang. Rasulullah SAW menetapkan berciuman
saat puasa (tidak sampai inzal) tidak membatalkan puasa sebagaimana berkumur tidak
membatalkan puasa.
Rasional
Seringkali hukum Islam berdasarkan adanya maslahah, sehingga menyamakan peristiwa
hukum baru dengan yang sudah di nash pasti juga mendatangkan maslahah. Nash Alquran
dan Hadis terbatas dan tidak bisa ditambah lagi, padahal peristiwa hukum terus
bermunculan. Penggunaan qiyas sejalan dengan akal sehat manusia

4. Apakah dasar dan alasan ulama yang menolak qiyas?


a. Bahwa qiyas semata-mata dugaan (zhann) dan tidak ada kepastian. Padahal Allah
SWT melarang mengikuti dugaan-dugaan, sebagaimana dalam ayat:
b. Penggunaan qiyas menyebabkan perpecahan umat Islam karena qiyas memiliki
unsur subyektifitas sehingga satu faqih berbeda dengan faqih yang lain;
c. penggunaan qiyas berarti memperturutkan rasio manusia yang dapat menyesatkan
5. kelompok penolak qiyas teryata menggunakan metode yang mirip dengan qiyas, jelaskan!
a. Ulama Shi’ah Imamiyah (madhhab Ja’fari) menggunakan istilah al-aqlu
(rasio/penalaran) dan mereka tetap melakukan ijtihad
b. Ulama golongan Zhahiriyah, khususnya Ibnu Hazm, menggunakan istilah dalil
(petunjuk) yang hasilnya juga sering kali sama dengan hasil qiyas, seperti
mengharamkan segala jenis minuman yang memabukkan berdasarkan ayat
keharaman khamr.

6. Apa sajakah rukun qiyas?


a. Al-asl: dasar, yaitu permasalahan hukum yang sudah ditetapkan dalam nash
(alquran dan hadis)
b. Al-far’: cabang, yaitu permasalahan hukum yang belum ditetapkan dalam nash
(alquran dan hadis)
c. Hukm al-asl: hukum yang sudah ditetapkan berdasarkan nash (alquran dan hadis),
yang dapat diketahui illat hukumnya, dan tidak termasuk khususiyah Nabi
Muhammad SAW
d. Al-‘illah: yaitu sifat yang ditemukan dalam asl sebagai dasar penetapan hukum yang
menentukan hukum tersebut berlaku pula pada far’

7. Apa saja jenis-jenis illat?


Pembagian illat bisa ditinjau dari berbagai aspek:
a. Ditinjau dari asal-usul diperolehnya, illat dibagi menjadi dua; manshushah
(ditetapkan oleh nash) dan mustanbathah (digali melalui pemikiran ulama)
b. Ditinjau dari jangkauannya, illat dibagi menjadi dua; muta’adiyah (luas cakupannya)
dan qasirah (terbatas cakupannya)
c. Ditinjau dari kesesuaian antara hukum dan illatnya, maka illat dibagi menjadi 4; Al-
munasib al-mu’thir, Al-Munasib al-mula’im, Al-Munasib al-mursal dan Al-Munasib
al-mulgha

8. Bagaimanakah illat dapat diketahui (maslak al-qiyas)?


Melalui nash, Melalui ijma’ ulama, Melalui proses analisa dan identifikasi

9. Sebutkan contoh mengetahui illat melalui nash!


Misalnya: َ‫يض َواَل ت َۡق َربُوه َُّن َحتَّ ٰى يَ ۡطه ُۡر ۖن‬ ۡ ۡ َ‫يض قُ ۡل هُ َو أَ ٗذى ف‬
ْ ُ‫ٱعت َِزل‬
ِ ‫وا ٱلنِّ َسٓا َء فِي ٱل َم ِح‬
ۡ ‍ٔSََٔۡ َ‫َوي‬
َ َ‫سلُون‬
ِ ۖ ‫ك ع َِن ٱل َم ِح‬
"Dan mereka bertanyakan kepadamu (Muhammad) berkenaan haid. Katakanlah bahawa ia
merupakan satu kotoran maka asingkanlah diri dengan para isteri ketika mereka dalam haid
dan janganlah kalian mendekati (untuk bersetubuh) mereka sehinggalah mereka suci."
Ayat tersebut sudah menyebutkan alasan/illat perintah menjauhi istri yang sedang haid
adalah karena haid adalah kotoran.

10. Sebutkan contoh mengetahui illat melalui ijma!


yaitu bila dalam nash tidak disebutkan illat hukumnya,tetapi para ulama sudah menyepakati
illat permasalahan tersebut. Misalnya adalah tentang illat penguasaan (perwalian) harta
anak oleh orang tua atau walinya adalah karena anak tersebut masih belum baligh. Dengan
demikian, jika anak tersebut sudah dewasa, maka perwalian terhadap harta oleh orang tua
atau walinya akan berakhir.

11. Sebutkan contoh mengetahui illat melalui analisa dan identifikasi (al-sabr wa al-taqsim)
Proses ini dilakukan bila nash tidak menyebutkan illat dan para ulama juga tidak
menyepakati adanya ijma’ mengenai illat hal tersebut. Misalnya terkait illat keharaman riba
fadhl sebagaimana dalam hadis:
“Emas ditukar dengan emas, perak ditukar dengan perak, gandum merah dengan gandum
merah, gandum dengan gandum, kurma dengan kurma dan garam dengan garam harus
sama beratnya dan harus diserahterimakan secara langsung. Kalau berlainan jenis, silakan
kalian jual sesuka kalian, namun harus secara kontan juga.”.[1]“.
Illat keharaman riba gandum merah tidak ada dalam nash ataupun ijma’. Jadi, ulama
berpendapat bahwa illatnya adalah satu di antara beberapa hal di bawah ini:
a. Karena gandum bisa ditakar atau ditimbang
b. Karena gandum merupakan makanan
c. Karena gandum adalah makanan pokok
d. Karena gandum bisa disimpan untuk waktu relatif lama
Ulama harus meneliti mana illat yang paling benar di antara kemungkinan di atas.

12. Apa saja proses -proses analisa illat?


a. Takhrij al-manath: proses ijtihad dalam rangka menentukan illat hukum yang tidak
disebutkan di dalam nas ataupun ijma’
b. Tanqih al-manath: Membersihkan illah dari ciri-ciri atau sifat yang berkaitan
dengannya yang bukan bagian dari illah yang sebenarnya
c. Tahqiq al-manath: proses penelitian dan pengkajian terhadap keberadaan illat al-asl
pada al-far’ (cabang).

13. Bagaimana Takhrij al-manath dan contohnya?


Contoh ayat tentang Khamr:
‫صابُ َواأْل َ ْزاَل ُم ِرجْ سٌ ِّم ْن َع َم ِل ال َّش ْيطَا ِن فَاجْ تَنِبُوهُ لَ َعلَّ ُك ْم تُ ْفلِحُون‬
َ ‫يا أَيُّهَا الَّ ِذينَ آ َمنُوا إِنَّ َما ْال َخ ْم ُر َو ْال َم ْي ِس ُر َواأْل َن‬
"Hai orang-orang yang beriman, sesungguhnya (meminum) khamar, berjudi, (berkorban
untuk) berhala, mengundi nasib dengan panah, adalah termasuk perbuatan syaitan. Maka
jauhilah perbuatan-perbuatan itu agar kamu mendapat keberuntungan."

Nas menyebut tentang pengharaman arak. Akan tetapi, illat pengharaman tidak dinyatakan
di dalam nas tersebut. Menjadi peranan bagi seorang faqih untuk mencari ‘illat
pengharaman tersebut. Maka proses mengeluarkan illah hukum ini yang kita namakan
sebagai takhrij al-manath. Dalam prosesnya ditemukan bahwa illat keharaman khamr adalah
sifat iskar (memabukkan) yang ada di dalam khamr.

14. Bagaimana penjelasan Tanqih al-manath dan contohnya?


Sebuah hadis Nabi S.A.W yang diriwayatkan dari Abu Hurairah RA menceritakan seorang
arab badwi telah bersetubuh dengan isterinya pada siang hari bulan Ramadhan secara
sengaja. Lalu beliau datang dan menceritakan hal tersebut kepada Nabi dan beliau
memerintahkan kepadanya untuk melakukan kaffarah (tebusan/denda).
Hadis tersebut menunjukkan bahawa hukum tersebut (dikenakan kaffarah) mempunyai illah
atau sebabnya yang tertentu. Akan tetapi di dalam hadis ini tidak dinyatakan kepada sifat
tertentu yang menunjukkan apa sebenarnya illah bagi hukum tersebut. Hadis tersebut
menimbulkan pertanyaan apa iIllat sebenarnya bagi kaffarah tersebut;
a. Bersetubuh dengan isterinya. sifat ini tidak sesuai dijadikan sebagai illah. Ini karena
tidak ada perbedaan dari sudut hukuman jika dia bersetubuh dengan hamba
perempuan yang dimilikinya.
b. Dia seorang arab badwi. sifat ini juga tidak sesuai dijadikan illah Kerena hukum
tersebut berlaku bagi siapapun yang melakukan perbuatan ini baik seorang hamba
mahupun yang merdeka.
c. Dia bersetubuh dengan isterinya di dalam bulan Ramadan tahun tersebut dan hari
tersebut. Ini juga tidak sesuai dijadikan sebagai illat kerana hukum tidak berubah
semata-mata disebabkan perubahan hari dan juga tahun.
d. Dia bersetubuh dengan isterinya pada siang hari bulan Ramadan dengan sengaja.
Inilah illat yang tepat

15. Bagaimanakah penjelasan Tahqiq al-manath dan contohnya?


Ayat tentang Khamr. Illat pengharaman arak adalah memabukkan melalui proses takhrij al-
manath di atas. Lalu seorang mujtahid mengkaji dan meneliti untuk tahqiqkan illat ini
kepada setiap nabidh (fermentasi sari buah) yang lain. Sekiranya dia mendapati
bahawa illah itu ditemukan di dalamnya maka dia mengembalikan hukum al-asl
kepada far’ (cabang) yaitu keharaman meminumnya.

IJTIHAD ISTISLAHI

1. Apakah pengertian ijtihad istislahi?


Adalah ijtihad untuk menentukan hukum syar’I bagi peristiwa yang tidak termaktub dalam
Alquran dan Hadis dengan menggunakan kaidah-kaidah istislah (menurut al-Dawalibi yang
dikutip oleh Dr. Wahbah al-Zuhaily)
Sedangkan istislah adalah menetapkan hukum dalam peristiwa yang tidak termaktub dalam
nash (Alquran dan Hadis) ataupun ijma’ dengan menggunakan cara memperhatikan
kemaslahatan yang tidak ditetapkan oleh nash (menurut Abdul Wahab Khalaf)

2. Apakah hubungan antara ijtihad istislahi dengan maqasid al-syari’ah?


Menurut Satria Effendi, metode penentuan hukum Islam di luar Alquran, hadis, ijma, dan
qiyas dapat dimasukkan ke dalam metode penentuan hukum maqashid al-syari’ah. Maka,
yang termasuk metode maqashid al-syari’ah antara lain: istihsan, maslahah mursalah, ‘urf
dan sadd al-dhari’ah. Penggolongan metode istihsan, maslahah mursalah, ‘urf dan sadd al-
dhari’ah ke dalam maqashid al-syari’ah adalah karena metode-metode tersebut tidak secara
langsung menggunakan nash sebagai acuan/dalil, melainkan melalui pertimbangan tujuan-
tujuan syari’at (maqashid al-syari’ah) seperti kemaslahatan, kebaikan, dan kesejahteraan.
3. Sejauh mana ijtihad istislahi diterapkan, Apakah hanya untuk menemukan hukum untuk
permasalahan baru yang belum ditemukan dalam nash, Ataukah juga untuk merubah
hukum-hukum yang sudah ada nash nya tetapi sepintas dianggap bertentangan dengan
maqashid al-syari’ah?

Pada awalnya, ijtihad istislahi ditujukan untuk menentukan hukum yang belum ditetapkan
melalui nash, akan tetapi dalam perkembangannya sebagian ulama juga digunakan merevisi
ketentuan hukum yang sudah ada nashnya. Alasan yang digunakan adalah bahwa hukum
yang berdasarkan nash tersebut tidak lagi mendatangkan maslahah, dan bahwa hukum
hukum yang berdasarkan nash tersebut adalah hasil ijtihad ulama yang mungkin terjadi
kesalahan.

4. Aspek-aspek apa saja yang dapat menjadi obyek ijtihad istislahi?

Para ulama setuju menggunakan ijtihad istislahi menggunakannya dalam aspek-aspek hukum
dalam permaslahan-permasalahan mu’amalat saja, yaitu mencakup permasalahan, muamalat
harta benda, perkawinan, beberapa aspek pidana, politik dan lain-lain. Sedangkan dalam
permasalahan ibadah, pada umumnya para ulama tidak memperkenankan penggunaan metode
istislah dalam penentuan hukum.

NASAKH

1. apakah definisi naskh?


a. Secara bahasa naskh mengangdung dua pengertian. Pertama, Naskh berarti
penghapusan atau peniadaan (izalah). Kedua, naskh berarti pemindaan (naql) dari suatu
keadaan kepada keadaan lain.
b. Secara istilah usul al-fiqh, naskh adalah pembatalan hukum syara’ yang telah ditetapkan
terdahulu dengan dalil syara yang datang kemudian.

2. Sebutkan sebuah ayat yang menunjukkan adanya naskh dalam Alquran!


ِ ‫نسهَا ن َۡأ‬
‫ت بِخ َۡي ٖر ِّم ۡنهَٓا أَ ۡو ِم ۡثلِهَ ۗٓا أَلَمۡ ت َۡعلَمۡ أَ َّن ٱهَّلل َ َعلَ ٰى ُكلِّ َش ۡي ٖء قَ ِدي ٌر‬ ِ ُ‫۞ َما نَن َس ۡخ ِم ۡن َءايَ ٍة أَ ۡو ن‬
Ayat mana saja yang Kami nasakhkan, atau Kami jadikan (manusia) lupa kepadanya, Kami
datangkan yang lebih baik daripadanya atau yang sebanding dengannya. Tidakkah kamu
mengetahui bahwa sesungguhnya Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu? (al-Baqarah 106)

3. Apakah Syarat-syarat naskh?


a. Bahwa yang dibatalkan itu merupakan sesuatu yang dapat menerima pembatalan
b. Bahwa yang dibatalkan tersebut adalah hukum syara’
c. Pembatalan itu datang dari khitab (tuntutan) syara’
d. Bahwa yang membatalkan terpisah dan datang kemudian dari yang dibatalkan
e. Bahwa yang membatalkan sama kuatnya atau lebih kuat dari yang membatalkan
f. Bahwa yang dibatalkan tidak terkait dengan waktu tertentu

4. Bagaimana Cara Untuk Mengetahui Naskh?


a. Adanya nash Al-Quran yang secara lahir menjelaskan bahwa yang satu sebagai nasikh
terhadap nash lain. Misalnya tentang keringanan berjihad melawan musuh yang
jumlahnya banyak dalam surat al-Anfal: 65-66.
b. Perkataan dan perbuatan Nabi Muhammad yang secara jelas menunjukkan terjadinya
naskh. Misalnya tentang ziarah kubur.
c. Ijma’ Sahabat yang menegaskan suatu dalil menjadi nasikh atau membatalkan dan dalil
lain telah dimansukh atau telah dibatalkan, misalnya tentang puasa Asyura.
d. Penjelasan dari sahabat bahwa salah satu dari hukum lebih dahulu turun dan yang lain
datang kemudian.

5. Sebutkan jenis-jenis naskh ditinjau dari unsur yang terkena naskh!


a. Nash Yang Mansukh Hukumnya, Namun Lafazhnya Tetap. Seperti surat al-Anfal ayat 65
yang berisi keharusan berjihad walaupun jumlah musuh 10 kali lipat dari jumlah orang
Islam.
b. Nash Yang Mansukh Lafazhnya, Namun Hukumnya Tetap. Misalnya hukuman zina atas
orang Islam dewasa yang sudah menikah adalah dirajam sampai mati. Hokum ini tetap
berlaku walaupun ayatnya sudah tidak ditemukan dalam Alquran.
c. Nash Yang Mansukh Hukumnya Dan Lafazhnya. Contoh : ayat yang menyatakan 10 kali
penyusuan mengharamkan pernikahan yang sudah di-naskh dengan hadis dari Siti
Aisyah yang menyatakan “Lima kali penyusuan yang diketahui”.

6. Sebutkan jenis-jenis naskh ditinjau dari nash yang terkait di dalamnya!


a. Al-Qur’an dinaskh Dengan Al-Qur’an. Contohnya adalah ayat tentang perbandingan
jumlah musuh dan jumlah umat islam dalam surat al-Anfal 65-66 surat.
b. Al-Qur’an dinaskh dengan As-Sunnah. Misalnya Al-Qur’an dinasakh dengan Sunnah
(hadits) Mutawatir. contohnya: dihapusnya ayat 10 kali penyusuan dengan Sunnah
Mutawatir menjadi 10 penyusuan yang menyebabkan terjadinya hubungan muhrim.
c. As-Sunnah dinasakh dengan Al-Qur’an, Contoh jenis ini adalah: syari’at shalat
menghadap Baitul Maqdis, yang ini berdasarkan Sunnah, dihapuskannya dengan firman
Allah dalam Al Baqarah :144
d. As-Sunnah dinasakh dengan As-Sunnah. Contohnya adalah hadis tentang ziarah kubur.

7. Sebutkan beberapa pendapat seputar adanya naskh beserta alasan masing-masing!


Secara umum, maoritas (jumhur) ulama ushul al-fiqh meyakini adanya nasakh. Akan tetapi
beberapa ahli tafsir seperti al-Asfahani, Muhammad Abduh dan M. Quraish Shihab berpendapat
bahwa tidak mungkin terdapat nasakh karena hal itu berarti ada kebatilan dalam Aquran
sehingga harus dihapuskan dan dibatalkan. Hal ini bertentangan dengan ayat Alquran.

TAARUD AL-ADILLAH DAN TARJIH

1. Apakah definisi taarud al-adillah?


ta’arudh adillah adalah salah satu dari dua dalil yang menunjukkan pada hukum suatu peristiwa
tertentu, sedangkan dalil lain menunjukkan hukum yang berbeda dari dengan itu.
2. Apakah memang benar ada taarud al-adillah padahal Allah SWT telah (secara khusus) menjamin
keutuhan makna Alquran?
Taaryd Alquran harus dimaknai sebagai taarud yang terjadi karena terbatasnya kemampuan
manusia dalam memahami nash Alquran. Umat islam harus tetap meyakini bahwa di dalam
Alquran secara hakiki memiliki makna yang utuh yang tidak bertentangan di antara satu dengan
lainnya.

3. Kapankah terjadi ta’arudh adillah?


a. Adanya dua dalil atau lebih.
b. Dalil-dalil itu sama derajatnya.
c. Mengandung ketentuan hukum yang berbeda.
d. Berkenaan dengan masalah yang sama.
e. Menghendaki hukum yang sama dalam satu waktu.

4. Apa sajakah Macam-Macam Ta’arudh Adillah?


a. Pertentangan Al-Qur’an Dengan Al-Qur’an. Misalnya pertentangan antara ayat
keharusan iddah wafat selama 4 bulan 10 hari (surat al-Baqarah: 234) dengan iddah
perempuan sampai melahirkan (surat at-Thalaq: 4).
b. Pertentangan Antara Sunnah Dengan Sunnah. Misalnya Hadist riwayat Bukhari-Muslim
dari Aisyah dan Ummi Salamah menyatakan bahwa Nabi SAW: masuk waktu subuh
dalam keadaan junub karena jimak sedangkan beliau menjalankan puasa. Kemudian
hadist riwayat Ahmad dan Ibnu Hibban dinyatakan bahwa Nabi SAW. Melarang
berpuasa bagi orang yang junub setelah subuh tiba.
c. Pertentangan antara hadis dengan qiyas
d. Pertentangan antara qiyas dengan qiyas

5. Bagaimanakah cara Penyelesaian Ta’arud al-Adillah?


a. Ada 4 metode, yaitu naskh (mematalkan salah satu, tarjih (mengunggulkan salah satu
dalil), jam’u wa tawfiq (kompromi dan kombinasi), dan Tasaqut al-Dalalain
(mengugurkan kedua dalil yang bertentangan}. Akan tetapi urutannya berbeda antara
ulama Hanafiyyah dan ulama Syafi’iyyah
b. Ulama Hanafiyah: 1. Naskh, 2. Tarjih, 3. Jam’u wa tawfiq, 4. Tasaqut al-dalilayni.
c. Ulama Syafi’iyyah: 1. Jam’u wa tawfiq, 2. Tarjih, 3. Naskh, 4. Tasaqut al-dalilayni.

6. Apakah yang dimaksud dengan tarjih?


a. Secara Bahasa, tarjih berarti membuat suatu cenderung atau mengalahkan.
b. Secara istilah, tarjih adalah menguatkan salah satu dari dua dalil yang zhanni untuk
diamalkan.

7. Apakah semua dalil dapat ditarjih?


Menurut Ulama hanafiyah, semua dalil bisa ditarjih, baik dalil-dalil yang qat’I wurud (pasti
keasliannya atau otentik), yaitu Alquran dan hadis mutawatir dan dalil yang zanni wurud
(keasliannya tidak dapat dipastikan), yaitu hadis ahad. Sedangkan menurut ulama jumhur
(Khususnya Syafiiyah) yang dapat ditarjih hanyalah dali yang zhanni wurud, yakni hadis ahad.
8. Bagaimana cara melakukan tarjih terhadap dua hadis Ahad?
Ada beberapa acara, yaitu melalui sanad, matan, hokum dan dalil di luar nash.
a. Tarjih melalui sanad, antara lain dengan cara:
i. Mendahulukan nash (hadist) yang diriwayatkan oleh perawi yang lebih
terpercaya dari perawi yang kurang terpercaya.
ii. Mendahulukan periwayatan orang yang menerima hadist atau mengetahui
peristiwa secara langsung dari pada orang yang menerima secara tidak
langsung.
iii. Mendahulukan periwayatan orang yang banyak bergaul dengan nabi dari pada
orang yang tidak banyak bergaul.

b. Tarjih melalui matan antara lain dengan cara:


i. Matan yang berisikan larangan lebih didahulukan dari matan yang mengandung
perintah karena menolak kerusakan lebih utama daripada mengambil manfaat.
ii. Matan yang menunjukkan perintah didahulukan dari teks yang menunjukkan
kebolehan karena dengan melakukan perintah berarti telah membawa yang
hukumnya boleh.
iii. Makna hakikat suatu lafal lebih didahulukan dari pada makana majaz karena
makna hakikat tidak membutuhkan indicator dan lebih mudah dipahami.

c. Dari Segi Hukum Yang Terkandung Dalam Nash


i. Apabila terjadi pertentangan antara dua nash, yang satu mengandung larangan
dan yang lain mengandung kebolehan, menurut jumhur dikuatkan dan
didahulukan yang mengandung larangan.
ii. Apabila terjadi pertentangan antara dua nash, yang satu mengandung larangan
(haram) dan yang lain mengandung perintah wajib. Maka perintah yang haram
lebih didahulukan karena lebih baik menghindari kerusakan dari pada
mengambil kemaslahatan.
iii. Apabila terjadi pertentangan antara dua nash, yang satu menetapkan dan yang
satu meniadakan. Dalam masalah seperti ini, jumhur ulama berpendapat bahwa
nash yang menetapkan lebih didahulukan dari yang meniadakan.

d. Tarjih Dengan Dalil Di Luar Nash


i. Mendahulukan dalil yang mendapat dukungan dari al-Qur’an, Sunnah, ijma’,
qiyas.
ii. Mendahulukan dalil yang diamalkan oleh penduduk Madinah dan Khulafaur’ al-
Rasyidin.
iii. Dikuatkan nash yang menyebutkan illat hukum syara’ dari pada nash yang
menyebutkan illat hukum karena lebih mudah dipahami dan diterima.

Anda mungkin juga menyukai