Ijma’ sharih adalah kesepakatan tegas dari para ulama mujtahid dimana
masing-masing mujtahid menyatakan persetujuannya secara tegas terhadap
kesimpulan hukum.
Ijma’ sukuti adalah bahwa sebagian ulama menyatakan pendapatnya,
sedangkan ulama mujtahid lainnya hanya diam tanpa komentar.
Menurut Imam Syafi’i dan kalangan Mailikiyah, ijma’ sukuti tidak dapat dijadikan
landasan pembentukan hukum. Karena diamnya sebagian ulama belum tentu
menandakan setuju, bisa jadi disebabkan takut kepada penguasa bilamana
pendapat itu telah didukung penguasa, atau boleh jadi disebabkan merasa
sungkan menentang pendapat mujtahid karena dianggap lebih senior.
Menurut Hanafiyah dan Hanabilah, ijma’ sukuti sah dijadikan sumber hukum,
karena diamnya sebagian ulam dipahami sebagai persetujuan. Jika mereka
tidak setuju dan memandangnya keliru, pasti secara tegas menentangnya.
QS. Al-Nisa`: 59
َ از ْع ُت ْم فِي
ش ْي ٍء ْ سول َ َوُأولِي
َ األم ِر ِم ْن ُك ْم َفِإنْ َت َن ُ الرَّ َيا َأ ُّي َها ا َّلذِينَ آ َم ُنوا َأطِ ي ُعوا هَّللا َ َوَأطِ ي ُعوا
سنُ َتْأ ِويالَ ول ِإنْ ُك ْن ُت ْم ُتْؤ ِم ُنونَ ِباهَّلل ِ َوا ْل َي ْو ِم اآلخ ِِر َذلِ َك َخ ْي ٌر َوَأ ْح
ِ س َّ َف ُردُّوهُ ِإ َلى هَّللا ِ َو
ُ الر
Ayat ini menunjukkan bahwa jika ada perselisihan pendapat tentang
hukum suatu masalah, maka jalan keluarnya dengan mengembalikan
kepada Allah (Al-Quran) dan Sunnah Rasulullah Saw. Nah, cara
mengembalikannya antara lain dengan metode qiyas.
Hadis yang berisi dialog antara Rasulullah Saw dan Mu’az bin
Jabal ketika ia akan dikirim menjadi hakim di Yaman, dan
merupakan pengakuan Rasul terhadap praktik qiyas.
كيف تقضي فقال أقضي بما في كتاب هللا قال فإن لم يكن في كتاب هللا قال فبسنة رسول هللا
ص م قال فإن لم يكن في سنة رسول هللا ص م قال أجتهد برأيي قال الحمد هلل الذي و ّفق
)رسول هللا ص م (رواه الترمذي ِ َ رسول