Anda di halaman 1dari 2

TUGAS USHUL FIQH TANGGAPAN MENGENAI IJMA’ DAN QIYAS

Para ulama sepakat bahwa ijma’ sah dijadikan sebagai dalil hukum. Adapun menurut mazhab
Maliki, kesepakatan sudah dianggap ijma’ meskipun hanya merupakan kesepakatan penduduk
Madinah. Menurut syi’ah ijma’ adalah kesepakatan para imam di kalangan mereka. Menurut
jumhur, ijma’ sudah dianggap sah dengan adanya kesepakatn dari mayoritas ulama mujtahid.

Ijma’ baru dapat diakui sebagai dalil jika dalam pembentukannya mempunyai landasan, yaitu
Quran dan Sunnah. Contoh ijma’ yang dilandaskan atas Quran adalah kesepakatan para ulama
atas keharaman menikahi nenek dan cucu perempuan, (Q.S Annisa : 23). Para ulama sepakat
bahwa kata ummahat (para ibu) mencakup ibu kandung dan nenek, dan kata banat (anak-anak
perempuan).

Ijma’ terbagi dua, yaitu ijma’ sharih dan ijma’ sukuti. Ijma’ sharih yaitu kesepakatan tegas
dari para ulama mujtahid dimana masing-masing mujtahid menyatakan persetujuannya secara
tegas. Ijma’ sukuti yaitu sebagian ulama menyatakan pendapatnya, sedangkan ulama mujtahid
lainnya hanya diam tanpa berkomentar. Menurut imam syafi’i dan kalangan malikiyyah, ijma’ s
ukuti tidak dapat dijadikan landasan pembentukan hukum. Sedangkan menurut hanafiyah dan
hambaliah, ijma’ sukuti sah dijadikan sumber hukum, karena diamnya sebagian ulama dianggap
sebagai persetujuan.

Dr.Wahbah al-Zuhaili mendefinisikan, Qiyas adalah menghubungkan (menyamakan hukum)


sesuatu yang tidak ada ketentuan hukumnya, dengan sesuatu yang ada ketentuan hukumnya,
karena ada persamaan ‘illat anatara keduanya. Qiyas dianggap sah jika lengkap dengan rukun-
rukunnya. Ada 4 rukun qiyas:

 Yaitu masalah yang, (pokok tempat meng-qiyaskan sesuatu) yang telah ditetapkan
hukumnya.
 Adanya hukum alashal yaitu hukum syara’ yang terdapat pada ashal yang hendak
ditetapkan pada fara’(cabang) dengan jalan qiyas. Misal hukum haramnya khamer.
 Adanya cabang fara’ yaitu sesuatu yang tidak ada ketegasan hukumnya dalam al-quran,
sunnah atau ijma’
 ‘illat yang merupakan inti bagi praktik qiyas, yaitu suatu sifat yang ada pada ashal dan
sifat itu yang dicari pada fara’.
Menurut surat al-isra 23: seseorang tidak boleh berkata uf(cis) kepada orang tua. Maka
hukum memukul, membentak, meneror dan dan lain sebagainya terhadap orang tua juga
dilarang, atas dasar analogi terhadap hukum cis tadi. Karena ‘illatnya sama- sama menyakiti
orang tua.
Perbedaaan antara ijma’ dan qiyas adalah:
 Ijma’ memiliki prioritas di atas qiyas. Jika dapat diselesaikan dengan ijma’ maka tidak
perlu dilakukan qiyas.
 Ijma’ adalah hasil pemikiran para ulama mujtahid dalam menentukan suatu hukum yang
diambil dari hasil penelitian al quran dan hadits, sedangkan qiyas adalah perbandingan
yang dilakukan untuk menyelesaikan kasus-kasus yang belum pernah ada, yang
kemudian dicari persamaannya dengan kasus-kasus dengan hukum yang jelas.

Anda mungkin juga menyukai