Anda di halaman 1dari 6

HUKUM QIYAS DALAM PANDANGAN USHUL FIQH

Mochamad Yulian Frizky

Universitas Negeri Surabaya

Mochamad.21051@uns.ac.id

Abstrak: Qiyas merupakan salah satu metode yang dipergunakan untuk menerapkan hukum islam,
dengan prinsip menyamakan sesuatu dengan sesuatu yang lain. Dalam artian, menentukan hukum
sesuatu dengan menyamakan hukumnya dengan sesuatu yanglain dikarenakan ada kesamaan illat di
antara keduanya. Qiyas mengambil peran penting dalam hukum islam, hal ini dikarenakan berbagai
hukum islam yang telah dijelaskan dan ditetapkan di dalam hadist sangat terbatas jumlah dan
penjelasannya. Serta munculnya beragam masalah baru yang lebih kompleks dan memerlukan kepastian
hukum karena hukum tersebut belum ditegaskan dalam Al Qur an maupun hadist. Namun, sebuah Qiyas
tidak boleh melampaui dari sumber utama hukum islam, karena di ambil dari sumber yang ada.

Kata kunci: Qiyas, hukum, Hadist, illat.


Pendahuluan terutama menyangkut kedudukan hukumnya.
Persoalan-persoalan baru yang status hukumnya
Ilmu ushul fiqh adalah salah satu bidang sudah jelas dan tegas dinyatakan dalam al-
ilmu keislaman yang penting dalam memahami Qur’an maupun hadis dengan sendirinya tidak
syari’at Islam dari sumber aslinya, al-Qur’an dan akan menimbulkan pro dan kontra di kalangan
Sunnah. Melalui ilmu ushul fiqh dapat diketahui umat Islam.
kaidah-kaidah, prinsip-prinsip umum syari’at
Islam, cara memahami suatu dalil dan Akan tetapi, persoalan-persoalan baru
penerapannya dalam kehidupan manusia. yang belum jelas kedudukan hukumnya dalam
kedua sumber hukum tersebut dan para ulama
Untuk memahami syari’at Islam yang salaf pun, misalnya, berbeda pendapat atau pun
dibawa Rasullullah, para ulama ushul fiqh mereka sendiri belum menetapkan hukumnya
mengemukakan dua bentuk pendekatan, yaitu terhadap persoalan tersebut, maka kondisi ini
melalui kaedah-kaedah kebahasan dan melalui tentunya menuntut para ulama, pada masa kini
pendekatan maqashid al-Syari’ah (tujuan syara’ untuk memberikan solusi dan jawaban yang
dalam menetapkan hukum). cepat dan tepat terhadap berbagai persoalan
Seiring dengan berkembangnya dunia baru tersebut. Selain itu pula, nash al-Qur’an dan
yang semakin maju dan disertai dengan era as-Sunnah jumlahnya terbatas, sementara
globalisasi yang kian meningkat serta peristiwa dan perkembangan manusia berikut
perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi kebutuhan hidupnya yang cukup kompleks terus
yang begitu pesat dalam berbagai bidang terjadi ,sehingga penggunaan metode-metode
kehidupan masyarakat, baik dalam bidang ijma, qiyas, istihsan dan lain sebagainya menjadi
kedokteran, hukum, ekonomi, sosial dan lain sangat penting dalam menyingkap dan
sebagainya, diakui atau tidak telah membawa menjelaskan kepastian hukum dari berbagai
pengaruh yang sangat besar terhadap kasus yang tidak ada nashnya secara khusus.
perkembangan hukum dan sekaligus Pengertian Qiyas
menimbulkan berbagai persoalan hukum.
Masyarakat Islam, sebagai suatu bagian yang tak Secara etimologi, qiyas berarti mengira-
dapat melepaskan diri dari persoalan-persoalan ngirakan atau menyamakan. Meng-qiyas-kan,
baru yang berkembang dalam masyarakat, berarti mengira-ngirakan atau menyamakan
sesuatu terhadap sesuatu yang lain. Sedangkan
secara terminologis, menurut ulama ushul fiqh,
qiyas adalah menyamakan sesuatu yang tidak
ada nash hukumnya dengan sesuatu yang ada
nash hukumnya karena adanya persamaan illat
hukum.

Qiyas berarti mempertemukan sesuatu


yang tidak ada nash hukumnya dengan hal lain
yang ada nash hukumnya karena ada persamaan
illat hukum. Dengan demikian, qiyas merupakan
penerapan hukum analogis terhadap hukum
sesuatu yang serupa karena prinsip persamaan
illat akan melahirkan hukum yang sama pula.
Oleh karenanya, sebagaimana yang
diungkapkan Abu Zahrah, asas qiyas adalah
menghubungkan dua masalah secara analogis Artinya : Hai orang-orang yang beriman, taatilah
berdasarkan persamaan sebab dan sifat yang Allah dan taatilah Rasul (Nya), dan ulil amri di
membentuknya. Apabila pendekatan analogis itu antara kamu. Kemudian jika kamu berlainan
menemukan titik persamaan antara sebab-sebab pendapat tentang sesuatu, maka kembalikanlah
dan sifat-sifat antara dua masalah tersebut, maka ia kepada Allah (Al Quran) dan Rasul
konsekuensinya harus sama pula hukum yang (sunnahnya), jika kamu benar-benar beriman
ditetapkan. kepada Allah dan hari kemudian. Yang demikian
itu lebih utama (bagimu) dan lebih baik akibatnya.
Berdasarkan pengertian qiyas di atas, (QS. an-Nisa’ 59).
maka apabila ada suatu kasus yang hukumnya
telah ditetapkan dalam suatu nas dan ‘illat Ayat ini menujukkan, bahwa jika ada perselisihan
hukumnya telah diketahui menurut cara-cara me pendapat di antara ulama tentang hukum suatu
ngetahui ‘illat hukum, kemudian didapat pula masalah, maka solusinya adalah dengan
suatu kasus lain yang hukumnya tidak ditetapkan mengembalikannya kepada al-Quran dan
oleh suatu nas, tetapi ‘illat hukumnya adalah Sunnah Rasulullah saw. Cara
sama dengan ‘illat hukum dari kasus yang telah mengembalikannya antara lain dengan qiyas.
memiliki nas tersebut, maka hukum kasus yang
2. Hadis yang berisi dialog antara Rasulullah
tidak ditetapkan oleh nas itu disamakan dengan
saw., dengan sahabat Muadz bin Jabal ketika
hukum kasus yang telah ada nasnya, sebab
Muadz itu dikirim menjadi hakim di Yaman.
adanya persamaan’ illat hukum pada kedua
Dalam dialog itu, Muadz ditanya oleh Rasulullah
kasus itu.
saw, bahwa dengan apa engkau akan
Dasar Keabsahan Qiyas memutuskan perkara yang dihadapkan
Keabsahan qiyas sebagai landasan kepadamu? Kemudian Muadz menjawabanya
hukum, terjadi perbedaan pendapat di kalangan dengan mengatakan bahwa ia akan memutuskan
ulama ushul fiqh. Jumhur ulama ushul fiqh hukum dengan berdasarkan kitab Allah (al-
sepakat, bahwa qiyas dapat dijadikan sebagai Quran) dan jika tidak didapatkan dalam kitab
dasar dalam menetapkan hukum Islam dan Allah, ia putuskan berdasarkan Sunnah
sekaligus sebagai dalil hukum Islam yang bersifat Rasulullah saw. Dan seterusnya dengan hasil
praktis. Sedangkan menurut mazhab ijtihadnya sendiri jika hukum suatu masalah tidak
Nidzamiyah, Zahiriyah, dan sebagian Syi’ah ditemukan dalam dua sumber hokum tersebut.
berpendapat sebaliknya, yakni qiyas tidak bisa Mendengar jawaban itu, Rasulullah saw.,
dijadikan sebagai landasan hukum mengatakan: Segala pujian bagi Allah yang telah
memberikan taufiq atas diri utusan
Adapun argumentasi dari kelompok Rasulullah.(HR. Tirmidzi).
jumhur di atas adalah sebagai berikut:

1. Surat an-Nisa’ (4): 59


Hadis di atas menurut mayoritas ulama ushul fiqh kurma dan anggur, yang diproses menjadi
mengandung pengakuan Rasulullah terhadap khamar dengan pengaruh memabukkan.
qiyas, karena praktik qiyas adalah satu macam
dari ijtihad yang mendapatkan pengakuan dari 3. Al-Hukmu
Rasulullah saw dalam dialog tersebut. Yang dimaksud dengan al-hukmu (‫ )الحكم‬adalah
hukum syar'i yang ada dalam nash, dimana
3. Alasan lain yang dikemukakan oleh jumhur hukum itu tersemat pada al-ashlu di atas.
adalah ijma’para sahabat. Dalam praktiknya, Maksudnya, perasan.
para sahabat menggunakan qiyas, seperti apa
yang dilakukan sahabat Abu Bakar terkait 4. Al-'Illat
dengan persoalan kalalah yang menurutnya, Yang dimaksud dengan al-'illat (‫ )العلة‬adalah
adalah orang yang tidak mempunyai ayah dan kesamaan sifat hukum yang terdapat dalam al-
anak laki-laki. Pendapat ini dikemukakan Abu ashlu (‫( األصل‬dan juga pada al-far'u (‫)العلة‬. Dalam
bakar berdasarkan pendapat akalnya, dan qiyas contoh di atas, 'illat adalah benang merah yang
termasuk kedalam pendapat akal. menjadi penghubung antara hukum air perasan
Menurut Jumhur Ulama ushul fiqh, baik terhadap buah anggur dan buah kurma dengan air perasan
pendapat Abu Bakar maupun terhadap sikap dari semua buah-buahan lainnya, dimana
Umar ibn al-Khattab di atas, tidak satu orang keduanya sama-sama memabukkan.
sahabat pun yang membantahnya.
Bentuk Bentuk Qiyas
4. Secara Logika, menurut jumhur Ulama ushul
fiqh, bahwa hukum Allah mengandung Qiyas dilihat dari bentuknya dibagi kepada tiga
kemaslahatan untuk umat manusia dan untuk macam, yaitu: Qiyas 'illat; Qiyas dalalah; dan
itulah maka hukum disyariatkan. Apabila seorang Qiyas syibh.
mujtahid menjumpai kemaslahatan yang menjadi
illat dalam suatu hukum yang ditentukan oleh 1. Qiyas 'illat, ialah qiyas yang mempersamakan
nash dan terdapat juga dalam kasus yang ashl dengan far' karena keduanya mempunyai
sedang ia carikan hukumnya, maka ia persamaan 'illat.
menyamakan hukum kasus yang ia hadapi Qiyas 'illat terbagi:
dengan hukum yang ada pada nash tersebut. a. Qiyas jaly, yaitu qiyas yang 'illatnya
Dasarnya adalah kesamaan illat antara berdasarkan dalil yang pasti, tidak ada
keduanya. kemungkinan lain selain dari 'illat yang
ditunjukkan oleh dalil itu. Qiyas jaly terbagi
Rukun Rukun Qiyas
kepada:
1. Al-Ashlu • Qiyas yang 'illatnya ditunjuk dengan
Para fuqaha mendefinisikan al-ashlu (‫)األصل‬ kata-kata, seperti memabukkan adalah
sebagai hukum yang sudah jelas dengan 'illat larangan minum khamar,yang
didasarkan pada nash yang jelas. Dalam contoh disebut dengan jelas dalam nas.
di atas, air perasan buah kurma dan anggur • Qiyas aulawi. Ialah qiyas yang hukum
termasuk contoh al-ashlu. Sebab pada waktu pada far' sebenarnya lebih utama
turunnya ayat haramnya khamar, keduanya ditetapkan dibanding dengan hukum
adalah khamar yang dikenal di masa itu. pada ashl. Seperti haramnya hukum
mengucapkan kata-kata "ah" kepada
2.Al-Far'u kedua orang tua.
Makna al-far'u (‫ )الفرع‬adalah cabang, sebagai
lawan kata dari al-ashlu di atas. Yang dimaksud Al-Quran surah al-Isra ayat 23 :
dengan al-far'u adalah suatu masalah yang tidak
ditemukan nash hukumnya di dalam Al-Quran
atau As-Sunnah secara eksplisit. Dalam contoh "Maka janganlah ucapkan kata-kata "ah" kepada
kasus khamar di atas, yang menjadi al-far'u kedua orangtua(mu)."
adalah an-nabidz, yaitu perasan dari selain
Berdasarkan firman Allah SWT di atas, 'illatnya sedang mulut binatang buas adalah daging,
ialah menyakiti perasaan kedua orangtua. daging binatang buas adalah haram, namun
Bagaimana hukum memukul orang tua? Dari kedua-duanya adalah mulut, dan sisa minuman.
kedua peristiwa nyatalah bahwa perasaan orang Yang tersembunyi di sini ialah keadaan mulut
tua lebih sakit bila dipukul anaknya dibanding burung buas yang berupa tulang atau zat tanduk.
dengan ucapan "ah" yang diucapkan anaknya
kepadanya. Karena itu sebenarnya hukum yang 2. Qiyas Dalalah, yaitu qiyas yang 'illatnya tidak
ditetapkan bagi far' lebih utama dibanding disebut, tetapi merupakan petunjuk yang
dengan hukum yang ditetapkan pada ashl. menunjukkan adanya 'illat untuk menetapkan
sesuatu hukum dari suatu peristiwa. Seperti harta
• Qiyas musawi, yaitu, qiyas hukum yang kanak-kanak yang belum baligh, apakah wajib
ditetapkan pada far' sebanding dengan ditunaikan zakatnya atau tidak. Para ulama yang
hukum yang ditetapkan pada ashl, menetapkannya wajib mengqiyaskannya kepada
seperti menjual harta anak yatim harta orang yang telah baligh, karena ada
diqiyaskan kepada memakan harta anak petunjuk yang menyatakan 'illatnya, yaitu kedua
yatim. 'Illatnya ialah sama-sama harta itu sama-sama dapat bertambah atau
menghabiskan harta anak yatim. berkembang. Tetapi Madzhab Hanafi, tidak
Memakan harta anak yatim haram mengqiyaskannya kepada orang yang telah
hukumnya berdasarkan firman Allah baligh, namun kepada ibadah, seperti shalat,
SWT dalam surah an-Nisa ayat 10 : puasa dan sebagainya. Ibadah hanya diwajibkan
kepada orang yang mukallaf, termasuk di
dalamnya orang yang telah baligh, tetapi tidak
diwajibkan kepada anak kecil (orang yang belum
baligh). Karena itu anak kecil tidak wajib
menunaikan zakat hartanya yang telah

ۗ
memenuhi syarat-syarat zakat.

3. Qiyas Syibh, yaitu qiyas yang far' dapat


Artinya : "Sesungguhnya orang-orang yang diqiyaskan kepada dua ashl atau lebih, tetapi
memakan harta anak yatim secara aniaya, ia diambil ashl yang lebih banyak persamaannya
tidak lain hanyalah menelan api neraka ke dalam dengan far'. Seperti hukum merusak budak dapat
perutnya dan mereka akan masuk ke dalam api diqiyaskan kepada hukum merusak orang
yang menyala nyala (neraka)." merdeka, karena kedua-duanya adalah manusia.
Tetapi dapat pula diqiyaskan kepada harta
Karena itu ditetapkan pulalah haram hukumnya benda, karena sama-sama merupakan hak milik.
menjual harta anak yatim. Dari kedua peristiwa ini Dalam hal ini budak diqiyaskan kepada harta
nampak bahwa hukum yang ditetapkan pada ashl benda karena lebih banyak persamaannya
sama pantasnya dengan hukum yang ditetapkan dibanding dengan diqiyaskan kepada orang
pada far'. merdeka. Sebagaimana harta, budak dapat
diperjualbelikan, diberikan kepada orang lain,
b. Qiyas Khafy, yaitu qiyas yang 'illatnya mungkin diwariskan, diwakafkan dan sebagainya
dijadikan 'illat dan mungkin pula tidak dijadikan
'illat, seperti mengqiyaskan sisa minuman burung Kedudukan Qiyas dalam hukum islam
kepada sisa minuman binatang buas. "Illatnya
ialah kedua binatang itu sama-sama minum Berdasarkan pada beberapa pengertian
dengan mulutnya, sehingga air liurnya tentang qiyas dalam pembahasan sebelumnya
bercampur dengan sisa minumannya itu. 'Illat ini dapat diambil benang merahnya bahwa pada
mungkin dapat digunakan untuk sisa burung dasarnya qiyas adalah penarikan kesimpulan
buas dan mungkin pula tidak, karena mulut atau inferensi dari suatu masalah hukum yang
burung buas berbeda dengan mulut binatang telah di tentukan hukumnya oleh nash (al-
buas. Mulut burung buas terdiri dari tulang atau Quran dan atau al-Sunnah) untuk suatu masalah
zat tanduk. Tulang atau zat tanduk adalah suci, hukum yang belum ditentukan hukumnya
oleh nash karena di antara dua masalah hukum Misalnya belum baligh menjadi ‘illat
tersebut terdapat makna homonim yang disebut dikuasainya oleh wali harta anak yang
‘illat belum dewasa. ‘Illat ini disepakati oleh
Menurut Abu al-Husayn al-Bashriy, para ulama.
penerapan hukum yang terdapat 3. Dengan penelitian/ijtihad, yaitu illat yang
dalam ashal kepada far’ (cabang), yang belum diketahui melalui penelitian atau ijtihad,
terdapat di dalamnya hukum, dapat dilaksanakan adalah ‘illat yang diketahui melalui empat
apabila di dalam ashal dan far’ itu terdapat cara, yaitu. Pertama, al-Munasabah atau
kesamaan ‘illat hukum bagi seorang mujtahid, takhrij alManath, Kedua, Tahqiq al-
yang akan men-istinbath hukum. Manath, Ketiga, tanqih al-Manath, dan
Qiyas dalam pengertian di atas Keempat, al-Sabru wal al-Taqsim. Al-
merupakan salah satu metode hukum islam. Munasabah, yaitu persesuaian antara
Kesimpulan hukum yang diperoleh dengan sesuatu hal, keadaan atau sifat dengan
metode qiyas menjadi sumber hukum dan ajaran perintah atau larangan.
islam. Oleh karena itu, tidak mengherankan
apabila sebagian ulama menjadikan qiyas Pembagian Illat
sebagai sumber hukum ke empat setelah al- Ditinjau dari segi ketentuan pencipta
Qur’an, al-Sunnah, dan al-Ijma. hukum (syari') tentang sifat apakah sesuai
atau tidak dengan hukum, maka ulama Ushul
Cara menemukan Illat hukum Fiqh membaginya kepada empat bagian,
‘Illat menurut bahasa berarti sakit, yaitu:
penyakit. Bisa pula berarti sebab atau karena. 1. Munasib mu'tsir, yaitu persesuaian yang
Para Ushuliyyin memberikan pengertian diungkapkan oleh syara' dengan sempurna,
terhadap ‘illat, yaitu sifat yang ada pada ashl atau dengan perkataan lain bahwa pencipta
yang sifat itu menjadi dasar untuk menetapkan hukum (syari') telah menciptakan hukum
hukum ashl serta untuk mengetahui hukum pada sesuai dengan sifat itu, seperti firman Allah
far' yang belum ditetapkan hukumnya. Adanya SWT dalam al-Quran surah al-Baqarah ayat
‘illat hukum itu sangat penting dan menentukan, 222:
untuk dapat diterapkannya suatu qiyas. Suatu
kesimpulan tidak dapat ditarik secara qiyas, jika
tidak ada persamaan antara ‘illat pada kasus
yang satu dengan kasus yang lain.
Untuk mencari ‘illat, dilakukan beberapa
cara, yaitu:
1. Nas yang menunjukkan, dalam hal ini
nas sendiri yang menunjukkan bahwa
suatu sifat merupakan ‘illat hukum dari
suatu kasus. Petunjuk nas tentang ‘illat
hukum ada dua macam, yaitu; sharahah Artinya : Dan mereka menanyakan
dan isyarah atau 'ima kepadamu (Muhammad) tentang haid.
a. Dalalah sharahah, yaitu penunjukkan lafazh Katakanlah, “Itu adalah sesuatu yang kotor.”
yang terkandung dalam nas kepada ‘illat hukum Karena itu jauhilah istri pada waktu haid; dan
jelas sekali, karena lafazh nas itu sendiri yang jangan kamu dekati mereka sebelum mereka
menunjukkan ‘illat hukumnya dengan jelas. suci.
Dalalah sharahah ada yang qath'i (pasti) dan ada
yang zhanni (dugaan kuat). Pada ayat di atas Allah SWT (sebagai syari')
b. Dalalah Isyarah atau "ima, adalah petunjuk telah menetapkan hukum, yaitu haram
yang dipahami dari sifat yang menyertainya. Jika mencampuri isteri yang sedang haid.
penyertaan sifat itu tidak dapat dipahamkan, Sebagai dasar penetapan hukum itu ialah
maka tidak ada gunanya menyertakan sifat itu. kotoran, karena kotoran itu dinyatakan dalam
2. Ijma' yang menunjukkan, maksudnya firman Allah SWT di atas sebagai 'illatnya
bahwa ‘illat itu ditetapkan dengan ijma’.
2. Munasib mulaim, yaitu persesuaian yang pembagiannya, yaitu; Munasib mu'tsir,
diungkapkan syara' pada salah satu jalan Munasib mula’im, Munasib mursal, Munasib
saja. Maksudnya ialah persesuaian itu tidak mulghaa. Meskipun qiyas sebagai salah satu
diungkapkan syara' sebagai 'illat hukum pada metode penggalian hukum Islam, tetapi para
masalah yang sedang dihadapi, tetapi ulama masih berselisih pendapat dalam
diungkapkan sebagai 'illat hukum dan kehujjahannya
disebut dalam nash pada masalah yang lain
yang sejenis dengan hukum yang sedang DAFTAR PUSTAKA
dihadapi. Contohnya, ialah kekuasaan wali Azhari, Fathurahman. (2019) QIYAS
untuk mengawinkan anak kecil yang di SEBUAH METODE PENGGALIAN HUKUM
bawah perwaliannya tidak ada nas yang ISLAM, 1 -4
menerangkan 'illatnya. Naya, Farid. (2018) MEMBINCANG QIYAS
SEBAGAI METODE PENETAPAN HUKUM
3. Munasib mursal, yaitu munasib yang tidak ISLAM, 172 - 177
dinyatakan dan tidak pula diungkapkan oleh Irawan, Adeng Septi. (2019) INTERPRETASI
syara'. Munasib mursal berupa sesuatu yang ANALOGI (QIYAS) DALAM PENERAPAN
nampak oleh mujtahid bahwa menetapkan HUKUM. 1 – 2
hukum atas dasarnya mendatangkan Jaya, Dadang (2020) QIYAS SEBAGAI
kemaslahatan, tetapi tiada dalil yang METODOLOGI PENETAPAN HUKUM
menyatakan bahwa syara' membolehkan ISLAM. Diakses pada 21 Maret 2022 dari
atau tidak membolehkannya, seperti https://staisyamsululum.ac.id/qiyas/
membukukan al-Qur'an atau mushhaf, tidak
ada dalil yang membolehkan atau
melarangnya.

4. Munasib mulghaa, yaitu munasib yang


tidak diungkapkan oleh syara' sedikitpun,
tetapi ada petunjuk yang menyatakan bahwa
menetapkan atas dasarnya diduga dapat
mewujudkan kemaslahatan. Dalam pada itu
syara' tidak menyusun hukum sesuai dengan
sifat atau 'illat tersebut, bahkan syara'
memberi petunjuk atas pembatalan atas sifat
tersebut. Sebagai contohnya, ialah
kedudukan laki-laki dan perempuan dalam
kerabat. Kemudian atas dasar persamaan itu
mungkin dapat ditetapkan pula persamaan
dalam warisan.

KESIMPULAN
Kesimpulan Berdasarkan uraian di atas,
maka dapat disimpulkan, bahwa qiyas
adalah Menerapkan hukum yang terdapat
pada ashl (pokok) kepada far’ (cabang),
karena terdapat kesamaan ‘illat hukum
antara keduanya. Qiyas sebagai metode
penggalian hukum Islam sangat tergantung
dengan ‘illat hukum. Untuk mengetahui ‘illat
hukum dilakukan beberapa cara, yaitu:
Pertama, nas yang menunjukkan ‘illat
hukum. Kedua, ijma’ dan ketiga,dengan
penelitian/ijtihad. ‘Illat hukum itu dalam

Anda mungkin juga menyukai