Anda di halaman 1dari 10

SOAL MITRM SEMESTER GENAP

TAHUN AKADEMIK 2019/2020

NAMA : Rosi Nofianti

NIM : 190204011

PRODI : Pendidikan fisika

UNIT : 04

MATA KULIAH. : Fiqh dan Unshul Fiqh

KODE MATA KULIAH. : PFS17013

HARI/ JAM : SENIN 14:00 s.d 15: 40

DOSEN. : Muliadi Kurdi

= Berilah Jawaban Atas Pertanyaan-pertanyaan di Bawah Ini dgn Baik dan Jelas

1. Jelaskan tujuan mempejari ilmu fiqh dan Ilmu Usul Fiqh


2. Dalil-dalil apasajakah yang disepakati dalam ilmu fiqh
3. Jelaskan sejarah munculnya ilmu usul fikih dan fiqh
4. Jelaskan perbedaan fiqh dan ushul fiqh
5. Sebutkan senif zakat yang disepakati oleh ulama fiqh dalam mazhab Asy-
Syafi‘i
6. Sebutkan mustahiq-mustahiq zakat serta dalil-dalil dalam Al-Qur’an dan
Hadits
7. Terangkan dalil- dalil tentang kewajiban zakat
JAWABAN
1. Abdul Wahab Khallaf mengatakan bahwa tujuan akhir yang hendak
dicapai dari ilmu fikih adalah penerapan hukum syariat kepada amal
perbuatan manusia, baik tindakan maupun perkataannya. Dengan adanya
kita mempelajari ilmu fiqih maka kita akan tahu mana yang diperintah dan
mana yang dilarang, mana yang sah dan mana yang batal, mana yang hala
dan mana yang haram, dan lain sebagainya.
Adapun tujuan dari usul fiqih antara lain: menerapkan kaidah- kaidah yang
ditetapkan oleh ulama-ulama terdahulu untuk menentukan bahwa sesuatu
masalah baru; yang tidak ditemukan hukumnya dalam kitab-kitab
terdahulu. Dan ilmu fiqih juga bertujuan untuk mengetahui lebih
mendalam bagaimana upaya dan metode yang harus ditempuh dan
merumuskan kaidah, sehingga berbagai masalah yang muncul dapat
ditetapkan hukumnya.

2. Di dalam ilmu fiqih terdapat dalil-dalil yang disepakati dan dalil yang
tidak disepakati. Sumber dan Dalil Hukum Islam yang disepakati adalah
Al-Qur’an, As-Sunnah, Ijma' dan Qiyas tetapi antara ijma dan Qiyas ada
yang sepakat ada juga yang tidak sepakat hanya sebagian kecil yang tidak
menyepakati adanya dalil hukum Qiyas. Adapun penjelasan tentang dalil
yang disepakati sebagai berikut:
 Al- Qur'an
Al-Qur' an dalam kajian usul fiqh meupakan objek pertama
dan utama pada kagiatan penelitian dalam memecahkan suatu hukum.
Al-Qur'an menurut bahasa berarti “bacaan” dan menurut istilah ushul
fiqh Al-qur'an berarti “kalam” (perkataan Allah yang diturunkan-Nya
dengan perantaraan Malaikat Jibril kepada Nabi Muhammad Saw
dengan bahasa Arab serta dianggap beribadah membacanya”.

 Sunnah Rasulullah
Sunnah adalah perilaku seseorang tertentu, baik perilaku yang
baik atau perilaku yang buruk. Menurut istilah unshul fiqih,
Sunnah Rasulullah berarti segala perilaku Rasulullah yang
berhubungan dengan hukum, baik berupa (Sunnah Fii'liyah), atau
pengakuan (Sunnah taqririyah), seperti dikemukakan oleh
Muhammad 'Ajjaj Al – khatib. Menurut bahasa Al-Sunnah,
menurut bahasa artinya : jalan, cara, sistem, perilaku baik cara itu
dari Nabi Muhammad, atau juga lawan dai pada bid'ah. Hal ini
berdasarkan hadis sebagaimana dinyatakan secara mutlak oleh
Rasulullah Saw: yang artinya: “ Hendaklah engkau berpegangan
dengan sunnahku dan Sunnah para khilafa' Rasyidin sesudahku;
menurut riwayat lain yaitu Khulufa' al- Rasyidin yang
mendapatkan petunjuk sesudahku, pegangilah itu dengan taring
gigimu dengan teguh.” (HR. Abu Dawud).
Adapun menurut istilah ulama usul, Al-Sunnah itu ialah ; yang
artinya:” Al-Sunnah adalah Apa yang disandarkan kepada Nabi
Muhammad Saw, baik berupa ucapan, perbuatan maupun
penetapan sesuatu”.
 Ijma
Kata ijma' secara bahasa berarti “kebulatan tekad terhadap
suatu persoalan” atau kesepakatan tentang suatu masalah”. Menurut
istilah Unhul foqh, seperti dikemukaka ' Abdul Karim Zaidan, yang
mana bahwasanya “kesepakatan para Mujtahid dari kalangan umat
islam tentang Syara’ pada satu masa setelah Rasulullah wafat”.
 Qiyas
Qiyas menurut bahasa berarti “mengukur sesuatu dengan
sesuatu yang lain untuk diketahui adanya persamaan antara
keduanya”. Menurut istilah Unshul fiqh, seperti dikemukakan oleh
Wahbah az-Zuhaili adalah : yang artinya
“ menghubungkan (menyamakan hukum) sesuatu yang tidak ada
ketentuan huknya dengan sesuatu yang ada ketentuan hukumnya
karena ada persamaan 'illat antara keduanya “.
Sesuai uraian diatas dapat kita simpulkan Qiyas adalah salah satu
kegiatan ijtihad yang tidak di tegaskan dalam Al-Qur’an dan
Sunnah. Adapun qiyas dilakukan seorang Mujtahid dengan
meneliti alasan logisb('illat) dari rumusan hukum itu dan setelah itu
di teliti pula keberadaan 'illat yang sama pada masalah lain yang
tidak termasuk dalam Al- Quran dan Sunnah Rasulullah. Bila benar
ada kesamaan 'illat nya, maka keras dugaan bahwa huknya juga
sama. Begitulah dilakukan pada setiap praktik qiyas.

3. Sejarah munculnya ilmu fiqih dan unshul fiqih. Ketika Rasulullah masih
hidup tuntunan yang diperlukan dan jalan keluar untuk berbagai masalah
diselesaikan dengan baik, baik mepalui Wahyu maupun putusan langsung
dari Rasulullah. Ketika itu sumber hukum Islam hanya Al-Qur’an dan
Sunnah. Hukum yang ditetapkan dalam Al-Qur’an atau Sunnah terkadang
dalam bentuk jawaban dari suatu pertanyaan atau karena munculnya suatu
kasus.
Dalam beberapa kasus, Rasulullah saw menetapkan hukum dengan
menggunakan qiyas.

Cara Rasulullah Saw dalam menetapkan hukum seperti dalam hadis dia
atas merupakan cikal bakal munculnya ilmu usul fikih, bahkan para ulama
usul fiqih menyatakan bahwa keberadaan usul fikih bersamaan dengan
munculnya hukum fiqih sejak periode Rasulullah Saw.

Pada periode sahabat muncul peristiwa yang belum pernah terjadi pada
masa Rasulullah Sawa. Untuk menetapkan hukumnya para sahabat harus
berjtihad. Dalam berijtihad, adakalanya dihasilkan kesepakatan pendapat
di antara para sahabat yang kemudian dinamakan ijma' dan terkadang
terjadi perbedaan pendapat yang dinamakan asar. Dengan demikian,
munculnya usul fiqih telah berlangsung sejak zaman Rasulullah Saw,
semakin jelas dan eksis pada masa sahabat. Penggunaan usul fikih
semakin berkembang pada masa sahabat, oleh tuntutan peristiwa yang
semakin beragam dan bertambah rumit.

Setelah Rasulullah saw wafat, ijtihad para sahabat seduah merupakan sber
hukum. Di antara contoh ijtihad sahabat periode sahabat bahwa Umar bin
Khattab tidak menjatuhkan hukum potong tangan kepada seseorang yang
mencuri karena kelaparan, mengingat yang bersangkutan mencuri karena
darurat/terpaksa.
Pada periode sahabat sering terjadi perbedaan pendapat (perbedaan
ijtihad) dalam menetapkan hukum suatu masalah; antara lain tentang
'iddah seorang wanita yang sedang hamil dan suaminya meninggal.
Menurut Umar bin Khattab, 'iddahnya sampai lahir anak berdasarkan Al-
Qur’an surah at- Thalaq ayat 4. Sedang menurut Ali bin Abi Thalib
dipilih 'iddah yang paling lama di antara 'iddah yang hamil dengan 'iddah
kematian suami (4 bulan 10 hari menurut surah al- Baqarah ayat 234),
yakni bila lahir anak sebelum 4 bulan 10 hari maka 'iddahnya harus 'iddah
kematian suami (4 bulan 10 hari), tetapi bila sesudah 4 bulan 10 hari, anak
belum lahir maka 'iddahnya harus sampai lahir anak.
Hasil-hasil ijtihad sahabat pada periode ini belum dibukukan sehingga
belum dapat dianggap sebagai ilmu, hanya sebagai pemecahan masalah
terhadap kasus yang mereka hadapi. Oleh sebab itu hasil ijtihad mereka
belum disebut fikih/ usul fikih. Pada periode sahabat, sumber-sumber
hukum Islam adalah Alquran, Sunnah dan ijtihad sahabat. Memasuki masa
tabi'in, tabi'ut dan imam-imam mujtahidin (abad kedua dan ketiga
Hijriyah), daerah yang dikuasai umat Islam semakin luas dan cukup
banyak bangsa yang non Arab memeluk agama isl. Dengan demikian
kemungkinan munculnya berbagi kasus yang belum pernah terjadi pada
masa sebelumnya semakin besar.
Pada masa periode ini telah dimulai gerakan pembukaan fikih, Sunnah dan
ilmu-ilmu lainnya. Dalam menuliskan pendapat tentang hukum-hukum
fikih mereka lengkapi dengan dalil-dalil pendapat tersebut baik dari Al-
Qur’an atau dari Sunnah maupun sumber-sumber lainnya seperti ijma;
qiyas, isrihsan, mashlahah mursalah dan lain-lain.
Siterangkan oleh 'Abdul Wahhab Khallaf, bahwa ulama yang pertama
membukukan kaidah-kaidah itu usul fiqh dengan alasan-alasannya, adalah
Muhammad bin Idris Al- Syafi'i (150-204 Hijriah) dalam sebuah kitab
yang diberi nama Al-Risalah dan kitab tersebut adalah kitab dalam bidang
ilmu Usul fiqh yang pertama sampai kepada kita. Oleh karena itu terkenal
di kalangan para ulama bahwa beliau adalah pencipta Ilmu usul Fiqh.
Pembebasan tentang Ilmu Usul fiqh ini, kemudia dilanjutkan oleh para
ulama generasi berikutnya.

4. Perbedaan ilmu fikih dan Ushul fikih. Kalau ilmu fikih berbicara tentang
hukum dari sesuatu perbuatan, maka ilmu Ushul fikih berbicara tentang
motode dan proses bagaimana menemukan hukum itu sendiri. Atau dilihat
dari sudut aplikasinya”, dan Ushul fikih akan menjawab pertanyaan “
bagaimna proses atau cara menemukan hukum yang digunakan sebagai
jawaban peasalahan yang dipertanyakan tersebut”. Oleh karena itu, fikih
lebih bercorak produk sedangka. Ushul fikih lebih bermakna metodologis.
Dan oleh sebab itu, fikih terlihat sebagai koleksi produk hukum,
sedangkan Ushul fikih merupakan koleksi metodis yang sangat diperlukan
umtulprosul hukum. Jadi perbedaannya. Kata usul adalah bentuk jamak
dari kata: asl yang menurut bahasa, berarti : sesuatu yang dijadikan dasar
bagi yang lain. Berdasarkan pengertian usul menurut bahasa tersebut,
maka usul fiqh berarti : sesuatu yang dijadikan dasar. (pondasi ) bagi
fiqh. Sedangkan ilmu fiqh adalh yang berbicara tentang hukum dari
sesuatu perbuatan.
5. Jenis zakat yang disepakati oleh ulama fiqih dalam Mazhab Asy-syafii
 Zakat fitrah
Zakat fitrah adalah zakat unruk kesucian, artinya, zakat ini
dikeluarkan untuk mensucikan orang yang berpuasa dari ucapan
atau perilaku yang tidak ada manfaatnya. Zakat fitrah juga zakat
yang diwajibkan kepada setiap orang yang dilahirkan ke dunia.
Oleh karena ini zakat bisa disebut dengan zakat badan atau pribadi
 Zakat maal
Zakat maal adalah zakat kekayaan yang harus dikeluarkan
dalam jangka satu tahun sekali yang sudah memenuhi nisab.
Mencakup hasil ternak, as ,perak, pertanian (makanan pokok),
harta perniagaan, pertbangan, hasil kerja (profesi), harta temuan,
masing-masing jenis memiliki perhitungannya sendiri- sendiri

6. Mustahiq- mustahiq zakat antara lain sebagai berikut:


 Fakir yaitu orang yang tidak mempunyai harta atau usaha yang
dapat menjamin 50 % kebutuhan hidupnya untuk sehari-hari.
 Miskin yaitu orang yang mempunyai harta dan usaha yang dapat
menghasilkan lebih dari 50% untuk kebutuhan hidupnya tetapi
tidak mencukupi.
 `Amil yaitu panitia zakat yang dapat dipercaya untuk
mengumpulkan dan membagi-bagikan kepada yang berhak
menerimanya sesuai dengan hukum Islam.
 Muallaf yaitu orang yang baru masuk Islam, yang belum kuat iman
dan jiwanya, sehingga perlu dibina agar bertambah kuat imannya.
 Hamba sahaya yaitu hamba yang mempunyai perjanjian akan
dimerdekakan oleh tuannya dengan jalan menebus dirinya.
 Gharimin yaitu orang yang berhutang untuk sesuatu kepentingan
yang bukan maksiat dan ia tidak sanggup untuk melunasinya.
 Sabilillah yaitu orang yang berjuang dengan suka rela untuk
menegakkan agama Allah.
 Ibn Sabil (Musafir) yaitu orang yang kekurangan perbekalan dalam
perjalanan dengan maksud baik, seperti menuntut ilmu,
menyiarkan agama dan sebagainya

Dalil-dalil tentang mustahiq-mustahiq zakat dalam Alquran dan hadist.

Orang-orang yang berhak menerima zakat hanya mereka yang telah ditentukan
Allah Swt. dalam Alquran, mereka itu terdiri atas delapan golongan.

Allah Swt. telah menjelaskan dalam kitab-Nya yang mulia tentang


golongangolongan penerima zakat dalam firman-nya :

‫بي‬JJ‫ارمين وفى س‬JJ‫اب والغ‬JJ‫ة قللبهم وفى الرق‬JJ‫ا والمؤلف‬JJ‫إنما الصدقات للفقراء والمساكين والعاملين عليه‬
. ‫هللا وابن السبي فريضة من هللا وهللا عليم حكيم‬
Artinya : Sesungguhnya zakat itu hanyalah untuk orang fakir, miskin, pengurus
zakat, para mu`allaf yang dibujuk hatinya, budak ( yang akan
memerdekakan diri), orang yang berhutang, orang yang sedang di jalan
Allah dan musafir, sebagai suatu ketetapan yang diwajibkan Allah, dan

Allah Maha Mengetahui lagi maha Bijaksana. (at-Taubah 9 : 60)

Dari Abu Hurairah Radhiyallahu anhu, bahwasanya Rasulullah Shallallahu ‘alaihi


wa sallam telah bersabda:

‫ا‬JJ‫الُوْ ا فَ َم‬JJَ‫ ق‬,‫ان‬J ِ Jَ‫ فَتَ ُر ُّدهُ اللُّ ْق َمةُ َواللُّ ْق َمت‬,‫اس‬
ِ Jَ‫ َرةُ َوالتَّ ْم َرت‬J‫ َوالتَّ ْم‬,‫ان‬J ِ ‫ْس ْال ِم ْس ِكيْنُ بِهَ َذا الطَّ َو‬
ِ َّ‫اف الَّ ِذي يَطُوْ فُ َعلَى الن‬ َ ‫لَي‬
َ َّ‫ َوالَ يَ ْسَأ ُل الن‬,‫ق َعلَ ْي ِه‬
‫اس‬ ْ “
َ ‫ َوالَ يُ ْفطَنُ لَهُ فَيُت‬J,‫ اَلَّ ِذي الَيَ ِج ُد ِغنًى يُ ْغنِ ْي ِه‬:‫ال ِم ْس ِكيْنُ يَا َرسُوْ َل هللاِ؟ قَا َل‬.
ُ ‫َص َّد‬

“Bukanlah tetmasuk orang miskinereka yang keliling meminta-minta kepada


manusia, kemudian hanya dengan sesuap atau dua suap makanam dan satu atau
dua buah lirma ia akan kbali pulang.” Para sahabat bertanya, “kalau begitu
siapakah yang dikatakan sebagai orang miskin, wahai Rasulullah?” Beliau
menjawa, “Orang miskin adalah orang yang tidak. Mempunyai sesuatu yang bisa.
Mencukupi kebutuhannya. Namun tidak ada yang mengetahui keadaanya
sehingga ada yang mau memberinya sedekah dan ia juga tidak meminta-minta
kepada manusia”.

7. Dalil- dalil tentang kewajiban zakat

Zakat adalah salah satu rukun Islam yang lima, wajib (fardu) atas setiap muslim
yang telah memenuhi syarat-syarat tertentu. Zakat mulai diwajibkan pada tahun
kedua Hijriah.

(43) ‫ة واركعال مم‬JJ‫للة واتالالزكل‬JJ‫واقيمالالص‬


‫الراكعين‬

Artinya : Dan dirikanlah salat, tunaikanlah zakat dan ruku`lah beserta orang-
orang yang ruku`.

(QS. Al-Baqarah 2:43)

Jِ‫ و‬JJJJJ‫َّ ْغ‬J‫ل‬J‫ل‬J‫ ا‬J‫ن‬Jِ J‫ َع‬J‫ ْم‬Jُ‫ ه‬J‫ن‬Jَ J‫ ي‬J‫َّ ِذ‬J‫ل‬J‫ ا‬J‫) َو‬2( J‫ن‬Jَ J‫ و‬J‫ ُع‬JJJJ‫ش‬J Jَ J‫ ي‬Jِ‫ ف‬J‫ ْم‬Jُ‫ ه‬J‫ن‬Jَ J‫ ي‬J‫َّ ِذ‬J‫ل‬J‫) ا‬1( J‫ن‬Jَ J‫ و‬JJJJJُ‫ ن‬J‫ ْؤ ِم‬J‫ ُم‬J‫ ْل‬J‫ ا‬J‫ َح‬Jَ‫ ل‬J‫ َأ ْف‬J‫ ْد‬JJJJJَ‫ق‬
Jِ ‫ ا‬J‫ َخ‬J‫ ْم‬J‫ ِه‬Jِ‫ اَل ت‬JJJJ‫ص‬
)4( J‫ن‬Jَ J‫ و‬Jُ‫ ل‬J‫ع‬Jِ J‫ ا‬Jَ‫ ف‬J‫ ِة‬J‫ ا‬J‫ َك‬Jَّ‫ز‬J‫ ل‬Jِ‫ ل‬J‫ ْم‬Jُ‫ ه‬J‫ن‬Jَ J‫ ي‬J‫َّ ِذ‬J‫ل‬J‫ ا‬J‫) َو‬3( J‫ن‬Jَ J‫ و‬J‫ض‬
ُ J‫ ِر‬J‫ ْع‬J‫ُم‬

Artinya : Sesungguhnya beruntunglah orang-orang yang beriman, yaitu orang-


orang yang khusu` dalam salatnya, dan orang-orang yang menjauhkan diri dari
(perbuatan dan perkataan) yang tiada berguna, dan orang-orang yang
mengeluarkan zakat. (QS. Al-Mukminun 23: 1-4)

Berdasarkan sabda Nabi Saw. :

‫لم‬JJ‫اة وص‬J‫اء الزك‬JJ‫الة وإيت‬JJ‫ام الص‬J‫ل هللا وإق‬J‫دا رس‬J‫بني اإلسالم على خمس شهادة ان الإله إال هللا وان محم‬
. ‫رمضان وحج البيت لمن استطاع إليه سبيال‬
Artinya : Islam dibangun diatas lima rukun, dua kalimat syahadat Laa ilaaha
illallah dan Muhammad Rasulullah, menegakkan salat, mengeluarkan
zakat, puasa di bulan Ramadhan dan haji ke baitullah bagi yang
mampu”. (Muttafaqun `alaihi)

Anda mungkin juga menyukai