Anda di halaman 1dari 12

Masailul Fiqhiyah

Nama Kelompok:
1. Dinda Rahmi Dilfitri
2. Melti yasum dj
3. Suryani Angraini Fahmi
4. Yunidza Putri
Rukun-rukun qiyas
Operasional qiyas

Pengertian qiyas

Qiyas sebagai sandaran Kehujjahan (otoritas )


ijma’ qiyas
back
Qiyas

Menurut Bahasa
Menurut Istilah
Qiyas adalah mengukur
Qiyas adalah
sesuatu dengan sesuatu
memperhubungkan
yang universal yang sesuai
hukum sesuatu dengan
dengan benda itu dan
yang lain karena
sesuai dengan benda-
bersatu pula di antara
benda lain yang sesuai
keduanya pada illatnya
dengannya.
back
RUKUN-RUKUN QIYAS

1. Al Ashl ) ‫األصل‬
Yaitu sesuatu yg hukumnya terdapat dalam nash. Contoh : khomer
2. Al Far’u ) ‫الفرع‬
Yaitu sesuatu yg hukumnya tidak terdapat didalam nash, dan
hukumnya disamakan dengan Al Ashl. Contoh : nabidz.
3. Hukum Al Ashl )‫األصل حكم‬
Yaitu hukum syara’ yg terdapat nashnya yg ditetapkan pada Al Ashl,
dan dipakai sebagai hukum bagi al-far’u. Contoh : keharaman
khomer.
4. Al’illat ( ‫العلة‬
Yaitu sifat / keadaan tertentu yg dipakai sebagai dasar bagi hukum
ashl. Contoh iskar ( memabuk kan )
back
Operasional Qiyas

Penggunakan qiyas dimulai dengan mengeluarkan hukum yang


terdapat pada kasus yang memiliki nash. Selanjutnya mujtahid
mencari dan meneliti ada tidak nya illat nya tersebut pada kasus yang
tidak ada nashnya apabila ternyata ada illat itu, phaqih menggunakan
ketentuaan hukum pada kedua kasus itu berdasarkan keadaan illat.
Dengan demikian, yang dicari mujtahid disini adalah illat hukum
yang terdapat pada nash (hukum pokok).
Selanjutnya jika illat itu betul2 terdapat pada kasus kasus lain, yang
tampak bagi mujtahid adalah bahwa ketentuan hukum paada kasus
kasus itu adalah, yaitu etentuan hukum yang terdapat pada nash
(Makhashus alaih) menjalar kasus kasus lain yang tidak ada nashnya.
back
Qiyas sebagai sandaran ijma’

Para ulama berbeda pendapat mengenai Qiyas apabila


dijadikan sandaran ijma. Ulama yg berargumen bahwa
Ijma’ itu Qath’i, sedangkan dalil qiyas adalah zahnni.
Menerut kaidah yg qath’i itu tidak sah disandaran kepada
zahnni.
Para ulama yg berpendapat bahwa qiyas sah dijadikan
sandaran ijma berargumen bahwa hal itu telah sesuai
dengan pendapat sebagian besar ulama. Juga dikarnakan
qiyas itu termasuk salah satu dalil syara’, maka sah
dijadikan landasan ijma.
Kehujjahan (otoritas)
Qiyas

Mengenai kedudukan qiyas sebagai dalil


hukum, terjadi perbedaan pandangan
diantara ulama ushul fiqih. Sebagian
mengatakan bahwa qiyas termasuk sumber
bahkan dalil hukum, sementara yang lain
tidak demikian. Dari sejumlah literature,
ditemukan bahwa paling tidak terdapat tiga
kelompok ulama’ yang berbeda pendapat
tentang keberadaan qiyas dan kehujjahannya
sebagai hukum Islam :

next
Kelompok pertama, mengatakan
bahwa qiyas adalah dalil dan sumber
hukum. Dalam catatan Zaky al-Din
Sya’ban. Kelompok pertama ini
menyatakan bahwa para Fuqaha’
(ulama) telah sepakat – dimana qiyas
merupakan salah satu pokok atau dasar
Tasyri’ dan dalil hukum Syariah.
Kelompok ini disebut dengan
kelompok pendukung qiyas.

next
landasan mereka adalah firman Allah :
"Hai orang-orang yang beriman, taatilah
Allah dan taatilah Rasul (nya), dan ulil amri
di antara kamu.Kemudian jika kamu berlainan
pendapat tentang sesuatu, Maka
kembalikanlah ia kepada Allah (Al Quran) dan
Rasul (sunnahnya), jika kamu benar-benar
beriman kepada Allah dan hari kemudian.
yang demikian itu lebih utama (bagimu) dan
lebih baik akibatnya". (QS. Al-Nisa’ : 59)

next
Kelompok kedua, ialah kelompok yang menolak
keberadaan qiyas sebagai dalil dan sumber hukum Islam.
Kelompok ini terdiri dari kelompok al-Nizamiyah,
Mu’tazilah, Daud al-Dhahiri, Ibnu Hazm dan sebagian
kaum Syi’ah. Ibnu Hazm menyatakan dengan tegas
penolakannya berhujjah dengan ra’yu dan hanya berhujjah
pada nash Al-Qur’an dan sunnah dengan memperhatikan
makna lahirnya. Menurutnya, karena qiyas berpijak pada
dugaan ra’yu tentang suatu ‘illat, dan apa yang dihasilkan
oleh dugaan itu maka hasilnya pun bersifat dzan dan yang
demikian tidak dapat diterima sebagai dalil dan hujjah.

next
Kelompok ketiga, adalah kelompok yang
berlawanan dengan dua kelompok yang telah
disebutkan di atas. Kelompok ketiga ini, yang
kelihatannya ingin menduduki keberadaan qiyas
pada posisinya dalam hukum Islam. Al-Ghazali, Abu
Zahrah dan Ahmad Hasan misalnya, mereka
berpendapat bahwa qiyas bukanlah dalil hukum,
melainkan cara, metode atau manhaj dalam
menggali han menghasilkan hukum dari dalil nash.

next
BACK

Anda mungkin juga menyukai