Anda di halaman 1dari 4

KISI-KISI USHFIQ KLS 12

1. Makna dari mafhum muwafaqoh


Jawaban: Mafhum Muwafaqah yaitu bila keadaan makna yang tidak disebutkan itu sesuai dengan
makna yang disebutkan.
2. Macam-macam mafhum mukholafah
Jawaban: 1. Mafhum Shifat
2. Mafhum ‘Illat
3. Mafhum ‘Adad
4. Mafhum Ghoyah
5. Mafhum Hasr (Membatasi)
3. Pengertian tentang mafhum
Jawaban: Mafhum adalah sesuatu yang ditunjukkan oleh lafazh bukan pada tempat/bunyi lafazh
tersebut (tersirat)
4. Contoh ayat yang berkaitan tentang macam-macam mafhum
Jawaban: muwafaqah= ‫َفاَل َت ُقل َّلُهَم ٓا ُأف‬
Mukholafah= ‫ِإَذ ا ُن وِدَي ِللَّص َلٰو ة‬
5. Tentang lafazh musytarok dalam ayat al-Qur’an
Jawaban: 1. Al hajj ayat 18= َ ‫َلْم َتَر َأَّن َهَّللا َيْسُج ُُد‬
6. Tentang pembagian nasakh
Jawaban: 1. Menghapus hukum dan menetapkan bacaannya
2. Menghapus bacaan dan menetapkan kukumnya,
3. menghapus bacaan dan hukumnya secara bersamaan
4. Menghapus kitab dengan kitab lagi (ayat al-Qur’an dengan ayat al-Qur’an lagi
5. Menghapus sunnah dengan sunnah lagi.
6. Menghapus sunnah dengan kitab.
7. Terjadinya nasakh dalam beberapa bentuk
Jawaban: terjadinya penghapusan hukum itu dengan perintah yang qath’i
8. Syarat-syarat nasakh
Jawaban: 1. hendaklan yang dihapus itu merupakan hukum syara yang bukan wajib secara dzatnya
2. hendaklah Nasakh itu dengan hukum syara
3. tidak boleh yang dihapus itu terikat dengan waktu tertentu
4. dalil Nasikh (yang menghapus) mesti terpisah dari Mansukhnya (dalil yang dihapus) serta
datangnya terakhir daripada mansukhnya
5. Dalil Nasikh mesti lebih kuat/shahih daripada dalil yang dimansukhnya atau sebanding tidak
boleh berada dibawahnya dari segi kekuatan dalilnya, sebab dalil yang dho’if tidak dapat
menghapus dalil yang shohih

9. Kedudukan ijma dan qiyas menjadi nasakh


Jawaban: para ulama sepakat bahwasanya ijma dan qiyas tidak bisa dijadikan sebagai dalil yang
menghapus
10. Hujjah yang berlaku di zaman Nabi Saw.
Jawaban: alquran dan sunnah
11. Cara mengetahui dalil nasikh sebagai nasikh
Jawaban: 1. Dalil tersebut diketahui dari sabda nabi saw. sendiri
2. dalil tersebut diketahui dari perbuatan nabi
3. dalil tersebut diketahui saling bertentangan yang tidak mungkin dapat dikompromikan (thariqah
jam’i) antara keduanya
12. Contoh bacaan yang dinasakh oleh perbuatan hukum yang dilakukan oleh Rosul Saw.

)‫ُكْن ُت َن َه ْي ُتُك ْم َع ْن ِز َي اَر ِة اْل ُقُبْو ِر َف ُز ْو ُرْو َه ا (رواه مسلم‬


“Aku dulu pernah melarang kalian dari ziarah kubur, maka sekarang berziarahlah”. (HR. Muslim)
13. Contoh kasus menasakh as-Sunnah dengan al-Qur’an
Jawaban:
)‫ َأَقاَم َيْسَتْقِبُل َبْيَت اْلَم ْقِد ِس ِفى اًّلَّص اَل ِة ِس َّتَة َع َش َر َش ْهرا (متفق عليه‬: ‫ ََّن الَّنِبَّي ص‬:Jawaban
“Bahwasanya Nabi Saw. menghadap kiblatnya dalam shalat ke Baitul Maqdis selama 16 bulan”.
(Muttafaq ‘alaih)
Kemudian dihapus dengan firman Allah Swt. QS. Al-Baqoroh : 144,
‫َقْد َنٰر ى َتَقُّلَب َو ْج ِهَك ِفى الَّس َم ۤا ِۚء َفَلُنَو ِّلَيَّنَك ِقْبَلًة َتْر ٰض ىَهاۖ َف َو ِّل َو ْج َه َك َش ْطَر اْلَم ْس ِج ِد اْلَح َر اِم ۗ َو َح ْيُث َم ا ُكْنُتْم َفَو ُّل ْو ا‬
‫ُوُجْو َهُك ْم َش ْطَر ٗه ۗ َو ِاَّن اَّلِذ ْيَن ُاْو ُتوا اْلِكٰت َب َلَيْع َلُم ْو َن َاَّنُه اْلَح ُّق ِم ْن َّرِّبِهْم ۗ َو َم ا ُهّٰللا ِبَغاِفٍل َع َّم ا َيْع َم ُلْو َن‬
“Kami melihat wajahmu (Muhammad) sering menengadah ke langit, maka akan Kami palingkan
engkau ke kiblat yang engkau senangi. Maka hadapkanlah wajahmu ke arah Masjidilharam. Dan di
mana saja engkau berada, hadapkanlah wajahmu ke arah itu. Dan sesungguhnya orang-orang yang
diberi Kitab (Taurat dan Injil) tahu, bahwa (pemindahan kiblat) itu adalah kebenaran dari Tuhan
mereka. Dan Allah tidak lengah terhadap apa yang mereka kerjakan"
14. Kelompok ulama yang menyatakan “Di dalam al-Qur’an itu tidak ada yang dimansukh”
Jawaban: Sebagian Ulama berpendapat bahwa, ‫( َلْي َس ِفى اْلُقْر آِن َم ْن ُسْو ٌخ‬tidak ada yang dihapus dalam
al-Qur’an), ini adalah pendapat Ubay bin Ka’ab dari kalangan Sahabat, Abu Muslim al-Ishfahani dari
kalangan para Imam ahli Tafsir, juga dari kalangan para peneliti kebenaran seperti Prof.
Muhammad Abduh dan Sayyid Muhammad Rasyid Ridho serta yang lainnya.
15. Sebuah kesefakatan ummat Nabi Saw. setelah beliau wafat
Jawaban: ijma
16. Syarat-syarat bagi seorang mujtahid
Jawaban: 1. Paham makna-makna hukum Alquran dan Sunnah
2. Mengerti dan memahami ilmu bahasa arab beserta alat-alatnya seperti nahwu, shorof, Mantiq
dan lain-lainnya
17. Pembagian tentang ijma’
Jawaban: ijam sharih dan ijam sukuti
18. Bentuk ijma’ yang dilakukan oleh ulama mujtahid
Jawaban: Ijma’ dianggap sah berdasarkan perkataan juga berdasarkan perbuatan para ulama
mujtahid, dan dianggap sah juga berdasarkan ucapan atau perbuatan sebagian ulama mujtahid
serta tersebar luas ucapan atau perbuatan tersebut sedangkan sebagian ulama yang lainnya
bersikap diam atas perkara tersebut, maka hal ini disebut dengan Ijma’ Sukuti. (Sedangkan jika
seluruh ulama mujtahid mengemukakan pendapatnya secara tegas, maka hal ini disebut dengan
Ijma’ Sharih).
19. Makna qiyas menurut bahasa dan istilah
Jawaban: Qiyas menurut bahasa berarti mengukur sesuatu dan menyamakan,sesuatu dengannya.
Maka dari itu alat ukur disebut Miqyas. Dikatakan pula: Bahwa si pulan tidak dapat diqiyaskan
dengan si pulan, yaitu tidak dapat dipersamakannya.
Sedangkan menurut istilah , qiyas adalah mengeluarkan semisal hukum yang telah disebutkan
hukumnya kepada sesuatu yang belum disebutkan hukumnya karena ada kesamaan antara
keduanya.
20. Menyebut ayat yang dijadikan hujjah tentang qiyas
Jawaban: a. Al-Qur'an
1. Allah SWT berfirman QS.Al-Hasyr : 2,
‫ُأ‬
‫َفاْع َت ِبُرْو ا َي ا وِلى اَاْلْب َص اِر‬
Maka ambillah pelajaran wahai orang-orang yang memiliki akal !...”
21. Diantara sahabat yang memiliki kemampuan untuk melakukan ijtihad
Jawaban: Mu'adz, Umar, dan Ali
22. Membedakan tentang rukun-rukun qiyas
Jawaban: a. Ashal, yang berarti pokok, yaitu suatu peristiwa yang telah ditetapkan hukumnya
berdasar nash. Ashal disebut juga maqis 'alaih (yang menjadi ukuran) atau musyabbah bih (tempat
menyerupakan), atau mahmul 'alaih (tempat membandingkan);
b. Fara' yang berarti cabang, yaitu suatu peristiwa yang belum ditetapkan hukumnya karena tidak
ada nash yang dapat dijadikan sebagai dasar. Fara' disebut juga maqis (yang diukur) atau
musyabbah (yang diserupakan) atau mahmul (yang dibandingkan);
c. Hukum ashal, yaitu hukum dari ashal yang telah ditetapkan berdasar nash dan hukum itu pula
yang akan ditetapkan pada fara' seandainya ada persamaan 'illatnya; dan
d. 'Illat, yaitu suatu sifat yang ada pada ashal dan sifat itu yang dicari pada fara'. Seandainya sifat
ada pula pada fara', maka persamaan sifat itu menjadi dasar untuk menetapkan hukum fara' sama
dengan hukum ashal.
23. Menyebutkan tentang syarat ashal
Jawaban: 1. Hukum ashal itu mesti hukum yang sudah tetap, sebab kalau hukumnya belum tetap
seperti hukumnya yang dimansukh maka tidak mungkin dapat membangun hukum cabang.
2. Hukum yang tetap pada ashal itu mesti berupa hukum syara’’ sebab kalau hukumnya berupa
hukum akal atau hukum secara tinjauan bahasa maka tidak sah melakukan qiyas tersebut karena
pembahasan kita ini tiada lain dalam pembahasan qiyas syar’i.
3. Hukum ashal itu tidak boleh menyimpang dari kebiasaan qiyas, seperti tetapnya sah shaum
bersamaan dengan makan dan minum karena lupa sedangkan kalau diqiyaskan maka shaumnya
dianggap batal dan oleh karena sesuatu itu tidak tetap hukumnya ketika ada yang meniadakannya,
oleh karena itu tidak sah menqiyaskan orang yang terpaksa kepada orang yang lupa.
24. Memahami rukun-rukun qiyas
Jawaban: 1. Asal adalah Musyabbah bih (yang dibuat keserupaan)
2. Cabang adalah Musyabbah (yang diserupakan)
3. ‘Illat adalah sifat yang terdapat kesamaan antara asal dan cabang
4. Hukum adalah hukum syara’ yang akan ditetapkan kepada cabang setelah hukum tersebut tetap
pada asalnya.
25. Menyebut tentang syarat far’un
Jawaban: 1. Hukum cabang tidak boleh mendahului hukum Asala (‫)اليتقدم‬
2. Ilat pada cabang mesti sama dengan ilat asal (‫)مساِو ية‬
3. Hukum pada cabang sama dengan hukum asal (‫مساوًيا‬
26. Menyebut tentang syarat ‘Ilat
Jawaban: 1. Hendaknya ‘ilat itu ada, artinya setiap kali ada ‘ilat maka ada hukum.
2. Hendaknya sebaliknya juga, artinya setiap kali tidak ada ‘ilat maka tidak ada hukum
3. ‘Ilat itu tidak boleh bertentangan dengan nash (al-Qur’an dan as-Sunnah), karena ‘ilat tidak dapat
mengalahkan nash dan nash itu mesti didahulukan daripada ‘ilat. Seperti pendapat sebagian ulama
yang mengatakan : Bahwa seorang perempuan itu memiliki hak penuh atas dirinya, maka dianggap
sah ia menikahkan dirinya dengan tanpa izi dari walinya, hal ini diqiyaskan kepada jual beli barang
dagangnya. Maka ini bertentangan dengan sabda Nabi Saw.

Jawabannya ada di Buku Shikaa


27. Memahami tentang pembagian jenis qiyas dengan contohnya
28. Menyebutkan tentang syarat-syarat mafhum mukholafah
29. Menyebutkan perbedaan antara lafazh musytarok dan lafazh mufrodat
30. Menjelaskan macam-macam makna ijma’ dengan contohnya masing-masing
31. Menyebutkan tentang pembagian nasakh berikut contoh dalil nasikh mansukhnya
32. Menceritakan cara Rosul Saw. dalam memilih sahabat-sahabatnya sebelum diutus ke suatu negeri
sebagai duta beliau
Wilujeng menela’ah Mapel Ushfiq yang sudah dipelajari dengan penjelasannya !
Jujur dan bertanggung jawab atas segala tindaakan dan risikonya !

Anda mungkin juga menyukai