Jawaban: Mafhum Muwafaqah yaitu bila keadaan makna yang tidak disebutkan itu sesuai dengan makna yang disebutkan. 2. Macam-macam mafhum mukholafah Jawaban: 1. Mafhum Shifat 2. Mafhum ‘Illat 3. Mafhum ‘Adad 4. Mafhum Ghoyah 5. Mafhum Hasr (Membatasi) 3. Pengertian tentang mafhum Jawaban: Mafhum adalah sesuatu yang ditunjukkan oleh lafazh bukan pada tempat/bunyi lafazh tersebut (tersirat) 4. Contoh ayat yang berkaitan tentang macam-macam mafhum Jawaban: muwafaqah= َفاَل َت ُقل َّلُهَم ٓا ُأف Mukholafah= ِإَذ ا ُن وِدَي ِللَّص َلٰو ة 5. Tentang lafazh musytarok dalam ayat al-Qur’an Jawaban: 1. Al hajj ayat 18= َ َلْم َتَر َأَّن َهَّللا َيْسُج ُُد 6. Tentang pembagian nasakh Jawaban: 1. Menghapus hukum dan menetapkan bacaannya 2. Menghapus bacaan dan menetapkan kukumnya, 3. menghapus bacaan dan hukumnya secara bersamaan 4. Menghapus kitab dengan kitab lagi (ayat al-Qur’an dengan ayat al-Qur’an lagi 5. Menghapus sunnah dengan sunnah lagi. 6. Menghapus sunnah dengan kitab. 7. Terjadinya nasakh dalam beberapa bentuk Jawaban: terjadinya penghapusan hukum itu dengan perintah yang qath’i 8. Syarat-syarat nasakh Jawaban: 1. hendaklan yang dihapus itu merupakan hukum syara yang bukan wajib secara dzatnya 2. hendaklah Nasakh itu dengan hukum syara 3. tidak boleh yang dihapus itu terikat dengan waktu tertentu 4. dalil Nasikh (yang menghapus) mesti terpisah dari Mansukhnya (dalil yang dihapus) serta datangnya terakhir daripada mansukhnya 5. Dalil Nasikh mesti lebih kuat/shahih daripada dalil yang dimansukhnya atau sebanding tidak boleh berada dibawahnya dari segi kekuatan dalilnya, sebab dalil yang dho’if tidak dapat menghapus dalil yang shohih
9. Kedudukan ijma dan qiyas menjadi nasakh
Jawaban: para ulama sepakat bahwasanya ijma dan qiyas tidak bisa dijadikan sebagai dalil yang menghapus 10. Hujjah yang berlaku di zaman Nabi Saw. Jawaban: alquran dan sunnah 11. Cara mengetahui dalil nasikh sebagai nasikh Jawaban: 1. Dalil tersebut diketahui dari sabda nabi saw. sendiri 2. dalil tersebut diketahui dari perbuatan nabi 3. dalil tersebut diketahui saling bertentangan yang tidak mungkin dapat dikompromikan (thariqah jam’i) antara keduanya 12. Contoh bacaan yang dinasakh oleh perbuatan hukum yang dilakukan oleh Rosul Saw.
“Aku dulu pernah melarang kalian dari ziarah kubur, maka sekarang berziarahlah”. (HR. Muslim) 13. Contoh kasus menasakh as-Sunnah dengan al-Qur’an Jawaban: ) َأَقاَم َيْسَتْقِبُل َبْيَت اْلَم ْقِد ِس ِفى اًّلَّص اَل ِة ِس َّتَة َع َش َر َش ْهرا (متفق عليه: ََّن الَّنِبَّي ص:Jawaban “Bahwasanya Nabi Saw. menghadap kiblatnya dalam shalat ke Baitul Maqdis selama 16 bulan”. (Muttafaq ‘alaih) Kemudian dihapus dengan firman Allah Swt. QS. Al-Baqoroh : 144, َقْد َنٰر ى َتَقُّلَب َو ْج ِهَك ِفى الَّس َم ۤا ِۚء َفَلُنَو ِّلَيَّنَك ِقْبَلًة َتْر ٰض ىَهاۖ َف َو ِّل َو ْج َه َك َش ْطَر اْلَم ْس ِج ِد اْلَح َر اِم ۗ َو َح ْيُث َم ا ُكْنُتْم َفَو ُّل ْو ا ُوُجْو َهُك ْم َش ْطَر ٗه ۗ َو ِاَّن اَّلِذ ْيَن ُاْو ُتوا اْلِكٰت َب َلَيْع َلُم ْو َن َاَّنُه اْلَح ُّق ِم ْن َّرِّبِهْم ۗ َو َم ا ُهّٰللا ِبَغاِفٍل َع َّم ا َيْع َم ُلْو َن “Kami melihat wajahmu (Muhammad) sering menengadah ke langit, maka akan Kami palingkan engkau ke kiblat yang engkau senangi. Maka hadapkanlah wajahmu ke arah Masjidilharam. Dan di mana saja engkau berada, hadapkanlah wajahmu ke arah itu. Dan sesungguhnya orang-orang yang diberi Kitab (Taurat dan Injil) tahu, bahwa (pemindahan kiblat) itu adalah kebenaran dari Tuhan mereka. Dan Allah tidak lengah terhadap apa yang mereka kerjakan" 14. Kelompok ulama yang menyatakan “Di dalam al-Qur’an itu tidak ada yang dimansukh” Jawaban: Sebagian Ulama berpendapat bahwa, ( َلْي َس ِفى اْلُقْر آِن َم ْن ُسْو ٌخtidak ada yang dihapus dalam al-Qur’an), ini adalah pendapat Ubay bin Ka’ab dari kalangan Sahabat, Abu Muslim al-Ishfahani dari kalangan para Imam ahli Tafsir, juga dari kalangan para peneliti kebenaran seperti Prof. Muhammad Abduh dan Sayyid Muhammad Rasyid Ridho serta yang lainnya. 15. Sebuah kesefakatan ummat Nabi Saw. setelah beliau wafat Jawaban: ijma 16. Syarat-syarat bagi seorang mujtahid Jawaban: 1. Paham makna-makna hukum Alquran dan Sunnah 2. Mengerti dan memahami ilmu bahasa arab beserta alat-alatnya seperti nahwu, shorof, Mantiq dan lain-lainnya 17. Pembagian tentang ijma’ Jawaban: ijam sharih dan ijam sukuti 18. Bentuk ijma’ yang dilakukan oleh ulama mujtahid Jawaban: Ijma’ dianggap sah berdasarkan perkataan juga berdasarkan perbuatan para ulama mujtahid, dan dianggap sah juga berdasarkan ucapan atau perbuatan sebagian ulama mujtahid serta tersebar luas ucapan atau perbuatan tersebut sedangkan sebagian ulama yang lainnya bersikap diam atas perkara tersebut, maka hal ini disebut dengan Ijma’ Sukuti. (Sedangkan jika seluruh ulama mujtahid mengemukakan pendapatnya secara tegas, maka hal ini disebut dengan Ijma’ Sharih). 19. Makna qiyas menurut bahasa dan istilah Jawaban: Qiyas menurut bahasa berarti mengukur sesuatu dan menyamakan,sesuatu dengannya. Maka dari itu alat ukur disebut Miqyas. Dikatakan pula: Bahwa si pulan tidak dapat diqiyaskan dengan si pulan, yaitu tidak dapat dipersamakannya. Sedangkan menurut istilah , qiyas adalah mengeluarkan semisal hukum yang telah disebutkan hukumnya kepada sesuatu yang belum disebutkan hukumnya karena ada kesamaan antara keduanya. 20. Menyebut ayat yang dijadikan hujjah tentang qiyas Jawaban: a. Al-Qur'an 1. Allah SWT berfirman QS.Al-Hasyr : 2, ُأ َفاْع َت ِبُرْو ا َي ا وِلى اَاْلْب َص اِر Maka ambillah pelajaran wahai orang-orang yang memiliki akal !...” 21. Diantara sahabat yang memiliki kemampuan untuk melakukan ijtihad Jawaban: Mu'adz, Umar, dan Ali 22. Membedakan tentang rukun-rukun qiyas Jawaban: a. Ashal, yang berarti pokok, yaitu suatu peristiwa yang telah ditetapkan hukumnya berdasar nash. Ashal disebut juga maqis 'alaih (yang menjadi ukuran) atau musyabbah bih (tempat menyerupakan), atau mahmul 'alaih (tempat membandingkan); b. Fara' yang berarti cabang, yaitu suatu peristiwa yang belum ditetapkan hukumnya karena tidak ada nash yang dapat dijadikan sebagai dasar. Fara' disebut juga maqis (yang diukur) atau musyabbah (yang diserupakan) atau mahmul (yang dibandingkan); c. Hukum ashal, yaitu hukum dari ashal yang telah ditetapkan berdasar nash dan hukum itu pula yang akan ditetapkan pada fara' seandainya ada persamaan 'illatnya; dan d. 'Illat, yaitu suatu sifat yang ada pada ashal dan sifat itu yang dicari pada fara'. Seandainya sifat ada pula pada fara', maka persamaan sifat itu menjadi dasar untuk menetapkan hukum fara' sama dengan hukum ashal. 23. Menyebutkan tentang syarat ashal Jawaban: 1. Hukum ashal itu mesti hukum yang sudah tetap, sebab kalau hukumnya belum tetap seperti hukumnya yang dimansukh maka tidak mungkin dapat membangun hukum cabang. 2. Hukum yang tetap pada ashal itu mesti berupa hukum syara’’ sebab kalau hukumnya berupa hukum akal atau hukum secara tinjauan bahasa maka tidak sah melakukan qiyas tersebut karena pembahasan kita ini tiada lain dalam pembahasan qiyas syar’i. 3. Hukum ashal itu tidak boleh menyimpang dari kebiasaan qiyas, seperti tetapnya sah shaum bersamaan dengan makan dan minum karena lupa sedangkan kalau diqiyaskan maka shaumnya dianggap batal dan oleh karena sesuatu itu tidak tetap hukumnya ketika ada yang meniadakannya, oleh karena itu tidak sah menqiyaskan orang yang terpaksa kepada orang yang lupa. 24. Memahami rukun-rukun qiyas Jawaban: 1. Asal adalah Musyabbah bih (yang dibuat keserupaan) 2. Cabang adalah Musyabbah (yang diserupakan) 3. ‘Illat adalah sifat yang terdapat kesamaan antara asal dan cabang 4. Hukum adalah hukum syara’ yang akan ditetapkan kepada cabang setelah hukum tersebut tetap pada asalnya. 25. Menyebut tentang syarat far’un Jawaban: 1. Hukum cabang tidak boleh mendahului hukum Asala ()اليتقدم 2. Ilat pada cabang mesti sama dengan ilat asal ()مساِو ية 3. Hukum pada cabang sama dengan hukum asal (مساوًيا 26. Menyebut tentang syarat ‘Ilat Jawaban: 1. Hendaknya ‘ilat itu ada, artinya setiap kali ada ‘ilat maka ada hukum. 2. Hendaknya sebaliknya juga, artinya setiap kali tidak ada ‘ilat maka tidak ada hukum 3. ‘Ilat itu tidak boleh bertentangan dengan nash (al-Qur’an dan as-Sunnah), karena ‘ilat tidak dapat mengalahkan nash dan nash itu mesti didahulukan daripada ‘ilat. Seperti pendapat sebagian ulama yang mengatakan : Bahwa seorang perempuan itu memiliki hak penuh atas dirinya, maka dianggap sah ia menikahkan dirinya dengan tanpa izi dari walinya, hal ini diqiyaskan kepada jual beli barang dagangnya. Maka ini bertentangan dengan sabda Nabi Saw.
Jawabannya ada di Buku Shikaa
27. Memahami tentang pembagian jenis qiyas dengan contohnya 28. Menyebutkan tentang syarat-syarat mafhum mukholafah 29. Menyebutkan perbedaan antara lafazh musytarok dan lafazh mufrodat 30. Menjelaskan macam-macam makna ijma’ dengan contohnya masing-masing 31. Menyebutkan tentang pembagian nasakh berikut contoh dalil nasikh mansukhnya 32. Menceritakan cara Rosul Saw. dalam memilih sahabat-sahabatnya sebelum diutus ke suatu negeri sebagai duta beliau Wilujeng menela’ah Mapel Ushfiq yang sudah dipelajari dengan penjelasannya ! Jujur dan bertanggung jawab atas segala tindaakan dan risikonya !