Anda di halaman 1dari 16

Makalah

Ilmu Fikih

Hukum-Hukum Islam
Dosen pengampu : Ibu Dr. Besse Ruhaya S.Pd.I.,M.Pd.I

DI SUSUN OLEH :
Rezki Ayu Ramadhani (20700123035)
Besse Magfirah (20700123030)
Sutrayanti (20700123020)
Muhammad Ihyatul Afif Shidiq (20700123033)

Fakultas : Tarbiyah & Keguruan


Jurusan : Pendidikan Matematika

Universitas Islam Negeri Alauddin Makassar


Tahun 2023/2024
Kata Pengantar

Assalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.


Bismillahirrahmanirrahim

Puji Syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, tuhan semesta alam. Atas izin dan
karunianya, kami dapat menyelesaikan makalah tepat waktu tanpa kurang suatu apapun. Tak lupa
pula kami hanturkan shalawat serta salam kepada junjungan Rasulullah Muhammad SAW.
Semoga syafaatnya mengalir pada kita di akhir kelak.

Penulisan makalah berjudul ‘Hukum-Hukum Islam’ bertujuan untuk memenuhi tugas mata
kuliah Ilmu Fiqih. Kami mengucapkan terimakasih kepada pihak yang telah mendukung serta
membantu penyelesaian makalah. Harapannya, semoga makalah ini dapat memberikan manfaat
bagi pembaca.

Dengan kerendahan hati, kami memohon maaf apabila ada ketidak sesuaiaan kalimat dan
kesalahan. Meskipun demikian, kami terbuka pada kritik dan saran dari pembaca demi
kesempurnaan makalah.

Wassalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

Gowa, 03/Oktober/2023

i
Daftar Isi

KATA PENGANTAR…………….…………………………………………………i
DAFTAR ISI…………………..……………………………………………………ii
BAB l PENDAHULUAN
A. Latar Belakang….………………………………………………………………....1
B. Rumusan Masalah…………………………………………………………………2
C. Tujuan Makalah…………………………………………………………………...2
BAB II ISI
A. Pengertian Hukum Islam... ………………………..………………………………3
B. Hubungan syariah, fiqh dan hukum islam
……………………………………........4
C. Pembagian Hukum Iskam…………………………………………………………8
D. Karakteristik Hukum Islam…………………………………………….………….9
E. Tujun Hukum Islam……………………………………………………..……….10
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan………………………………………………………………………12
B. Saran……………………………………………………………………………..12
DAFTAR PUSTAKA………………………………………………………………..13

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Hukum Islam adalah hukum yang berasal dari agama islam. Yaitu hukum yang
diturunkan oleh Allah untuk kemaslahatan hamba-hambaNya dunia dan akhirat. Dalam
definisi di atas menunjukkan bahwa hukum islam itu ciptaan Allah, bukan ciptaan
manusia. Hal ini karena yang berhak dan berwenang untuk membuat dan meciptakan
hukum, yaitu antara lain menghalalkan sesuatu dan mengharamkan yang lainnya. Jika
Rasulullah Muhammad SAW. Itu juga menghalalkan dan mengharamkan sesuatu
sebagaimana Allah lakukan, hal itu karena Allah juga yang memberi beliau kewenangan
dan Allah juga yang memerintahkan umat islam untuk menaati beliau. Allah berfirman :

‫َٰل‬ ‫ٌّۢن‬
‫َم ن َك َفَر ِبٱِهَّلل ِم ۢن َبْع ِد ِإيَٰم ِنِهٓۦ ِإاَّل َم ْن ُأْك ِر َه َو َقْلُب ۥُه ُم ْطَم ِئ ِبٱِإْل يَٰم ِن َو ِكن َّم ن َش َر َح ِبٱْلُك ْفِر‬
‫َص ْد ًر ا َفَعَلْيِهْم َغ َض ٌب ِّم َن ٱِهَّلل َو َلُهْم َع َذ اٌب َع ِظ يٌم‬
Barangsiapa yang kafir kepada Allah sesudah dia beriman (dia mendapat kemurkaan
Allah), kecuali orang yang dipaksa kafir padahal hatinya tetap tenang dalam beriman (dia
tidak berdosa), akan tetapi orang yang melapangkan dadanya untuk kekafiran, maka
kemurkaan Allah menimpanya dan baginya azab yang besar. (Q.S. An-Nahl : 106)

Istilah “Hukum Islam” itu jarang dipakai oleh para ulama islam. Istilah yang selalu
mereka pakai untuk menunjukkan hukum islam ada dua yaitu : Syariat dan Fiqih. Berikut
ini di paparkan keterangan mengenai keduanya secara berurutan.

Secara etimologi, syariat (atau bisa juga disebut syariah) berasal dari kata Arab yang
mempunyai arti tempat yang banyak air.

Seacara terminologis, syariat itu mempuyai dua pengertian; luas dan sempit. Secara luas,
syariat ialah segala hukum dan ketentuan yang di tetapkan oleh Allah untuk hamba-
hamba-Nya demi masalah mereka didunia dan akhirat. Secara sempit, syariat berarti
segala hukum yang berkaitan dengan perbuatan yang di tetapkan oleh Allah untuk
hamba-hamba- Nya demi masalah mereka di dunia dan akhirat.

Untuk lebih memberikan kejelasan tentang makna hukum Islam maka perlu diketahui
lebih dulu arti masing-masing kata. Kata hukum secara etimologi berasal dari akar kata
bahasa Arab, yaitu َ ْ ‫َم َ حَك‬-‫ حُكُ م ي‬hakama-yahkumu yang kemudian bentuk mashdar-nya
menjadi ‫ مًْاحُك‬hukman. Lafadz ‫ ُم ْ حُكْ َلا‬al-hukmu adalah bentuk tunggal dari bentuk jamak
ُ .ahkâm-al ‫ْاََل ْ حَك ام‬

1
B. Rumusan Masalah

1. Jelaskan pengertian hukum islam ?


2. Penjelasan hubungan syariah, fiqh dan hukum islam ?
3. Penjelasan mengenai pembagian hukum islam ?
4. Penjelasan karakteristik hukum islam ?
5. Penjelasan mengenai tujuan hukum islam ?

C. Tujuan Makalah
Untuk dapat mengetahui mengenai pengertian hukum islam, penjelasan mengenai hukum
syariah, fiqih dan hukum islam, penjelasan pembagaian hukum islam, karakteristik
hukum islam, dan tujuan hukum islam. Selain itu untuk memenuhi tugas dari mata kuliah
Ilmu Fiqih.

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Hukum Islam

Istilah hukum islam merupakan istilah khas indonesia, sebagai terjemahan dari al-
fiqh al-islamy, istilah ini dalam wacana ahli hukum barat digunakan istilah islamic law.
Dalam Al-Qur,an maupun sunnah. Istilah hukum islam tidak dijumpai, yang digunakan
adalah kata syariah yang dalam penjabarannya kemudian lahir istilah fiqh.
Dalam penjelasan tentang hukum islam dari literatur barat, menurut Joseph
Schant dalam bukunya : An Introduction to Islamic Law, seperti yang dikutif Dr.
Mardani, hukum islam yaitu : keseluruhan khitab Allah yang mengatur kehidupan
seorang muslim dari segala aspeknya.
Menurut Prof. Dr. Amir Syarifuddin, seperti yang dikutip Dr. Mardani, hukum
islam adalah seperangkat peraturan berdasarkan wahyu Allah dan Sunnah Rasul tentang
tingkah laku manusia mukallaf yang diakui dan diyakini berlaku dan mengikat untuk
semua umat yang beragama islam.
Dari definisi yang dikemukakan diatas dapat dipahami bahwa hukum islam
mencakup hukum Syariah dan hukum Fiqih, karena arti Syara’ dan Fiqih terkandung di
dalamnya.

Hukum islam merupakan kata majemuk yang masing-masing kata-katanya pada


mulanya berasal dari Bahasa Arab yaitu, hukum dan islam. Akan tetapi, penggunaan
kedua kata tersebut dalam bentuk kata majemuk, hanya digunakan dalam Bahasa
Indonesia, sedangkan di dalam Bahasa Arab sendiri, penggunaan kata majemuk tersebut
tidak dikenal.

Para ulama membagi dalil hukum syara’ menjadi dua, pertama dalil yang di sepakati
(muttafaq) dan dalil yang tidak di sepakati (mukhtalaf). Dalil yang disepakati terdiri dari
empat macam, yaitu : Al-Qur,an, Hadis, Ijma’ dan qiyas. Mereka juga bersepakat pada
urutan prioritas penggunaanya yang harus digunakan secara tertib tidak boleh melompat.
Konsekuensinya apabila terjadi suatu peristiwa, maka harus dilihat hukumnya terlebih

3
dahulu didalam Al-Qur’an, jika tidak di temukan, maka dilihat hukumnya dalam hadis,
jika tidak ditemukan dilihat hukumnya didalam ijma’, jika tidak ditemukan juga, maka
berijtihad untuk mendapatkan hukumnya dengan menggunakan qiyas. Hal ini didasari
oleh ayat Al-Quran dibawah ini :

‫َٰن‬
‫َأُّيَها ٱَّلِذ يَن َء اَم ُنٓو ۟ا َأِط يُعو۟ا ٱَهَّلل َو َأِط يُعو۟ا ٱلَّرُس وَل َو ُأ۟و ِلى ٱَأْلْمِر ِم نُك ْم ۖ َفِإن َت َز ْع ُتْم‬
‫َٰذ‬
‫ِفى َش ْى ٍء َفُر ُّدوُه ِإَلى ٱِهَّلل َو ٱلَّرُس وِل ِإن ُكنُتْم ُتْؤ ِم ُنوَن ِبٱِهَّلل َو ٱْلَيْو ِم ٱْل َء اِخ ِر ۚ ِلَك َخ ْيٌر‬
‫َو َأْح َس ُن َتْأِوياًل‬

Artinya: Hai orang-orang yang beriman, taatilah Allah dan taatilah Rasul (Nya), dan
ulil amri di antara kamu. Kemudian jika kamu berlainan pendapat tentang sesuatu, maka
kembalikanlah ia kepada Allah (Al Quran) dan Rasul (sunnahnya), jika kamu benar-benar
beriman kepada Allah dan hari kemudian. Yang demikian itu lebih utama (bagimu) dan
lebih baik akibatnya. (QS. An-Nisa / 4 : 59 )

Adapun dalil yang tidak disepakati (mukhtalaf). Menurut wahbah Zuhaeli ada tujuh, yaitu
: Ishtihsan, mamaslahah mursalah (istishlah), istishab, urf, mahzab sahabi, syar’u man
qablana dan saddu alzaria. Tapi menurut abdul wahab khllaf hanya ada enam yaitu
dengan meniadakan saddu alzaria. Oleh karena itu, menurut abdul wahab khallaf jumlah
keseluruhan adillah syar’iyyah berjumlah sepuluh macam.

B. Penjelasan hubungan Syariah, Fiqih, dan Hukum islam


1. Pengertian Syari’ah
Karena fiqih itu berkaitan erat dengan syari’ah atau bahkan syari’ah itu merupakan
induk dari fiqih, maka sebelum membicarakan pengertian fiih terlebih dahulu di
jelaskan secara sederhana arti syari’ah itu.
Secara leksikal syari’ah berarti “jalan ketempat pengairan” atau “jalan yang harus
diikuti”, atau “tempat lalu air disungai”. Arti terakhir ini digunkan orang Arab sampai
sekrang untuk maksud kata “syari’ah. Kata syari’ah atau yang seakar dengan itu
muncul dibeberapa kali dalam Al-Qur’an seperti dalam :
a) Surah Al-Maidah Ayat 48

4
ۖ‫َو َأنَز ْلَنٓا ِإَلْيَك ٱْلِكَٰت َب ِبٱْلَح ِّق ُم َص ِّد ًقا ِّلَم ا َبْيَن َيَدْيِه ِم َن ٱْلِكَٰت ِب َو ُم َهْيِم ًنا َع َلْيِه‬
‫َفٱْح ُك م َبْيَنُهم ِبَم ٓا َأنَز َل ٱُهَّللۖ َو اَل َتَّتِبْع َأْه َو ٓاَء ُهْم َع َّم ا َج ٓاَء َك ِم َن ٱْلَح ِّقۚ ِلُك ٍّل َج َعْلَنا‬
‫ِم نُك ْم ِش ْر َع ًة َو ِم ْنَهاًج اۚ َو َلْو َشٓاَء ٱُهَّلل َلَج َعَلُك ْم ُأَّم ًة َٰو ِح َد ًة َو َٰل ِكن ِّلَيْبُلَو ُك ْم ِفى َم ٓا‬
‫َء اَتٰى ُك ْم ۖ َفٱْس َتِبُقو۟ا ٱْلَخ ْيَٰر ِتۚ ِإَلى ٱِهَّلل َم ْر ِج ُعُك ْم َج ِم يًعا َفُيَنِّبُئُك م ِبَم ا ُكنُتْم ِفيِه‬
‫َتْخ َتِلُفوَن‬

Artinya: Dan Kami telah turunkan kepadamu Al Quran dengan membawa kebenaran,
membenarkan apa yang sebelumnya, yaitu kitab-kitab (yang diturunkan sebelumnya)
dan batu ujian terhadap kitab-kitab yang lain itu; maka putuskanlah perkara mereka
menurut apa yang Allah turunkan dan janganlah kamu mengikuti hawa nafsu mereka
dengan meninggalkan kebenaran yang telah datang kepadamu. Untuk tiap-tiap umat
diantara kamu, Kami berikan aturan dan jalan yang terang. Sekiranya Allah
menghendaki, niscaya kamu dijadikan-Nya satu umat (saja), tetapi Allah hendak
menguji kamu terhadap pemberian-Nya kepadamu, maka berlomba-lombalah berbuat
kebajikan. Hanya kepada Allah-lah kembali kamu semuanya, lalu diberitahukan-Nya
kepadamu apa yang telah kamu perselisihkan itu.

b) Surah Al-Syura’ ayat 13

‫َش َر َع َلُك م ِّم َن ٱلِّديِن َم ا َو َّص ٰى ِبِهۦ ُنوًح ا َو ٱَّلِذ ٓى َأْو َح ْيَنٓا ِإَلْيَك َو َم ا َو َّصْيَنا ِبِهٓۦ‬
‫ِإْبَٰر ِهيَم َو ُم وَس ٰى َو ِع يَس ٰٓى ۖ َأْن َأِقيُم و۟ا ٱلِّديَن َو اَل َتَتَفَّر ُقو۟ا ِفيِهۚ َك ُبَر َع َلى‬

‫ٱْلُم ْش ِر ِكيَن َم ا َتْدُعوُهْم ِإَلْيِهۚ ٱُهَّلل َيْج َتِبٓى ِإَلْيِه َم ن َيَشٓاُء َو َيْه ِد ٓى ِإَلْيِه َم ن ُيِنيُب‬
Artinya: Dia telah mensyari'atkan bagi kamu tentang agama apa yang telah
diwasiatkan-Nya kepada Nuh dan apa yang telah Kami wahyukan kepadamu dan apa
yang telah Kami wasiatkan kepada Ibrahim, Musa dan Isa yaitu: Tegakkanlah agama
dan janganlah kamu berpecah belah tentangnya. Amat berat bagi orang-orang
musyrik agama yang kamu seru mereka kepadanya. Allah menarik kepada agama itu
orang yang dikehendaki-Nya dan memberi petunjuk kepada (agama)-Nya orang yang
kembali (kepada-Nya).

5
c) Surah Al-Jasiyah ayat 18

‫ُثَّم َج َعْلٰن َك َع ٰل ى َش ِرْيَعٍة ِّم َن اَاْلْمِر َفاَّتِبْعَها َو اَل َتَّتِبْع َاْه َو ۤا َء‬
Artinya : kemudian Kami jadikan engkau (Muhammad) mengikuti syariat
(peraturan) dari agama itu, maka ikutilah (syariat itu) dan janganlah engkau ikuti
keinginan orang-orang yang tidak mengetahui.

Dari ayat Al quran tersebut di atas “agama” di tetapkan Allah untuk manusia yang
disebut “syari’at” dalam arti lughawi, karena umat islam selalu melaluinya dalam
kehidupannya di dunia. Kesamaan syariat islam dengan jalan air adalah dari segi
bahwa siapa yang mengikuti syari’ah itu iyah akan mengalir dan bersih jiwanya.
Allah menjadikan air sebagai penyebab kehidupan tumbuh-tumbuhan dan hewan
sebagaimana dia menjadikan syari’ah sebagai penyebab kehidupan jiwa manusia.

2. Pengertian Fiqh
Kata fiqh secara arti kata berarti : “paham yang mendalam”. Semua kata “fa qa ha”
yang terdapat dalam Al-Qur’an mengandung arti ini umpamanya firman Allah dalam
Surah At-Taubah : 122 :

‫ِم ن ُك ِّل ِفْر َقٍة ِّم ْنُهْم َطٓاِئَفٌة ِّلَيَتَفَّقُهو۟ا ِفى‬ ‫َو َم ا َك اَن ٱْلُم ْؤ ِم ُنوَن ِلَينِفُر و۟ا َك ٓاَّفًةۚ َفَلْو اَل َنَفَر‬
‫َقْو َم ُهْم ِإَذ ا َر َج ُعٓو ۟ا ِإَلْيِهْم َلَعَّلُهْم َيْح َذ ُر وَن‬ ‫ٱلِّديِن َو ِلُينِذُر و۟ا‬
Artinya: Tidak sepatutnya bagi mukminin itu pergi semuanya (ke medan perang).
Mengapa tidak pergi dari tiap-tiap golongan di antara mereka beberapa orang untuk
memperdalam pengetahuan mereka tentang agama dan untuk memberi peringatan
kepada kaumnya apabila mereka telah kembali kepadanya, supaya mereka itu dapat
menjaga dirinya.
Ilmu bukanlah dalam bentuk zanni seperti paham atau fiqh yang merupakan ilmu
tentang hukum yang zanni dalam dirinya. Dalam definisi ini fiqh diibaratkan dengan
ilmu karena fiqh itu semacam ilmu pengetahuan. Memang fiqh itu tidak sama dengan
ilmu seperti yang disebutkan diatas karena fiqih itu bersifat zanni, karena ia adalah
hasil apa yang dapat dicapai melalui ijtihadnya para mujtahil ; sedangkan ilmu itu

6
mengandung arti suatu yang pasti atau qath’iy. Namun karena zhann dalam fiqh itu
kuat, maka ia mendekat kepada ilmu ; karenanya dalam definisi ini ilmu digunakan
juga untuk fiqh.

3. Pengertian Hukum Islam


Hukum islam merupakan rangakaian dari kata “hukum” dan kata “islam”. Kedua kata
itu secara terpisah merupakan kata yang digunakan dalam bahasa arab dan banyak
terdapat dalam Al-Qur’an dan juga dalam bahasa indonesia baku. “hukum islam”
sebagai suatu rangkaian kata telah menjadi bahasa indonesia yang hidup dan terpakai,
namun bukan merupakan kata yang terpakai dalam bahasa arab dan tidak ditemukan
dalam Al-Qur’an; juga tidak ditemukan dalam literatur yang berbahasa arab. Karena
itu tidak akan menemukan artinya secara definitif.
Bila artian sederhana tentang “hukum islam” itu dihubungkan kepada pengertian
“fiqh” sebagaimana dijelaskan sebelumnya, dapat dikatakan bahwa yang dimaksud
dengan hukum islam itu adalah yang bernama “fiqh” dalam literatur islam yang
berbahasa arab. Dengan demikian setiap kata “fiqh” dalam hal ini berarti “hukum
islam”.

Berdasarkan pengertian di atas antara syari’at, fiqh, dan hukum islam memiliki
hubungan yaitu merupakan peraturan yang bersumber dari ajaran islam untuk
mengatur kehidupan manusia dan alam sekitar. Hukum islam dapat digunakan dalam
pidana islam, juga akan diterapkan dalam kehidupan masyarakat islam, baik local
maupun nasional. Dengan demikian, hukum islam di Indonesia adalah peraturan-
peraturan yang diambil dari wahyu dan dibagi ke dalam lima produk pemikiran
hukum yaitu, fiqh, fatwa ulama, keputusan pengadilan, dan undang-undang, serta
sosiologi hukum yang dipedomani dan diberlakukan bagi umat islam di Indonesia.
Hukum islam di Indonesia merupakan hasil dari ijtihad ulama yang melahirkan kitab
fiqh yang bersumber dari Al-qur’an dan hadits, sehingga dipedomani oleh para
peneliti dan penulis tentang hukum islam di Indonesia. Hasil dari produk-produk
pemikir hukum islam tersebut, dibuat dalam satu kitab yang menjadi rujukan dalam

7
mengambil keputusan atau kebijakan dalam lembaga-lembaga peradilan dan instansi
lainnya.

C. Pembagian Hukum Islam


Jika dilihat dari pembagian hukum islam, memiliki beberapa bagian. Ada yang
hukumnya wajib, ada yang hukumnya sunnah, haram, makruh dan mubah. Berikut
ulasannya.

1. Wajib

Saya yakin, banyak yang menyadari betul kata wajib satu ini. Dikatakan wajib apabila
mengerjakan perbuatan akan mendapatkan pahala. Apabila meninggalkan kewajiban,
akan mendapatkan siksa atau dosa. Kecuali bagi orang yang tidak mengetahui
ilmu/aturan.

2. Sunnah

Dikatakan sunnah apabila seseorang yang mengerjakan perintah akan mendapatkan


pahala. Jika tidak mengerjakannya pun tidak dosa atau tidak disiksa. Hanya saja, banyak
orang yang menyarankan untuk mengerjakan sunnah, karena sayang jika ada
kesempatan mengumpulkan amal, tidak dimanfaatkan.

3. Haram

Dalam kehidupan sehari-hari, umat muslim memiliki banyak aturan yang menyangkut
tentang ke-halal-lan dan mana yang haram. Dikatakan haram apabila hal-hal yang
dilarang tetap dilanggar, akan dicatat sebagai dosa. Jika meninggalkan hal-hal yang
haram, maka akan dicatat mendapatkan pahala.

4. Makruh

Dikatakan makruh apabila aturan yang dimakruhkan di tinggalkan, maka jauh lebih
baik. sedangkan jika yang dimakruhkan tetap dilakukan, maka kurang elok atau kurang
baik. Baik itu kurang baik untuk diri sendiri atau orang lain. Misalnya, merokok, bagi
diri sendiri tidak baik untuk kesehatan. Bagi orang pun juga kurang baik.

5. Mubah

Dikatakan mubah hal-hal yang dibolehkan dalam agama dibolehkan di kerjakan atau
yang seharusnya di tinggalkan tidak di kerjakan.

8
D. Karakteristik Hukum Islam
Sementara itu, hukum Islam sendiri memiliki sejumlah karakteristik khusus, melansir
buku Hukum Islam untuk Perguruan Tinggi. Berikut ini:

1. Bersifat ketuhanan
Maksudnya, semua aturan yang dibuat mesti berasal dan bersumber dari ketentuan
hukum Allah SWT yakni Al-Qur'an, serta tidak pula bertentangan dengan kehendak-Nya.

Adapun hukum Islam yang bersumber dari Al-Qur'an dan hadits berbeda dengan hukum
buatan manusia. Yang mana hukum manusia hanya mengatur yang terlihat serta
keduniawian saja. Sementara hukum Islam mengatur mengenai persoalan kebatinan
dengan Allah, dan memikirkan apa-apa yang dianggap halal dan haram.

2. Universal dan dinamis


Islam adalah agama yang global baik dari ajaran maupun manfaatnya dalam masyarakat.
Ajaran Islam mencakup seluruh alam tanpa dibatasi dengan suatu wilayah tertentu, serta
dinamis yang mana cocok pada setiap zamannya.

Hukum Islam mengajarkan manusia berbagai ketentuan yang berguna dan positif,
sehingga bisa dipergunakan sepanjang masa dan di segenap tempat.

3. Kemanusiaan
Syariat yang berlaku sifatnya umum dan meliputi garis besar segala persoalan. Untuk
ketentuannya yang lebih detail, berperanlah ijtihad para ulama dengan berpatokan pada
ketetapan kaidah luas yang telah diberi dalam Al-Qur'an maupun hadits. Di mana hukum-
hukum yang terkandung selalu diwujudkan untuk keperluan dan permasalahan manusia.

4. Bersifat ta'aquli dan ta'abbudi


Islam meliputi bidang muamalah dan ibadah. Pada bidang ibadah ada nilai taʼabbudil
ghairu ma'qulah al ma'na (irasional), maksudnya manusia tidak boleh beribadah kecuali

9
dengan apa yang telah disyariatkan. Dalam sisi ini, hamba Allah tidak berijtihad lagi,
melainkan harus mengikuti ketentuan yang ada.
Sementara di segi muamalah, terdapat nilai ta'aquli atau ma'aqulah al-ma'na (rasional).
Artinya, umat Islam perlu berijtihad untuk melakukan ketentuan-ketentuan syariat
tersebut.

5. Wasathiyah
Keseimbangan dalam hukum Islam tak berat sebelah dalam menghadapi kehidupan dan
persoalan manusia. Semuanya proporsional dan berada di tengah-tengah, tidak terlalu
cenderung ke satu sisi atau sisi lainnya.

E. Tujuan Hukum Islam


Keberadaan dari hukum Islam memiliki tujuan tersendiri bagi umat Islam, yakni untuk
kebaikan umat Islam di mana pun mereka berada. Berikut beberapa tujuan hukum Islam:

1. Memelihara Akal
Adanya hukum Islam satu di antaranya adalah untuk memelihara akal. Seperti yang
diketahui, umat Islam selama ini dilarang minum-minuman beralkohol yang bisa
menyebabkan mabuk dan juga melarang konsumsi narkoba.Dalam hukum Islam jelas
telah mengharamkan segala sesuatu yang bisa membuat mabuk dan melemahkan pikiran.

2. Memelihara Kemuliaan
Selain memelihara akal, tujuan hukum Islam lainnya adalah untuk memelihara kemuliaan
setiap manusia agar manusia terbebas dari berbagai hal yang bisa mencemari nama baik
serta kehormatannya.
Dalam syariat Islam turut mengatur hal-hal yang berkaitan dengan fitnah serta manusiA
dilarang untuk membicarakan tentang orang lain (bergosip).

4. Memelihara Jiwa

10
Tujuan hukum Islam selanjutnya adalah untuk memelihara jiwa. Dalam Islam, nyawa
sangat berharga dan setiap manusia harus menjaga keselamatan diri mereka masing-
masing.

Saking berharganya nyawa manusia, dalam hukum Islam jelas telah ditetapkan adanya
sanksi jika ada yang membunuh dengan alasan yang tidak benar.

4. Memelihara Keturunan
Tujuan hukum Islam berikunya adalah untuk memelihara keturunan. Keturunan penting
karena menyangkut dengan masa depan dan dalam upaya menjaga garis keturunan itu
sendiri.
Maka itu, anak yang baru lahir melalui suatu pernikahan, berhak memperoleh garis
keturunan yang disesuaikan dari sang ayah.

5. Memelihara Agama
Tujuan hukum Islam untuk memelihara agama. Islam tidak pernah memaksa setiap
manusia untuk memeluk suatu agama Karena hal ini hak dan kebebasan dari masing-
masing orang.
Namun, Islam memiliki sanksi untuk umatnya yang murtad dengan tujuan supaya
manusia tidak mempermainkan agamanya sendiri.

6. Memelihara Harta
Tujuan hukum Islam yang terakhir adalah memelihara harta. Hukum Islam sangat jelas
melarang tindakan pencurian dan ada sanksi atas tindakan tersebut. Dengan sanksi itulah,
akan mencegah manusia untuk melakukan pelanggaran pada harta milik orang lain.

11
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Hukum islam adalah seperangkat peraturan berdasarkan wahyu Allah dan sunnah
Rasul tentang tingkah laku manusia mukallaf yang diakui dan diyakini berlaku dan
mengikat untuk semua umat yang beragam islam.
Bersasarkan pengertian diatas antara syari’at, fiqh, dan hukum islam memiliki
hubungan yaitu merupakan perturan yang bersumber dari ajaran islam untuk
mengatur kehidupan manusia dan alam sekitar.
Tujuan hukum islam secra umum adalah untuk mencegah kerusakan pada manusia
dan mendatangkan kemaslahatan bagi mereka, mengarahkan mereka pada kebenaran
untuk mencapai kebahagiaan hidup manusia di dunia dan di akhirat kelak, dengan
jalan mengambil segla yang bermanfaat, dan mencegah atau menolak yang mudharat.

B. Saran
Demikianlah makalah yang kami buat ini, semoga bermanfaat dan menambah
pengetahuan para pembaca. Kami mohon maaf apabila ada kesalahan ejaan dalam
penulisan kata dan kalimat yang kurang jelas, dimengerti, dan lugas.Karena kami
hanyalah manusia biasa yang tak luput dari kesalahan Dan kami juga sangat
mengharapkan saran dan kritik dari para pembaca demi kesempurnaan makalah ini.
Sekian penutup dari kami semoga dapat diterima di hati dan kami ucapkan terima
kasih yang sebesar-besarnya.

12
DAFTAR PUSTAKA

Shidiq Sapiudin.Ushul Fiqh.Kencana.(Jakarta,2017.)

Syarifuddin Amir. Garis-garis Besar Fiqh.Kencana.(Jakarta,2010)

Mardani.Ushul Fiqh.Pt Rajagrafindo Persada.(Jakarta:2016)

https://deepublishstore.com/blog/materi/pengertiaan-hukum-islam/

https://www.academia.edu/287324446/
Persamaan_dan_Perbedaan_Antara_Syariat_Fiqh_Hukum_Islam_dan_Hukum_Nasio
nal_yang_Menganut_Prinsip_prinsip_Syariat

13

Anda mungkin juga menyukai