Anda di halaman 1dari 4

1.

1 Latar Belakang
Al-Qur’an sebagai sumber utama petunjuk bagi umat Islam
secara garis besar mengandung perihal aqidah, akhlad dan
syari’ah serta hukum bagi keberlangsungan hidup manusia
sehari-harinya. Pada masa hidupnya, Rasulullah sebagai penafsir
kalamullah dimana beliau menjawab, meluruskan serta memberi
petunjuk arahan akan maksud serta interpretasi yang ada dalam
Al-Qur’an melalaui sunnah-sunnahnya. Namun pada masa
setelahnya, dengan Islam yang mulai menyebar di seluruh
penjuru dunia dan wafatnya Rasul, maka ketentuan petunjuk
tersebut menjadi sulit untuk ditetapkan serta menimbulkan
berbagai perdebatan. Dengan urgensi tersbeut maka dibuatlah
hukum ketetapan dengan Al-Qur’an dan sunnah sebagai
pedomannya.
Maka para ulama mengemukakan sebuah ilmu ushul
fiqih. Abu Zahrah menjelaskan bahwa ilmu ushul fiqih adalah
ilmu yang menjelaskan kepada mujtahid tentang jalan-jalan yang
harus ditempuh dalam mengambil hukum-hukum dari nash dan
dari dalil-dalil lain yang disandarkan kepada nash itu sendiri.
Oleh karenanya usuhul fiqih juga dikatakan sebagai kumpulan
kaidah atau metode yang menjelaskan kepada ahli hukum Islam
tentang cara mengeluarkan hukum dari dalil-dalil syara1.
Tujuan dari Ushul Fiqih adalah menerapkan kaidah
terhadap suatu perkara yang rinci untuk menghasilkan hukum
syara’ yang ditunjuki dalil itu. Jadi secara bahasa, nash tersebut
dapat dipahami dengan jelas hukum dan kaidahnya sehingga
dapat menghilangkan kesamaran hal yang tidak dapat diketahui.
Dengannya, melalui metode tersebut maka dapat diambil
kesimpulan terhadap pembagian dan jenis hukum yang dapat di
terapkan dalam ushul fiqih sendiri. Hal tersebut diprktikan agar
kejelasan hukum-hukum perbuatan, ibadah serta ketetapan dalam

1
Abu Zahrah, Ushul Fiqih, Mesir: Darul Fikri al-Arabyu, 1958, hal. 4
Islam dapat ditetapkan dengan jelas dan tidak transparan, dalam
artian setiap umat Islam dapat mengetahui tidap hukum yang ada
juga dapat mengaplikasikannya terhadap kehidupan sehari-hari.
1.2 Rumusan Masalah
1. Bagimana pengertian Hukum dalam Islam
2. Bagaiaman ciri-ciri Hukum dalam Islam
3. Bagaimana pembagian Hukum dalam Islam
1.3 Tujuan
1. Mengetahui pengertian Hukum dalam Islam
2. Mengetahui ciri-ciri Hukum dalam Islam
3. Mengetahui pembagian Hukum dalam Islam
2.1 Pengertian Hukum

Hukum merupakan peraturan-peraturan yang terdiri dari


komponen berupa ketentuan yang fungsinya sebagai suruhan dan
larangan dimana keduanya menimbulakn kewajiban atau hak
umat manusia. Sedangkan Muhammad Daud Ali menyebutkan
kata hukum berasal dari bahasa Arab yang bermakna norma,
kaidah, aturan, tolak ukur, pedoman yang digunakan untuk
menilai atau melihat tingkah laku manusia dengan lingkungan
disekitarnya. Adapun menurut Al-Fayumi dalam buku Zainuddin
Ali, Hukum Islam: Pengantar Hukum Islam di Indonesia,
menyebutkan bahwa hukum bermakna memutuskan, menetapkan
dan menyelesaikan permasalahan2.

Kata hukum secara etimologi berasal dari akar kata


ُ ????‫َ ح‬hakama-yahkumu yang
bahasa Arab, yaitu َ ْ‫ َم َحك‬-‫ك ُم ي‬
kemudian bentuk mashdar-nya menjadi ‫ ُ ماًْحك‬hukman. Lafadz ‫ْم‬
‫ُحك ُاَل‬
ْ al-hukmu adalah bentuk tunggal dari bentuk jamak ُ .ahkâm-
al ‫ ْاَ َل ْح َكام‬Berdasarkan akar kata ‫ َ َمك َح‬hakama tersebut kemudian
muncul kata ُ ْ ِ‫ ح ْ َكم????ة َل ا‬al-hikmah yang memiliki arti
kebijaksanaan. Hal ini dimaksudkan bahwa orang yang
memahami hukum kemudian mengamalkannya dalam kehidupan
sehari-hari maka dianggap sebagai orang yang bijaksana3. Arti
lain yang muncul dari akar kata tersebut adalah “kendali atau
kekangan kuda”, yakni bahwa keberadaan hukum pada
hakikatnya adalah untuk mengendalikan atau mengekang
seseorang dari hal-hal yang dilarang oleh agama. Maka dapat
dipastikan tujuan awal dari adanya hukum Islam adalah untuk
mengendalikan serta membatasi perilaku pada umatnya menurut
ketetapan yang ada.

2
Zaiuddin Ali, Hukum Islam: Pengantar Hukum Islam di Indonesia, Jakarta: Sinar Grafika, 2006, hal. 1
3
Mardani, Hukum Islam: Pengantar Ilmu Hukum Islam di Indonesia, Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2015,
hal. 14
Hal tersebut didukung oleh Qur’an Surah Ali Imran ayat
20 dimana ayat tersebut mendukung perihal kebenaran yang
terkandung dalam hukum Islam, yakni:
‫هّٰلِل‬ َ ْ‫اِ ْن َح ۤاجُّ و‬
َ ‫ت َوجْ ِه َي ِ َو َم ِن اتَّبَ َع ِن ۗ َوقُلْ لِّلَّ ِذ ْينَ اُوْ تُوا ْال ِك ٰت‬
ۗ ‫ب َوااْل ُ ِّم ٖيّنَ َءاَ ْسلَ ْمتُ ْم‬ ُ ‫ك فَقُلْ اَ ْسلَ ْم‬

‫ص ْي ۢ ٌر بِ ْال ِعبَا ِد‬ ‫هّٰللا‬


ِ َ‫ك ْالبَ ٰل ُغ ۗ َو ُ ب‬
َ ‫فَا ِ ْن اَ ْسلَ ُموْ ا فَقَ ِد ا ْهتَدَوْ ا ۚ َواِ ْن تَ َولَّوْ ا فَاِنَّ َما َعلَ ْي‬

Artinya:

Kemudian jika mereka membantah engkau (Muhammad)


katakanlah, “Aku berserah diri kepada Allah dan (demikian pula)
orang-orang yang mengikutiku.” Dan katakanlah kepada orang-
orang yang telah diberi Kitab dan kepada orang-orang buta huruf,
”Sudahkah kamu masuk Islam?” Jika mereka masuk Islam,
berarti mereka telah mendapat petunjuk, tetapi jika mereka
berpaling, maka kewajibanmu hanyalah menyampaikan. Dan
Allah Maha Melihat hamba-hamba-Nya.

Anda mungkin juga menyukai