Anda di halaman 1dari 15

TUGAS HUKUM ISLAM

KARAKTERISTIK HUKUM ISLAM DAN RUANG LINGKUP

HUKUM ISLAM

Disusun oleh:

ALYA TRI WULANDARI


11000121120029

KELAS I

UNIVERSITAS DIPONEGORO

FAKULTAS HUKUM

2022
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Hukum dalam hukum positif didefinisikan sebagai segala peraturan yang
sifatnya memaksa, yang digunakan untuk menentukan tingkah laku manusia
dalam lingkungan masyarakat dan dibuat oleh badan yang berwenang. Apabila
terdapat pelanggaran terhadap aturan tersebut, maka diambil suatu tindakan
berupa sanksi dengan suatu hukuman tertentu.
Sedangkan hukum dalam lingkup hukum islam dibagi dalam beberapa
kategori, yaitu Syariat Islam dan Fikih Islam. Islamic Law merupakan
terjemahan dari Syariat Islam, dan Islamic Jurisprudence merupakan
terjemahan dari Fikih Islam. Syariat merupakan landasan fikih, kemudian
fikih merupakan pemahaman tentang syariat itu sendiri.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah dijelaskan diatas, maka penulis telah
menentukan beberapa rumusan masalah antara lain:
1. Bagaimana karakteristik hukum islam?
2. Bagaimana ruang lingkup hukum islam?
C. Tujuan
Sesuai dengan rumusan masalah diatas, maka dapat diperoleh tujuan antara
lain:
1. Dapat mengetahui karakteristik hukum islam.
2. Dapat mengetahui ruang lingkup hukum islam.
BAB II

PEMBAHASAN

1. Karakteristik Hukum Islam


Istilah Hukum Islam merupakan istilah Indonesia, sebagai terjemahan dari
al-fiqh al-islamy atau pada konteks tertentu dari al-syariah al-islamy. Dalam
wacana ahli hukum barat menggunakan istilah Islamic Law. Dalam Al-Qur’an
dan al-Sunnah menggunakan kata syariah yang kemudian lahir istilah fiqh
dalam penjabarannya.
Secara harfiah, syariah berarti jalan ke tempat mata air, atau dengan kata
lain tempat yang dilalui air sungai. Dalam Al-Qur’an diartikan sebagai jalan
yang jelas menuju kemenangan. Kemudian, dalam terminologi ulama Ushul
al-Fiqh, syariah merupakan khitab (titah) Allah yang berhubungan dengan
suatu perbuatan mukallaf (muslim, berakal sehat, dan baligh) baik itu berupa
tuntutan, pilihan, maupun perantara (sebab, syarat, dan penghalang).1
Menurut istilah, syariah merupakan hukum yang telah ditentukan oleh
Allah SWT. yang dibawa oleh nabi Muhammad Saw. Yang berhubungan
dengan akidah atau kepercayaan dan amaliyah atau perbuatan manusia yang
wajib untuk ditaati oleh setiap kaum muslimin.
Sebagaimana ditetapkan dalam al-Qur’an surah al-Maidah ayat 48 yang artinya :
“… untuk setiap umat diantara kamu, kami berikan aturan dan jalan yang terang…“
{Qs. Al-Maidah/05:48}, dan al-Jasiyah ayat 18 yang artinya : “Kemudian Kami
jadikan kamu (Muhammad) mengikuti syariah (peraturan) dariagama itu, maka
ikutilah (syariat itu) dan janganlah kamu ikuti keinginan orang-orang yang tidak
mengetahui. {Qs. Al-Jasiyah/45:18}.
Dari ayat diatas, dapat ditunjukkan bahwa syariah adalah peraturan yang telah
ditetapkan oleh Allah SWT. kepada manusia untuk mengatur segala sendi kehidupan
manusia, mengatur hubungan manusia dengan Allah SWT., manusia dengan manusia,
manusia dengan alam, dan berisi kunci penyelesaian dari seluruh masalah kedihupan
manusia baik itu di dunia maupun di akhirat. 2

1
Ahmad Rofiq, Hukum Perdata Islam di Indonesia (Depok: Rajawali Pers, 2017), hlm. 1
Awal mulanya, kata syariah meliputi semua aspek ajaran dalam agama,
yaitu akidah, syariah (hukum), dan akhlak. Dapat dilihat pada syariah setiap
agama yang telah diturunkan sebelum islam. Bahwa bagi setiap umat, Allah
memberikan syariah serta jalan yang terang (dijelaskan pada Al-Maidah
[5]:48). Namun, agama-agama yang telah turun sebelum Muhammad Saw. Inti
akiidahnya adalah mengesakan tuhan (tauhid), maka dapat dipahami bahwa
cakupan syariah yaitu amaliah yang merupakan konsekuensi dari akidah yang
diimani oleh setiap umat. Oleh karena itu, ketika kata syariah digunakan,
maka pemahaman yang dimaksud adalah semua aspek dalam ajaran agama
islam.
Syariah Islam diturunkan bertahap dalam 2 periode yaitu Makkah dan
Madinah. Keseluruhannya memerlukan waktu 22 tahun 2 bulan 22 hari.
Berkaitan dengan hal tersebut, muncullah istilah teknis tasyri’
(pengundangan/legislasi) yang dikemudian hari menjadi salah satu
perbendaharaan penting yang ada dalam kajian fiqh (hukum islam). Jadi
kesimpulannya, syariah merupakan produk atau materi hukumnya, kemudian
tasyri’ adalah pengundangannya, dan yang memproduk disebut dengan Syar’I
(Allah).
Kata fiqh dalam Al-Qur’an digunakan dalam bentuk kata kerja yaitu fi’il
yang disebut sebanyak 20 kali. Penggunaan fiqh dalam Al-Qur’an berarti
memahami. Secara etimologis, fikih berarti paham. Sedangkan secara ‘ilm
berarti mengerti. Ilmu dapat diperoleh melalui wahyu atau penalaran, fiqh
menekankan pada penalaran, meskipun dalam penggunaannya terikat dengan
wahyu. Dalam pengertiannya secara terminologis, fiqh merupakan hukum-
hukum syara’ yang bersifat praktis (amaliyah) yang dapat diperoleh dari dalil-
dalil Al-Qur;an dan al-Sunnah secara rinci.
Dari penjelasan diatas, dapat ditunjukkan bahwa syariah dan fikih
mempunyai hubungan yang sangat erat. Fikih adalah formula yang dapat
dipahami dari syariah, kemudian syariah tidak dapat dijalankan dengan baik

2
Hendra Gunawan, “Karakteristik Hukum Islam” dalam Jurnal Ilmu Kesyariahan dan
Keperdataan, 2018
apabila tanpa dipahami terlebih dahulu melalui fikih atau pemahaman yang
memadai serta diformulasikan secara rinci.
Amir Syarifuddin merinci ruang lingkup pengertian fikih sebagai berikut:
a. Fikih merupakan ilmu tentang hukum syara’.
b. Fikih membicarakan hal-hal yang bersifat amaliyah furu’iyah.
c. Pengetahuan mengenai hukum syara’ didasarkan pada dalil yang rinci
(tafshili).
d. Fikih digali dan ditemukan melalui penalaran dan penggunaan dalil
(istidlal) oleh faqih atau mujtahid.
Kedudukan hukum islam sangat penting dalam menentukan pandangan
hidup serta tingkah laku, tidak terkecuali bagi pemeluk agama islam di
Indonesia. Berdasarkan hal tersebut kata hukum islam merupakan terjemahan
ataupun penjabaran dari syariah dan sekaligus fiqh.
Hakekat Hukum Islam adalah syariat yang bersumber dari Al-Quran,
Sunnah Rasul dari Al-Ra’yu. Doktrin pokok dalam islam adalah konsep tauhid
yang merupakan suatu pondasi dalam struktur hukum islam, yaitu hubungan
Hablun min Allah, Hablun min Al-Nas, Al-Anirit bil Nia’ruf wa alnahyu al-
munkar, takwa, adil, bijaksana, dan mendahulukan sebuah kewajiban daripada
hak dan kewenangan.
Terdapat 5 sifat dan karakteristik Hukum Islam, antara lain:
a. Sempurna
Syariat islam diturunkan dalam bentuk umum dari garis besar suatu
permasalahan, oleh karena itu semua hukumnya bersifat tetap atau tidak
berubah-ubah dimana berubahnya masa dari berlainan tempat. Untuk
hukum yang lebih rinci, syariat islam hanya menetapkan kaedah serta
memberi patokan yang umum.
Menurut M. Hasbi Ash-Shiddieciy, salah satu dari ciri-ciri hukum
islam yaitu takamul yang berarti lengkap, sempurna, bulat, dan berkumpul
pada segala pandangan hidup. Kemudian, hukum islam juga meghimpun
semua sudut yang berbeda-beda dalam suatu kesatuan sehingga satu sama
lain saling melengkapi dan saling menguatkan.
b. Elastis
Hukum islam bersifat elastis yang meliputi semua bidang dan lapangan
kehidupan manusia. Hukum islam juga memperhatikan segala segi
kehidupan yang ada baik muamalah, jinayah, ibadah, dan lain-lain.
Sebagai bukti bahwa hukum islam bersifat elastis dapat dilihat pada salah
satu contoh dalam kasus jual beli yang dituangkan pada (Q.S. Al-Baqarah
[2]: 275, 282), (Q.S. An-Nisa [4]:29). Dalam ayat tersebut menjelaskan
tentang hukum bolehnya jual beli, persyaratan keridhaan kedua belah
pihak, larangan riba, serta larangan jual beli waktu adzan Jum’at. Rasul
juga menjelaskan tentang beberapa aspek jual beli yang lazim berlaku
pada masanya. Selain itu, tradisi/adat masyarakat tertentu dapat dijadikan
bahan penetapan dalam hukum jual beli.
c. Universal dan Dinamis
Hukum islam bersifat universal yang meliputi seluruh alam tanpa
batas atau tidak dibatasi pada daerah tertentu seperti pada ruang lingkup
ajaran nabi sebelumnya. Universalitas hukum islam ini sesuai dengan
pemilik hukum tersebut yang kekuasaannya tidak terbatas. Selain itu,
hukum islam juga memiliki sifat yang dinamis (mengikuti jaman).
Hukum islam memberi kepada kemanusiaan mengenai sejumlah
hukum positif yang bisa digunakan untuk segenap masa dan tempat.
Dalam gerakannya, hukum islam selalu menyertai perkembangan manusia,
kemudian mempunyai kaidah asasiyah yaitu ijtihad. Kemudian ijtihad
yang akan menjawab mengenai segala tantangan masa dan dapat
memenuhi harapan jaman yang tetap memelihara kepribadian dari nilai-
nilai asasinya.
Dalam kaitannya, keuniversalan tersebut dapat lebih dipahami
melalui konstitusi negara muslim pertama yaitu Madinah yang menyetujui
dan melindungi kepercayaan non-muslim serta kebebasan mereka dalam
mendakwahkan. Konstitusi ini adalah kesepakatan antara Muslim dengan
Yahudi, serta orang-orang Arab yang juga bergabung didalamnya. Non-
muslim dapat dibebaskan dari keharusan dalam membela negara dengan
membayar Jizyah, yakni hak hidup dan hak milik mereka sudah dijamin.
Kemudian ada istilah Zimmi, yang berarti orang Non-Muslim yang dalam
lindungan Allah dan Rasul kepada orang-orang Non-Muslim tersebut
diberikan Hak Otonomi Yudisial tertentu. Warga negara dan kalangan ahli
kitab diperbolehkan untuk menyelenggarakan keadilan sesuai dengan apa
yang Allah wahyukan.
d. Sistematis
Hukum islam bersifat sistematis berarti hukum islam
mencerminkan beberapa doktrin yang berhubungan secara logis, dan
saling berhubungan antara yang satu dengan yang lain.
Perintah shalat yang ada pada Al-Qur’an diikuti dengan perintah
zakat. Berulang kali Allah berfirman bahwa “makan dan minumlah kamu
tetapi jangan berlebihan”. Dalam hal ini, dapat dipahami bahwa hukum
islam memberikan larangan terhadap seseorang untuk hanya bermuamalah
dengan Allah dan melupakan dunia. Manusia diberi perintah untuk
mencari rezeki, akan tetapi hukum islam melarang adanya sifat imperial
dan colonial ketika mencari rezeki tersebut.
e. Ta’aquli dan Ta’abbudi
Syariat islam mencakup bidang muamalah dan bidang ibadah.
Dalam bidang ibadah, terkandung beberapa nilai mengenai ta’abbudil
ghairu ma’qulah al ma’na (irasional) yang berarti bahwa manusia tidak
boleh untuk beribadah kecuali dengan apa yang telah disyariatkan dalam
bidang ini, tidak ada satupun pintu ijtihad bagi umat manusia. Sedangkan
dalam bidang muamalah, didalamnya mengandung nilai-nilai
ta’aquli/ma’aqulah al=ma’nna (rasional) yang berarti umat islam dituntut
untuk berijtihad supaya membumikan ketentuan-ketentuan syariat
tersebut.
Demikian, hukum islam yang bersifat irasional berarti aturan-
aturannya itu sah atau baik karena eksistensi kebijakan yang terkandung
didalamnya, bukan karena rasionalitasnya.
Dari penjelasan tersebut, sifat hukum islam memiliki hubungan
simbiosis yang sangat erat sehingga dapat dipahami bahwa kelima sifat
hukum islam tersebut merupakan satu keterpaduan karakteristik hukum
islam yang sesuai dengan fitrah manusia sebagai makhluk Allah SWT.
yang juga dilengkapi dengan 2 kelebihan daripada makhluk lain, yaitu akal
(intelegensia) dari kalbu (hati nurani).

Kemudian, ada juga beberapa ciri khusus hukum islam yang membedakan dengan
hukum lain, antara lain:

1. Hukum islam berdasar pada wahyu Allah SWT. yang terdapat dalam Al-
Qur’an dan dijelaskan pada sunnah Rasul-Nya.
2. Hukum islam dibangun atas prinsip akidah (iman dan tauhid) dan aklak
(moral).
3. Hukum islam bersifat universal, diciptakan untuk seluruh kepentingan
umat manusi (rahmatan lil ‘alamin).
4. Hukum islam memberi sanksi di dunia dan sanksi di akhirat kelak.
5. Hukum islam mengarah pada jama’iyah atau kebersamaan yang seimbang
antara kepentingan individu dengan masyarakat.
6. Hukum islam bersifat dinamis dalam menghadapi sebuah perkembangan
sesuai dengan tuntutan waktu serta tempat.
7. Hukum islam bertujuan untuk menciptakan kesejahteraan di dunia dan di
akhirat.3

2. Ruang Lingkup Hukum Islam


Ruang lingkup Hukum Islam diklasifikasikan ke 2 kelompok besar,4 yaitu:

3
Mauluddin, “Karakteristik Hukum Islam (Konsep dan Implementasinya)” dalam Jurnal Ilmiah
Al-Syir’ah, 2004
4
Zainuddin Ali, 2006, Hukum Islam, Pengantar Ilmu HukumIslam di Indonesia, Jakarta, Sinar
Grafika, hlm. 6-7
1) Hukum yang berkaitan dengan ibadah
Hukum ibadah merupakan hukum yang mengatur hubungan antara
manusia dengan tuhannya, yaitu iman, shalat, zakat, puasa, serta haji.
2) Hukum yang berkaitan dengan persoalan dalam masyarakat
Hukum kemasyarakatan merupakan hukum yang mengatur hubungan
antara manusia dengan sesama, antara lain muamalah, munakahat, dan
ukubat.
a. Muamalah
Mengatur mengenai harta benda (hak obligasi, kontrak, misalnya jual
beli, sewa menyewa, pinjaman, pengalihan utang, syarikat dagang,
dll).
b. Munakahat
Hukum yang mengatur mengenai perkawinan maupun perceraian
disertai dengan akibatnya, seperti iddah, nafkah, nasab, hak curatele,
waris, dll. Hukum yang dimaksud diatas biasa disebut dengan hukum
keluarga yang dalam bahasa Arab merupakan Al-Ahwal Al-
Syakhsiyah. Kemudian, cakupan hukumnya biasa disebut dengan
Hukum Perdata.
c. Ukubat atau Jinayat
Hukum yang mengatur mengenai pidana, seperti mencuri, mabuk,
tuduhan berzina, pembunuhan, disertai akibat-akibatnya. Selain dari
bagian-bagian tersebut, terdapat bagian lain yaitu:
a) Mukhasamat
Hukum yang mengatur mengenai peradilan, pengaduan, serta
pembuktian dimana hal-hal yang berkaitan dengan Hukum Acara
Perdata maupun Hukum Acara Pidana.
b) Siyar
Hukum yang mengatur tentang urusan jihad/perang, harta dari
rampasan perang, perhubungan dengan agama lain maupun negara
lain, serta perdamaian.
c) Ahkam As-Sulthaniyah
Hukum mengenai persoalan hubungan kepala negara, gubernur,
kementrian, tentara, serta pajak.

Kemudian, apabila bagian-bagian dari Hukum Islam disusun sesuai


sistematika hukum eks Barat yang membedakan antara Hukum Perdata dengan
Hukum Publik seperti yang diuraikan dalam pembagian hukum menurut daya
kerjanya,5 maka susunan dari hukum muamalah dalam arti yang luas adalah
sebagai berikut:

a. Hukum Perdata
1. Munakahat
Yang mengatur segala sesuatu yang memiliki hubungan dengan
perkawinan, perceraian, dan disertai akibat-akibatnya.
2. Wirasah
Yang mengatur semua masalah yang memiliki hubungan dengan pewaris,
ahli waris, pembagian warisan, serta harta peninggalan. Hukum Waris
sering disebut dengan Hukum Faraid.
3. Muamalah
Dalam arti khusus dianggap mengatur masalah kebendaan, kemudian hak-
hak atas benda, tata hubungan manusia mengenai jual beli, sewa menyewa,
perserikatan, dll.
b. Hukum Publik
1. Jinayat
Memuat aturan-aturan terkait perbuatan yang diancam hukuman pidana.
2. Al-Ahkam As-Sulthaniyah
Membicarakan mengenai persoalan yang berhubungan dengan kepala
negara, pemerintahan, tentara, pajak, dan lain sebagainya.
3. Siyar
Mengatur tentang urusan perang dan damai, tata hubungan dengan
pemeluk agama, serta negara lain.
4. Mukhasamat
5
Mohamad Daud Ali, op.cit, hlm. 57-58
Mengatur persoalan peradilan, kehakiman, dan tata hukum acara.

Pada umumnya, Hukum Islam dibagi menjadi dua macam oleh para fuqaha, 6
antara lain:
1. Yang bersifat perintah, larangan, maupun pilihan. Golongan ini bernama
Hukum Takliefy yang terbagi menjadi 5 yaitu wajib, sunah, mubah,
makruh, serta haram.
2. Yang bersifat menunjukkan keadaan tertentu yang dikualifikasi sebagai
suatu sebab atau syarat ataupun halangan bagi berlakunya hukum.
Golongan ini dinamakan Hukum Wadhi’i.

Hukum Islam juga memiliki beberapa prinsip yang bersumber dari nilai
ilahiyah yang diimplementasikan secara lebih konkret dalam beberapa bidang
hukum islam,7 antara lain:

1. Prinsip Akidah
Tertuang pada 5 Rukun Islam dan 6 Rukum Iman yang wajib diterapkan
oleh setiap muslim di dalam kehidupan sehari-hari, sehingga senantiasa
berlandaskan pada Akidah Islamiyah termasuk dalam aktivitas penegakan,
kegiatan ekonomi, kegiatan politik, serta pendidikan, dll.
2. Prinsip Ibadah
Memiliki makna yang secara luas bukanlah semata ibadah madhlah
(shalat, puasa, zakat, sedekah, dan haji) melainkan juga meliputi aktivitas
muamalah al-makhluqiyyah atau hubungan interaksional ke seluruh
makhluk termasuk adanya hubungan hukum didalamnya, iqtishay
(kegiatan bisnis), budaya, politik, pendidikan, keluarga, dan lainnya.
3. Prinsip Syariah (Hukum)
Prinsip ini menunjukkan bahwa segala aktivitas manusia akan
dikembalikan kepada ketentuan syariah sebagai dasar utama, sehingga
kesyariahannya tersebut dapat terukur serta teruji.
4. Prinsip Tazkiyah (Kesucian)
6
Nasruddin Razak, 2001, Dienul Islam, Cetakan ke-20, Bandung, PT. Alma’arif, hlm.311
7
Ibid, hlm.22
Memiliki makna yang sesungguhnya Allah itu Maha Suci dan hanya
menerima yang puli juga, Innallaha tayyibun la yaqbalu illa tayyiban.
5. Prinsip Khilafah (Kepemimpinan)
Didalamnya mengandung sejumlah sifat nubuwwah seperti shiddiq
(kejujuran), amanah (bertanggung jawab/dapat dipercaya), tabligh
(komunikatif/professional), fathonah (cerdas).
6. Prinsip milkullah (pemilikan yang mutlak hanya ada ditangan Allah
SWT.)
Bermakna bahwa kepemilikan pada manusia hanya bersifat pengelolaan
sebagai amanah dari Allah SWT, walillahi mulku assamawati wal ardhi
(pada Allahlah kepemilikan segala isi langit dan bumi).
7. Prinsip A’dalah (Keadilan)
Membangun perilaku yang adil dalam menempatkan sesuatu secara
proporsional, serta mengandung persamaan dan kebersamaan sebagai
lawan dari kezhaliman.
8. Prinsip Keseimbangan (Al-Wustha)
Mempunyai makna at-tawazhun atau suatu kemampuan dan sebagai
tuntutan untuk selalu menyeimbangkan antara kepentingan dunia dan
akhirat, individu dan jamaah, dan antara lahiriyah dan bathiniah.
9. Prinsip Kemaslahatan
Dalam menjalankan aktivitas dan usaha, pada intinya memberi maslahat
(skala prioritas) berupa kemanfaatan serta kegunaan kepada semua elemen
dan didalamnya tidak semaksimal mungkin menghindarkan kemudharatan
bagi beberapa pihak termasuk pihak lain serta aman terhadap lingkungan.

Beberapa implementasi prinsip Hukum Islam antara lain:8


1. Tidak memberatkan dan tidak memberi banyak beban
Prinsip ini menunjukkan bahwa ketentuan yang ada di dalam hukum Islam itu
mudah dilaksanakan karena tidak banyak memberi beban sehingga tidak
merepotkan, misalnya dalam hal Ibadah.

8
Mohammad Daud Ali, op.cit, hlm.114-128
a. Sholat hanya diwajibkan dilakukan 5 (lima) kali sehari semalam
b. Puasa hanya diwajibkan sebulan penuh dalam satu tahun
c. Zakat hanya diwajibkan bagi orang yang mempunyai kelebihan harta
benda dengan jumlah zakat 10%, 5%, atau 2 ½%
d. Menunaikan ibadah haji hanya diwajibkan sekali seumur hidup bagi
yang mampu.
2. Penetapan hukumnya secara berangsur-angsur
Hukum Islam tidak diturunkan sekaligus, tetapi secara berangsur. Al-
Qur’an sebagai sumber pokok hukum Islam tidak diturunkan sekaligus dan
lengkap, tetapi diturunkan secara berangsur-angsur, surah demi surah,
ayat demi ayat, peristiwa demi peristiwa. Seperti misalnya perbuatan minum
arak dan main judi tidak sekaligus dilarang, melainkan pada awalnya
hanya dikatakan bahwa hal tersebut adalah dosa, akan tetapi disenangi oleh
banyak orang. Jadi semula memang dilarang tetapi tidak secara tegas.
3. Sejalan dengan kebaikan orang banyak
Hukum Islam ditetapkan oleh Allah dan Rasul untuk memenuhi
kepentingan banyak orang seperti yang ada pada prinsip mendahulukan
kepentingan umum daripada kepentingan pribadi dan golongan. Misalnya
talak tiga yang diucapakan tanpa didahului dengan talak satu dan dua semula
pada masa Rasul dan Khalifah Abu Bakar As Siddiq dianggap sebagai jatuh
talak satu saja. Akan tetapi pada masa pemerintahan Khalifah Umar bin
Khattab diubah menjadi betul-betul jatuh talak tiga dan bukan talak satu.
Hal tersebut ditetapkan karena banyak laki-laki yang hanya main-main dengan
ucapan itu. Hal tersebut ditentukan umar untuk melindungi kaum wanita dan
memang sudah ditetapkan demikian, tidak ada laki-laki yang mempermainkan
talak tiga itu.
4. Prinsip persamaan dan keadilan
Dalam Syariat Islam, tidak dikehendaki adanya diskriminasi antara orang yang
satu dengan orang lainnya berdasarkan perbedaan warna kulit, status sosial,
maupun status ekonomi, dan sebagainya.
DAFTAR PUSTAKA
Ali, M. D. (n.d.). op.cit, 57-58.

Ali, Z. (2006). Hukum Islam. Jakarta.Sinar Grafika

Gunawan, H. (2018). Karakteristik Hukum Islam. Jurnal Ilmu Kesyariahan dan


Keperdataan.

Ibid. (n.d.).
Mauluddin, S. (2004). Karakteristik Hukum Islam (Konsep dan Implementasinya). Jurnal
Ilmiah Al-Syir'ah.

Razak, N. (2001). Dienul Islam. Bandung: PT. Alma'arif.

Rofiq, A. (2017). Hukum Perdata Islam di Indonesia. Depok: Rajawali Pers.

Anda mungkin juga menyukai