Anda di halaman 1dari 3

Nama : Alya Tri Wulandari

NIM : 11000121120029
Mata Kuliah : Hukum Pajak
Kelas :G
Pajak: Pengertian dari Perspektif Etimologis dan Historis
Kata Pajak dalam Kamus Hukum Edisi Lengkap Bahasa Belanda-Indonesia merupakan
padanan kata belasting (Belanda), burdening/taxation/rating (Inggris). Belasting berarti
(per)pajak(an), fiscal. Sinonim dari kata pajak adalah tax, taxation, duty, revenue, levy, excise,
impost, contribution, lot, scot, gild, cess (Inggris), steuer (Jerman), tax (Latin), fiscales
(Perancis), impuesto (Spanyol), dan dharibah dalam Bahasa Arab. Pengertian belasting dalam
Kamus Istilah Hukum Belanda-Indonesia edisi Bahasa Indonesia berarti pajak, yang merupakan
suatu pungutan yang dilakukan oleh pemerintah dari rakyatnya untuk membiayai pengeluaran
pemerintahan. Istilah tersebut biasa dipakai terhadap pungutan pemerintah dalam kebutuhan
umum dari masyarakat, pungutan untuk keperluan yang khusus dalam pemakaian barang
tertentu, untuk jasa dan sebagainya yang kemudian disebut dengan retribusi1.
Jerman mendefinisikan pajak sebagai Steur, selain itu juga terdapat peristilahan Importe
yang lebih mengacu pada subjek pajak secara kompleks. Sedangkan Inggris, istilah pajak dikenal
dengan fiscal yang berarti keranjang wadah untuk menampung berbagai barang yang mempunyai
nilai ekonomis. Inggris juga mengenal istilah fiscare yang berasal dari kosa kata bahasa latin
yang memiliki arti lebih luas dari pajak, berupa penyerahan harta kekayaan pribadi yang
nantinya akan dikelola oleh negara. Negara mempunyai kewenangan karena memiliki dasar
legitimasi. Disamping itu, dikenal juga fiskus yang merepresentasikan subjek pajak berupa badan
administrasi negara dan/atau pejabat administrasi negara yang diberikan otoritas untuk
mengelola administrasi perpajakan yang diperoleh dalam praktiknya dari pemungutan oleh
masyarakat2.
Menurut KBBI, fiscal adalah segala hal yang berkenaan dengan keuangan publik atau
dengan urusan pajak maupun pendapatan negara. Kata fiscal berasal dari bahasa latin yaitu
fiscus, merupakan nama seseorang yang mempunyai atau memegang kekuasaan atas keuangan
pada zaman romawi kuno. Fiskus (fisco) merepresentasikan subyek yang merupakan badan atau
jabatan dalam administrasi negara seperti pejabat publik yang diberi kewenangan oleh negara
1
Dr. Bustamar Ayza, Hukum Pajak Indonesia, (Jakarta: Kencana, 2017), Hlm. 21
2
Tri Wibowo, Hukum Pajak: Etimologi, Historis, dan Riwayatmu Kini, 2020
untuk mengelola administrasi perpajakan terkait sumber penerimaan negara yang diperoleh dari
pajak. Dalam bahasa Inggris, fiscal disebut dengan fisc yang berarti pembendaharaan atau
pengaturan keluar masuknya uang yang terdapat dalam negara. Jadi, fiscal digunakan untuk
menjelaskan bentuk pendapatan negara yang dikumpulkan dari masyarakat dan oleh pemerintah
negara yang dianggap sebagai pendapatan dan kemudian digunakan untuk pengeluaran dengan
berbagai pogram dalam mencapai pendapatan nasional, perekonomian, produksi, serta digunakan
juga sebagai perangkat keseimbangan dalam perekonomian suatu negara.
Indonesia telah mengenal pungutan sejenis dengan pajak sebelum dijajah oleh Bangsa
Eropa dan Jepang3. Masyarakat telah mengenal upeti yang merupakan pungutan sejenis pajak
yang bersifat memaksa. Perbedaannya ialah upeti diberikan kepada raja sebagai suatu
persembahan, karena pada saat itu raja dianggap sebagai wakil tuhan dan apa yang terjadi di
masyarakat dianggap karena pengaruh raja. Masyarakat mendapat imbalan berupa jaminan
keamanan dan ketertiban dari raja. Pada masa itu, beberapa kerajaan seperti Majapahit, Demak,
Pajang, serta Mataram mengenal sistem pembebasan pajak terutama pajak atas kepemilikan
tanah yang sering disebut dengan tanah perdikan. Biasanya pembebasan tersebut diatur dalam
beleid yang dituang baik itu dalam prasasti atau dicatat dalam kitab kesusastraan. Kemudian
ketika memasuki era kolonialisasi oleh Belanda dan Eropa maka pajak mulai dikenakan.
Dalam catatan sejarah badan otonomi Belanda (VOC) yang memungut pajak diantaranya
adalah pajak rumah, pajak usaha, dan pajak kepala kepada pedagang Tionghoa serta pedagang
asing lain. Akan tetapi, VOC tidak memungut pajak di wilayah kekuasaannya seperti Batavia,
Maluku, dll. Pada masa Daendels juga terdapat pemungutan pajak yaitu memungut pajak dari
pintu gerbang baik itu orang maupun barang dan pajak penjualan barang di pasar (bazarregten),
termasuk juga pungutan pajak terhadap rumah.
Pada era pendudukan Inggris, Gubernur Jenderal Raflles juga dikenal dengan sistem
pemungutan pajak yaitu landrent stesel yang meniru sistem pengenaan pajak di Bengalu, India
yaitu pengenaan pajak atas sewa tanah masyarakat kepada pemerintah colonial. Hal tersebut
menjadi cikal bakal pengenaan Pajak Bumi dan Bangunan (PBB). Pengenaan landrent stesel
berdasarkan sistem Rayatwari yaitu pengenaan pajak secara langsung kepada para petani. Dalam
hal ini tarif pajak ialah pendapatan rata-rata petani dalam satu tahun. Alasan mengapa dikenakan

3
Mukhamad Wisnu Nagoro, Menengok Sejarah Perpajakan di Indonesia: Bagian Pertama, 2018
kepada petani karena tanah yang dikelola oleh petani merupakan tanah para raja (sovereign),
sedangkan para raja dianggap menyewa tanah tersebut kepada pemerintah colonial (Inggris).
Ada juga aturan mengenai pajak penghasilan pada era colonial. Aturan pajak atas
penghasilan dikenakan kepada pribumi maupun orang non-pribumi yang mendapat penghasilan
di Hindia-Belanda. Aturan ini diterapkan oleh pemerintah colonial Belanda pada awal abad ke-
19. Pajak pendapatan pribumi dikenakan atas kegiatan usahanya seperti perdagangan sehingga
dikenal dengan business tax, sedangkan untuk yang non-pribumi dikenakan atas paten usaha
bidang industry, pertanian, kerajinan tangan, manufaktur, dan sejenisnya yang disebut dengan
tax patent duty. Contoh aturan pengenaannya ialah Ordonantie op de Inkomstenbelasting 1908
dengan tarif pengenaan pajak pendapatan adalah 2% dari pendapatannya.
Pada zaman penjajahan Jepang lebih banyak tidak diketahui. Karena pada masa itu
pemerintah Jepang lebih memfokuskan semua sumber daya untuk biaya perang. Maka, sulit
untuk memisahkan mana yang merupakan pajak dengan rampasan pemerintah itu sendiri kepada
rakyatnya. Namun, masa itu rakyat selain dibebani dengan kewajiban Romusha juga dibebani
dengan membayar pungutan yang dianggap sebagai pajak. Hal ini sangat memberatkan rakyat
Indonesia pada saat itu meskipun hanya berlangsung selama kurang lebih 3,5 tahun.
Di era berikutnya setelah Indonesia merdeka, pengenaan pajak sudah lebih konservatif
dan berkeadilan yang dituangkan dalam berbagai aturan yang sah diterbitkan oleh Pemerintah
Republik Indonesia.

Anda mungkin juga menyukai