Anda di halaman 1dari 15

SEJARAH

PAJAK
INDONESIA
-Kelompok 4-
KELOMPOK 4
• RIFKY HIDAYAT
• JUNITO PALINDANGAN
• EKA NABILA PUTRI WIYANTO
• AURA AZ ZAHRRA
• ANDHIKA RAHMAT HIDAYAT
SEJARAH
PAJAK
INDONESIA
-Kelompok 4-
PENGERTIAN
Pajak (dari bahasa Latin taxo; "rate")
merupakan kontribusi wajib dari orang atau badan terhadap
negara, yang sifatnya memaksa sesuai dengan undang-undang
tanpa adanya imbalan secara langsung. Pajak tersebut oleh
pemerintah dipergunakan sebesar-besarnya untuk kemakmuran
rakyat.
Perkembangan Perpajakan Indonesia

JAMAN JAMAN
KERAJAAN KOLONIAL

SEJAK SEJAK TAHUN


PROKLAMASI – 1983 -
TAHUN 1983 SEKARANG
JAMAN KERAJAAN

Pada mulanya pajak merupakan suatu upeti (pemberian secara


cuma-cuma) namun sifatnya merupakan suatu kewajiban yang dapat
dipaksakan dan harus dilaksanakan oleh rakyat (masyarakat) kepada
seorang raja atau penguasa. Saat itu, rakyat memberikan upetinya
kepada raja atau penguasa berbentuk natura berupa padi, ternak, atau
hasil tanaman lainnya seperti pisang, kelapa, dan lain-lain.
Pemberian yang dilakukan rakyat saat itu digunakan untuk
keperluan dan kepentingan raja atau penguasa setempat serta tidak ada
imbalan atau prestasi yang dikembalikan kepada rakyat karena
memang sifatnya hanya untuk kepentingan sepihak dan seolah-olah
ada tekanan secara psikologis karena kedudukan raja yang lebih tinggi
status sosialnya dibandingkan rakyat.
JAMAN KOLONIAL
01 02
Masa Penjajahan Masa Penjajahan
Belanda Inggris

03 04
Masa Penjajahan Masa Penjajahan
Belanda Jepang
MASA PENJAJAHAN BELANDA

Ketika penjajah masuk ke Nusantara, pungutan pajak pun


diberlakukan. Di masa kolonial Belanda, yaitu Vereenigde
Oostindische Compagnie (VOC) mulai memungut berbagai jenis
pajak, mulai pajak rumah, pajak usaha dan pajak kepala kepada
pedagang Tionghoa dan pedagang asing lainnya.

Di era pemerintahan Gubernur Jenderal Daendels juga


dikenal istilah pemungutan pajak, di mana pajak diambil dari
pintu gerbang (baik orang dan barang) dan pajak penjualan
barang di pasar (bazarregten), termasuk pula pungutan pajak
terhadap rumah.
02 03
Masa Penjajahan Inggris Masa Penjajahan Belanda

● Di masa penjajahan Inggris yang dipimpin ● Selepas dari Inggris, Belanda kembali menguasai
Gubernur Jenderal Raffles, ada pungutan pajak Nusantara. Sekitar abad ke-19, kolonial Belanda
yang istilahnya sangat dikenal, yakni landrent mulai menerapkan aturan pajak penghasilan untuk
stelsel. Sistem ini meniru dari sistem pajak di orang pribumi dan non-pribumi yang memperoleh
penghasilan di Hindia Belanda. Pajak penghasilan
Bengali, India, yaitu pengenaan pajak atas sewa
untuk orang pribumi itu  dikenakan pada berbagai
tanah masyarakat kepada pemerintah kolonial.
kegiatan usaha seperti perdagangan.
● Pengenaan pajak landrent stelsel ini ● Sementara pajak penghasilan untuk orang non-
berdasarkan system rayatwari, yaitu pengenaan pribumi dikenakan untuk bidang usaha seperti
pajak secara langsung kepada para petani. Dalam industri, pertanian, kerajinan tangan, manufaktur dan
hal ini tarif pajak adalah pendapatan rata-rata sejenisnya. Dalam banyak catatan, aturan pengenaan
petani dalam setahun. Istilah inilah yang bisa itu dikenal Ordonantie op de Inkomstenbelasting
dikatakan sebagai cikal bakal dari Pajak Bumi 1908 dengan tarif pengenaan pajak pendapatan
dan Bangunan (PBB) adalah 2 persen dari pendapatan.
04 Masa Penjajahan Jepang

Di masa Jepang, tanah ditujukan untuk


melipat gandakan hasil bumi. Jepang tetap
meneruskan land rent yang dipakai oleh Inggris dan
Belanda.

Jepang mengubah istilah land


rent menjadi land tax atau pajak tanah. Jepang juga
menerapkan sistem wajib serah padi dan juga
pembayaran pajak untuk pengguna fasilitas umum
seperti jembatan, jalan raya, dan fasilitas umum
lainnya. Di masa ini juga masyarakat juga
diwajibkan untuk membayar pajak sepeda bagi siapa
saja yang memilikinya
SEJAK PROKLAMASI – TAHUN 1983

Setelah proklamasi kemerdekaan Republik Indonesia 17 Agustus 1945, para pendiri Republik
menuangkan masalah pajak ke dalam Undang-Undang Dasar 1945 Hal Keuangan. Dalam Pasal 23
yang memuat lima butir ketentuan, butir kedua menyatakan bahwa “Segala pajak untuk keperluan
negara berdasarkan Undang-Undang”

Meski sudah dituangkan dalam UU, tapi pemerintah belum dapat mengeluarkan UU khusus
yang mengatur tentang pajak. Ini disebabkan terjadi Agresi Militer Belanda dan membuat pemerintahan
Indonesia memindahkan ibukota ke Yogyakarta. Karena roda pemerintahan dan pembiayaan
pengeluaran negara harus tetap dijalankan.

Lalu, pemerintah mengadopsi beberapa aturan tentang pajak peninggalan pemerintahan


kolonial. Seperti Ordonansi Pajak Pendapatan 1944 dan membentuk beberapa suborganisasi untuk
melaksanakan pemungutan pajak. Seperti Jawatan Pajak, Jawatan Bea dan Cukai serta Jawatan Pajak
Hasil Bumi pada Direktorat Jenderal Moneter.
SEJAK TAHUN 1983 - SEKARANG
Reformasi pajak tahun 1983 merupakan upaya untuk mengubah berbagai
peraturan perundang-undangan perpajakan yang berlaku sebelumnya. Upaya ini
mencoba menjawab tuntutan dan kebutuhan rakyat tentang perlunya seperangkat
peraturan perundang-undangan perpajakan secara fundamental. Lebih spesifik,
perundang- undangan yang dimaksud harus berlandaskan pada falsafah Pancasila dan
Undang- undang Dasar 1945, yang menjunjung tinggi hak warganegara dan
menempatkan kewajiban perpajakan sebagai kewajiban kenegaraan dan merupakan
sarana peran serta rakyat di bidang kenegaraan.

Mulai reformasi pajak tahun 1983, sistem perpajakan Indonesia secara


sistematis memilah menjadi dua kelompok besar ketentuan perpajakan yaitu
ketentuan umum dan ketentuan khusus. Ketentuan-ketentuan tersebut tidak dapat
dipandang secara terpisah satu sama lain. Sebaliknya ketentuan umum dan ketentuan
khusus saling melengkapi.
SEJAK TAHUN 1983 - SEKARANG

Pada 1983, pemerintah melaksanakan reformasi


pajak melalui Pembaharuan Sistem Perpajakan
Nasional (PSPN) dengan mengundangkan lima paket
undang-undang perpajakan, yaitu tentang :

• Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan (KUP),


• Pajak Penghasilan (PPh),
• Pajak Pertambahan Nilai (PPN),
• Pajak Penjualan Barang Mewah (PPnBM),
• Pajak Bumi Dan Bangunan (PBB)
• Bea Meterai (BM).
SEJAK TAHUN 1983 - SEKARANG
Undang-undang yang Dihasilkan

Reformasi pajak tahun 1983 menghasilkan Undang-undang

• Undang-undang Nomor 6 Tahun 1983 tanggal 31 Desember 1983 tentang


Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan.

• Undang-undang Nomor 7 Tahun 1983 tanggal 31 Desember 1983 tentang Pajak


Penghasilan.

• Undang-undang Nomor 8 Tahun 1983 tanggal 31 Desember 1983 tentang Pajak


Pertambahan Nilai dan Pajak Penjualan atas Barang Mewah

Selang dua tahun kemudian, pemerintah Republik Indonesia menghasilkan undang-


undang

• Undang-undang Nomor 12 Tahun 1985 tanggal 27 Desember 1985 tentang Pajak


Bumidan Bangunan

• Undang-undang Nomor 13 Tahun 1985 tanggal 27 Desember 1985 tentang Bea


Meterai
TERIMA
KASIH

Anda mungkin juga menyukai