Anda di halaman 1dari 3

Nama : Fanny Syafrida Azzahra

NPM : 2015100052

Kelas : Reg II Cluster II 4A (Dasar Perpajakan)

Rangkuman Sejarah Perpajakan di Indonesia

Pajak merupakan salah satu sumber pendapatan yang sangat penting di


Indonesia,hampir seluruh negara di dunia ini juga menerapkan sistem perpajakan layaknya
yang dilakukan oleh negara kita.Sistem perpajakan sendiri sudah diberlakukan di Indonesia
jauh sebelum bangsa ini dijajah oleh Bangsa Eropa dan Jepang,pada mulanya penerapan sistem
perpajakan ini dilakukan oleh kerajaan – kerajaan yang ada di Indonesia.Sistem ini biasa
dikenal dengan nama upeti,upeti ini merupakan pungutan yang diambil dari rakyat dan bersifsat
memaksa. .Upeti yang dipungut dari masyarakat dapat berupa padi,ternak,atau hasil tanaman
lainnya.Upeti yang sudah dipungut nantinya akan diberikan kepada raja sebagai persembahan
dengan harapan dapat memenuhi kepentingan kerajaan serta masyarakat dapat menerima
timbal balik berupa jaminan keamanan dan ketertiban dari raja.

Ketika Belanda memasuki dan menjajah Indonesia pengenaan pajak yang sistematis
dan permanen mulai diberlakukan,pada awal mula sistem ini diberlakukan belanda
menerapkan pengenaan pajak atas tanah.Namun seiring berjalannya waktu belanda juga mulai
menerapkan pemungutan pajak atas rumah,pajak usaha,dan pajak kepada pedagang tionghoa
dan pedagang asing lainnya.Pada masa pemerintahan Gubernur Jenderal Daendels pemunguta n
pajak juga tetap diberlakukan yaitu dengan memungut pajak dari pintu gerbang baik yang
berupa orang dan barang,pajak penjualan barang di pasar (bazerregten),dan juga tetap
melakukan pemungutan pajak atas rumah.

Memasuki era pendudukan Inggris,Gubernur Jenderal Raffles juga menerapakan


pemungutan pajak atas sewa tanah (lnantante) masyarakat kepada pemerintah kolonial,ske ma
yang pemungutan yang diberlakukan untuk pajak atas sewa tanah ini adalah dengan memungut
pajak seara langsung kepada petani dan mematokkan tarif berdasarkan pendapatan rata- rata
petani dalam setahun.Namun sekembalinya Belanda menjajah Indonesia,Belanda turut serta
menambahkan jenis pajak lain yang harus dipungut yaitu berupa pajak rupa – rupa yang
dikenakan atas barang – barang dari luar yang diperlukan oleh rakyat.
Berakhirnya masa penjajahan Belanda di Indonesia maka berakhir jugalah tatanan
ekonomi yang sudah diterapkan Belanda di Indonesia.Pada masa kependudukan Jepang
pemajakan atas sewa tanah tetap diberlakukan akan tetapi pemajakan ini dikenakan kepada
kepada desa bukan lagi orang pribadi,selain daripada pajak atas sewa tanah Jepang juga
menerapkan pajak atas penggunaan fasilitas tertentu seperti jembatan,jalan raya dan fasilitas
umum lainnya serta juga pajak atas sepeda bagi siapa saja yang memiliki sepeda.

Setelah Indonesia merdeka,para petinggi di republik ini mulai merancang aturan yang
akan diberlakukan terkaitan permasalahan pajak di Indonesia dan aturan ini nantinya
dituangkan kedalam Undang – Undang Dasar 1945 pada bagian keuangan.Pada
pascarevolusi,situasi pemerintahan dapat dikatakan belum stabil sehingga penggunaan aturan
warisan dari kolonial masih santer digunakan,namun secara perlahan pemerintahan di zaman
ini mulai bangkit dan membenahi berbagai aturan – aturan yang sebelumnya sudah
ada.Pembenahan aturan ini dimulai dengan penggantian nama jenis pajak yang ada,seperti
penggantian nama pada Pajak Peralihan menjadi Pajak Pendapatan serta kemudian melakukan
penggantian nama terhadap instansi pemungut pajak yang awalnya memiliki nama Jawatan
Pajak Hasil Bumi menjadi Direktorat Pajak Hasil Bumi.Tidak hanya melakukan penggantia n
nama jenis pajak dan nama instansi saja,pemerintah di era ini juga mulai mendirikan kantor –
kantor inspeksi keuangan pada tingkat kabupaten dan kota dengan tujuan agar dapat mengga li
potensi pajak di masyarakat dengan maksimal agar perekonomian dapat terus tumbuh dan
berkembang.

Beralih kepemimpinan maka terjadi juga berbagai perubahan – perubahan sepanjang


masa kepemimpinan itu,seperti pada era kepemimpinan Presiden Soeharto sistem perpajakn di
Indonesia juga mengalami perubahan yang signifikan.Perubahan ini diawali dengan
penyempurnaan undang – undang pajak yang berkaitan dengan dikeluarkannya UU Nomor 8
tahun 1970 tentang Perubahan dan Tambahan Ordonansi Pajak Perseroan 1925,selama 13
tahun lamanya undang – undang ini diberlakukan di Indonesia.Setelah berakhirnya
pemberlakuan UU Nomor tahun 1970,reformasi perpajakan mulai digaungkan.Refor ma s i
perpajakan ini berkaitan dengan pembaharuan sistem perpajakan nasional yang berisikan
tentan ketentuan umum perpajakan,pajak penghasilan,PPN dan PPnBM,PBB dan Bea
Materai.Pembaharuan ini juga berkaitan dengan berubahnya sistem pemungutan pajak yang
ada,yang awalnya menerapkan Official assesment dalam pengenan pajak berubah menjadi self
assesment sehingga wajib pajak diberi kesempatan penuh untuk dapat memperhitungkan,mel
akukan penyetoran,dan melaporkan pajak yang terutang pada dirinya.
Dengan semakin bertumbuhnya perekonomian di Indonesia,pemerintah juga mulai
menyesuaikan kembali peraturan dan perundang-undangan yang berkaitan dengan perpajakan
di negara ini.Salah satu gebrakan pemerintah terkaitt perpajakan ini terjadi pada tahun 2002
dimana pemerintah mulai membentuk pengadilan pajak yang bertujuan memberikan fasilitas
kepada wajib pajak untuk mencari keadilan terkait dengan sengketa perpajakan,ditahun – tahun
berikutnya pemerintah juga mulai mencanangkan mengenai ukuran tentang Penghasilan Tidak
Kena Pajak (PTKP),penekanan terhadap penggunaan self assesment dengan tujuan
peningkatan pendapatan,penerapan pembukuan yang tegas terhadap wajib pajak orang pribadi
yang melakukan pekerjaan bebas juga diberlakukan pada era ini.Tidak hanya yang berkaitan
dengan aturan saja akan tetapi perubahan – perubahan juga dilakukan dengan tujuan untuk
menarik minat masyarakat terhadap pajak,contohnya saja seperti pemberian insentif
pajak,pelaksanaan gerakan sunset policy,pemberian kesempatan dalam pengampunan pajak
melalui kebijakan tax amnesty,dan juga penyederhanan penghitungan,penyetoran,ser ta
penurunan tarif perpajakan bagi orang pribadi yang melakukan pekerjaan bebas dengan omset
tidak melebihi Rp 4,8 Milliar.Seiring berkembangnya dunia teknologi dunia perpajakan juga
berubah semakin canggih,Direktorat Jenderal Pajak selaku pusat dari seluruh aktivitas
perpajakan di negara ini sudah meluncurkan inovasi – inovasi baru yang bertujuan untuk
mempermudah penyetoran dan pelaporan pajak.Contoh inovasi yang diluncurkan oleh Dirjen
Pajak adalah meluncurkan website DJP yang dimana website ini dapat digunakan untuk
penerbitan E – Billing untuk penyetoran pajak dan E- Filling yang dapat digunakan untuk
melaporkan pajak yang terutang,sehingga tidak perlu repot lagi harus ke kantor pajak untuk
melaporkan pajak yang terutang ini.

Tidak hanya sampai disini saja,pemerintah sampai saat ini masih terus melakukan
perubahan – perubahan terhadap aturan perpajakan ini.Seperti yang bisa kita lihat bersama
ditengah era pandemi covid ini pemerintah juga mengeluarkan kebijakan baru yaitu pemberian
insentif bagi wajib pajak badan dan orang pribadi yang terdampak covid,selain itu pula
pemerintah juga baru saja meluncurkan aturan terbaru terkait perpajakan yaitu dengan
mengeluarkan Undang – Undang Harmonisasi Perpajakan yang bertujuan untuk meningka tka n
pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan serta mendukung percepatan pemulihan ekonomi
pasca covid dan mewujudkan sistem perpajakan yang berkeadilan dan berkepastian hukum

Anda mungkin juga menyukai