Anda di halaman 1dari 11

MATA KULIAH HUKUM PAJAK

DOSEN PENGASUH
TIMOTIUS KAMBU, SH.,M.Hum.,M.Ec.Dev
A.PENGERTIAN HUKUM PAJAK

Hukum pajak adalah sekumpulan peraturan yang mengatur hak dan kewajiban serta
hubungan antara wajib pajak dan pemerintah selaku pemungut pajak.
Namun, tafsir mengenai apa itu hukum pajak sebenarnya beragam. Setidaknya, terdapat
enam ahli yang pernah mengungkapkan pendapatnya mengenai hukum pajak, yakni:
PENGERTIAN HUKUM PAJAK (Lanjutan)

1. Santoso Brotodihardjo
Menurut Santoso Brotodihardjo, hukum pajak atau yang juga dikenal
sebagai hukum fiskal merupakan aturan-aturan yang meliputi wewenang
atau hak pemerintah dalam mengambil kekayaan seseorang dan
memberikannya kembali ke masyarakat melalui kas negara.
Dalam hal ini, hukum pajak merupakan hukum publik yang mengatur
hubungan orang pribadi atau badan hukum yang memiliki kewajiban
untuk menunaikan pajak (wajib pajak) dengan negara.
PENGERTIAN HUKUM PAJAK (Lanjutan)
2. Bohari
Pendapat senada juga diutarakan oleh Bohari. Menurutnya, hukum pajak merupakan
kumpulan peraturan perundang-undangan yang mengatur rakyat selaku pihak yang
membayar pajak dengan pemerintah selaku pemungut pajak.
3. Rachmat Soemitro
Menurut Rachmat Soemitro, hukum pajak adalah kumpulan peraturan yang mengatur
hubungan rakyat selaku pembayar pajak dengan pemerintah selaku pemungut pajak.
4. Erly Suandy
Erly Suandy juga mengungkapkan hal yang tidak jauh berbeda. Menurutnya, hukum
pajak atau hukum fiskal merupakan bagian dari hukum publik yang mengatur hubungan
antara rakyat selaku wajib pajak dengan penguasa atau pemerintah selaku pemungut
pajak.
PENGERTIAN HUKUM PAJAK (Lanjutan)

5. Dr. Soeparman Soehamidjaja


Pendapat yang berbeda disampaikan oleh Dr. Soeparman
Soehamidjaja. Menurutnya, hukum pajak adalah hukum yang
mengatur masalah perpajakan yang akan meringankan biaya produksi
barang dan jasa untuk mencapai kesejahteraan umum.
6. Hartono Hadisoeprapto
Smentara, Hartono Hadisoeprapto menyatakan, hukum pajak adalah
serangkaian peraturan yang mengatur bagaimana pajak dipungut,
atas keadaan atau peristiwa apa pajak tersebut dikenakan, serta
berapa besar atau jumlah pajak yang dikenakan.
B.SEJARAH HUKUM PAJAK
Pada awalnya, pajak bukanlah suatu pungutan, melainkan pemberian sukarela yang diberikan oleh rakyat
untuk raja yang telah memelihara kepentingan negara, menjaga negara dari serangan musuh, membiayai
pegawai kerajaan, dan lain sebagainya.
Biasanya, warga negara yang tidak melakukan penyetoran dalam bentuk natura diwajibkan untuk melakukan
pekerjaan yang berhubungan dengan kepentingan umum dalam kurun waktu yang ditentukan.
Sementara, orang-orang yang memiliki status sosial lebih tinggi dan memiliki cukup harta dapat terbebas dari
kewajiban tersebut dengan membayar uang ganti rugi.
Di Indonesia, pajak awalnya merupakan suatu upeti atau pemberian secara cuma-cuma oleh rakyat kepada
raja atau penguasa. Namun, upeti ini hanya digunakan untuk kepentingan penguasa saja, tidak dikembalikan
ke rakyat.
Seiring dengan berjalannya waktu, upeti yang diberikan oleh rakyat tersebut tidak lagi digunakan untuk
kepentingan satu pihak, tetapi mulai mengarah ke kepentingan rakyat itu sendiri.
Jadi, harta yang dikeluarkan oleh rakyat akan digunakan untuk kepentingan rakyat juga, misalnya untuk
menjaga keamanan rakyat, membangun saluran air, membangun sarana sosial, dan lain sebagainya.
Dalam perkembangannya, pemberian yang sebelumnya bersifat cuma-cuma dan lebih ke arah memaksa ini
pun dibuat suatu aturan yang lebih baik dengan memperhatikan unsur keadilan.Karena itu, rakyat juga
dilibatkan dalam membuat aturan-aturan pemungutan pajak karena hasil pajak tersebut nantinya digunakan
untuk kepentingan rakyat sendiri.
Mengenal Perpajakan di Indonesia

Perpajakan di Indonesia diatur melalui pasal 23A UUD 1945 dan peraturan lainnya seperti UU
No. 28 Tahun 2007 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan.
1. Penggolongan Pajak
Di Indonesia, pajak dikategorikan berdasarkan tiga hal. Pertama, berdasarkan
golongannya/cara pemungutannya (pajak langsung dan pajak tidak langsung). Kedua,
berdasarkan sifatnya (pajak subjektif dan pajak objektif). Ketiga, berdasarkan lembaga
pemungutannya (pajak pusat dan pajak daerah).
2. Sistem Perpajakan di Indonesia
Sejak tahun 1983, pemerintah Indonesia telah mengubah sistem
pemungutan pajak yang semula menggunakan official assessment
(dipakai saat era kolonial Belanda) menjadi self assessment.
Apa perbedaan dua sistem tersebut? Salah satu inti perbedaan dari
dua sistem pemungutan pajak ini adalah wewenang menetapkan
besaran pajak terutang. Jika pada official assessment, wewenang
penetapan besaran pajak ada pada pemerintah, sedangkan pada
self assessment wewenang tersebut ada pada wajib pajak.
3.Upeti Sebagai Cikal Bakal Pajak
Di era pra kolonial (sebelum masuknya Belanda), pajak dikenal dengan istilah upeti.
Upeti dipungut oleh raja untuk kepentingan pribadi dan operasional kerajaannya.
Contohnya seperti membangun istana atau membiayai rumah tangga kerajaan. Jenis
pajak yang diberlakukan di era ini misalnya pajak tol dan pajak candu.
4. Perpajakan di Indonesia Pada Masa Belanda
Saat Indonesia dijajah oleh Belanda, saat itulah sistem kita mengenal sistem perpajakan
modern. Salah satu jenis pajak yang berlaku saat itu di antaranya pajak rumah tinggal
yang diberlakukan tahun 1839 dan pajak usaha.
Pemerintah Kolonial Belanda juga membedakan besar tarif pajak berdasarkan
kewarganegaraan wajib pajak. Pada tahun 1885 misalnya, pemerintah
memberlakukan kenaikan pajak tinggal untuk warga Asia menjadi 4%.
Pada era pra kemerdekaan, penjajah Belanda dan Inggris juga telah memperkenalkan
sistem pemungutan pajak yang sistematis.
5. Asas Perpajakan di Indonesia
Berikut ini berbagai asas perpajakan yang berlaku di Indonesia.
• Asas Finansial.
• Asas Ekonomis.
• Asas Yuridis.
• Asas Umum.
• Asas Sumber.
• Asas Kebangsaan atau Nasionalitas.
• Asas Wilayah atau Teritorial.
B.FUNGSI HUKUM PAJAK

Sebagaimana yang telah disebutkan sebelumnya, pajak memiliki sejumlah


fungsi yang didasarkan pada asas-asas yang bertujuan untuk
menyejahterakan rakyat. Adapun fungsi hukum pajak adalah sebagai
berikut:
1. Hukum pajak berfungsi sebagai acuan dalam menciptakan sistem
pemungutan pajak yang berlandaskan atas dasar keadilan, efisien,
serta diatur sejelas-jelasnya dalam undang-undang tentang hukum
pajak itu sendiri.
2. Hukum pajak berfungsi sebagai sumber yang menerangkan tentang
siapa subjek dan objek yang perlu atau tidak perlu dijadikan sumber
pemungutan pajak demi meningkatkan potensi pajak secara
keseluruhan.

Anda mungkin juga menyukai