UNIVERSITAS TERBUKA
Geger, Proyek Jalur Puncak II Mau Lanjut Lagi Tahun Depan?
Proyek jalur Puncak II atau Poros Tengah Timur sempat bikin geger beberapa waktu lalu.
Proyek jalan alternatif untuk memecah kemacetan jalur Puncak, Bogor ini sempat menuai pro
dan kontra. Di tingkat pemda kabupaten dan provinsi ada keinginan kuat, tapi belum dapat
tanggapan dari pemerintah pusat.
Proyek ini dalam tahap untuk masuk dalam Rencana Kerja dan Anggaran 2022 pemerintah
pusat. Sehingga pemerintah daerah, terutama Bogor dan Cianjur saat ini masih mencicil
pembebasan lahan untuk jalan dengan anggaran yang terbatas.
Anggota Komisi V DPR RI Fraksi Gerindra Mulyadi yang merupakan dapil wilayah Bogor ini
ingin sekali proyek jalur Puncak II ini bisa terlaksana. Pihaknya terus memperjuangkan supaya
pembangunan jalur alternatif ke Puncak, Bogor ini masuk dalam Rencana Anggaran Kerja
Kementerian PUPR tahun 2022.
Mulyadi mengatakan sampai saat ini masyarakat kabupaten Bogor - Cianjur sudah hibahkan
banyak lahan untuk jalur pembangunan jalur ini. Pemerintah kabupaten Bogor juga sudah
mendorong pembangunan jalur puncak II ini.
Ia bilang pemerintah daerah melalui Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) juga
sudah mencicil pembebasan tanah. Namun anggaran itu masih belum cukup untuk melanjutkan
ke proses pembangunan.
Mulyadi mengatakan persoalan daerah puncak ini tidak hanya kemacetan, tapi jalur puncak II
ini juga dapat meningkatkan sosial ekonomi masyarakat sekitar yang terhalang transportasi
yang mahal.
Pertanyaan :
Swakelola Tipe 1
Dipilih apabila pekerjaan yang akan diswakelola merupakan tugas dan fungsi
dari K/L/PD yang bersangkutan. Contoh; BPKAD Kab Banjar melaksanakan swakelola
pemeliharaan Gedung Kantor,
Menurut Perpres No. 16 Tahun 2018 ini, pelaksanaan Swakelola tipe I dilakukan
dengan ketentuan:
PA (Pengguna Anggara)/KPA (Kuasa Pengguna Anggaran dapat menggunakan
pegawai Kementerian/ Lembaga/ Perangkat Daerah lain dan/atau tenaga ahli;
Penggunaan tenaga ahli tidak boleh melebihi 50% (lima puluh persen) dari jumlah Tim
Pelaksana; dan
Dalam hal dibutuhkan Pengadaan Barang/Jasa melalui Penyedia, dilaksanakan sesuai
ketentuan dalam Peraturan Presiden ini
Swakelola Tipe 2
Dipilih apabila K/L/PD memiliki pekerjaan yang bertugas sebagai penanggung
jawab, namun secara keahlian/kompetensi teknis diberikan kepada pelaksana dalam hal
ini institusi di luar K/L/PD tersebut.
Untuk pelaksanaan Swakelola tipe II dilakukan dengan ketentuan:
PA/ KPA melakukan kesepakatan kerja sama dengan Kementerian/Lembaga/Perangkat
Daerah lain pelaksana Swakelola; dan
PPK menandatangani Kontrak dengan Ketua Tim Pelaksana Swakelola sesuai dengan
kesepakatan kerja sama sebagaimana.
Swakelola Tipe 3
Tipe ketiga ini yang menjadi tambahan adalah Swakelola yang dilakukan oleh
organisasi masyarakat seperti ICW, dll. Swakelola tipe 3 ini merupakan perluasan dari
swakelola tipe 4. Adapun pelaksanaan Swakelola tipe III, menurut Perpres ini,
dilakukan berdasarkan Kontrak PPK (Pejabat Pembuat Komitmen) dengan pimpinan
Organisasi Kemasyarakatan.
Swakelola Tipe 4
Dipilih apabila dalam pekerjaannya memerlukan partisipasi langsung
masyarakat atau untuk kepentingan langsung masyarakat dengan melibatkan
masyarakat yang dianggap mampu melaksanakannya. Contoh: Perbaikan Saluran Air
di desa, Pemeliharaa Jamban/MCK, dan pekerjaan sederhana lainnya.
Dan untuk pelaksanaan Swakelola tipe IV dilakukan berdasarkan Kontrak PPK dengan
pimpinan Kelompok Masyarakat.
Pelaksanaan swakelola dalam sebuah instansi dapat dilaksanakan apabila memenuhi
salah satu jenis pekerjaan yang dapat dilakukan dengan cara Swakelola.
Oleh karen itu saya berkesimpulan berdasarkan artikel di atas tipe swakelola yang di
gunakan yaitu swakelola tipe 2 (dua), dikarenakan dalam pengadaan barang/jasa berupa
jalan tol itu sangat membutuhkan anggaran yang sangat besar sehingga anggaran
tersebut tidak dapat di gunakan hanya dengan satu sumber, sehingga kewenangan
belanja yang tepat di berikan kepada pemerintah pusat, provinsi dan kabupaten
2. Berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan Nomor 101/PMK.02/2011 Tentang
Klasifikasi Anggaran, belanja pemerintah pusat dapat diklasifikasikan ke dalam
delapan kategori jenis belanja, yakni: Belanja Pegawai, Belanja Barang, Belanja Modal,
Belanja Pembayaran Bunga Utang, Belanja Subsidi, Belanja Hibah, Belanja Bantuan
Sosial serta Belanja Lain-lain. Oleh karena itu berdasarkan artikel diatas saya
berkesimpulan kasus di atas masuk dalam kategori belanja modal,
Sumber :
1. Buku Hukum administrasi Negara.Yos Johan Utama, Modul 4, Hal4.5-4.7
2. https://media.neliti.com/media/publications/96288-ID-implementasi-kebijakan-
pembangunan-jalan.pdf
3. https://jdih.kemenkeu.go.id/fulltext/2011/101~pmk.02~2011perlamp%20iii.htm
4. https://www.jogloabang.com/pustaka/uu-38-2004-jalan