Anda di halaman 1dari 6

TUGAS II

HUKUM ADMINISTRASI NEGARA

NAMA MAHASISWA : JAMALUDDIN FIDMATAN

NOMOR INDUK MAHASISWA/NIM : 042758191

KODE/NAMA MATA KULIAH : ADPU4332/HUKUM ADMINISTRASI NEGARA

MASA TUGAS I : 16-30 MEI 2022

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN

UNIVERSITAS TERBUKA
Geger, Proyek Jalur Puncak II Mau Lanjut Lagi Tahun Depan?
Proyek jalur Puncak II atau Poros Tengah Timur sempat bikin geger beberapa waktu lalu.
Proyek jalan alternatif untuk memecah kemacetan jalur Puncak, Bogor ini sempat menuai pro
dan kontra. Di tingkat pemda kabupaten dan provinsi ada keinginan kuat, tapi belum dapat
tanggapan dari pemerintah pusat.
Proyek ini dalam tahap untuk masuk dalam Rencana Kerja dan Anggaran 2022 pemerintah
pusat. Sehingga pemerintah daerah, terutama Bogor dan Cianjur saat ini masih mencicil
pembebasan lahan untuk jalan dengan anggaran yang terbatas.
Anggota Komisi V DPR RI Fraksi Gerindra Mulyadi yang merupakan dapil wilayah Bogor ini
ingin sekali proyek jalur Puncak II ini bisa terlaksana. Pihaknya terus memperjuangkan supaya
pembangunan jalur alternatif ke Puncak, Bogor ini masuk dalam Rencana Anggaran Kerja
Kementerian PUPR tahun 2022.
Mulyadi mengatakan sampai saat ini masyarakat kabupaten Bogor - Cianjur sudah hibahkan
banyak lahan untuk jalur pembangunan jalur ini. Pemerintah kabupaten Bogor juga sudah
mendorong pembangunan jalur puncak II ini.
Ia bilang pemerintah daerah melalui Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) juga
sudah mencicil pembebasan tanah. Namun anggaran itu masih belum cukup untuk melanjutkan
ke proses pembangunan.
Mulyadi mengatakan persoalan daerah puncak ini tidak hanya kemacetan, tapi jalur puncak II
ini juga dapat meningkatkan sosial ekonomi masyarakat sekitar yang terhalang transportasi
yang mahal.
Pertanyaan :

1. Berdasarkan pada artikel di atas, berikan analisis kewenangan belanja tersebut


diberikan kepada pemerintah mana.
2. Analisis belanja apa yang cocok dengan kasus pada artikel di atas, berikan
analisis saudara.
JAWABAN :
1. Pengadaan barang milik Negara pada saat ini diatur dalam peraturan Presiden Nomor
54 Tahun 2010. Pengadaan Barang dan Jasa ini di bagi dalam dua kelompok besar yaitu
a. Pengadaan barang dan jasa secara swakelola
b. Pengadaan barang dan jasa melalui pemilihan penyedia barang/jasa
Pengadaan barang dan jasa secara swakelola, menurut ketentuan umum, PP nomor 54
Tahun 2010 dimaksudkan sebagai pengadaan barang/jasa . Maksudnya pelaksanaan
pekerjaannya dan direncanakan serta dikerjakan atau diawasi oleh
kementerian/Lembaga/satuan kerja perangkat daerah/institusi lainnya sebagai
penanggung jawab anggaran, instansi pemerintah lain, atau kelompok masyarakat, oleh
karena itu berdasarkan artikel di atas saya berkesimpulan jenis kegiatan tersebut
termasuk dalam kategori Pengadaan barang dan jasa secara swakelola.
Dengan terbitnya Perpres Pengadaan Barang/Jasa terbaru, maka proses pelaksanaan
pekerjaan pengadaan akan mengalami perubahan guna mencapai tujuan pengadaan
yang lebih baik. Salah satunya adalah metode pelaksanaan pengadaan barang dan jasa
melalui swakelola yang sebelumnya terdiri dari 3 tipe menjadi 4 tipe swakelola dalam
Perpres No. 16 Tahun 2018.

Swakelola Tipe 1
Dipilih apabila pekerjaan yang akan diswakelola merupakan tugas dan fungsi
dari K/L/PD yang bersangkutan. Contoh; BPKAD Kab Banjar melaksanakan swakelola
pemeliharaan Gedung Kantor,
Menurut Perpres No. 16 Tahun 2018 ini, pelaksanaan Swakelola tipe I dilakukan
dengan ketentuan:
PA (Pengguna Anggara)/KPA (Kuasa Pengguna Anggaran dapat menggunakan
pegawai Kementerian/ Lembaga/ Perangkat Daerah lain dan/atau tenaga ahli;
Penggunaan tenaga ahli tidak boleh melebihi 50% (lima puluh persen) dari jumlah Tim
Pelaksana; dan
Dalam hal dibutuhkan Pengadaan Barang/Jasa melalui Penyedia, dilaksanakan sesuai
ketentuan dalam Peraturan Presiden ini

Swakelola Tipe 2
Dipilih apabila K/L/PD memiliki pekerjaan yang bertugas sebagai penanggung
jawab, namun secara keahlian/kompetensi teknis diberikan kepada pelaksana dalam hal
ini institusi di luar K/L/PD tersebut.
Untuk pelaksanaan Swakelola tipe II dilakukan dengan ketentuan:
PA/ KPA melakukan kesepakatan kerja sama dengan Kementerian/Lembaga/Perangkat
Daerah lain pelaksana Swakelola; dan
PPK menandatangani Kontrak dengan Ketua Tim Pelaksana Swakelola sesuai dengan
kesepakatan kerja sama sebagaimana.
Swakelola Tipe 3
Tipe ketiga ini yang menjadi tambahan adalah Swakelola yang dilakukan oleh
organisasi masyarakat seperti ICW, dll. Swakelola tipe 3 ini merupakan perluasan dari
swakelola tipe 4. Adapun pelaksanaan Swakelola tipe III, menurut Perpres ini,
dilakukan berdasarkan Kontrak PPK (Pejabat Pembuat Komitmen) dengan pimpinan
Organisasi Kemasyarakatan.

Swakelola Tipe 4
Dipilih apabila dalam pekerjaannya memerlukan partisipasi langsung
masyarakat atau untuk kepentingan langsung masyarakat dengan melibatkan
masyarakat yang dianggap mampu melaksanakannya. Contoh: Perbaikan Saluran Air
di desa, Pemeliharaa Jamban/MCK, dan pekerjaan sederhana lainnya.
Dan untuk pelaksanaan Swakelola tipe IV dilakukan berdasarkan Kontrak PPK dengan
pimpinan Kelompok Masyarakat.
Pelaksanaan swakelola dalam sebuah instansi dapat dilaksanakan apabila memenuhi
salah satu jenis pekerjaan yang dapat dilakukan dengan cara Swakelola.

Oleh karen itu saya berkesimpulan berdasarkan artikel di atas tipe swakelola yang di
gunakan yaitu swakelola tipe 2 (dua), dikarenakan dalam pengadaan barang/jasa berupa
jalan tol itu sangat membutuhkan anggaran yang sangat besar sehingga anggaran
tersebut tidak dapat di gunakan hanya dengan satu sumber, sehingga kewenangan
belanja yang tepat di berikan kepada pemerintah pusat, provinsi dan kabupaten
2. Berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan Nomor 101/PMK.02/2011 Tentang
Klasifikasi Anggaran, belanja pemerintah pusat dapat diklasifikasikan ke dalam
delapan kategori jenis belanja, yakni: Belanja Pegawai, Belanja Barang, Belanja Modal,
Belanja Pembayaran Bunga Utang, Belanja Subsidi, Belanja Hibah, Belanja Bantuan
Sosial serta Belanja Lain-lain. Oleh karena itu berdasarkan artikel diatas saya
berkesimpulan kasus di atas masuk dalam kategori belanja modal,

Belanja Modal adalah Pengeluaran untuk pembayaran perolehan asset dan/atau


menambah nilai asset tetap/asset lainnya yang memberi manfaat lebih dari satu periode
akuntansi dan melebihi batas minimal kapitalisasi asset tetap/asset lainnya yang
ditetapkan pemerintah.
Dalam pembukuan nilai perolehan aset dihitung semua pendanaan yang dibutuhkan
hingga asset tersebut tersedia dan siap untuk digunakan. Termasuk biaya operasional
panitia pengadaan barang/jasa yang terkait dengan pengadaan asset berkenaan.

Kriteria kapitalisasi dalam pengadaan/pemeliharaan barang/asset merupakan suatu


tahap validasi untuk penetapan belanja modal atau bukan dan merupakan syarat wajib
dalam penetapan kapitalisasi atas pengadaan barang/asset:

1. Pengeluaran anggaran belanja tersebut mengakibatkan bertambahnya asset dan/atau


bertambahnya masa manfaat/umur ekonomis asset berkenaan
2. Pengeluaran anggaran belanja tersebut mengakibatkan bertambahnya kapasitas,
peningkatan standar kinerja, atau volume asset.
3. Memenuhi nilai minimum kapitalisasi dengan rincian sebagai berikut:
a. Untuk pengadaan peralatan dan mesin, batas minimal harga pasar per unit
barang adalah sebesar Rp300.000,-
b. Untuk pembangunan dan/atau pemeliharaan gedung dan bangunan per paket
pekerjaan adalah sebesar Rp10.000.000,-
4. Pengadaan barang tersebut tidak dimaksudkan untuk diserahkan/dipasarkan kepada
masyarakat atau entitas lain di luar pemerintah.

Belanja modal dipergunakan untuk antara lain:


1. Belanja modal tanah, Seluruh pengeluaran untuk
pengadaan/pembelian/pembebasan/ penyelesaian, balik nama, pengosongan,
penimbunan, perataan, pematangan tanah, pembuatan sertifikat tanah serta
pengeluaran-pengeluaran lain yang bersifat administratif sehubungan dengan
perolehan hak dan kewajiban atas tanah pada saat pembebasan/pembayaran ganti
rugi sampai tanah tersebut siap digunakan/dipakai.
2. Belanja modal peralatan dan mesin, Pengeluaran untuk pengadaan peralatan dan
mesin yang digunakan dalam pelaksanaan kegiatan antara lain biaya pembelian,
biaya pengangkutan, biaya instalasi, serta biaya langsung lainnya untuk
memperoleh dan mempersiapkan sampai peralatan dan mesin tersebut siap
digunakan.
3. Belanja modal gedung dan bangunan, Pengeluaran untuk memperoleh gedung dan
bangunan secara kontraktual sampai dengan gedung dan bangunan siap digunakan
meliputi biaya pembelian atau biaya konstruksi, termasuk biaya pengurusan IMB,
notaris, dan pajak (kontraktual). Dalam belanja ini termasuk biaya untuk
perencanaan dan pengawasan yang terkait dengan perolehan gedung dan bangunan.
4. Belanja modal jalan, irigasi, dan jaringan, Pengeluaran untuk memperoleh jalan dan
jembatan, irigasi dan jaringan sampai siap pakai meliputi biaya perolehan atau biaya
kontruksi dan biaya-biaya lain yang dikeluarkan sampai jalan dan jembatan, irigasi
dan jaringan tersebut siap pakai. Dalam belanja ini termasuk biaya untuk
penambahan dan penggantian yang meningkatkan masa manfaat, menambah nilai
aset, dan di atas batas minimal nilai kapitalisasi jalan dan jembatan, irigasi dan
jaringan.
5. Belanja modal lainnya, Pengeluaran yang diperlukan dalam kegiatan pembentukan
modal untuk pengadaan/pembangunan belanja modal lainnya yang tidak dapat
diklasifikasikan dalam perkiraan kriteria belanja modal Tanah, Peralatan dan
Mesin, Gedung dan Bangunan, Jaringan (Jalan, Irigasi dan lain-lain). Termasuk
dalam belanja modal ini: kontrak sewa beli (leasehold), pengadaan/pembelian
barang-barang kesenian (art pieces), barang-barang purbakala dan barang-barang
untuk museum, serta hewan ternak, buku-buku dan jurnal ilmiah sepanjang tidak
dimaksudkan untuk dijual dan diserahkan kepada masyarakat. Termasuk dalam
belanja modal ini adalah belanja modal non fisik yang besaran jumlah kuantitasnya
dapat teridentifikasi dan terukur.
6. Belanja modal Badan Layanan Umum (BLU), Pengeluaran untuk
pengadaan/perolehan/pembelian aset yang dipergunakan dalam rangka
penyelenggaraan operasional BLU.

Sumber :
1. Buku Hukum administrasi Negara.Yos Johan Utama, Modul 4, Hal4.5-4.7
2. https://media.neliti.com/media/publications/96288-ID-implementasi-kebijakan-
pembangunan-jalan.pdf
3. https://jdih.kemenkeu.go.id/fulltext/2011/101~pmk.02~2011perlamp%20iii.htm
4. https://www.jogloabang.com/pustaka/uu-38-2004-jalan

Anda mungkin juga menyukai