1. Pengadaan Barang
Sesuai dengan definisi regulasi presiden nomor 4 tahun 2015 pasal 1 ayat 14, dijelaskan bahwa :
Barang adalah setiap benda baik berwujud maupun tidak berwujud, bergerak maupun tidak
bergerak, yang bisa diperdagangkan, dipergunakan atau dimanfaatkan oleh Pengguna Barang.
Mudahnya adalah barang merupakan sesuatu yang telah jadi. Bisa langsung dibeli dan segera
digunakan. Contohnya : pembelian alat tulis kantor, kendaraan bermotor sehari – hari, komputer
built in, atau software komersial yang sudah ada di pasaran, contohnya : Microsoft Office,
Adobe, Metode Operasi Windows, dan sebagainya.
Untuk pengadaan barang semacam itu, sudah diatur dengan jelas dalam regulasi presiden nomor
4 tahun 2015 ini.
Apabila pengadaan barang yang diminta adalah barang spesifikasi khusus, akan ada 2
kemungkinan. Jika barang itu adalah benda fisik seperti kendaraan tempur khusus, pesawat atau
mobil kepresidenan khusus, karena akan masuk dalam jenis profesi konstruksi
Jika barang tersebut bukan benda fisik, contohnya software database keuangan sesuai keperluan
instansi, Metode informasi pemerintahan, web, dan sebagainya, karenanya akan masuk dalam
jenis jasa konsultansi.
2. Profesi Konstruksi
Profesi Konstruksi sesuai dengan definisi regulasi presiden nomor 4 tahun 2015 menjelaskan
bahwa :
Profesi Konstruksi adalah semua profesi yang berkaitan dengan pengerjaan konstruksi bangunan
atau pembuatan wujud fisik lainnya.
Contoh dari profesi konstruksi adalah seperti yang sudah dijelaskan di atas. Contohnya mobil
dengan spesifikasi khusus yang tak ada di pasaran. Bisa juga kapal ataupun pesawat, dan alat
transportasi lainnya dengan spesifikasi khusus.
Disamping itu, pembangunan properti seperti kantor, gedung, jembatan, dan sebagainya juga
masuk dalam kategori ini. Inti dari profesi konstruksi adalah membangun atau merakit wujud
fisik sesuatu yang sesuai dengan si pemesan.
3. Jasa Konsultansi
Dalam definisi regulasi presiden nomor 4 tahun 2015 menjelaskan sebagai berikut :
Jasa Konsultansi adalah jasa layanan profesional yang membutuhkan keahlian tertentu
diberbagai bidang keilmuan yang mengutamakan adanya olah pikir (brainware).
Contoh dari jasa konsultansi dalam aktivitas pemerintahan yang paling mencolok adalah profesi
perencanaan. Entah itu perencanaan tata ruang, perencanaan sosial, dan sebagainya.
Disamping itu, ada sebagian jasa konsultansi yang biasa ada pada aktivitas perencanaan.
Contohnya jasa arsitek yang biasa disebut dengan konsultan bangungan, dan ada pula pembuatan
metode informasi teknologi.
Khusus perihal pembuatan metode informasi, sedangkan output dari aktivitas ini adalah adanya
barang tidak berwujud yang disebut software, tetapi profesi pembuatan metode informasi masih
dimasukkan dalam kategori jasa konsultansi.
4. Jasa Lainnya
Seperti yang tercantum dalam regulasi presiden nomor 4 tahun 2015, dijelaskan bahwa ;
Jasa Lainnya adalah jasa yang memerlukan kemampuan tertentu yang mengutamakan
keterampilan (skillware) dalam suatu metode tata kelola yang sudah diketahui luas di dunia
usaha untuk mengatasi suatu profesi atau semua profesi dan/atau penyediaan jasa kecuali Jasa
Konsultansi, pengerjaan Profesi Konstruksi dan pengadaan Barang.
Sesungguhnya, contoh dari aktivitas jasa lainnya ini sangatlah luas. Untuk mudahnya adalah
semua aktivitas yang tidak masuk dalam 3 kategori sebelumnya. Meskipun contoh yang paling
sering kali dijumpai dalam aktivitas pemerintahan adalah jasa kebersihan atau keamanan gedung,
jasa transportasi dan penyewaan kendaraan, hotel, penyelenggaraan pameran aktivitas, dan
sebagainya.
1. PA (Pengguna Anggaan)
a. KERJASAMA
1.) Peranjian dengan pihak lain
2.) Konsolidasi dengan PBJ (Pengelola Barang & Jasa)
b. METODE TENDER
1.) Metode tender / E-Purchase : Minimal 100 Miliar
2.) metode penunjukan langsung : Minimal 10 Miliar
b. TUGAS UTAMA
1.) Jawab Sanggah banding tender PPK
3. PPK (Pejabat Pembuat Komitmen)
b. UANG
1.) Penentuan Harga Perkiraan Sendiri (HPS)
2.) E-Purchasing paling sedikit Rp.200.000.000 (Dua Ratus Juta Rupiah)
2.) Menetapkan besaran uang muka yang dibayar ke penyedia
d. SDM / GA / ADMINISTRASI
1.) Mengusulkan perubahan jadwal kegiatan
2.) Menentukan tim pendukung
3.) Menentukan tim tenaga ahli
e. PELIMPAHAN KEWENANGAN
1.) Tindakan yang mengakibatkan pengeluaran anggaran
2.) perjanjian dengan pihak lain
Pejabat Pengadaan
1. Swakelola
a. Pengertian
Perpres 16 Tahun 2018 pada pasal 1 angka 23, menjelaskan bahwa swakelola adalah cara
memperoleh barang/jasa yang dikerjakan sendiri oleh Kementerian/Lembaga/ Perangkat
Daerah/Kementerian/Lembaga/Perangkat Daerah Lain, organisasi kemasyarakatan, atau
kelompok masyarakat.
Dipilih apabila pekerjaan yang akan diswakelola merupakan tugas dan fungsi dari
K/L/PD yang bersangkutan. Contoh; Dinas Binamarga melaksanakan swakelola
pemeliharaan jalan, Kementrian Kesehatan menyelenggarakan penyuluhan bagi bidan
desa, dsb.
Menurut Perpres No. 16 Tahun 2018 ini, pelaksanaan Swakelola tipe I dilakukan
dengan
ketentuan:
2. Penggunaan tenaga ahli tidak boleh melebihi 50% dari jumlah Tim Pelaksana; dan
Tipe ketiga ini yang menjadi tambahan adalah Swakelola yang dilakukan oleh
organisasi masyarakat seperti ICW, dll. Swakelola tipe 3 ini merupakan perluasan
dari
swakelola tipe 4. Swakelola tipe III, dilakukan berdasarkan Kontrak PPK (Pejabat
Pembuat Komitmen) dengan pimpinan Ormas (Organisasi Kemasyarakatan).
a. Tipe I :
Jika Barang/Jasa yang dibutuhkan masuk kriteria Barang/Jasa yang dapat diadakan secara
Swakelola dan merupakan tugas dan fungsi dari Kementerian/Lembaga/Perangkat Daerah
penanggungjawab anggaran
serta memiliki kompetensi dan beban kerja yang cukup untuk melaksanakan pekerjaan
tersebut maka tipe Swakelola yang di pilih
adalah Tipe I
Contoh :
2. Penyuluhan
3. Sosialisasi peraturan baru
b. Tipe II :
Jika Barang/Jasa yang dibutuhkan masuk kriteria Barang/Jasa yang dapat diadakan secara
Swakelola dan Kementerian/Lembaga/Perangkat Daerah penanggungjawab anggaran tidak
memiliki kompetensi untuk melaksanakan pekerjaan teresbut, namun kompetensinya dan
beban kerja yang cukup dimiliki oleh instansi lain diluar Kementerian/Lembaga/ Perangkat
Daerah tersebut. Dalam kondisi ini dipilih Swakelola Tipe II
Contoh :
c. Tipe III :
Jika Barang/Jasa yang dibutuhkan masuk kriteria Barang/Jasa yang dapat diadakan
secara Swakelola dan pelaksanaannya memerlukan keterlibatan organisasi masyarakat
yang dianggap mampu dan beban kerja yang cukup untuk melaksanakan pekerjaan.
Contoh :
d. Tipe IV :
Jika Barang/Jasa yang dibutuhkan masuk kriteria Barang/Jasa yang dapat diadakan secara
Swakelola dan/atau berdasarkan usulan dari Kelompok Masyarakat, pelaksanaan
Pengadaan Barang/Jasa memerlukan partisipasi langsung masyarakat atau kepentingan
langsung masyarakat dengan melibatkan masyarakat yang dianggap mampu dan beban
kerja yang cukup untuk melaksanakannya.
Contoh :
1. Kegiatan Pemberian Makanan Tambahan (PMT) untuk anak balita oleh oleh Kader
PKK/Posyandu,
2. Renovasi rumah tidak layak huni
3. Perbaikan jalan lingkungan
Penyelenggara swakelola yang melaksanakan kegiatan swakelola terdiri dari tim persiapan, tim
pelaksana, dan tim pengawas. Pengguna Anggaran / Kuasa Pengguna Anggaran menetapkan
pelaksana swakelola berdasarkan ketersediaan pelaksana swakelola.
2. Penyedia Jasa
Pengertian
Penyedia adalah Pelaku Usaha yang menyediakan barang/jasa berdasarkan kontrak
d.
Apa yang Dimaksud dengan Lump sum?
Lumsum, atau lump sum adalah metode pembayaran lunas yang dilakukan berdasarkan kontrak
tertentu. Umumnya metode pembayaran ini dilakukan karena nominal transaksinya besar. Selain
itu, pihak-pihak terlibat di dalamnya memiliki kemampuan finansial tinggi, sehingga beban biaya
dapat ditimpakan secara total ke salah satu pihak untuk sementara waktu.
Selama ini, orang berpikir bahwa definisi lump sum adalah pembayaran total di muka, padahal
lump sum artinya tidak selalu demikian. Lebih lengkap tentang jenis-jenis kontraknya akan
dijelaskan di bawah ini.
Ada beberapa jenis transaksi lumsum yang umum dilakukan, selengkapnya adalah sebagai
berikut.
a. Fixed Price
Lump sum fixed price adalah kontrak pembayaran total berdasarkan jumlah semua biaya tanpa
terkecuali. Biaya tersebut meliputi biaya bahan, biaya manusia, biaya administrasi, sampai
biaya-biaya lain yang dikhawatirkan akan muncul, misalnya biaya denda, biaya kerusakan, dan
sebagainya.
Jika transaksi dalam jumlah besar dan dilakukan antar pihak beda bidang (misalnya pemerintah
dan perusahaan konstruksi), lump sum fixed price adalah cara pembayaran paling umum
dilakukan. Akan tetapi, transaksi pembayaran jenis ini berpotensi dimanfaatkan pihak tidak
bertanggung jawab, karena jumlahnya dapat dengan mudah di-markup.
Cost plus contract adalah teknik pembayaran total dengan menjumlahkan biaya produksi dan
imbal jasa kepada orang yang memproduksi. Selain metode fixed price, cost plus contract
juga sering dipakai di dunia konstruksi bangunan.
Jika menggunakan metode pembayaran ini, jumlah biaya langsung dan biaya tidak
langsungnya wajib jelas. Pihak penerima pembayaran tidak boleh menambahkan biaya risiko
di atas bahan atau tenaga kerja. Selain itu, biasanya dalam pembayaran cost plus contract,
biaya tenaga kerjanya lebih tinggi, karena tidak dimasukkan ke dalam hitungan total biaya,
tapi ke kontrak.
Jenis selanjutnya kontrak lumsum adalah time and materials contract. Kontrak ini sangat
cocok jika Anda punya proyek kecil dengan dana terbatas. Dalam kontrak jenis ini, biasanya
pemilik dan penerima dana menyepakati proyek selesai dengan waktu dan bahan-bahan
tertentu. Jika proyek tidak selesai dengan waktu dan bahan yang disepakati, maka penerima
dana wajib menerima konsekuensinya.
Oleh karena itu, jika Anda menerima dana proyek dengan kontrak waktu dan bahan, pastikan
estimasi Anda akurat dan realistis.
Kontrak unit pricing paling sering digunakan dalam pembangunan komplek perumahan.
Biasanya kontraktor membangunkan rumah terlebih dahulu dengan dananya sendiri.
Setelah itu, kontraktor tersebut akan menawarkan kepada orang-orang yang memesan
dengan harga tertentu.
a. volume atau kuantitas pekerjaannya masih bersifat perkiraan pada saat Kontrak
ditandatangani;
Kontrak Lumsum
Kontrak Lumsum merupakan Kontrak dengan ruang lingkup pekerjaan
dan jumlah harga yang pasti dan tetap dalam batas waktu tertentu
dengan ketentuan: semua risiko sepenuhnya ditanggung oleh Penyedia,
berorientasi kepada keluaran, dan pembayaran didasarkan pada
tahapan produk/keluaran yang dihasilkan sesuai dengan
Kontrak.Kontrak Lumsum digunakan dalam hal ruang lingkup, waktu
pelaksanaan, dan produk/keluaran dapat didefinisikan dengan jelas.
Kontrak Payung
Kontrak Payung dapat berupa kontrak harga satuan dalam periode
waktu tertentu untuk barang/jasa yang belum dapat ditentukan volume
dan/atau waktu pengirimannya pada saat Kontrak ditandatangani.
PASAL 23
PERSIAPAN SWAKELOLA
1. Pengumuman RUP
a. Tingkat kementerian : disetujui setelah penetapan alokasi anggaran belanja
b. Tingkat daerah : disetujui bersama PEMDA dan DPRD setelah Rancangan PERDA
tentang APBD
2. Diumumkan melalui aplikasi Sistem Informasi Rencana Umum Pengadaan (SIRUP)
3. Selain itu bisa juga ditambahkan melalui situs web pemerintah, surat kabar, pengumuman
resmi lainnya
4. Pengumuman RUP bisa dilakukan Kembali apabila ada revisi paket pengadaan, Daftar
Isian Pelaksanaan Anggaran (DIPA) / Dokumen Pelaksanaan Anggaran (DPA)
KUA merupakan akronim dari Kebijakan Umum APBD, sedangkan PPAS merupakan
akronim dari Prioritas dan Plafon Anggaran Sementara.
"KUA dan PPAS merupakan dokumen yang terkait dengan proses penyusunan APBD yang
dibahas antara Pemerintah Daerah dengan DPRD,"
Pasal 18
PIHAK KEDUA
Mutatis Mutandis adalah asas yang menyatakan bahwa pada dasarnya sesuai dengan
prosedur yang terdapat dalam ketentuan Peraturan Kepala ini tetapi memiliki
kewenangan melakukan perubahan prosedur pada hal-hal yang diperlukan atau penting
sesuai dengan kondisi yang mendesak.
Pemilihan Penyedia
1. Metode Pemilihan
2. Evaluasi Penawaran
3. Penyampaiana
DAFTAR LAWFIRM MINGGU PERTAMA JJILID II