Anda di halaman 1dari 35

PENDAPAT AHLI

“Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah, Konstruksi, dan Kontrak”


oleh
Drs. H. EDI USMAN, S.T., M.T., AU (MP & TBG)
pada
Sidang di Pengadilan Negeri Gunungsitoli
tanggal 4 Februari 2021

Merujuk ke Surat “Permohonan Ahli” dari Kantor Hukum “Law Office


ANTON SURBAKTI, S.H., M.H. & Rekan” selaku Kuasa Hukum Tersangka
atas nama EDISON DAELI, dkk (selaku Komite Sekolah) pada
“Pelaksanaan Pembangunan Unit Sekolah Baru (USB) Sekolah
Luar Biasa (SLB) Negeri di Desa Onowaembo Kecamatan
Lahomi Kabupaten Nias Barat TA 2016”, No. 05/AS/I/2021 bertanggal
1 Februari 2021 pada Perkara Permohonan Praperadilan dalam berdasarkan
dengan Registrasi Praperadilan No. 02/Pid.Pra/2021/PN.Gst, di Pengadilan
Negeri Gunungsitoli, maka “Keterangan/Pendapat Ahli” yang saya berikan:

Berdasarkan:
1) UU No. 18/1999 tentang Jasa Konstruksi;
2) PP No. 29/2000 jo No. 59/2010, No. 79/2015, dan No. 54/2016 tentang
Penyelenggaraan Jasa Konstruksi;
3) Perpres No. 54/2010 beserta Perubahannya dan Aturan Turunannya;
4) Perka LKPP No. 14/2012 tentang Petunjuk Teknis Perpres No. 70/2012
tentang Perubahan Kedua Perpres No. 54/2010 tentang Pengadaan
Barang/Jasa Pemerintah;
5) Permen PU No. 45/2007 tentang Pedoman Teknis Pembangunan
Bangunan Gedung Negara;
6) Per-UU yang mempunyai hubungan Komplementaritas dengan
Perkara ini.

PERTANYAAN & JAWABANNYA

Pertanyaan-1
Apa saja Jenis Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah?

=> Pendapat AHLI: ada 4 (empat) Jenis Pengadaan berdasarkan Pasal 4


Perpres No. 54/2010, selengkapnya:
Pasal 4
Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah dalam Peraturan Presiden ini meliputi:
a. Barang; b. Pekerjaan Konstruksi; c. Jasa Konsultansi; dan d. Jasa
Lainnya.

1/35
Pertanyaan-2
Siapa saja Para Pihak dalam Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah?

=> Pendapat AHLI: PARA PIHAK berdasarkan Pasal 7 Perpres No. 54/2010,
selengkapnya:

BAB III PARA PIHAK DALAM PENGADAAN BARANG/JASA


Bagian Pertama - Organisasi Pengadaan
Pasal 7
(1) Organisasi Pengadaan Barang/Jasa untuk Pengadaan melalui Penyedia
Barang/Jasa terdiri atas:
a. PA/KPA;
b. PPK;
c. ULP/Pejabat Pengadaan; dan
d. PPHP.
(2) Organisasi Pengadaan Barang/Jasa untuk Pengadaan melalui Swakelola
terdiri atas:
a. PA/KPA;
b. PPK;
b1. ULP/Pejabat Pengadaan/Tim Pengadaan1; dan
c. PPHP.
(2a) Pengangkatan dan pemberhentian Pejabat sebagaimana disebut pada ayat (1)
dan ayat (2) tidak terikat tahun anggaran2.
(3) PPK dapat dibantu oleh tim pendukung yang diperlukan untuk
pelaksanaan Pengadaan Barang/Jasa.
(4) Perangkat organisasi ULP ditetapkan sesuai dengan peraturan perundang-
undangan3.

Penjelasan Pasal 7
Ayat (2) - b1. ULP/Pejabat Pengadaan digunakan untuk pengadaan barang/jasa melalui Swakelola
oleh K/L/D/I sebagai penangggung jawab anggaran dan instansi pemerintah lain. Sedangkan Tim
Pengadaan digunakan untuk Pengadaan Barang/Jasa melalui Swakelola oleh kelompok
masyarakat.4
Ayat (3) - Tim pendukung adalah tim yang dibentuk oleh PPK untuk membantu pelaksanaan
Pengadaan Barang/Jasa.
Tim pendukung antara lain terdiri atas Direksi Lapangan, Konsultan Pengawas, Tim Pelaksana
Swakelola, Direksi Teknis, dan lain-lain. PPK dapat meminta kepada PA untuk menugaskan
Pejabat Pelaksana Teknis Kegiatan (PPTK) dalam rangka membantu tugas PPK.5

1
Perpres 70/2012 (I-4), ditambah pasal 7 ayat (2) huruf b1
2
Perpres 70/2012 (I-4), ditambah pasal 7 ayat (2a)
3
Perpres 70/2012 (I-4), semula “ditetapkan sesuai kebutuhan yang paling kurang terdiri atas; a. kepala,
b. sekretariat; c. staf pendukung; d. kelompok kerja”
4
Penjelasan Perpres 70/2012 (I-1), ditambah penjelasan ayat (2) huruf b1.
5
Penjelasan Perpres 70/2012 (I-1), semula “Tim Pendukung antara lain terdiri atas Pejabat Pelaksana
Teknis Kegiatan (PPTK), Direksi Lapangan, Konsultan Pengawas, Tim Pelaksana Swakelola, dan
lain-lain.”

2/35
Pertanyaan-3
Siapakah yang bertanggung jawab mutlak terhadap Hasil Pekerjaan Konstruksi?
=> Pendapat AHLI: yang bertanggung jawab mutlak terhadap hasil
pekerjaan adalah “PPK”, berdasarkan Pasal 11,
Pasal 1 angka 7 dan 22 PERPRES No. 54/2010
selengkapnya:

Pasal 11
(1) PPK memiliki tugas pokok dan kewenangan sebagai berikut:
a. menetapkan rencana pelaksanaan Pengadaan Barang/Jasa yang
meliputi:
1) spesifikasi teknis Barang/Jasa;
2) Harga Perkiraan Sendiri (HPS); dan
3) rancangan Kontrak.
Catatan: PPK wajib menandatangani ”Pakta Integritas & Surat Pernyataan
Tanggung Jawab Mutlak (SPTJM)”.

Pejabat Pembuat Komitmen yang selanjutnya disebut PPK adalah pejabat


yang bertanggung jawab atas pelaksanaan Pengadaan Barang/Jasa (Pasal 1
angka 7 PERPRES 54/2010).

Kontrak Pengadaan Barang/Jasa yang selanjutnya disebut Kontrak adalah


perjanjian tertulis antara PPK dengan Penyedia Barang/Jasa atau pelaksana
Swakelola (Pasal 1 angka 22 PERPRES 54/2010).

Pertanyaan-4
Khusus tentang SWAKELOLA, apa saja Peraturan yang Berlaku?
=> Pendapat AHLI, Swakelola diatur pada: Pasal 1 angka 20, BAB V (Pasal
26 s.d. 32) PERPRES No. 54/2010 dan BAB VIII Lampiran Perka LKPP No.
14/2012, selengkapnya:

Swakelola adalah Pengadaan Barang/Jasa dimana pekerjaannya direncanakan,


dikerjakan, dan/atau diawasi sendiri oleh K/L/D/I sebagai Penanggung Jawab
Anggaran, Instansi Pemerintah Lain, dan/atau Kelompok Masyarakat
(Pasal 1 angka 20 PERPRES 54/2010).

BAB V SWAKELOLA
Bagian Pertama - Ketentuan Umum Swakelola
Pasal 26
(1) Swakelola merupakan kegiatan Pengadaan Barang/Jasa dimana
pekerjaannya direncanakan, dikerjakan dan/atau diawasi sendiri oleh
K/L/D/I sebagai penanggung jawab anggaran, instansi pemerintah
lain, dan/atau kelompok masyarakat.
(2) Pekerjaan yang dapat dilakukan dengan Swakelola meliputi:

3/35
a. pekerjaan yang bertujuan untuk meningkatkan kemampuan dan/atau
memanfaatkan kemampuan teknis sumber daya manusia 6, serta sesuai
dengan tugas dan fungsi K/L/D/I;
b. pekerjaan yang operasi dan pemeliharaannya memerlukan partisipasi
langsung masyarakat setempat atau dikelola oleh K/L/D/I7;
c. pekerjaan yang dilihat dari segi besaran, sifat, lokasi atau pembiayaannya
tidak diminati oleh Penyedia Barang/Jasa;
d. pekerjaan yang secara rinci/detail tidak dapat dihitung/ditentukan
terlebih dahulu, sehingga apabila dilaksanakan oleh Penyedia Barang/Jasa
akan menimbulkan ketidakpastian dan risiko yang besar;
e. penyelenggaraan diklat, kursus, penataran, seminar, lokakarya atau
penyuluhan;
f. pekerjaan untuk proyek percontohan (pilot project) dan survei yang
bersifat khusus untuk pengembangan teknologi/metode kerja yang
belum dapat dilaksanakan oleh Penyedia Barang/Jasa;
g. pekerjaan survei, pemrosesan data, perumusan kebijakan pemerintah,
pengujian di laboratorium, dan pengembangan sistem tertentu;
h. pekerjaan yang bersifat rahasia bagi K/L/D/I yang bersangkutan;
i. pekerjaan industri kreatif, inovatif, dan budaya dalam negeri;
j. penelitian dan pengembangan dalam negeri; dan/atau
k. pekerjaan pengembangan industri pertahanan, industri alutsista, dan
industri almatsus dalam negeri.
(3) Prosedur Swakelola meliputi kegiatan perencanaan, pelaksanaan,
pengawasan, penyerahan, pelaporan, dan pertanggungjawaban pekerjaan.
(4) Pengadaan melalui Swakelola dapat dilakukan oleh:
a. K/L/D/I Penanggung Jawab Anggaran;
b. Instansi Pemerintah lain Pelaksana Swakelola; dan/ atau
c. Kelompok Masyarakat Pelaksana Swakelola.
(5) PA/KPA menetapkan jenis pekerjaan serta pihak yang akan melaksanakan
Pengadaan Barang/Jasa secara Swakelola.

Penjelasan Pasal 26
Ayat (2)
Huruf b – Yang dimaksud dengan partisipasi langsung masyarakat setempat antara lain
pekerjaan pemeliharaan saluran irigasi tersier, pemeliharaan hutan/tanah
ulayat, dan pemeliharaan saluran/jalan desa.
Huruf c - Pekerjaan yang tidak diminati oleh Penyedia Barang/Jasa seperti pekerjaan di daerah
berbahaya (wilayah konflik).
Huruf g - Yang dimaksud dengan pemrosesan data antara lain pekerjaan untuk keperluan sensus
dan statistik.
Huruf h - Yang dimaksud dengan pekerjaan yang bersifat rahasia adalah pekerjaan yang
berkaitan dengan kepentingan negara yang tidak boleh diketahui dan dimanfaatkan
oleh pihak-pihak yang tidak berhak, antara lain pembuatan soal-soal ujian negara.
Ayat (4)
Huruf b - Instansi Pemerintah lain yang dapat melaksanakan Swakelola dapat bersifat swadana
maupun non-swadana.
Huruf c - Yang dimaksud dengan Kelompok Masyarakat Pelaksana Swakelola adalah kelompok
masyarakat yang melaksanakan Pengadaan Barang/Jasa dengan dukungan biaya dari

6
Perpres 70/2012 (I-16), ditambah kata “manusia”
7
Perpres 70/2012 (I-16), ditambah kata “atau dikelola oleh K/L/D/I”.

4/35
APBN/APBD, antara lain Komite Sekolah, kelompok tani, Perguruan Tinggi, dan
lembaga penelitian.

Pasal 27
(1) Pengadaan Swakelola oleh K/L/D/I Penanggung Jawab Anggaran:
a. direncanakan, dikerjakan dan diawasi sendiri oleh K/L/D/I Penanggung
Jawab Anggaran; dan
b. mempergunakan pegawai sendiri, pegawai K/L/D/I lain dan/atau dapat
menggunakan tenaga ahli.
(2) Jumlah tenaga ahli sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b, tidak boleh
melebihi 50% (lima puluh per seratus) dari jumlah keseluruhan pegawai
K/L/D/I yang terlibat dalam kegiatan Swakelola yang bersangkutan.
(3) Pengadaan Swakelola yang dilakukan oleh Instansi Pemerintah Lain
Pelaksana Swakelola dilaksanakan dengan ketentuan sebagai berikut:
a. direncanakan dan diawasi oleh K/L/D/I Penanggung Jawab Anggaran;
dan
b. pelaksanaan pekerjaannya dilakukan oleh Instansi Pemerintah yang
bukan Penanggung Jawab Anggaran.
(4) Pengadaan melalui Swakelola oleh Kelompok Masyarakat Pelaksana
Swakelola mengikuti ketentuan sebagai berikut:
a. direncanakan, dilaksanakan, dan diawasi oleh Kelompok Masyarakat
Pelaksana Swakelola;
b. sasaran ditentukan oleh K/L/D/I Penanggung Jawab Anggaran; dan
c. pekerjaan utama dilarang untuk dialihkan kepada pihak lain (sub
kontrak).
Penjelasan Pasal 27
Ayat (1) Huruf b - Yang dimaksud dengan tenaga ahli adalah konsultan.

Pasal 28
(1) Kegiatan perencanaan Swakelola meliputi:
a. penetapan sasaran, rencana kegiatan dan jadwal pelaksanaan;
b. penyusunan jadwal pelaksanaan dengan mempertimbangkan waktu
yang cukup bagi pelaksanaan pekerjaan/kegiatan;
c. perencanaan teknis dan penyiapan metode pelaksanaan yang tepat agar
diperoleh rencana keperluan tenaga, bahan, dan peralatan yang sesuai;
d. penyusunan rencana keperluan tenaga, bahan, dan peralatan secara
rinci serta dijabarkan dalam rencana kerja bulanan, rencana kerja
mingguan dan/atau rencana kerja harian; dan
e. penyusunan rencana total biaya secara rinci dalam rencana biaya
bulanan dan/atau biaya mingguan yang tidak melampaui Pagu
Anggaran yang telah ditetapkan dalam dokumen anggaran.
(2) Perencanaan kegiatan Swakelola dapat dilakukan dengan memperhitungkan
tenaga ahli/peralatan/bahan tertentu yang dilaksanakan dengan
Kontrak/Sewa tersendiri.
(3) Kegiatan perencanaan Swakelola dimuat dalam KAK.
(4) Perencanaan kegiatan Swakelola yang diusulkan dan dilaksanakan oleh
Kelompok Masyarakat Pelaksana Swakelola, ditetapkan oleh PPK setelah
melalui proses evaluasi.

5/35
(5) Penyusunan jadwal kegiatan Swakelola dilakukan dengan mengalokasikan
waktu untuk proses perencanaan, pelaksanaan, pengawasan, penyerahan,
dan pelaporan pekerjaan.
(6) PA/KPA bertanggung jawab terhadap penetapan Kelompok Masyarakat
Pelaksana Swakelola termasuk sasaran, tujuan dan besaran anggaran
Swakelola.
(7) PA/KPA dapat mengusulkan standar biaya untuk honorarium pelaksana
Swakelola kepada Menteri Keuangan/Kepala Daerah.
(8) Swakelola dapat dilaksanakan melebihi 1 (satu) Tahun Anggaran.

Bagian Kedua - Pelaksanaan Swakelola


Pasal 29
Pengadaan Barang/Jasa melalui Swakelola oleh K/L/D/I selaku Penanggung
Jawab Anggaran dilaksanakan dengan ketentuan sebagai berikut:
a. pengadaan bahan/barang, Jasa Lainnya, peralatan/suku cadang dan tenaga
ahli dilakukan oleh ULP/Pejabat Pengadaan;
b. pengadaan sebagaimana dimaksud pada huruf a berpedoman pada ketentuan
dalam Peraturan Presiden ini;
c. pembayaran upah tenaga kerja yang diperlukan dilakukan secara berkala
berdasarkan daftar hadir pekerja atau dengan cara upah borongan;
d. pembayaran gaji tenaga ahli yang diperlukan dilakukan berdasarkan Kontrak;
e. penggunaan tenaga kerja, bahan dan/atau peralatan dicatat setiap hari dalam
laporan harian;
f. pelaksanaan Pengadaan Barang/Jasa yang menggunakan Uang Persediaan
(UP)/Uang Muka kerja atau istilah lain yang disamakan dilakukan oleh
Instansi Pemerintah pelaksana Swakelola;
g. UP/Uang Muka kerja atau istilah lain yang disamakan,
dipertanggungjawabkan secara berkala maksimal secara bulanan;
h. kemajuan fisik dicatat setiap hari dan dievaluasi setiap minggu yang
disesuaikan dengan penyerapan dana;
i. kemajuan non fisik atau perangkat lunak dicatat dan dievaluasi setiap bulan
yang disesuaikan dengan penyerapan dana; dan
j. pengawasan pekerjaan fisik di lapangan dilakukan oleh pelaksana yang
ditunjuk oleh PPK, berdasarkan rencana yang telah ditetapkan.
Penjelasan Pasal 29
Huruf c - Pembayaran secara berkala dapat dilakukan secara harian, mingguan, bulanan sesuai
dengan kesepakatan kerja. Pembayaran dengan upah borongan dilakukan tanpa
menggunakan daftar hadir sesuai dengan kesepakatan kerja.

Pasal 30
Pengadaan melalui Swakelola oleh Instansi Pemerintah lain pelaksana Swakelola
dilaksanakan dengan ketentuan sebagai berikut:
a. pelaksanaan dilakukan berdasarkan Kontrak antara PPK pada K/L/D/I
Penanggung Jawab Anggaran dengan pelaksana Swakelola pada Instansi
Pemerintah Lain pelaksana Swakelola.
b. pengadaan bahan, jasa lainnya, peralatan/suku cadang, dan tenaga ahli yang
diperlukan dilakukan oleh ULP/Pejabat Pengadaan pada Instansi Pemerintah
Lain pelaksana Swakelola;

6/35
c. pengadaan sebagaimana dimaksud pada huruf b berpedoman pada ketentuan
dalam Peraturan Presiden ini;
d. pembayaran upah tenaga kerja yang diperlukan dilakukan secara harian
berdasarkan daftar hadir pekerja atau dengan cara upah borongan;
e. pembayaran imbalan tenaga ahli yang diperlukan dilakukan berdasarkan
Kontrak;
f. penggunaan tenaga kerja, bahan/barang, dan/atau peralatan dicatat setiap
hari dalam laporan harian;
g. kemajuan fisik dicatat setiap hari dan dievaluasi setiap minggu yang
disesuaikan dengan penyerapan dana oleh Instansi Pemerintah lain pelaksana
Swakelola;
h. kemajuan non fisik atau perangkat lunak dicatat dan dievaluasi setiap bulan
yang disesuaikan dengan penyerapan dana oleh Instansi Pemerintah Lain
pelaksana Swakelola; dan
i. pengawasan pekerjaan fisik di lapangan dilaksanakan oleh pihak yang
ditunjuk PPK pada K/L/D/I Penanggung Jawab Anggaran, berdasarkan
rencana yang telah ditetapkan.
Penjelasan Pasal 30 - Huruf a
Kontrak antara PPK pada K/L/D/I Penanggung Jawab Anggaran dengan pelaksana Swakelola
pada Instansi Pemerintah Lain Pelaksana Swakelola dapat didahului dengan Nota Kesepahaman
antara K/L/D/I Penanggung Jawab Anggaran dengan Instansi Pemerintah Lain Pelaksana
Swakelola.

Pasal 31
Pengadaan secara Swakelola oleh Kelompok Masyarakat Pelaksana
Swakelola dilaksanakan dengan ketentuan sebagai berikut:
a. pelaksanaan Swakelola oleh Kelompok Masyarakat Pelaksana Swakelola
dilakukan berdasarkan Kontrak antara PPK pada K/L/D/I Penanggung Jawab
Anggaran dengan Kelompok Masyarakat Pelaksana Swakelola;
b. pelaksanaan Pengadaan Barang/Jasa hanya diserahkan kepada Kelompok
Masyarakat Pelaksana Swakelola yang mampu melaksanakan pekerjaan;
c. pengadaan Pekerjaan Konstruksi hanya dapat berbentuk rehabilitasi,
renovasi, dan konstruksi sederhana;
d. konstruksi bangunan baru yang tidak sederhana, dibangun oleh
K/L/D/I Penanggung Jawab Anggaran untuk selanjutnya diserahkan
kepada kelompok masyarakat sesuai dengan peraturan perundang-
undangan;
e. pengadaan bahan/barang, Jasa Lainnya, peralatan/suku cadang dan tenaga
ahli yang diperlukan dilakukan oleh Kelompok Masyarakat Pelaksana
Swakelola dengan memperhatikan prinsip-prinsip pengadaan dan etika
pengadaan sebagaimana diatur dalam Peraturan Presiden ini;
f. penyaluran dana kepada Kelompok Masyarakat Pelaksana Swakelola
dilakukan secara bertahap dengan ketentuan sebagai berikut:
1) 40% (empat puluh per seratus) dari keseluruhan dana Swakelola, apabila
Kelompok Masyarakat Pelaksana Swakelola telah siap melaksanakan
Swakelola;
2) 30% (tiga puluh per seratus) dari keseluruhan dana Swakelola, apabila
pekerjaan telah mencapai 30% (tiga puluh per seratus); dan

7/35
3) 30% (tiga puluh per seratus) dari keseluruhan dana Swakelola, apabila
pekerjaan telah mencapai 60% (enam puluh per seratus).
g. pencapaian kemajuan pekerjaan dan dana Swakelola yang dikeluarkan,
dilaporkan oleh Kelompok Masyarakat Pelaksana Swakelola secara berkala
kepada PPK;
h. pengawasan pelaksanaan pekerjaan dilakukan oleh Kelompok Masyarakat
Pelaksana Swakelola; dan
i. pertanggungjawaban pekerjaan/kegiatan Pengadaan disampaikan kepada
K/L/D/I pemberi dana Swakelola sesuai ketentuan peraturan perundang-
undangan.
Penjelasan Pasal 31
Huruf a - Kontrak antara PPK pada K/L/D/I Penanggung Jawab Anggaran dengan Kelompok
Masyarakat Pelaksana Swakelola dapat didahului dengan Nota Kesepahaman antara
K/L/D/I Penanggung Jawab Anggaran dengan Kelompok Masyarakat Pelaksana
Swakelola.
Huruf c – Yang dimaksud pekerjaan rehabilitasi dan renovasi sederhana antara lain
pengecatan, dan pembuatan/pengerasan jalan lingkungan.
Huruf d - Definisi konstruksi sederhana mengacu kepada peraturan perundang-undangan
di bidang konstruksi.8

Bagian Ketiga - Pelaporan, Pengawasan, dan Pertanggungjawaban


Swakelola
Pasal 32
(1) Pelaksanaan Swakelola diawasi oleh Penanggung Jawab Anggaran atau oleh
Kelompok Masyarakat Pelaksana Swakelola.
(2) Kemajuan pelaksanaan pekerjaan dan penggunaan keuangan dilaporkan
oleh pelaksana lapangan/Pelaksana Swakelola kepada PPK secara berkala.
(3) Laporan kemajuan realisasi fisik dan keuangan dilaporkan setiap bulan
secara berjenjang oleh Pelaksana Swakelola sampai kepada PA/KPA.
(4) APIP pada K/L/D/I Penanggung Jawab Anggaran, melakukan audit terhadap
pelaksanaan Swakelola.

Lampiran Perka LKPP No. 14/2012


BAB VIII
TATA CARA SWAKELOLA

A. KETENTUAN UMUM
1. PENYELENGGARA PEKERJAAN SWAKELOLA
Pekerjaan Swakelola dapat dilaksanakan oleh:
a. K/L/D/I Penanggung Jawab Anggaran dengan ketentuan sebagai
berikut:
1) direncanakan, dikerjakan, dan diawasi sendiri oleh K/L/D/I
Penanggung Jawab Anggaran; dan
2) mempergunakan pegawai sendiri, pegawai K/L/D/I lain
dan/atau dapat menggunakan tenaga ahli.
b. Instansi Pemerintah Lain Pelaksana Swakelola dengan ketentuan
sebagai berikut:

8
Penjelasan Perpres 70/2012 (I-17), Penjelasan Pasal 31 huruf d. semula “bangunan baru yang tidak
sederhana antara lain konstruksi bangunan gedung yang melebihi 1 (satu) lantai.

8/35
1) direncanakan dan diawasi oleh K/L/D/I Penanggung Jawab
Anggaran; dan
2) pelaksanaan pekerjaannya dilakukan oleh instansi
pemerintah yang bukan Penanggung Jawab Anggaran.
c. Kelompok Masyarakat dengan ketentuan sebagai berikut:
1) direncanakan, dilaksanakan dan diawasi oleh Kelompok
Masyarakat;
2) sasaran ditentukan oleh K/L/D/I Penanggung Jawab
Anggaran;
dan
3) pekerjaan utama dilarang untuk dialihkan kepada pihak lain
(subkontrak).

2. JENIS PEKERJAAN SWAKELOLA


Jenis pekerjaan yang dapat dilakukan dengan cara Swakelola adalah
sebagai berikut:
a. pekerjaan yang bertujuan untuk meningkatkan kemampuan
dan/atau memanfaatkan kemampuan teknis sumber daya
manusia serta sesuai dengan tugas pokok K/L/D/I;
contoh: bimbingan teknis, workshop dan lain-lain;
b. pekerjaan yang operasi dan pemeliharaannya memerlukan
partisipasi langsung masyarakat setempat atau dikelola oleh
K/L/D/I;
contoh: perbaikan pintu irigasi/pintu pengendalian banjir, dan
lain-lain;
c. pekerjaan yang dilihat dari segi besaran, sifat, lokasi atau
pembiayaannya tidak diminati oleh Penyedia Barang/Jasa;
contoh: pemeliharaan rutin (skala kecil, sederhana), penanaman
gebalan rumput dan lain-lain;
d. pekerjaan yang secara rinci/detail tidak dapat dihitung/
ditentukan terlebih dahulu, sehingga apabila dilaksanakan oleh
Penyedia Barang/Jasa akan menimbulkan ketidakpastian dan
risiko yang besar;
contoh: pengangkutan/pengerukan sampah pada instalasi
pompa, penimbunan daerah rawa dan lain-lain;
e. penyelenggaraan diklat, kursus, penataran, seminar, lokakarya
atau penyuluhan;
contoh: pelatihan keahlian/keterampilan, kursus pengadaan
barang/jasa pemerintah dan lain-lain;
f. pekerjaan untuk proyek percontohan (pilot project) dan survei
yang bersifat khusus untuk pengembangan teknologi/metode
kerja yang belum dapat dilaksanakan oleh Penyedia Barang/
Jasa.
contoh: prototipe rumah tahan gempa, prototipe sumur resapan,
dan lain-lain.
g. pekerjaan survei, pemrosesan data, perumusan kebijakan
pemerintah, pengujian di laboratorium dan pengembangan
sistem tertentu;

9/35
contoh: penyusunan/pengembangan peraturan perundang-
undangan dan lain-lain;
h. pekerjaan yang bersifat rahasia bagi K/L/D/I yang bersangkutan;
contoh: pencetakan ijazah, pembangunan bangunan rahasia,
dan lain-lain;
i. pekerjaan Industri Kreatif, inovatif dan budaya dalam negeri;
contoh: pembuatan film animasi, pembuatan permainan
interaktif dan lain-lain;
j. penelitian dan pengembangan dalam negeri;
contoh: penelitian konstruksi tahan gempa dan lain-lain; dan/
atau
k. pekerjaan pengembangan industri pertahanan, industri alutsista
dan industri almatsus dalam negeri;
contoh: pengembangan senjata keperluan militer, dan lain-lain.

B. PENGADAAN SWAKELOLA OLEH K/L/D/I PENANGGUNG JAWAB


ANGGARAN
1. PERENCANAAN
Sebelum pekerjaan dilaksanakan, dilakukan persiapan-persiapan
sebagai berikut:
a. K/L/D/I menyusun daftar kebutuhan dan kegiatan yang akan
dilaksanakan dengan cara Swakelola;
b. pembentukan Tim Swakelola dengan ketentuan:
1) Tim Swakelola dapat terdiri dari Tim Perencana, Tim Pelaksana,
dan Tim Pengawas, serta diangkat oleh PA/KPA/PPK sesuai
dengan struktur organisasi Swakelola;
2) tugas dan tanggung jawab Tim Swakelola adalah sebagai
berikut:
a) Tim Perencana mempunyai tugas dan bertanggung jawab
dalam menyusun KAK, membuat gambar rencana kerja
dan/atau spesifikasi teknis;
b) Tim Pelaksana mempunyai tugas dan bertanggung jawab
dalam melaksanakan pekerjaan sesuai yang direncanakan,
membuat gambar pelaksanaan serta membuat laporan
pelaksanaan pekerjaan; dan
c) Tim Pengawas mempunyai tugas dan bertanggung jawab
dalam melaksanakan pengawasan terhadap pelaksanaan
dan pelaporan, baik fisik maupun administrasi pekerjaan
Swakelola.
c. Penyusunan KAK
KAK memuat:
1) uraian kegiatan yang akan dilaksanakan meliputi latar
belakang, maksud dan tujuan, sasaran serta sumber
pendanaan;
2) waktu pelaksanaan pekerjaan yang diperlukan;
3) keperluan bahan, Jasa Lainnya, peralatan/suku cadang
dan/atau tenaga ahli perseorangan secara rinci yang
dijabarkan dalam rencana kerja bulanan, rencana kerja
mingguan, dan rencana kerja harian;

10/35
4) rincian biaya pekerjaan yang dijabarkan dalam rencana biaya
bulanan dan biaya mingguan;
5) produk yang dihasilkan; dan
6) gambar rencana kerja dan spesifikasi teknis (apabila
diperlukan).
d. Jadwal Rencana Pelaksanaan Pekerjaan
1) Tim Perencana membuat jadwal rencana pelaksanaan
pekerjaan berdasarkan kebutuhan waktu pelaksanaan
pekerjaan dalam KAK, termasuk jadwal pengadaan bahan,
Jasa Lainnya, peralatan/suku cadang dan/atau tenaga ahli
perseorangan yang diperlukan.
2) Jadwal pelaksanaan pekerjaan adalah waktu dimulainya
pelaksanaan pekerjaan hingga berakhirnya pelaksanaan
pekerjaan.
3) Pembuatan jadwal rencana pelaksanaan pekerjaan disusun
dengan mempertimbangkan waktu yang cukup bagi
pelaksanaan/penyelesaian pekerjaan.
e. Rincian Biaya Pekerjaan
Tim Perencana membuat rincian biaya pekerjaan dengan tidak
melampaui pagu anggaran yang telah ditetapkan dalam dokumen
anggaran dan dituangkan dalam Rencana Anggaran Belanja (RAB),
meliputi:
1) gaji tenaga ahli perseorangan, upah tenaga kerja dan honor Tim
Swakelola;
2) pengadaan bahan;
3) pengadaan dan penggunaan peralatan/suku cadang; dan
4) proses pengadaan dan pengeluaran lainnya yang dibutuhkan.
f. Gambar Rencana Kerja dan Spesifikasi Teknis
1) Gambar rencana kerja memuat lay-out, denah, potongan
memanjang dan potongan melintang.
2) Spesifikasi teknis disusun mengikuti pedoman/standar yang
sesuai dengan yang diperlukan untuk pelaksanaan pekerjaan.
g. Rencana Pengadaan dan Kebutuhan Tenaga Kerja
1) Dalam hal diperlukan bahan, Jasa Lainnya, peralatan/suku
cadang dan/atau tenaga ahli perseorangan, dapat dilakukan
Kontrak/sewa tersendiri dengan Penyedia. Sebelum dilakukan
Kontrak/sewa, proses pengadaannya dilaksanakan sesuai
dengan yang ditentukan dalam Dokumen Pengadaan.
2) Jumlah tenaga ahli perseorangan tidak boleh melebihi 50% (lima
puluh perseratus) dari jumlah keseluruhan pegawai K/L/D/I
yang terlibat dalam kegiatan Swakelola.
3) Penyusunan jadwal rencana pengadaan dilaksanakan dengan
memperhatikan batas akhir tahun anggaran/batas akhir efektif
tahun anggaran.
4) Swakelola tertentu dapat dilaksanakan melebihi 1 (satu) tahun
anggaran.
5) Rencana pengadaan harus mempertimbangkan syarat teknis dan
metode pelaksanaan pekerjaan yang tercantum dalam Dokumen
Pengadaan.

11/35
6) Rencana kebutuhan tenaga kerja harian disusun berdasarkan
rencana pelaksanaan pekerjaan.
h. Pembentukan Panitia/Pejabat Pengadaan
Bila Kelompok Kerja ULP belum dibentuk, Panitia/Pejabat
Pengadaan diangkat oleh PA/KPA untuk melakukan Pengadaan
Barang/Jasa yang dibutuhkan dalam pelaksanaan Swakelola.
i. Rencana Swakelola
K/L/D/I mengumumkan pekerjaan Swakelola melalui website dan
papan pengumuman resmi untuk penerangan umum yang dapat
diakses masyarakat umum.

2. PELAKSANAAN
a. Pelaksanaan Rencana Kerja
Tim Pelaksana Swakelola melaksanakan pekerjaan yang telah
disusun perencanaannya, yaitu:
1) melakukan kaji ulang dan pengukuran pada lokasi pekerjaan
berdasarkan gambar rencana kerja;
2) mengkaji ulang jadwal pelaksanaan kerja (s-curve) serta jadwal
kebutuhan bahan, Jasa Lainnya, peralatan/suku cadang
dan/atau tenaga ahli perseorangan;
3) mengajukan kebutuhan bahan, Jasa Lainnya, peralatan/suku
cadang dan/atau tenaga ahli perseorangan kepada PPK untuk
diproses oleh Kelompok Kerja ULP/Pejabat Pengadaan;
4) mendatangkan dan mengatur tenaga kerja/tenaga ahli
perseorangan untuk melaksanakan kegiatan/pekerjaan
sesuai dengan jadwal pelaksanaan;
5) menyusun laporan tentang penerimaan dan penggunaan
bahan, Jasa Lainnya, peralatan/suku cadang dan/atau
tenaga ahli perseorangan; dan
6) menyusun laporan kemajuan pekerjaan (realisasi fisik dan
keuangan).
b. Pengadaan Bahan, Jasa Lainnya, Peralatan/Suku Cadang dan/
atau Tenaga Ahli Perseorangan.
1) Pengadaan bahan, Jasa Lainnya, peralatan/suku cadang
dan/atau tenaga ahli perseorangan dilakukan oleh Kelompok
Kerja ULP/Pejabat Pengadaan dengan menggunakan metode
pengadaan yang sesuai.
2) Pengiriman bahan dapat dilakukan secara bertahap atau
keseluruhan, sesuai dengan kebutuhan, lokasi pekerjaan dan
kapasitas penyimpanan.
c. Pembayaran
1) Pembayaran upah tenaga kerja yang diperlukan dilakukan
secara harian berdasarkan daftar hadir pekerja atau dengan
cara upah borong.
2) Pembayaran gaji tenaga ahli perseorangan (apabila diperlukan)
dilakukan berdasarkan Kontrak konsultan perseorangan atau
tanda bukti pembayaran.
3) Pembayaran bahan dan/atau peralatan/suku cadang
dilakukan berdasarkan Kontrak pengadaan barang.

12/35
4) Uang Persediaan (UP)/Uang Muka kerja atau istilah lain yang
disamakan diajukan untuk kegiatan yang bukan beban tetap
dan dipertanggungjawabkan secara berkala, paling lambat 30
(tiga puluh) hari setelah diterima.
d. Pelaporan Kemajuan Pekerjaan dan Dokumentasi
1) Laporan kemajuan pelaksanaan pekerjaan dan penggunaan
keuangan dilaporkan oleh Tim Pelaksana kepada PPK secara
berkala.
2) Laporan kemajuan realisasi fisik dan keuangan dilaporkan
oleh PPK kepada PA/KPA setiap bulan.
3) Pencapaian target fisik dicatat setiap hari, dievaluasi setiap
minggu serta dibuat laporan mingguan agar dapat diketahui
apakah dana yang dikeluarkan sesuai dengan target fisik yang
dicapai.
4) Pencapaian target non-fisik dicatat dan dievaluasi setiap bulan.
5) Penggunaan bahan, Jasa Lainnya, peralatan/suku cadang
dan/atau tenaga ahli perseorangan dicatat setiap hari dalam
laporan harian.
6) Laporan bulanan dibuat berdasarkan laporan mingguan.
7) Dokumentasi pekerjaan meliputi administrasi dan foto
pelaksanaan pekerjaan. Foto dari arah yang sama diambil
pada saat sebelum, sedang, dan sesudah diselesaikannya
pekerjaan.
e. Pelaporan Realisasi Pekerjaan
Pelaporan realisasi pekerjaan dibuat oleh Tim Pelaksana dan
dilaporkan kepada PPK yang berisi antara lain:
1) struktur organisasi pekerjaan Swakelola yang terdiri dari
pembagian tugas, pendelegasian wewenang dan tanggung
jawab serta pengoordinasian pelaksanaan pekerjaan;
2) persiapan pekerjaan Swakelola yang meliputi kesesuaian
gambar pelaksanaan dengan gambar rencana kerja serta
kebutuhan bahan, Jasa Lainnya, peralatan/suku cadang
dan/atau tenaga ahli perseorangan;
3) pelaksanaan pekerjaan Swakelola yang meliputi kesesuaian
jadwal pelaksanaan pekerjaan terhadap jadwal rencana
pelaksanaan pekerjaan, penyerapan keuangan, penyerahan
pekerjaan sampai dengan selesai 100% (sasaran akhir
pekerjaan telah tercapai) dan foto-foto dokumentasi; dan
4) penggunaan bahan, Jasa Lainnya, peralatan/suku cadang
dan/atau tenaga ahli perseorangan.
f. Penyerahan Hasil Pekerjaan
1) Setelah pelaksanaan pekerjaan Swakelola selesai 100%
(sasaran akhir pekerjaan telah tercapai), Ketua Tim Pelaksana
menyerahkan pekerjaan kepada PPK.
2) PPK menyerahkan pekerjaan dan laporan pekerjaan selesai
kepada PA/KPA melalui Berita Acara Serah Terima Hasil
Pekerjaan.

13/35
3) Setelah dilakukan penyerahan pekerjaan, dilanjutkan dengan
proses penyerahan aset sesuai dengan peraturan
perundangundangan.

3. PENGAWASAN DAN EVALUASI


a. Pengawasan
Pengawasan pekerjaan Swakelola dilakukan oleh Tim Pengawas
untuk
mengawasi pekerjaan mulai dari persiapan sampai akhir
pelaksanaan
pekerjaan Swakelola meliputi:
1) pengawasan administrasi yang dilakukan terhadap
dokumentasi pelaksanaan kegiatan dan pelaporan;
2) pengawasan teknis terhadap hasil pelaksanaan pekerjaan
untuk mengetahui realisasi fisik pekerjaan lapangan meliputi:
a) pengawasan terhadap bahan meliputi pengadaan,
pemakaian dan sisa bahan;
b) pengawasan terhadap penggunaan peralatan/suku cadang
untuk menghindari tumpang tindih pemakaian di
lapangan; dan
c) pengawasan terhadap penggunaan tenaga kerja/ahli agar
pelaksanaan pekerjaan sesuai dengan yang direncanakan.
3) pengawasan Keuangan yang mencakup cara pembayaran serta
efisiensi dan efektifitas penggunaan keuangan; dan
4) apabila dari hasil pengawasan ditemukan penyimpangan, PPK
harus segera mengambil tindakan.
b. Evaluasi
1) Tim Pengawas melakukan evaluasi setiap minggu terhadap
pelaksanaan pekerjaan yang meliputi:
a) pengadaan dan penggunaan bahan;
b) pengadaan dan penggunaan tenaga kerja/ahli;
c) pengadaan dan penggunaan peralatan/suku cadang;
d) realisasi keuangan dan biaya yang diperlukan;
e) pelaksanaan fisik; dan/atau
f) hasil kerja setiap jenis pekerjaan.
2) Dari hasil evaluasi tersebut, Tim Pengawas memberikan
masukan dan rekomendasi untuk memperbaiki dan
meningkatkan pelaksanaan pekerjaan Swakelola selanjutnya.

C. PELAKSANAAN SWAKELOLA OLEH INSTANSI PEMERINTAH


LAIN PELAKSANA SWAKELOLA
1. PERENCANAAN
Sebelum pekerjaan dilaksanakan, dilakukan persiapan-
persiapan sebagai berikut:
a. K/L/D/I menyusun daftar kebutuhan dan kegiatan yang akan
dilaksanakan dengan cara Swakelola;
b. PA/KPA menawarkan secara tertulis kegiatan Swakelola
kepada instansi pemerintah lain yang diyakini mampu dengan

14/35
melampirkan KAK, jadwal pelaksanaan dan rincian anggaran
biaya;
c. penyampaian KAK dan RAB dimaksud dapat dilakukan
sebelum tahun anggaran dimulai jika RAB dimaksud akan
dituangkan ke dalam dokumen anggaran;
d. instansi pemerintah lain tersebut mempelajari KAK, jadwal
pelaksanaan dan rincian anggaran biaya;
e. apabila PA/KPA dan pihak instansi pemerintah lain tersebut
sepakat, dapat dibuat naskah kerja sama atau Nota
Kesepahaman mengenai pelaksanaan pekerjaan Swakelola;
f. PPK mengadakan Kontrak dengan Pelaksana Swakelola pada
Instansi Pemerintah lain Pelaksana Swakelola, berdasarkan
Nota Kesepahaman;
g. Kontrak Swakelola paling kurang berisi:
1) Para pihak;
2) Pokok pekerjaan yang diswakelolakan;
3) Nilai pekerjaan yang diswakelolakan;
4) Jangka waktu pelaksanaan; dan
5) Hak dan kewajiban para pihak.
h. pembentukan Tim Swakelola dengan ketentuan:
1) Tim Swakelola dapat terdiri dari Tim Perencana, Tim
Pelaksana dan Tim Pengawas;
2) Tim Perencana dan Tim Pengawas yang berasal dari
instansi Penanggungjawab Anggaran dan Instansi
Pemerintah lain Pelaksana Swakelola, diangkat oleh PPK
sesuai dengan struktur organisasi Swakelola;
3) Tim Pelaksana diangkat oleh Instansi Pemerintah lain
Pelaksana Swakelola;
4) Tugas dan tanggung jawab masing-masing Tim Swakelola
adalah sebagai berikut:
a) Tim Perencana mempunyai tugas dan bertanggung
jawab dalam menyusun KAK, membuat gambar
rencana kerja dan/atau spesifikasi teknis;
b) Tim Pelaksana mempunyai tugas dan bertanggung
jawab dalam melaksanakan pekerjaan sesuai yang
direncanakan, membuat gambar pelaksanaan serta
membuat laporan pelaksanaan pekerjaan; dan
c) Tim Pengawas mempunyai tugas dan bertanggung
jawab dalam melaksanakan pengawasan terhadap
pelaksanaan dan pelaporan, baik fisik maupun
administrasi pekerjaan Swakelola.
i. Penyusunan KAK
KAK memuat:
1) uraian kegiatan yang akan dilaksanakan meliputi latar
belakang, maksud dan tujuan, sasaran serta sumber
pendanaan;
2) waktu pelaksanaan pekerjaan yang diperlukan;
3) keperluan bahan, Jasa Lainnya, peralatan/suku cadang
dan/atau tenaga ahli perseorangan secara rinci yang

15/35
dijabarkan dalam rencana kerja bulanan, rencana kerja
mingguan, dan rencana kerja harian;
4) rincian biaya pekerjaan yang dijabarkan dalam rencana
biaya bulanan dan biaya mingguan;
5) produk yang dihasilkan; dan
6) gambar rencana kerja dan spesifikasi teknis (apabila
diperlukan).
j. Jadwal Rencana Pelaksanaan Pekerjaan
1) Tim Perencana membuat jadwal rencana pelaksanaan
pekerjaan berdasarkan kebutuhan waktu pelaksanaan
pekerjaan dalam KAK, termasuk jadwal pengadaan bahan,
Jasa Lainnya, peralatan/suku cadang dan/atau tenaga
ahli perseorangan yang diperlukan.
2) Jadwal pelaksanaan pekerjaan adalah waktu dimulainya
pelaksanaan pekerjaan hingga berakhirnya pelaksanaan
pekerjaan.
3) Pembuatan jadwal rencana pelaksanaan pekerjaaan
disusun dengan mempertimbangkan waktu yang cukup
bagi pelaksanaan/penyelesaian pekerjaan.
k. Rincian Biaya Pekerjaan
Tim Perencana membuat rincian biaya pekerjaan dengan tidak
melampaui pagu anggaran yang telah ditetapkan dalam
dokumen anggaran dan dituangkan dalam RAB, meliputi:
1) gaji tenaga ahli perseorangan, upah tenaga kerja dan honor
Tim Swakelola;
2) pengadaan bahan;
3) pengadaan dan penggunaan peralatan/suku cadang; dan
4) proses pengadaan dan pengeluaran lainnya yang
dibutuhkan.
l. Gambar Rencana Kerja dan Spesifikasi Teknis
1) Gambar rencana kerja memuat lay-out, denah, potongan
memanjang dan potongan melintang.
2) Spesifikasi teknis disusun mengikuti pedoman/standar
yang sesuai dengan yang diperlukan untuk pelaksanaan
pekerjaan.
m. Rencana Pengadaan dan Kebutuhan Tenaga Kerja.
1) Dalam hal diperlukan bahan, Jasa Lainnya, peralatan/
suku cadang dan/atau tenaga ahli perseorangan tertentu,
dapat dilakukan Kontrak/sewa tersendiri dengan
Penyedia. Sebelum dilakukan Kontrak/sewa, proses
pengadaannya dilaksanakan sesuai dengan yang
ditentukan dalam Dokumen Pengadaan.
2) Jumlah tenaga ahli perseorangan tidak boleh melebihi 50%
(lima puluh perseratus) dari jumlah keseluruhan pegawai
K/L/D/I yang terlibat dalam kegiatan Swakelola.
3) Penyusunan jadwal rencana pengadaan dilaksanakan
dengan dengan memperhatikan batas akhir tahun
anggaran/batas akhir efektifnya anggaran.

16/35
4) Swakelola tertentu dapat dilaksanakan melebihi 1 (satu)
tahun anggaran.
5) Rencana pengadaan harus mempertimbangkan syarat
teknis dan metode pelaksanaan pekerjaan yang tercantum
dalam Dokumen Pengadaan.
6) Rencana kebutuhan tenaga kerja harian disusun
berdasarkan rencana pelaksanaan pekerjaan.
n. Pembentukan Panitia/Pejabat Pengadaan.
Bila Kelompok Kerja ULP pada Instansi Pemerintah lain
Pelaksana Swakelola belum dibentuk, Panitia/Pejabat
Pengadaan dari unsur instansi Penanggung Jawab Anggaran
dan Instansi Pemerintah Lain Pelaksana Swakelola, diangkat
oleh PA/KPA untuk melakukan Pengadaan Barang/Jasa yang
dibutuhkan dalam pelaksanaan Swakelola.
o. Rencana Swakelola
K/L/D/I mengumumkan pekerjaan Swakelola melalui website
dan papan pengumuman resmi untuk penerangan umum
yang dapat diakses masyarakat umum.

2. PELAKSANAAN
a. Pelaksanaan Rencana Kerja
Tim Pelaksana Swakelola melaksanakan pekerjaan yang telah
disusun perencanaannya, yaitu:
1) melakukan kaji ulang dan pengukuran pada lokasi pekerjaan
berdasarkan gambar rencana kerja;
2) mengkaji ulang jadwal pelaksanaan kerja (s-curve) serta jadwal
kebutuhan bahan, Jasa Lainnya, peralatan/suku cadang
dan/atau tenaga ahli perseorangan;
3) mengajukan kebutuhan bahan, Jasa Lainnya, peralatan/suku
cadang dan/atau tenaga ahli perseorangan kepada PPK untuk
diproses oleh Tim Pengadaan dari Kelompok Masyarakat
Pelaksana Swakelola (apabila ada);
4) mendatangkan dan mengatur tenaga kerja/tenaga ahli
perseorangan untuk melaksanakan kegiatan/pekerjaan
sesuai dengan jadwal pelaksanaan;
5) menyusun laporan tentang penerimaan dan penggunaan
bahan, Jasa Lainnya, peralatan/suku cadang dan/atau
tenaga ahli perseorangan; dan
6) menyusun laporan kemajuan pekerjaan (realisasi fisik dan
keuangan).
a) Laporan bulanan dibuat berdasarkan laporan mingguan.
b) Dokumentasi pekerjaan meliputi administrasi dan foto
pelaksanaan pekerjaan. Foto dari arah yang sama diambil
pada saat sebelum, sedang, dan sesudah diselesaikannya
pekerjaan.
b. Pelaporan Realisasi Pekerjaan
Pelaporan realisasi pekerjaan dibuat oleh Tim Pelaksana dan
dilaporkan kepada PPK yang berisi antara lain:

17/35
1) struktur organisasi pekerjaan Swakelola yang terdiri dari
pembagian tugas, pendelegasian wewenang dan tanggung
jawab serta pengoordinasian pelaksanaan pekerjaan;
2) persiapan pekerjaan Swakelola yang meliputi kesesuaian
gambar pelaksanaan dengan gambar rencana kerja, serta
kebutuhan bahan, Jasa Lainnya, peralatan/suku cadang
dan/atau tenaga ahli perseorangan;
3) pelaksanaan pekerjaan Swakelola yang meliputi kesesuaian
jadwal pelaksanaan pekerjaan terhadap jadwal rencana
pelaksanaan pekerjaan, penyerapan keuangan, penyerahan
pekerjaan sampai dengan selesai 100% (sasaran akhir
pekerjaan telah tercapai) dan foto-foto dokumentasi; dan
4) penggunaan bahan, Jasa Lainnya, peralatan/suku cadang
dan/atau tenaga ahli perseorangan.
c. Penyerahan Hasil Pekerjaan
1) Setelah pelaksanaan pekerjaan Swakelola selesai 100%
(sasaran akhir pekerjaan telah tercapai), Ketua Tim Pelaksana
menyerahkan pekerjaan kepada PPK.
2) PPK menyerahkan pekerjaan dan laporan pekerjaan selesai
kepada PA/KPA melalui Berita Acara Serah Terima Hasil
Pekerjaan.
3) Setelah dilakukan penyerahan pekerjaan, dilanjutkan dengan
proses penyerahan aset sesuai dengan peraturan
perundangundangan.

3. PENGAWASAN DAN EVALUASI


a. Pengawasan
Pengawasan pekerjaan Swakelola dilakukan oleh Tim Pengawas
untuk
mengawasi pekerjaan mulai dari persiapan sampai akhir
pelaksanaan
pekerjaan Swakelola meliputi:
1) pengawasan administrasi yang dilakukan terhadap
dokumentasi pelaksanaan kegiatan dan pelaporan;
2) pengawasan teknis terhadap hasil pelaksanaan pekerjaan
untuk mengetahui realisasi fisik pekerjaan lapangan, meliputi:
a) pengawasan terhadap bahan meliputi pengadaan,
pemakaian dan sisa bahan;
b) pengawasan terhadap penggunaan peralatan/suku cadang
untuk menghindari tumpang tindih pemakaian di
lapangan; dan
c) pengawasan terhadap penggunaan tenaga kerja/ahli agar
pelaksanaan pekerjaan sesuai dengan yang direncanakan.
3) pengawasan Keuangan yang mencakup cara pembayaran,
serta efisiensi dan efektifitas penggunaan keuangan; dan
4) apabila dari hasil pengawasan ditemukan penyimpangan, PPK
harus segera mengambil tindakan.
b. Evaluasi

18/35
1) Tim Pengawas melakukan evaluasi setiap minggu terhadap
pelaksanaan pekerjaan, yang meliputi:
a) pengadaan dan penggunaan bahan;
b) pengadaan dan penggunaan tenaga kerja/ahli;
c) pengadaan dan penggunaan peralatan/suku cadang;
d) realisasi keuangan dan biaya yang diperlukan;
e) pelaksanaan fisik; dan/atau
f) hasil kerja setiap jenis pekerjaan.
2) Dari hasil evaluasi tersebut, Tim Pengawas memberikan
masukan dan rekomendasi untuk memperbaiki dan
meningkatkan pelaksanaan pekerjaan Swakelola selanjutnya.

D. PELAKSANAAN SWAKELOLA OLEH KELOMPOK MASYARAKAT


PELAKSANA SWAKELOLA
1. PERENCANAAN
Sebelum pekerjaan dilaksanakan, dilakukan persiapan-
persiapan sebagai berikut:
a. K/L/D/I menyusun kegiatan dan sasaran yang akan
dilaksanakan dengan cara Swakelola, berdasarkan hasil
evaluasi atas usulan dari Kelompok Masyarakat.
b. pengadaan barang/jasa hanya diberikan kepada Kelompok
Masyarakat yang mampu melaksanakan pekerjaan secara
teknis.
c. PA/KPA bertanggungjawab terhadap penetapan Kelompok
Masyarakat, termasuk sasaran, tujuan dan besaran
anggaran Swakelola.
d. pengadaan pekerjaan konstruksi hanya dapat berbentuk
rehabilitasi sederhana dan renovasi sederhana, antara
lain: pengecatan, pembuatan/pengerasan jalan
lingkungan.
e. Konstruksi bangunan baru yang tidak sederhana, dibangun
oleh K/L/D/I untuk selanjutnya diserahkan kepada
kelompok masyarakat sesuai dengan peraturan
perundang-undangan. Definisi konstruksi sederhana
mengacu kepada peraturan perundang-undangan di
bidang konstruksi.
f. PPK membuat Kontrak pelaksanaan pengadaan Swakelola
dengan penanggung jawab Kelompok Masyarakat.
g. pembentukan Tim Swakelola dengan ketentuan:
1) Tim Swakelola diangkat oleh Penanggung Jawab Kelompok
Masyarakat sesuai dengan struktur organisasi Swakelola.
2) tugas dan tanggung jawab Tim Swakelola adalah sebagai
berikut:
a) Tim Perencana mempunyai tugas dan bertanggung
jawab dalam menyusun KAK, membuat gambar
rencana kerja dan/atau spesifikasi teknis;
b) Tim Pelaksana mempunyai tugas dan bertanggung
jawab dalam melaksanakan pekerjaan sesuai yang

19/35
direncanakan, membuat gambar pelaksanaan serta
membuat laporan pelaksanaan pekerjaan; dan
c) Tim Pengawas mempunyai tugas dan bertanggung
jawab dalam melaksanakan pengawasan terhadap
pelaksanaan dan pelaporan, baik fisik maupun
administrasi pekerjaan Swakelola.
h. Penyusunan KAK
KAK memuat:
1) uraian kegiatan yang akan dilaksanakan meliputi latar
belakang, maksud dan tujuan, sasaran serta sumber
pendanaan;
2) waktu pelaksanaan pekerjaan yang diperlukan;
3) keperluan bahan, Jasa Lainnya, peralatan/suku cadang
dan/atau tenaga ahli perseorangan secara rinci yang
dijabarkan dalam rencana kerja bulanan, rencana kerja
mingguan, dan rencana kerja harian;
4) rincian biaya pekerjaan yang dijabarkan dalam rencana
biaya bulanan dan biaya mingguan;
5) produk yang dihasilkan; dan
6) gambar rencana kerja dan spesifikasi teknis (apabila
diperlukan).
i. Jadwal Rencana Pelaksanaan Pekerjaan
1) Tim Swakelola membuat jadwal rencana pelaksanaan
pekerjaan berdasarkan kebutuhan waktu pelaksanaan
pekerjaan dalam KAK, termasuk jadwal pengadaan bahan,
Jasa Lainnya, peralatan/suku cadang dan/atau tenaga
ahli perseorangan yang diperlukan.
2) Jadwal pelaksanaan pekerjaan adalah waktu dimulainya
pelaksanaan pekerjaan hingga berakhirnya pelaksanaan
pekerjaan.
3) Pembuatan jadwal rencana pelaksanaan pekerjaaan
disusun dengan mempertimbangkan waktu yang cukup
bagi pelaksanaan/penyelesaian pekerjaan.
j. Rincian Biaya Pekerjaan
Tim Perencana membuat rincian biaya pekerjaan dengan tidak
melampaui pagu anggaran yang telah ditetapkan dalam
Dokumen Anggaran dan dituangkan dalam RAB, meliputi:
1) gaji tenaga ahli perseorangan, upah tenaga kerja dan honor
Tim Swakelola;
2) pengadaan bahan;
3) pengadaan dan penggunaan peralatan/suku cadang; dan
4) proses pengadaan dan pengeluaran lainnya yang
dibutuhkan.
k. Gambar Rencana Kerja dan Spesifikasi Teknis
1) Gambar rencana kerja memuat lay-out, denah, potongan
memanjang dan potongan melintang.
2) Spesifikasi teknis disusun mengikuti pedoman/standar
yang sesuai dengan yang diperlukan untuk pelaksanaan
pekerjaan.

20/35
l. Rencana Pengadaan dan Kebutuhan Tenaga Kerja
1) Dalam hal diperlukan bahan, Jasa Lainnya, peralatan/
suku cadang dan/atau tenaga ahli perseorangan, dapat
dilakukan Kontrak/sewa tersendiri dengan
memperhatikan prinsip-prinsip dan etika pengadaan
sebagaimana diatur dalam Peraturan Presiden ini.
2) Penyusunan jadwal rencana pengadaan dilaksanakan
dengan dengan memperhatikan batas akhir tahun
anggaran/batas akhir efektifnya anggaran.
3) Rencana pengadaan harus mempertimbangkan syarat
teknis dan metode pelaksanaan pekerjaan yang tercantum
dalam Dokumen Pengadaan.
4) Rencana kebutuhan tenaga kerja harian disusun
berdasarkan rencana pelaksanaan pekerjaan.
m. Pembentukan Panitia/Pejabat Pengadaan
1) Panitia/Pejabat Pengadaan diangkat oleh Penanggung
jawab Kelompok Masyarakat untuk melakukan pengadaan
barang/jasa yang dibutuhkan dalam pelaksanaan
Swakelola.
2) Panitia/Pejabat Pengadaan diperbolehkan bukan PNS.

2. PELAKSANAAN
a. Pelaksanaan Rencana Kerja
Tim Pelaksana Swakelola melaksanakan pekerjaan yang telah
disusun perencanaannya, yaitu:
1) melakukan kaji ulang dan pengukuran pada lokasi pekerjaan
berdasarkan gambar rencana kerja;
2) mengaji ulang jadwal pelaksanaan kerja (s-curve) serta jadwal
kebutuhan bahan, Jasa Lainnya, peralatan/suku cadang
dan/atau tenaga ahli perseorangan;
3) mengajukan kebutuhan bahan, Jasa Lainnya, peralatan/suku
cadang dan/atau tenaga ahli perseorangan kepada
Penanggung Jawab Kelompok Masyarakat untuk diproses oleh
Tim Pengadaan dari Kelompok Masyarakat Pelaksana
Swakelola (apabila ada) dengan memperhatikan prinsip-
prinsip pengadaan dan etika pengadaan sebagaimana diatur
dalam Peraturan Presiden ini;
4) mendatangkan dan mengatur tenaga kerja/tenaga ahli
perseorangan untuk melaksanakan kegiatan/pekerjaan
sesuai dengan jadwal pelaksanaan;
5) menyusun laporan tentang penerimaan dan penggunaan
bahan, Jasa Lainnya, peralatan/suku cadang dan tenaga ahli
perseorangan; dan
6) menyusun laporan kemajuan pekerjaan (realisasi fisik dan
keuangan).
b. Pengadaan Bahan, Jasa Lainnya, Peralatan/Suku Cadang dan/
atau Tenaga Ahli Perseorangan
1) Pengadaan bahan, Jasa Lainnya, peralatan/suku cadang
dan/atau tenaga ahli perseorangan dilakukan oleh Tim

21/35
Pengadaan dari Kelompok Masyarakat Pelaksana Swakelola
(apabila ada) dengan menggunakan metode pengadaan yang
sesuai dan memperhatikan prinsip-prinsip pengadaan dan
etika pengadaan sebagaimana diatur dalam Peraturan
Presiden ini;
2) Pengiriman bahan dapat dilakukan secara bertahap atau
keseluruhan, sesuai dengan kebutuhan, lokasi pekerjaan dan
kapasitas penyimpanan.
c. Pembayaran
1) Pembayaran upah tenaga kerja yang diperlukan dilakukan
secara harian berdasarkan daftar hadir pekerja atau dengan
cara upah borong;
2) Pembayaran gaji tenaga ahli perseorangan (apabila diperlukan)
dilakukan berdasarkan Kontrak konsultan perseorangan atau
tanda bukti pembayaran;
3) Pembayaran bahan dan/atau peralatan/suku cadang
dilakukan berdasarkan Kontrak pengadaan barang.
4) Penyaluran dana kepada Kelompok Masyarakat dilakukan
secara bertahap, dengan ketentuan sebagai berikut:
a) diberikan 40% (empat puluh perseratus) dari keseluruhan
dana apabila Kelompok Masyarakat telah siap
melaksanakan Swakelola;
b) diberikan 30% (tiga puluh perseratus) dari keseluruhan
dana apabila pekerjaan telah mencapai 30% (tiga puluh
perseratus); dan
c) diberikan 30% (tiga puluh perseratus) dari keseluruhan
dana apabila pekerjaan telah mencapai 60% (enam puluh
perseratus).
d. Pelaporan Kemajuan Pekerjaan dan Dokumentasi
1) Laporan kemajuan pelaksanaan pekerjaan dan penggunaan
keuangan dilaporkan oleh Kelompok Masyarakat kepada PPK
secara berkala.
2) Laporan kemajuan realisasi fisik dan keuangan dilaporkan
oleh PPK kepada PA/KPA setiap bulan.
3) Pencapaian target fisik dicatat setiap hari, dievaluasi setiap
minggu serta dibuat laporan mingguan agar dapat diketahui
apakah dana yang dikeluarkan sesuai dengan target fisik
yang dicapai.
4) Pencapaian target non-fisik dicatat dan dievaluasi setiap
bulan.
5) Penggunaan bahan, Jasa Lainnya, peralatan/suku cadang
dan/atau tenaga ahli perseorangan dicatat setiap hari dalam
laporan harian.
6) Laporan bulanan dibuat berdasarkan laporan mingguan.
7) Dokumentasi pekerjaan meliputi administrasi dan foto
pelaksanaan pekerjaan. Foto dari arah yang sama diambil
pada saat sebelum, sedang, dan sesudah diselesaikannya
pekerjaan.
e. Pelaporan Realisasi Pekerjaan

22/35
Pelaporan realisasi pekerjaan dibuat oleh Kelompok Masyarakat
dan dilaporkan kepada PPK yang berisi antara lain:
1) struktur organisasi pekerjaan Swakelola yang terdiri dari
pembagian tugas, pendelegasian wewenang dan tanggung
jawab serta pengkoordinasian pelaksanaan pekerjaan;
2) persiapan pekerjaan Swakelola yang meliputi kesesuaian
gambar pelaksanaan dengan gambar rencana kerja serta
kebutuhan bahan, Jasa Lainnya, peralatan/suku cadang
dan/atau tenaga ahli perseorangan;
3) pelaksanaan pekerjaan Swakelola yang meliputi kesesuaian
jadwal pelaksanaan pekerjaan terhadap jadwal rencana
pelaksanaan pekerjaan, penyerapan keuangan, penyerahan
pekerjaan sampai dengan selesai 100% (sasaran akhir
pekerjaan telah tercapai) dan foto-foto dokumentasi; dan
4) penggunaan bahan, Jasa Lainnya, peralatan/suku cadang
dan/atau tenaga ahli perseorangan.
f. Penyerahan Hasil Pekerjaan
1) Setelah pelaksanaan pekerjaan Swakelola selesai 100%
(sasaran akhir pekerjaan telah tercapai), Penanggung jawab
Kelompok Masyarakat menyerahkan pekerjaan kepada PPK.
2) PPK menyerahkan pekerjaan dan laporan pekerjaan selesai
kepada PA/KPA melalui Berita Acara Serah Terima Hasil
Pekerjaan.
3) Setelah dilakukan penyerahan pekerjaan, dilanjutkan dengan
proses penyerahan aset sesuai dengan peraturan
perundangundangan.

3. PENGAWASAN DAN EVALUASI


a. Pengawasan
Pengawasan pekerjaan Swakelola dilakukan oleh Tim Pengawas
untuk mengawasi pekerjaan mulai dari persiapan sampai akhir
pelaksanaan pekerjaan Swakelola meliputi:
1) pengawasan administrasi yang dilakukan terhadap
dokumentasi pelaksanaan kegiatan dan pelaporan;
2) pengawasan teknis terhadap hasil pelaksanaan pekerjaan
untuk mengetahui realisasi fisik pekerjaan lapangan meliputi:
a) pengawasan terhadap bahan meliputi pengadaan,
pemakaian dan sisa bahan;
b) pengawasan terhadap penggunaan peralatan/suku cadang
untuk menghindari tumpang tindih pemakaian di
lapangan; dan
c) pengawasan terhadap penggunaan tenaga kerja/ahli agar
pelaksanaan pekerjaan sesuai dengan yang direncanakan.
3) pengawasan Keuangan yang mencakup cara pembayaran serta
efisiensi dan efektifitas penggunaan keuangan; dan
4) apabila dari hasil pengawasan ditemukan penyimpangan, PPK
harus segera mengambil tindakan.
b. Evaluasi

23/35
1) Tim Pengawas melakukan evaluasi setiap minggu terhadap
pelaksanaan pekerjaan yang meliputi:
a) pengadaan dan penggunaan material/bahan;
b) pengadaan dan penggunaan tenaga kerja/ahli;
c) pengadaan dan penggunaan peralatan/suku cadang;
d) realisasi keuangan dan biaya yang diperlukan;
e) pelaksanaan fisik; dan
f) hasil kerja setiap jenis pekerjaan.
2) Dari hasil evaluasi tersebut, Penanggungjawab memberikan
masukan dan rekomendasi untuk memperbaiki dan
meningkatkan pelaksanaan pekerjaan Swakelola selanjutnya.

Pertanyaan-5
Apa tugas dan kewenangan PA/KPA?
=> Pendapat AHLI, Pengguna Anggaran (PA), berdasarkan Pasal 1 angka
5, Pasal 8 dan 9, sedangkan Kuasa Pengguna
Anggaran (KPA), berdasarkan Pasal 1 angka 6, Pasal
10 PERPRES No. 54/2010, selengkapnya:

Pengertian Pengguna Anggaran yang selanjutnya disebut PA adalah pejabat


pemegang kewenangan penggunaan anggaran Kementerian/Lembaga/
Satuan Kerja Perangkat Daerah atau Pejabat yang disamakan pada Institusi
Pengguna APBN/APBD (Pasal 1 angka 6 PERPRES 54/2010).

Bagian Kedua - Pengguna Anggaran


Pasal 8
(1) PA memiliki tugas dan kewenangan sebagai berikut:
a. menetapkan Rencana Umum Pengadaan;
b. mengumumkan secara luas Rencana Umum Pengadaan paling kurang di
website K/L/D/I;
c. menetapkan PPK;
d. menetapkan Pejabat Pengadaan;
e. menetapkan PPHP;
f. menetapkan:
1) pemenang pada Pelelangan atau penyedia pada Penunjukan
Langsung untuk paket Pengadaan Barang/Pekerjaan Konstruksi/
Jasa Lainnya dengan nilai di atas Rp100.000.000.000,00 (seratus
miliar rupiah); atau
2) pemenang pada Seleksi atau penyedia pada Penunjukan Langsung
untuk paket Pengadaan Jasa Konsultansi dengan nilai di atas
Rp10.000.000.000,00 (sepuluh miliar rupiah).
g. mengawasi pelaksanaan anggaran;
h. menyampaikan laporan keuangan sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan;
i. menyelesaikan perselisihan antara PPK dengan ULP/Pejabat Pengadaan,
dalam hal terjadi perbedaan pendapat; dan
j. mengawasi penyimpanan dan pemeliharaan seluruh Dokumen
Pengadaan Barang/Jasa.

24/35
(2) Selain tugas pokok dan kewenangan sebagaimana dimaksud pada ayat (1),
dalam hal diperlukan, PA dapat:
a. menetapkan tim teknis; dan/atau
b. menetapkan tim juri/tim ahli untuk pelaksanaan Pengadaan melalui
Sayembara/Kontes.
Penjelasan Pasal 8 - Ayat (2) Huruf a
Yang dimaksud dengan tim teknis adalah tim yang dibentuk oleh PA untuk membantu PA dalam
pelaksanaan Pengadaan Barang/Jasa.
Tim teknis antara lain terdiri atas tim uji coba, Panitia/Pejabat Peneliti Pelaksanaan Kontrak, dan
lain-lain.

Pasal 9
Atas dasar pertimbangan besaran beban pekerjaan atau rentang kendali
organisasi:
a. PA pada Kementerian/Lembaga/Institusi pusat lainnya menetapkan
seorang atau beberapa orang KPA;
b. PA pada Pemerintah Daerah mengusulkan 1 (satu) atau beberapa orang
KPA kepada Kepala Daerah untuk ditetapkan.
Penjelasan Pasal 9
Pertimbangan beban pekerjaan dan rentang kendali dititikberatkan kepada kemampuan PA
melakukan pengawasan terhadap pelaksanaan Pengadaan Barang/Jasa.

=> Sedangkan pengertian Kuasa Pengguna Anggaran yang selanjutnya


disebut KPA adalah pejabat yang ditetapkan oleh PA untuk menggunakan
APBN atau ditetapkan oleh Kepala Daerah untuk menggunakan APBD
(Pasal 1 angka 6 PERPRES 54/2010).

Bagian Ketiga - Kuasa Pengguna Anggaran


Pasal 10
(1) KPA pada Kementerian/Lembaga/Institusi pusat lainnya merupakan Pejabat
yang ditetapkan oleh PA.
(2) KPA pada Pemerintah Daerah merupakan Pejabat yang ditetapkan oleh
Kepala Daerah atas usul PA.
(3) KPA untuk dana dekonsentrasi dan tugas pembantuan ditetapkan oleh PA
pada Kementerian/Lembaga/Institusi pusat lainnya atas usul Kepala Daerah.
(4) KPA memiliki kewenangan sesuai pelimpahan oleh PA.

Pertanyaan-6
Siapakah yang bertanggung jawab dalam hal serah terima pekerjaan?
=> Pendapat AHLI, yang bertanggung jawab dalam hal serah terima
pekerjaan adalah “PPK dengan dibantu oleh PPHP”,
berdasarkan Pasal 95 dan Pasal 18 PERPRES
54/2010, selengkapnya:

Paragraf Kedelapan - Serah Terima Pekerjaan


Pasal 95
(1) Setelah pekerjaan selesai 100% (seratus per seratus) sesuai dengan ketentuan
yang tertuang dalam Kontrak, Penyedia Barang/Jasa mengajukan

25/35
permintaan secara tertulis kepada PA/KPA melalui PPK untuk penyerahan
pekerjaan.
(2) PA/KPA menunjuk PPHP untuk melakukan penilaian terhadap hasil
pekerjaan yang telah diselesaikan.
(3) Apabila terdapat kekurangan dalam hasil pekerjaaan sebagaimana dimaksud
pada ayat (2), PPHP melalui PPK memerintahkan Penyedia Barang/Jasa
untuk memperbaiki dan/atau melengkapi kekurangan pekerjaan
sebagaimana yang disyaratkan dalam Kontrak.
(4) PPHP menerima penyerahan pekerjaan setelah seluruh hasil pekerjaan
dilaksanakan sesuai dengan ketentuan Kontrak.
(5) Khusus Pekerjaan Konstruksi/Jasa lainnya:
a. Penyedia Pekerjaan Konstruksi/Jasa Lainnya melakukan
pemeliharaan atas hasil pekerjaan selama masa yang ditetapkan
dalam Kontrak, sehingga kondisinya tetap seperti pada saat
penyerahan pekerjaan;
b. masa pemeliharaan paling singkat untuk pekerjaan permanen selama 6
(enam) bulan, sedangkan untuk pekerjaan semi permanen selama 3 (tiga)
bulan; dan
c. masa pemeliharaan dapat melampaui Tahun Anggaran.
(6) Setelah masa pemeliharaan sebagaimana dimaksud pada ayat (5) berakhir,
PPK mengembalikan Jaminan Pemeliharaan/Uang Retensi kepada Penyedia
Barang/ Jasa.
(7) Khusus Pengadaan Barang, masa garansi diberlakukan sesuai kesepakatan
para pihak dalam Kontrak.
(8) Penyedia Barang/Jasa menandatangani Berita Acara Serah Terima Akhir
Pekerjaan pada saat proses Serah Terima Akhir (Final Hand Over).
(9) Penyedia Barang/Jasa yang tidak menandatangani Berita Acara Serah Terima
Akhir Pekerjaan sebagaimana dimaksud pada ayat (8) dimasukkan ke dalam
Daftar Hitam.
Penjelasaan Pasal 95
Ayat (5)
Huruf a - Masa pemeliharaan pekerjaan harus diberikan waktu yang cukup, dengan
memperhatikan sifat, jenis dari pekerjaannya.
Huruf b - Yang dimaksud dengan pekerjaan permanen adalah pekerjaan yang umur rencananya
lebih dari 1 (satu) tahun.
Yang dimaksud dengan pekerjaan semi permanen adalah pekerjaan yang umur rencananya
paling tinggi 1 (satu) tahun.
Ayat (7) - Untuk pengadaan barang, para pihak mengikuti jangka waktu yang ditentukan oleh
pabrik (garansi pabrikan).

Bagian Keenam - Panitia/Pejabat Penerima Hasil Pekerjaan


Pasal 18
(1) PA/KPA menetapkan PPHP.
(2) Anggota PPHP berasal dari pegawai negeri, baik dari instansi sendiri
maupun instansi lainnya.
(3) Dikecualikan dari ketentuan pada ayat (2), anggota PPHP pada Institusi lain
Pengguna APBN/APBD atau Kelompok Masyarakat Pelaksana Swakelola
dapat berasal dari bukan pegawai negeri.
(4) PPHP wajib memenuhi persyaratan sebagai berikut:
26/35
a. memiliki integritas, disiplin, dan tanggung jawab dalam melaksanakan
tugas;
b. memahami isi Kontrak;
c. memiliki kualifikasi teknis;
d. menandatangani Pakta Integritas; dan
e. tidak menjabat sebagai Pejabat Penanda Tangan Surat Perintah
Membayar (PPSPM) atau Bendahara9.
(5) PPHP sebagaimana dimaksud pada ayat (4) mempunyai tugas pokok dan
kewenangan untuk:
a. melakukan pemeriksaan hasil pekerjaan Pengadaan Barang/Jasa
sesuai dengan ketentuan yang tercantum dalam Kontrak;
b. menerima hasil Pengadaan Barang/Jasa setelah melalui
pemeriksaan/ pengujian; dan
c. membuat dan menandatangani Berita Acara Serah Terima Hasil
Pekerjaan.
(6) Dalam hal pemeriksaan Barang/Jasa memerlukan keahlian teknis khusus,
dapat dibentuk tim/tenaga ahli untuk membantu pelaksanaan tugas PPHP.
(7) Tim/tenaga ahli sebagaimana dimaksud pada ayat (6) ditetapkan oleh
PA/KPA.
(8) Dalam hal pengadaan Jasa Konsultansi, pemeriksaan pekerjaan sebagaimana
dimaksud pada ayat (5) huruf a, dilakukan setelah berkoordinasi dengan
Pengguna Jasa Konsultansi yang bersangkutan.
Penjelasan Pasal 18
Ayat (1) - Apabila Pejabat Penerima Hasil Pekerjaan lebih dari (satu), dibentuk Panitia Penerima
Hasil Pekerjaan.
Ayat (5) - Huruf a – Ketentuan dalam Kontrak mencakup kesesuaian jenis, spesifikasi teknis,
jumlah, waktu, tempat, fungsi, dan/atau ketentuan lainnya.

 Panitia/Pejabat Penerima Hasil Pekerjaan yang selanjutnya disebut


PPHP adalah panitia/pejabat yang ditetapkan oleh PA/KPA yang bertugas
memeriksa dan menerima hasil pekerjaan (Pasal 1 angka 10
PERPRES 54/2010).

Pertanyaan-7
Apa saja Prinsip-Prinsip Pengadaan?
=> Pendapat AHLI, Prinsip-Prinsip Pengadaan berdasarkan Pasal 5 PERPRES
54/2010, selengkapnya:

BAB II. TATA NILAI PENGADAAN


Bagian Pertama - Prinsip-Prinsip Pengadaan
Pasal 5
Pengadaan Barang/Jasa menerapkan prinsip-prinsip sebagai berikut:
a. efisien; b. efektif; c. transparan; d. terbuka; e. bersaing; f. adil/tidak
diskriminatif; dan g. akuntabel.
Penjelasan Pasal 5

9 Perpres 70/2012 (I-11), semula “e. tidak menjabat sebagai pengelola keuangan”.

27/35
Dengan menerapkan prinsip-prinsip efisien, efektif, transparan, keterbukaan, bersaing,
adil/tidak diskriminatif, dan akuntabel akan meningkatkan kepercayaan masyarakat terhadap
proses Pengadaan Barang/Jasa, karena hasilnya dapat dipertanggungjawabkan kepada
masyarakat dari segi administrasi, teknis, dan keuangan.
a. Efisien, berarti Pengadaan Barang/Jasa harus diusahakan dengan menggunakan dana dan
daya yang minimum untuk mencapai kualitas dan sasaran dalam waktu yang ditetapkan atau
menggunakan dana yang telah ditetapkan untuk mencapai hasil dan sasaran dengan kualitas
yang maksimum.
b. Efektif, berarti Pengadaan Barang/Jasa harus sesuai dengan kebutuhan dan sasaran yang
telah ditetapkan serta memberikan manfaat yang sebesar-besarnya.
c. Transparan, berarti semua ketentuan dan informasi mengenai Pengadaan Barang/Jasa
bersifat jelas dan dapat diketahui secara luas oleh Penyedia Barang/Jasa yang berminat serta
oleh masyarakat pada umumnya.
d. Terbuka, berarti Pengadaan Barang/Jasa dapat diikuti oleh semua Penyedia Barang/Jasa
yang memenuhi persyaratan/kriteria tertentu berdasarkan ketentuan dan prosedur yang
jelas.
e. Bersaing, berarti Pengadaan Barang/Jasa harus dilakukan melalui persaingan yang sehat
diantara sebanyak mungkin Penyedia Barang/Jasa yang setara dan memenuhi persyaratan,
sehingga dapat diperoleh Barang/Jasa yang ditawarkan secara kompetitif dan tidak ada
intervensi yang mengganggu terciptanya mekanisme pasar dalam Pengadaan Barang/Jasa.
f. Adil/tidak diskriminatif, berarti memberikan perlakuan yang sama bagi semua calon
Penyedia Barang/ Jasa dan tidak mengarah untuk memberi keuntungan kepada pihak
tertentu, dengan tetap memperhatikan kepentingan nasional.
g. Akuntabel, berarti harus sesuai dengan aturan dan ketentuan yang terkait dengan
Pengadaan Barang/Jasa sehingga dapat dipertanggungjawabkan.

Pertanyaan-8
Bagaimana ketentuan tentang Keadaan Kahar (Force Majeure) dalam
Pengadaan?
=> Pendapat AHLI, Keadaan Kahar (Force Majeure) sesuai dengan Pasal 91
Perpres No. 54/2010, selengkapnya:

Paragraf Keempat - Keadaan Kahar


Pasal 91
(1) Keadaan Kahar adalah suatu keadaan yang terjadi di luar kehendak
para pihak dan tidak dapat diperkirakan sebelumnya, sehingga
kewajiban yang ditentukan dalam Kontrak menjadi tidak dapat
dipenuhi.
(2) dihapus10
(3) Dalam hal terjadi Keadaan Kahar, Penyedia Barang/Jasa memberitahukan
tentang terjadinya Keadaan Kahar kepada PPK secara tertulis dalam waktu
paling lambat 14 (empat belas) hari kalender sejak terjadinya Keadaan Kahar,
dengan menyertakan salinan pernyataan Keadaan Kahar yang dikeluarkan
oleh pihak/instansi yang berwenang sesuai ketentuan peraturan perundang-
undangan.
(4) Tidak termasuk Keadaan Kahar adalah hal-hal merugikan yang disebabkan
oleh perbuatan atau kelalaian para pihak.
(5) Keterlambatan pelaksanaan pekerjaan yang diakibatkan oleh terjadinya
Keadaan Kahar tidak dikenakan sanksi.

10
Perpres 4/2015, ayat 2 dihapus, isi ayat 2 dimasukan ke dalam penjelasan pasal 91 ayat 1

28/35
(6) Setelah terjadinya Keadaan Kahar, para pihak dapat melakukan kesepakatan,
yang dituangkan dalam perubahan Kontrak.
Penjelasan Pasal 91 - Ayat (1)
Contoh Keadaan Kahar dalam Kontrak Pengadaan Barang/Jasa antara lain namun tidak
terbatas pada: bencana alam, bencana non alam, bencana sosial, pemogokan, kebakaran,
gangguan industri lainnya sebagaimana dinyatakan melalui keputusan bersama Menteri
Keuangan dan menteri teknis terkait.11
Ayat (2)
Dihapus.

Pertanyaan-9
Bagaimana ketentuan tentang Kegagalan Bangunan dalam Pekerjaan
Konstruksi?
=> Pendapat AHLI, dalam penyelenggaraan pekerjaan konstruksi akan ditemui
ketentuan mengenai:
1. Kegagalan Bangunan, yakni mengatur tentang tanggung jawab baik penyedia jasa
maupun pengguna jasa dalam hal terjadi kegagalan bangunan yang telah
diserahterimakan yang disebabkan baik oleh karena kelalaian maupun kesengajaan.
2. Penilai Ahli, kegagalan bangunan ditetapkan oleh penilai ahli independen yang mungkin
terjadinya kegagalan bangunan tersebut disebabkan oleh penyedia jasa (perencana/
pelaksana/pengawas) atau oleh pengguna jasa dalam pemanfaatannya.
3. Masa Pertanggungan, kegagalan bangunan yang menjadi tanggung jawab penyedia
jasa ditentukan terhitung sejak penyerahan akhir pekerjaan konstruksi dan paling lama
10 (sepuluh) tahun sesudahnya, yang disepakati oleh pengguna jasa dan penyedia jasa
yang tertuang dalam SSUK dan SSKK.
Kegagalan bangunan adalah keadaan bangunan, yang setelah diserahterimakan
oleh penyedia jasa kepada pengguna jasa, menjadi tidak berfungsi baik sebagian
atau secara keseluruhan dan/atau tidak sesuai dengan ketentuan yang tercantum
dalam kontrak kerja konstruksi atau pemanfaotannya yang menyimpang sebagai
akibat kesalahan penyedia jasa dan/atau pengguna jasa (Pasal 1 angka 6 UU No.
18/1999).
Berdasarkan BAB VI UU No. 18/1999, selengkapnya:
BAB VI
KEGAGALAN BANGUNAN
Pasal 25
(1) Pengguna jasa dan penyedia jasa wajib bertanggung jawab atas kegagalan bangunan.
(2) Kegagalan bangunan yang menjadi tanggung jawab penyedia jasa sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) ditentukan terhitung sejak penyerahan akhir pekerjaan
konstruksi dan paling lama 10 (sepuluh) tahun.
(3) Kegagalan bangunan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) ditetapkan oleh pihak ketiga
selaku penilai ahli.
Pasal 26
(1) Jika terjadi kegagalan bangunan yang disebabkan karena kesalahan perencana atau
pengawas konstruksi, dan hal tersebut terbukti menimbulkan kerugian bagi pihak lain,
maka perencana atau pengawas konstruksi wajib bertanggung jawab sesuai dengan
bidang profesi dan dikenakan ganti rugi.
(2) Jika terjadi kegagalan bangunan yang disebabkan karena kesalahan pelaksana
konstruksi dan hal tersebut terbukti menimbulkan kerugian bagi pihak lain, maka
11
Perpres 4/2015, Penjelasan pasal 91 ayat 1 diubah.

29/35
pelaksana konstruksi wajib bertanggung jawab sesuai dengan bidang usaha dan
dikenakan ganti rugi.
Pasal 27
Jika terjadi kegagalan bangunan yang disebabkan karena kesalahan pengguna jasa dalam
pengelolaan bangunan dan hal tersebut menimbulkan kerugian bagi pihak lain, maka
pengguna jasa wajib bertanggungjawab dan dikenai ganti rugi.

Pasal 28
Ketentuan mengenai jangka waktu dan penilai ahli sebagaimana dimaksud dalam Pasal 25,
tanggung jawab perencana konstruksi, pelaksana konstruksi, dan Pengawas konstruksi
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 26 serta tanggung jawab pengguna jasa sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 27 diatur lebih lanjut dengan Peraturan Pemerintah.

Berdasarkan BAB V PP No. 29/2000, selengkapnya:

BAB V
KEGAGALAN BANGUNAN
Bagian Pertama
Umum
Pasal 34
Kegagalan Bangunan merupakan keadaan bangunan yang tidak berfungsi, baik
secara keseluruhan maupun sebagian dari segi teknis, manfaat, keselamatan dan
kesehatan kerja, dan atau keselamatan umum sebagai akibat kesalahan Penyedia
Jasa dan/atau Pengguna Jasa setelah penyerahan akhir pekerjaan konstruksi.
Bagian Kedua
Jangka Waktu Pertanggungjawaban
Pasal 35
(1) Jangka waktu pertanggungjawaban atas kegagalan bangunan ditentukan
sesuai dengan umur konstruksi yang direncanakan dengan maksimal 10
tahun, sejak penyerahan akhir pekerjaan konstruksi.
(2) Penetapan umur konstruksi yang direncanakan harus secara jelas dan tegas
dinyatakan dalam dokumen perencanaan, serta disepakati dalam kontrak
kerja konstruksi.
(3) Jangka waktu pertanggungjawaban atas kegagalan bangunan harus
dinyatakan dengan tegas dalam kontrak kerja konstruksi.
Bagian Ketiga
Penilaian Kegagalan Bangunan
Pasal 36
(1) Kegagalan bangunan dinilai dan ditetapkan oleh 1 (satu) atau lebih penilai ahli
yang profesional dan kompeten dalam bidangnya serta bersifat independen
dan mampu memberikan penilaian secara obyektif, yang harus dibentuk
dalam waktu paling lambat 1 (satu) bulan sejak diterimanya laporan mengenai
terjadinya kegagalan bangunan.
(2) Penilai ahli sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dipilih, dan disepakati
bersama oleh penyedia jasa dan pengguna jasa.
(3) Pemerintah berwenang untuk mengambil tindakan tertentu apabila kegagalan
bangunan mengakibatkan kerugian dan atau menimbulkan gangguan pada
keselamatan umum, termasuk memberikan pendapat dalam penunjukan,
proses
penilaian dan hasil kerja penilai ahli yang dibentuk dan disepakati oleh para
pihak.

30/35
Pasal 37
Penilai ahli sebagaimana dimaksud dalam Pasal 36 ayat (1) harus memiliki
sertifikat keahlian dan terdaftar pada Lembaga.
Pasal 38
(1) Penilai ahli, bertugas untuk antara lain:
a. menetapkan sebab-sebab terjadinya kegagalan bangunan;
b. menetapkan tidak berfungsinya sebagian atau keseluruhan bangunan;
c. menetapkan pihak yang bertanggung jawab atas kegagalan bangunan
serta tingkat dan sifat kesalahan yang dilakukan;
d. menetapkan besarnya kerugian, serta usulan besarnya ganti rugi yang
harus dibayar oleh pihak atau pihak-pihak yang melakukan kesalahan;
e. menetapkan jangka waktu pembayaran kerugian.
(2) Penilai ahli berkewajiban untuk melaporkan hasil penilaiannya kepada pihak
yang menunjuknya dan menyampaikan kepada Lembaga dan instansi yang
mengeluarkan izin membangun, paling lambat 3 (tiga) bulan setelah
melaksanakan tugasnya.
Pasal 39
Penilai ahli berwenang untuk:
a. menghubungi pihak-pihak terkait, untuk memperoleh keterangan yang
diperlukan;
b. memperoleh data yang diperlukan;
c. melakukan pengujian yang diperlukan;
d. memasuki lokasi tempat terjadinya kegagalan bangunan.
Bagian Keempat
Kewajiban dan Tanggung Jawab Penyedia Jasa
Pasal 40
(1) Sebagai dasar penetapan jangka waktu pertanggung jawaban, perencana
konstruksi wajib menyatakan dengan jelas dan tegas tentang umur konstruksi
yang direncanakan, dalam dokumen perencanaan dan dokumen lelang,
dilengkapi dengan penjelasannya.
(2) Apabila terjadi kegagalan bangunan yang disebabkan oleh kesalahan
perencana konstruksi, maka perencana konstruksi hanya bertanggung jawab
atas ganti rugi sebatas hasil perencanaannya yang belum/tidak diubah.
(3) Apabila terjadi kegagalan bangunan yang disebabkan oleh kesalahan
pelaksana konstruksi, maka tanggung jawab berupa sanksi dan ganti rugi
dapat dikenakan pada usaha orang perseorangan dan atau badan usaha
pelaksana konstruksi penandatangan kontrak kerja konstruksi.
(4) Apabila terjadi kegagalan bangunan yang disebabkan oleh pengawas
konstruksi, maka tanggung jawab berupa sanksi dan ganti rugi dapat
dikenakan pada usaha orang perseorangan dan atau badan usaha pengawas
konstruksi penandatangan kontrak kerja konstruksi.
Pasal 41
(1) Penyedia jasa konstruksi diwajibkan menyimpan dan memelihara dokumen
pelaksanaan konstruksi yang dapat dipakai sebagai alat pembuktian,
bilamana terjadi kegagalan bangunan.
(2) Lama waktu menyimpan dan memelihara dokumen pelaksanaan konstruksi
adalah sesuai dengan jangka waktu pertanggungan, dengan maksimal lama
pertanggungan selama 10 (sepuluh) tahun sejak dilakukan penyerahan akhir
hasil pekerjaan konstruksi.

31/35
Pasal 42
Pertanggungjawaban berupa sanksi profesi dan atau adminsitratif dapat
dikenakan pada orang perseorangan dan atau badan usaha penandatangan
kontrak kerja konstruksi.
Pasal 43
Sub penyedia jasa berbentuk usaha orang perseorangan dan atau badan usaha
yang dinyatakan terkait dalam terjadinya kegagalan bangunan bertanggung jawab
kepada penyedia jasa utama.
Pasal 44
(1) Apabila dokumen perencanaan sebagai bentuk fisik lain dari hasil pekerjaan
konstruksi tidak segera dilaksanakan, maka yang dimaksud dengan
kegagalan bentuk lain hasil pekerjaan konstruksi ini adalah keadaan apabila
dokumen perencanaan tersebut dipakai sebagai acuan pekerjaan konstruksi
menyebabkan terjadinya kegagalan bangunan karena kesalahan
perencanaannya.
(2) Apabila terjadi seperti dimaksud pada ayat (1), maka tanggung jawab
perencana konstruksi, dalam hal dokumen perencanaannya tidak segera
dilaksanakan tetap sebatas umur konstruksi yang direncanakan dengan
maksimal 10 (sepuluh) tahun terhitung sejak penyerahan dokumen
perencanaan tersebut.
Bagian Kelima
Kewajiban dan Tanggung Jawab Pengguna Jasa
Pasal 45
(1) Pengguna jasa wajib melaporkan terjadinya kegagalan bangunan dan
tindakantindakan yang diambil kepada Menteri atau instansi yang berwenang
dan Lembaga.
(2) Pengguna jasa bertanggung jawab atas kegagalan bangunan yang
disebabkan oleh kesalahan pengguna jasa.
Bagian Keenam
Ganti Rugi dalam Hal Kegagalan Bangunan
Pasal 46
(1) Pelaksanaan ganti rugi dalam hal kegagalan bangunan dapat dilakukan
dengan mekanisme pertanggungan pihak ketiga atau asuransi, dengan
ketentuan:
a. persyaratan dan jangka waktu serta nilai pertanggungan ditetapkan atas
dasar kesepakatan;
b. premi dibayar oleh masing-masing pihak, dan biaya premi yang menjadi
tanggungan penyedia jasa menjadi bagian dari unsur biaya pekerjaan
konstruksi.
(2) Dalam hal pengguna jasa tidak bersedia memasukan biaya premi
sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) huruf b, maka resiko kegagalan
bangunan menjadi tanggung jawab pengguna jasa.
(3) Ketentuan lebih lanjut mengenai pertanggungan/asuransi ini diatur oleh
instansi yang berwenang dalam bidang asuransi.
Pasal 47
Penetapan besarnya kerugian oleh penilai ahli sebagaimana dimaksud dalam
ayat (1) huruf d, bersifat final dan mengikat.
Pasal 48
(1) Biaya penilai ahli menjadi beban pihak atau pihak-pihak yang melakukan
kesalahan.
(2) Selama penilai ahli melakukan tugasnya, maka pengguna jasa menanggung
pembiayaan pendahuluan.

32/35
 Khusus untuk Pengadaan Jasa Konstruksi, diatur dalam Undang-
Undang Jasa Konstruksi dan aturan Turunannya, d.h.i. UU No. 18/1999
(UUJK) dan PP No. 29/2000 beserta Perubahannya (PP-PJK),
selengkapnya:

Kontrak Kerja Konstruksi adalah keseluruhan dokumen kontrak yang


mengatur hubungan hukum antara Pengguna Jasa dan Penyedia Jasa
dalam penyelenggaraan Pekerjaan Konstruksi (Pasal 1 angka 5 UUJK).

Kontrak kerja konstruksi pada dasarnya dibuat secara terpisah sesuai


tahapan dalam pekerjaan konstuksi yang terdiri dari kontrak kerja konstruksi
untuk pekerjaan perencanaan, kontrak kerja konstruksi untuk pekerjaan
pelaksanaan, dan kontrak kerja konstruksi untuk pekerjaan pengawasan
(Pasal 20 ayat 1 PP-PJK).

Kontrak Pengadaan Barang/Jasa yang selanjutnya disebut Kontrak


adalah perjanjian tertulis antara PPK dengan Penyedia Barang/Jasa atau
pelaksana Swakelola (Pasal 1 angka 22 PERPRES 54/2010).

Jasa Konstruksi adalah layanan jasa konsultansi perencanaan pekerjaan


konstruksi, layanan jasa pelaksanaan pekerjaan konstruksi, dan layanan jasa
konsultansi pengawasan pekerjaan konstruksi (Pasal 1 angka 1 UUJK).

Pekerjaan Konstruksi adalah keseluruhan atau sebagian rangkaian kegiatan


perencanaan dan/atau Pelaksanaan beserta pengawasan yang mencakup
pekerjaan arsitektural, sipil, mekanikal, elektrikal, dan tata lingkungan masing-
masing beserta kelengkapannya, untuk mewujudkan suatu bangunan atau
bentuk fisik lain (Pasal 1 angka 2 UUJK).

Pengguna jasa adalah orang perseorangan atau badan sebagai pemberi tugas
atau pemilik pekerjaan/proyek yang memerlukan layanan jasa konstruksi
(Pasal 1 angka 3 UUJK).

Berdasarkan Pasal 40 Paragraf 1 UU No. 2/2017 tentang Jasa Konstruksi,


selengkapnya berbunyi:
Paragraf 1
Pengikatan Para Pihak
Pasal 39
(1) Para pihak dalam pengikatan Jasa Konstruksi terdiri atas:
a. Pengguna Jasa; dan
b. Penyedia Jasa.
(2) Pengguna Jasa dan Penyedia Jasa sebagaimana dimaksud pada ayat (1) terdiri
atas:
a. orang perseorangan; atau
b. badan.
(3) Pengikatan hubungan kerja Jasa Konstruksi dilakukan berdasarkan prinsip
persaingan yang sehat dan dapat dipertanggungjawabkan secara keilmuan.

33/35
Pasal 40
Ketentuan mengenai pengikatan di antara para pihak sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 39 berlaku sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan
yang mengatur mengenai hukum keperdataan kecuali ditentukan lain dalam
Undang-Undang ini.

Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah yang selanjutnya disebut dengan


Pengadaan Barang/Jasa adalah kegiatan untuk memperoleh Barang/Jasa oleh
Kementerian/Lembaga/Satuan Kerja Perangkat Daerah/Institusi 12 yang
prosesnya dimulai dari perencanaan kebutuhan sampai diselesaikannya
seluruh kegiatan untuk memperoleh Barang/Jasa (Pasal 1 angka 12
PERPRES 54/2010).

Berdasarkan BAB II Huruf A angka 1 Permen PU No. 45/2007, selengkapnya


berbunyi:
BAB II
PERSYARATAN
BANGUNAN GEDUNG NEGARA
A. KLASIFIKASI BANGUNAN GEDUNG NEGARA BERDASARKAN
TINGKAT KOMPLEKSITAS MELIPUTI:
1. BANGUNAN SEDERHANA
Klasifikasi bangunan sederhana adalah bangunan gedung negara dengan karakter
sederhana serta memiliki kompleksitas dan teknologi sederhana. Masa penjaminan
kegagalan bangunannya adalah selama 10 (sepuluh) tahun.
Yang termasuk klasifikasi Bangunan Sederhana, antara lain:
a) gedung kantor yang sudah ada disain prototipenya, atau bangunan gedung kantor
dengan jumlah lantai s.d. 2 lantai dengan luas sampai dengan 500 m2;
b) bangunan rumah dinas tipe C, D, dan E yang tidak bertingkat;
c) gedung pelayanan kesehatan: puskesmas;
d) gedung pendidikan tingkat dasar dan/atau lanjutan dengan jumlah lantai s.d. 2
lantai.

MAKA, Pendapat Ahli:


1. Dalam hal Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah, mulai dari
Persiapan Pengadaannya sampai dengan Serah Terima Pekerjaan,
baik melalui Penyedia maupun “melalui Swakelola” yang sudah
ditunjuk pihak-pihak yang bertanggung jawab, (sehingga masing-
masing pihak tersebut lah yang bertanggung jawab pada setiap
tahapan seperti diuraikan di atas), terutama PPK karena
mempunyai “Tugas Pokok dan Tanggung Jawab Mutlak”;
2. Penentuan Tipe Swakelolanya dilaksanakan oleh Kelompok
Masyarakat/Komite Sekolah (Tipe 3), dinilai tidak cocok karena
Gedungnya tidak termasuk klasifikasi bangunan sederhana.
Seharusnya dilaksanakan oleh Penangung Jawab Anggaran (Tipe
1) atau oleh Instansi Pemerintah Lain (Tipe 2);

12
Perpres 70/2012(I-1), semula “institusi lainnya”, kata “lainnya” dihilangkan

34/35
3. Kesalahan perencanaan dan penentuan cara pelaksanaannya,
seharusnya dipertanyakan kepada Penanggung Jawab Anggaran
(PA/KPA/PPK) bukan kepada Komite Sekolah;
4. Bila dianggap sudah terjadi Kegagalan Bangunan, maka harus
diikuti mekanisme pemeriksaannya berdasarkan UU Jasa
Konstruksi dan PP Penyelenggaraan Pekerjaan Konstruksi yang
berlaku (yakni oleh Penilai Ahli), dengan skema Ganti Rugi (Bukan
Tindak Pidana Korupsi), sesuaikan dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan pengikatan para pihak yang mengatur
mengenai hukum keperdataan;
5. Bila ada data yang valid dari Instansi Berwenang bahwa Kerusakan
Bangunannya disebabkan oleh Bencana/Fenomena Alam, maka
seharusnya diberlakukan ketentuan tentang Keadaan Kahar (Force
Majeure).

Demikian Pendapat Ahli ini saya berikan sesuai dengan kompetensi


yang saya miliki Demi Kebenaran dan Keadilan, untuk dapat digunakan
sebagaimanamestinya, memungkinkan untuk saya berikan lagi pendapat
lanjutan sesuai kebutuhannya dan terimakasih atas kepercayaan ini.

Gunungsitoli, 4 Februari 2021

Drs. H. EDI USMAN, S.T., M.T. AU (MP & TBG)


Procurement, Contract and Project Management Specialist
Sertifikat ToT LKPP: INT095-A101-1209;
SKA-201 LPJK: Teknik Bangunan Gedung-Utama;
SKA-602 LPJK: Manajemen Proyek-Utama;
Sertifikat MBT: Manajemen Kontrak 320 jp;
Sertifikat Dosen Profesional, No. Reg. 12100500303196.

cc: 1. Pertinggal.

35/35

Anda mungkin juga menyukai