Anda di halaman 1dari 42

LAPORAN PRAKTIK KERJA

(HSBB-704)

BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Praktik Kerja merupakan satu diantara program dari kurikulum


Fakultas Teknik Universitas Lambung Mangkurat yang harus ditempuh
mahasiswa sebelum menyelsaikan perkuliahannya. Tahap praktik kerja yang
harus dilakukan oleh Mahasiswa berlangsung selama ± 2 bulan. Dapat
dilakukan secara individu ataupun berkelompok dengan maksimal satu
kelompok sebanyak dua orang.
Praktik kerja dimaksudkan untuk menambah pengetahuan
mahasiswa sesuai dengan disiplin ilmu, yang berarti penerapan ilmu sipil di
lapangan. Selain itu juga dapat meningkatkan disiplin dan profesionalisme
serta wawasan tentang dunia kerja. Denganadanya pengalaman di lapangan
diharapkan Mahasiswa mempunyai bekal pengetahuna ketika bekerja suatu
pekerjaan konstruksi teknik sipil.
Praktik kerja dapat diambil pada semester genap atau ganjil dengan
persyaratan sebagai berikut (Peraturan Program Studi Teknik Sipil, 2006):
1. Jumlah SKS yang ditempuh minimal 100 SKS.
2. Telah lulus/pernah mengambil mata kuliah teetentu yang dapat
dibuktikan dengan Kartu Hasil Studi.
3. Indeks Prestasi Kumulatif (IPK) minimal 2,00.

1.2. Lingkup Praktik Kerja


Kegiatan yang dilaksanakan pada Praktik Kerja adalah sebagai berikut:
1. Mengetahui prosedur mendapatkan suatu proyek yang akan dijadikan
objek kerja praktik
2. Mengetahui Teknik atau metode pelaksanaan pekerjaan konstruksi
bangunan yaitu dengan pengamatan langsung di lapangan
3. Mengumpulkan data-data yang berkaitan dengan proyek yang ditinjau
4. Membuat laporan tertulis dari kegiatan-kegiatan di atas

Kristy Sabetry Raisandral (1810811120030)


Yulia Andriyani 2
(1810811120046)
5. Menkonsultasikan pembuatan laporan kegiatan praktik kerja dengan
dosen pembimbing
6. Mengikuti ujian/seminar Praktik Kerja sebagai evaluasi terhadap
kegiatan yang dilakukan.
7.
1.3. Tujuan Pelaksanaan Praktik Kerja
Praktik kerja merupakan salah satu bagian dari perkuliahan di
Fakultas Teknik Universitas Lambung Mangkurat yang harus ditempuh
mahasiswa untuk memenuhi kurikulum pendidikan yang ada. Adapun
tujuan praktik kerja adalah:
1. Untuk mengaplikasikan pengetahuan yang didapat dibangku kuliah, yang
mana pelaksanaan di lapangan merupakan aplikasi teori yang didapat
dibangku kuliah.
2. Agar teori disajikan dalam perkuliahan akan tergambar dalam penerapan
asas-asas rekayasa.
3. Analisa pada kegiatan-kegiatan konstruksi yang dapat menunjukan
metode-metode pengendalian mutu, jadwal dan biaya proyek suatu
konstruksi secara lebih baik.
4. Memacu mahasiswa untuk mempelajari dan mengatasi masalah-masalah
keteknikan di lapangan sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan
dan teknologi guna memperoleh manfaat sebesar-besarnya bagi
kepentingan umum.
5. Dapat lebih mengerti dan memahami berbagai teknik dan kendala dalam
pelaksanaan proyek.
6. Diharapkan setelah praktik kerja, mahasiswa bisa merencanakan
konstruksi keteknikan.
Pengalaman dan pengetahuan praktik kerja adalah pelajaran
berharga bagi mahasiswa, yang pada dasarnya lebih menekankan penerapan
ilmu yang didapat pada praktik di lapangan. Adapun pengetahuan yang
didapat mahasiswa adalah:
1. Prosedur kegiatan suatu pekerjaan keteknikan.
2. Memperoleh pengetahuan yang cukup tentang manajemen suatu proyek.
3. Memperoleh pengetahuan tentang teknik pelaksanaan/pengerjaan suatu
pekerjaan sipil.
Tahapan yang harus dilaksanakan oleh mahasiswa selama
berlangsungnya praktik kerja adalah:
1. Melakukan praktik kerja dengan adanya bukti absensi atau jadwal
hadir ke lokasi praktik kerja yang ditandatangani oleh pengawas
proyek atau pihak yang berwenang.
2. Melakukan kegiatan asistensi dengan dosen pembimbing praktik kerja.
3. Membuat laporan kegiatan praktik kerja.
4. Seminar praktik kerja.

1.4. Batasan Masalah


Dalam laporan Praktik Kerja ini, masalah yang dibahas adalah
pekerjaan yang diamati pada awal sampai berakhirnya praktik kerja,
sedangkan pembahasan khusus mengenai daya dukung tiang pancang yaitu
sejak 19 Juli 2021 sampai dengan 19 September 2021.

1.1 Metode Penyusunan Laporan


Penyusunan Laporan Kerja Praktik ini berdasarkan hasil
pengamatan dilapangan dan data-data yang diperoleh dari pemilik proyek,
kontraktor pelaksana, ditambah literatur-literatur yang dapat menunjang
penulisan.
BAB II
TINJAUAN PROYEK

2.1. Data Umum Proyek


Nama Paket Pekerjaan : Pergantian Jembatan S. Martapura
Lokasi Proyek Jl. A. Yani, Martapura, Kab. Banjar
Pengguna Jasa : Kementerian Pekerjaan Umum dan
Perumahan Rakyat, Direktorat Jenderal
Bina marga, Satuan No. Kontrak Kerja
Pelaksanaan Jalan Nasional Wilayah II
Provinsi Kalimantan Selatan
Satuan Kerja Pelaksanaan : PJN Wilayah II, Provinsi Kalimatan
Selatan
Pelaksana Kegaiatan : PPK. 2.1 Provinsi Kalimantan Selatan

No. Kontrak : PB0201/PJN.Wil.II/PPK.


2.1/Kontrak/04.2020
Nilai Kontrak : Rp 15.979.400.000,- (Termasuk PPN)
Sumber Dana : APBN Anggaran 2020 & 2021
Penyedia Jasa : PT. Catur Karya Bersaudara
Konsultasn Pengawas : PT. Global Profex Synergy
Konsultan Perencana : PT. Adiya Widyajasa
Masa Pelaksanaan : 420 Hari Kalender
Masa Pemeliharaan : 365 Hari Kalender

2.2. Lokasi Proyek


Lokasi proyek Penggantian Jembatan Martapura yang berlokasi di
Kab. Banjar, Kalimantan Selatan.

Rantau
Lokasi
Proyek

Banjarbaru

Gambar 2.1 Lokasi Proyek Penggantian Jembatan Martapura

2.3. Penetapan Pelaksana


Menurut Peraturan Presiden No.54 Tahun 2010 yang kemudian
mengikuti Peraturan Presiden Nomor 04 Tahun 2015 tentang pengadaan
barang/jasa pemerintah, penetapan pelaksanaan pemborongan dapat
dilakukan melalui:
1. Pelelangan Umum
Pelelangan umum adalah metode pemilihan penyedia barang/pekerjaan
konstruksi/jasa lainnya untuk semua pekerjaan yang dapat diikuti oleh
semua penyedia barang/pekerjaan konstruksi/jasa lainnya yang
memenuhi syarat. Pelelangan yang dilakukan secara terbuka artinya
dapat diikuti oleh rekanan yang tercantum dalam Daftar Rekanan
Mampu (DRM) sesuai dengan bidang usaha, ruang lingkup atau
kualifikasi kemampuannya. Rencana kegiatan pelelangan diumumkan
secara luas di media massa, media cetak. Papan pengumuman resmi
untuk penerangan umum, sehingga masyarakat luas/dunia usaha yang
berminat dan memenuhi kualifikasi dapat mengikutinya.
2. Pelelangan Terbatas
Pelelangan terbatas adalah metode pemilihan Penyedia
Barang/Pekerjaan Konstruksi dengan jumlah Penyedia yang mampu
melaksanakan diyakini terbatas dan untuk pekerjaan yang kompleks.
Pelelangan yang hanya diikuti oleh rekanan tertentu sekurang-
kurangnya lima rekanan yang tercantum dalam DRT (Daftar Rekanan
Terseleksi) yang terpilih dari DRM, sesuai bidang usaha atau ruang
lingkup serta kualifikasi kemampuannya. Pengumumannya dilakukan
secara luas melalui media massa, media cetak, papan pengumuman
resmi untuk penerangan umum sehingga masyarakat luas dan dunia
usaha dapat mengetahui hasil dari pengumuman tersebut.
3. Pemilihan Langsung
Pemilihan Langsung adalah metode pemilihan Penyedia Pekerjaan
Konstruksi untuk pekerjaan yang bernilai paling tinggi
Rp5.000.000.000,00 (lima miliar rupiah). Pemilihan langsung adalah
pelaksanaan pengadaan barang dan jasa tanpa melalui pelelangan umum
dan pelelangan terbatas yang dilakukan dengan membandingkan
sekurang-kurangnya tiga penawar dan melakukan negosiasi. Negosiasi
baik teknis maupun harga sehingga mendapatkan harga yang wajar dan
dapat dipertanggungjawabkan, dari rekanan yang tercatat dari DRM
sesuai dengan bidang usaha dan ruang lingkup, serta kemampuan
kualifikasi kemampuannya.
4. Pengadaan Langsung
Pengadaan Langsung adalah Pengadaan Barang/Jasa langsung kepada
Penyedia Barang/Jasa, tanpa melalui Pelelangan / Seleksi / Penunjukan
Langsung. Pengadaan langsung adalah pelaksanaan pengadaan barang
dan jasa yang dilakukan di antara rekanan yang termasuk golongan
perusahaan ekonomi lemah tanpa melalui pelelangan umum, pelelangan
terbatas atau pemilihan langsung.

5. Swakelola
Swakelola adalah Pengadaan Barang/Jasa dimana pekerjaannya
direncanakan, dikerjakan, dan/atau diawasi sendiri oleh K/L/D/I sebagai
penanggung jawab anggaran, instansi pemerintah lain dan/atau
kelompok masyarakat.
Pada proyek Penggantian Jembatan Sungai Martapura, cara
penetapan pelaksana proyek menggunakan sistem Pelelangan Umum,
dimana hal ini berdasarkan surat kerja yang dibuat oleh Satuan Kerja
Pelaksanaan Jalan Nasional Wilayah II Provinsi Kalimantan Selatan, yang
mana pekerjaannya direncanakan oleh konsultan perencana (PT. ADIYA
WIDYAJASA), pekerjaannya dikerjakan oleh kontraktor yang ditunjuk (PT.
CATUR KARYA BERSAUDARA) dan diawasi oleh konsultan supervisi
pemilik proyek (PT. GLOBAL PROFEX SYNERGY).

2.4. Struktur Organisasi Proyek


Di dalam proyek Penggantian Jembatan Sungai Martapura, selalu
terjadi rangkaian kegiatan dengan urutan yang harus dilaksanakan dan
diselesaikan. Sehubungan dengan hal itu, pada proyek ini melibatkan
beberapa pihak yang secara langsung maupun tidak langsung memegang
peranan penting dalam pelaksanaannya, yaitu: hubungan antara Owner,
Konsultan, dan Kontraktor. Untuk hubungan kerja organisasi proyek dapat
dilihat pada Gambar 2.2.
Owner
(Kementerian PUPR, Bina Marga,
PJN Wil. II Kalimantan Selatan)

Konsultan Perencana Konsultan Pengawas

(PT. Adiya Widyajasa) (PT. Global Profex Synergy)

Kontraktor

(PT. Catur Karya Bersaudara)

Gambar 2.2 Hubungan Kerja Unsur-Unsur Pelaksanaan Proyek Pembangunan


Keterangan:
: Garis Perintah
: Garis Koordinasi

Hubungan tiga pihak yang terjadi antara pemilik proyek, konsultan


dan kontraktor diatur sebagai berikut :
1. Konsultan perencana dengan pemilik proyek
Ikatan berdasarkan kontrak (Hubungan Kontraktual). Konsultan
perencana memberikan layanan konsultasi di mana produk yang
dihasilkan berupa gambar-gambar rencana dan peraturan serta syarat-
syarat, sedangkan pemilik proyek memberikan biaya jasa atas
konsultasi yang diberikan oleh konsultan perencana.
2. Kontraktor dengan pemilik proyek
Ikatan berdasarkan kontrak (Hubungan Kontraktual). Kontraktor
memberikan layanan jasa profesionalnya berupa bangunan sebagai
realisasi dari keinginan pemilik proyek yang telah dituangkan ke dalam
gambar rencana dan peraturan serta syarat-syarat oleh manajemen
konstruksi, sedangkan pemilik proyek memberikan biaya jasa
profesional kontraktor.
3. Konsultan pengawas dengan kontraktor
Ikatan berdasarkan peraturan pelaksanaan (Hubungan Pelaksanaan).
Konsultan pengawas memberikan gambar rencana dan peraturan serta
syarat-syarat, kemudian kontraktor harus merealisasikan menjadi sebuah
bangunan.

2.4.1. Pemilik Proyek / Pejabat Pembuat Komitmen (PPK)


Secara umum pemilik proyek adalah suatu badan hukum,
perorangan (swasta), atau instansi pemerintah yang bertindak sebagai
pemberi tugas. Pada Proyek Penggantian Jembatan Martapura ini pemilik
proyek atau yang disebut sebagai pejabat pembuat komitmen (PPK) adalah
PPK 2.1 Provinsi Kalimantan Selatan.

2.4.2. Konsultan Perencana


Secara umum konsultan perencana merupakan tim yang diberi
tanggung jawab oleh pemilik proyek berupa konsultasi dalam perencanaan
bangunan dan berfungsi membantu mengelola proyek untuk membuat
semua dokumen perencanaan yang diperlukan oleh proyek. Konsultan
perencana pada proyek Penggantian Jembatan Martapura adalah PT. Adiya
Widyajasa. Konsultan perencana mengikuti rapat setiap seminggu sekali
untuk mendiskusikan hal- hal yang perlu didiskusikan. Hal ini karena
konsultan perencana memiliki tanggung jawab atas perencanaan yang
dibuat.
Dokumen yang direncanakan oleh pihak divisi perencana teknis adalah:
1. Mengadakan penelitian mengenai kondisi lahan atau laporan hasil
penelitian lapangan.
2. Melakukan survey proyek sejenis atau laporan hasil survey.
3. Membuat perhitungan teknis sesuai dengan TOR (Term Of Reference).
4. Pembuatan gambar rencana.
5. Rencana kerja dan syarat pekerjaan (RKS).
6. Laporan pendahuluan dan membuat Estimate Engineer (EE).

2.4.3. Konsultan Pengawas


Secara umum konsultan pengawas merupakan tim yang bertugas
mengawasi dan mengontrol jalannya proyek agar mencapai hasil kerja
yang optimal menurut persyaratan yang ada. Konsultan pengawas
melaksanakan pengawasan selama 360 hari kalender pengerjaan dan 365
hari pemeliharaan sejak tangggal 14 Oktober 2020 .
Adapun struktur organisasi dari PT. Global Profex Synergy sebagai
berikut.
Secara lebih rinci tugas dari konsultan pengawas adalah:
1. Membantu koordinator lapangan dalam melaksanakan tugasnya untuk
mengawasi agar pekerjaan konstruksi tersebut selesai dan sesuai
dengan perencanaan. Dalam hal ini termasuk penyiapan laporan,
pengendalian kualitas dan mengawasi kebenaran pengisian form,
mengawasi prosedur pelaksanaan manajemen, memprakarsai rapat dan
komunikasi dengan kontraktor.
2. Berhubungan dengan PPK dan instansi terkait dalam menyiapkan
perubahan rencana, membantu penyusunan perubahan volume,
perubahan gambar dan spesifikasi.
3. Bertanggungjawab dalam pengendalian kualitas pekerjaan.
4. Membimbing kontraktor dalam mengidentifikasi pekerjaan yang
belum dilaksanakan.
5. Membantu rekomendasi-rekomendasi dalam penyampaian laporan
kemajuan bulanan kegiatan konstruksi.
6. Menyiapkan laporan triwulan tentang kemajuan fisik dan kemajuan
pembiayaan fisik.

Keuntungan yang didapatkan jika dalam satu proyek konsultan


perencana dan konsultan pengawas berasal dari perusahaan atau badan
yang sama yaitu dapat menghemat waktu dan biaya untuk pelelangan
karena pada proyek ini langsung dilakukan repeat order oleh pihak owner,
dapat mempermudah administrasi dan koordinasi serta konsultan
pengawas dapat lebih memahami tentang perencanaan yang sudah dibuat
oleh konsultan perencana.
Kerugian yang didapatkan jika dalam satu proyek konsulan
perencana dan konsultan pengawas berasal dari perusahaan atau badan
yang sama yaitu jika konsultan perencana melakukan kesalahan maka akan
berdampak buruk juga kepada konsultan pengawas ataupun sebaliknya,
perusahaan mereka akan kehilangan keperayaan dari owner. Namun bisa
juga jika terjadi kesalahan konsultan perencana pada saat proyek sudah
berjalan konsultan pengawas dapat menutupi kesalahan tersebut sehingga
owner mengalami kerugian akan hal itu.

2.4.4. Kontraktor
Kontraktor adalah perusahaan, baik perorangan atau badan hukum
yang bidang usahanya adalah menerima tugas, melaksanakan pengadaan
barang, melaksanakan pekerjaan dan menerima pembayaran yang telah
disetujui bersama dalam kontrak. Berdasarkan hasil lelang yang dilakukan,
kontraktor pada proyek Penggantian Jembatan Martapura adalah PT. Catur
Karya Bersaudara.

Adapun struktur organisasi dari PT. Catur Karya Bersaudara sebagai


berikut.

Tugas dan kewajiban kontraktor adalah sebagai berikut:


1. Melaksanakan apa yang telah dirancang oleh konsultan perencana
sesuai dengan permintaan principal.
2. Menjalankan metode-metode teknik, tahapan-tahapan pekerjaan dan
prosedur kerja sesuai dengan dokumen kontrak dalam melaksanakan
pekerjaan.
3. Membuat jadwal pelaksanaan (time schedule) seperti Gambar 3.31
secara terperinci sesuai dengan jenis kegiatan yang ada serat
mengevaluasinya.
4. Menyediakan bahan-bahan, tenaga kerja, alat-alat, listrik dan segala
apa yang diperlukan untuk melaksanakan pekerjaan.
5. Menyusun strategi untuk mempercepat pekerjaan dan menjaga
ketepatan waktu pelaksanaan sesuai dengan perjanjian.
6. Bertanggung jawab atas selesainya bangunan yang dibuat dengan
memenuhi persyaratan yang telah ditetapkan.
7. Mengikuti dan menaati petunjuk yang diberikan oleh konsultan
maupun stafnya.
8. Memeriksa dan meneliti semua gambar dan ketentuan-ketebtuan dalam
kontrak pekerjaan. Apabila diperkirakan ada kesalahan, maka harus
menyampaikan kepada pemberi tugas untuk mendapatkan penyelesaian
lebih lanjut.
9. Dalam melaksanakan pekerjaan atau pengadaan barang wajib menaati
semua peraturan yang berlaku, di antaranya perturan tentang
keselamatan kerja dan peraturan tentang perburuhan.

2.5. Data-Data Peralatan dan Tenaga Kerja


2.5.1. Peralatan
Agar pelaksana pekerja proyek berjalan lancar dan sesuai dengan
rencana kerja, perlu adanya peralatan atau alat-alat berat dan tenaga kerja.
Peralatan itu berdaya guna tinggi jika peralatan tersebut dapat
menghasilkan produksi yang maksimal tetapi menggunakan biaya yang
minimal. Untuk mendapat hasil tersebut perlu diadakan survei lapangan
secara cermat. Adapun alat-alat yang menunjang dalam pelaksanaan
proyek adalah :
1. Hidraulik Crane
Gambar 2.3 Hydraulik Crane
Crane merupakan salah satu pesawat pengangkat dan pemindah
material yang banyak di gunakan. Crane juga merupakan mesin alat
berat (heavy equitment) yang memilki bentuk dan kemampuan angkat
yang besar dan mampu berputar hingga 360 derajat dan jangkauan
hingga puluhan meter. Crane biasanya digunakan dalam pekerjaan
pekerjaan proyek, pelabuhan, perbengkelan, industri, pergudangan dll.
Crane biasanya terdiri atas beberapa jenis crane diantaranya adalah
tower crane, truck crane, crawler crane, hidraulik crane, hoist crane
dan jip crane. Dalam proyek ini jenis crane yang digunakan adalah
crawler kato seperti pada Gambar 2.3.
Hidraulik Crane adalah salah satu jenis dari crane, dimana alat ini
merupakan pengangkat yang biasa digunakan didalam proyek
konstruksi. Cara kerja crane adalah dengan mengangkat material yang
akan dipindahkan, memindahkan secara horizontal, kemudian
menurunkan material ditempat yang diinginkan.

2. Excavator
Gambar 2.4 Excavator
Excavator adalah sebuah jenis alat berat yang terdiri dari mesin di
atas roda khusus yang dilengkapi dengan lengan dan alat pengeruk yang
digunakan untuk menyelesaikan pekerjaan berat berupa penggalian
tanah yang tidak bisa dilakukan secara langsung oleh tangan manusia.

3. Dump Truck

Gambar 2.5 Dump Truck


Dump truck merupakan sejenis truck yang digunakan untuk transportasi
material lepas (seperti batu, pasir, tanah) untuk konstruksi.

4. Concrete Mixer Truck


Gambar 2.6 Concrete Mixer Truck
Concrete mixer truck atau truk mixer adalah suatu kendaraan truk
khusus yang dilengkapi dengan concrete mixer berfungsi mengaduk
atau mencampur campuran beton.
5. Vibrator

Gambar 2.7 Vibrator


Vibrator merupakan alat yang digunakan saat pengecoran di mana
fungsinya ialah untuk pemadatan beton yang dituangkan ke dalam
bekisting. Hal ini ditujukan agar kandungan udara yang terjebak dalam
campuran beton dapat keluar. Getaran yang dihasilkan oleh vibrator
akan mengeluarkan gelembung udara dari beton sehingga beton yang
dihasilkan akan mendapatkan kekuatan yang merata dan menghindari
tejadinya honeycomb pada beton.
6. Bar Bender

Gambar 2.8 Bar bender


Bar bender adalah mesin yang di gunakan untuk menekuk besi
ulir/beton dengan diameter yang sesuai dengan kapasitas mesin. Cara
kerja alat ini yaitu baja yang akan dibengkokkan dimasukkan di antara
poros tekan dan poros pembengkok kemudian datur sudutnya sesuai
dengan sudut bengkok yang diinginkan danpanjang
pembengkokkannya. Bar bender dapat mnegatur sudut
pembengkokkan dengan mudah dan rapi.

7. Mesin Stamper

Gambar 2.9 Mesin Stamper


Mesin stamper atau yang dikenal sebagai tamping rammer
merupakan alat yang dipergunakan untuk memadatkan tanah. Mesin ini
sangat menbantu untuk mempercepat proses pemadatan tanah
timbunan, selain itu mesin stamper juga dapat memadatkan tanah asli
kohesif.

8. Pompa Beton

Gambar 2. 10 Pompa Beton


Pompa beton adalah alat berat yang digunakan untuk mengalirkan
beton dari mobil truk mixer ke lokasi pengecoran. Pompa beton dapat
berupa pompa tunggal yang ditarik dengan kendaraan lain atau
kendaraan yang khusus didesain untuk mengangkut pompa tersebut.

2.5.2. Tenaga Kerja


Tenaga kerja yang bekerja pada pihak kontraktor, bila dilihat dari
statusnya terbagi atas:
1. Tenaga kerja ahli
Tenaga kerja ahli adalah pegawai yang ditempatkan dalam pekerjaan
proyek yang sedang berlangsung. Jenis tenaga kerja ini memegang
peranan penting terhadap sistem koordinasi dan sistem manajemen
dengan tenaga kerja lainnya untuk menghasilkan prestasi yang baik
dalam melaksanakan pekerjaan. Meliputi tenaga pelaksana yang
tingkat pendidikannya sarjana, sarjana muda, dan memiliki
pengalaman di bidang masing-masing.
a. Quantity Control, bertanggung jawab terhadap jumlah setiap item
pekerjaan
b. Quality Control, bertanggung jawab terhadap mutu setiap item
pekerjaan.
c. Pelaksana Lapangan, bertanggung jawab atas pelaksanaan setiap
item pekerjaan di lapangan sesuai dengan rencana kerja yang telah
ditetapkan. Memberi petunjuk, pengarahan dan pengawasan pada
mandor dan pekerjanya.
d. Surveyor, bertugas menentukan dan mengawasi titik pancang dan
pile cap serta elemen-elemen struktur lainnya
e. Project Control, bertugas mengawasi pengeluaran proyek,
mengawasi kuantitas barang atau material proyek
f. Project Planning, bertanggung jawab terhadap schedule proyek,
gambar kerja proyek dan permodelan bangunan
g. Project Procurement, bertanggungjawab terhadap perencanaan
pembelian atau penyediaan dan pengawasan alat dan material yang
keluar masuk
2. Mandor
Mandor dituntut untuk memiliki pengetahuan teknis dalam taraf
tertentu, misalnya: dapat membaca gambar konstruksi, dapat membuat
perhitungan ringan, dapat membedakan kualitas bahan-bahan yang
akan digunakan, menangani pekerjaan arsitektur, pembuatan drainase,
pengerasan, pembesian dan pengecoran, serta mengawasi pekerjaan
tenaga kerja di bawahnya.
3. Tenaga kerja terlatih
Tenaga kerja ahli adalah tenaga kerja dengan dilatih khusus sesuai
dengan bidangnya seperti:
a. Tukang baja
b. Tukang kayu
c. Tukang beton
4. Tenaga kerja kasar
Tenaga kerja kasar adalah buruh yaitu tenaga kerja yang langsung
bekerja di lapangan dan melakukan pekerjaan kasar dengan petunjuk
tenaga ahli. Biasanya yang dibutuhkan dari tenaga kerja kasar adalah
tenaganya saja. Dalam pekerjaannya pekerja kasar dikepalai oleh
mandor.
BAB III
METODE PELAKSANAAN

3.1. Pelaksanaan Konstruksi Pondasi


3.1.1. Pekerjaan Pondasi
Sebuah bangunan tidak dapat begitu saja didirikan langsung diatas
permukaan tanah, untuk itu diperlukan adanya struktur bangunan bawah
yang disebut dengan pekerjaan pondasi. Pondasi adalah bagian dari
bangunan yang berfungsi untuk menempatkan bangunan dan meneruskan
beban yang disalurkan dari struktur atas ke tanah dasar pondasi yang cukup
kuat menahannya tanpa terjadinya differential settlement pada sistem
strukturnya. Pada Gambar 3.1 Tiang pancang yang digunakan dalam proyek
ini merupakan jenis spun pile dengan mutu K-600 dengan diameter 600 mm
dan panjang 12 meter. Spun pile merupakan salah satu konstruksi pondasi
dengan posisi berada di bawah sehingga berhubungan langsung dengan
tanah. Hal ini dilakukan agar beban yang ditanggung overpass secara
menyeluruh dapat didistribusikan melewati pondasi sebelum mencapai
tanah.

Gambar 3.1 Spun Pile


a) Pembongkaran jembatan
Dalam proyek penggantian jembatan ini tentunya
hal pertama yang dilakukan adalah pembongkaran jembatan
rangka baja yang lama.

Gambar 3.2 Proses Pembongkaran Jembatan Rangka Baja


b) Proses pemasang tiang pancang
Sebelum proses pemancangan dilaksanakan, terlebih dahulu
surveyor menetapkan titik pemancangan dan titik elevasi yang
sesuai dengan Shop Drawing. Titik pemancangan diberi tanda
berupa patok sebagai titik untuk proses pemancangan tiang
pancang. Pekerjaan pemancangan tiang pancang menggunakan alat
pancang Diesel Hammer.
Proses pemancangan berhenti jika telah mencapai tanah
keras, kedalaman tiang pancang bervariasi antara 10-12 meter
sesuai dengan kedalaman tanah keras.
Adapun langkah-langkah pemancangan dengan alat Diesel
Hammer adalah sebagai berikut:
a. Alat pancang ditempatkan sedemikian rupa sehingga as hammer
jatuh pada patok titik pancang yang telah ditentukan.
b. Tiang pancang diangkat pada titik angkat yang telah disediakan
pada setiap tiang pancang.
c. Tiang pancang didirikan disamping “tripod” dan kepala tiang
dipasang pada helmet sebagai pelindung dan pegangan kepala
tiang.
d. Ujung bawah tiang didudukkan secara cermat diatas patok
pancang yang telah ditentukan.
e. Penyetelan vertikal tiang dilakukan dengan mengatur panjang
“backstay’ sambil diperiksa dengan waterpass sehingga
diperoleh posisi yang betul - betul vertikal.
f. Pemancangan dimulai dengan mengangkat dan menjatuhkan
hammer secara kontinu ke atas kepala tiang.
g. Pemancangan dapat dihentikan sementara untuk penyambungan
batang berikutnya bila level kepala tiang pancang telah
mencapai level muka tanah sedangkan level kedalaman tanah
yang diharapkan belum tercapai.
h. Proses penyambungan dilakukan dengan cara ujung kepala tiang
dan ujung bawah tiang didudukkan di atas kepala tiang yang
pertama sedemikian sehingga sisi-sisi pelat sambung kedua
tiang telah berimpit dan menempel menjadi satu. Penyambungan
dilakukan dengan pengelasan penuh di sekeliling permukaan
kedua pelat ujung, tempat sambungan las dilapisi dengan cat
anti karat. Selesai penyambungan, pemancangan dapat
dilanjutkan seperti yang dilakukan pada batang pertama.
Penyambungan dapat diulangi sampai mencapai kedalaman
tanah yang ditentukan atau mencapai kedalaman lapisan tanah
keras.
i. Melaksanakan kalendering pada saat hampir mencapai tanah
keras dan tiang pancang yang di tumbuk tidak mengalami
penambahan penurunan kedalaman.
j. Pemancangan tiang dapat dihentikan (selesai) apabila tiang telah
mencapai kedalaman yang direncanakan atau mencapai
kedalaman lapisan tanah keras.
Gambar 3.3 Proses pemancangan

Gambar 3.4 Pemotongan spun pile

3.2. Pembahasan Khusus


Pembahasan khusus yang diambil adalah penulangan pada pilecap
jembatan, beban kerja yanag diterima 1 tiang pancang, daya dukung
tiang, dan effisiensi tiang kelompok. Spun pile yang digunakan
berdiamter 60 cm yang direncanakan pada kedalaman 12 meter dengan
jumlah 18 titik pada setiap abutment.
Berikut adalah perhitungan penulangan pada pile cap, beban kerja,
daya dukung tiang dan effisiensi tiang kelompok.
3.2.1. Perhitungan Penulangan Pada Pile Cap Jembatan
a. Data Bahan Struktur
Kuat tekan beton (fc’) = 30 MPa
Tegangan leleh baja untuk tulangan lentur (fy) = 420 MPa
b. Data Pile Cap
Tebal pile cap (h) =1m
Lebar pile cap (b) = 4,80 m
Panjang bentang (L) = 10,50 m
c. Beban Pile Cap
 Beban Mati

Faktor beban (KMS) = 1,3


Berat sendiri (QMS) = 1,3 × 24 × 4,8 × 1 = 149,76 kN/m
1
MMS = ×Q MS × L2
12
1
¿ ×149,76 ×10,502
12
= 1375,92 kNm

 Beban Mati Tambahan

Faktor beban (KMS) = 2


Lapisan aspal = 2 × 0,4 × 10,50 × 22 = 184,8 kN/m
Air hujan = 2 × 0,1 × 10,50 × 9,8 = 20,58 kN/m
QMA = 182,8 + 20,58` = 203,38
kN/m
1
MMA = ×Q MA × L2
12
1
¿ ×203,38 ×10,502
12
= 1868,55 kNm

 Lajur “D” (TD)

Beban lajur "D" terdiri dari beban terbagi merata (Uniformly


Distributed Load), UDL dan beban garis (Knife Edge Load).
UDL mempunyai intensitas q (kPa) yang besarnya tergantung
pada panjang total L yang dibebani atau dinyatakan dengan
rumus sebagai berikut :
q = 9,0 kN/m untuk L  30 m
15
q = 9,0 x (0,5 + ) kN/m untuk L > 30 m
L

Untuk Panjang bentang (L) = 10,50 m, maka menggunkan q =


9,0 kN/m dan KEL mempunyai intensitas (p) = 49 kN.
Faktor beban dinamis (Dinamis Load Allowance) untuk KEL
diambil sebagai berikut:
DLA = 0,4 untuk L ≤ 50 m
DLA = 0,4 – 0,0025 . (L – 50) untuk 50 < L < 90 m
DLA = 0,3 untuk L ≥ 90 m
Untul L = 10,50 m, dipakai DLA = 0,4
Momen akibat beban lajur “D” pada pile cap :

MTD ¿ ( 121 × q × L )+( 18 × p ×(1+ DLA )× L)


2

1 1
¿ ( × 9 ×10,50 )+( × 49 ×(1+ 0,4)× 10,50)
2
12 8
¿ 172 ,72 kNm

 Gaya Friksi atau Gesekan pada Perletakan


Perletakan pada jembatan ini adalah elastometric bearing, yaitu
menggunakan tumpuan karet dengan baja atau beton.
Koefisien gesekan (f) = 0,15 – 0,18 (PPPJJR 1987)
Gaya friksi ditinjau terhadap beban mati struktur atas, maka
besar gaya friksi yaitu:
Gg = 0,18 × (berat mati sendiri + beban mati tambahan)
= 0,18 × (149,76 + 102,69) = 45,44 kN
Gaya friksi bekerja pada perletakan, maka:
Yf = tinggi abutmen – tinggi gelagar & pelat
= 5,23 – 2,05 = 3,18 m
Sehingga didapat momen yang bekerja akibat gaya friksi yaitu:
MGg = Gg × Yf
= 45,44 × 3,18 = 144,5 kNm

 Beban Pedestrian / Pejalan Kaki (TP)


Menurut SNI 1725:2016 Pasal 8.9 Pembebanan untuk pejalan
kaki (TP): Semua komponen trotoar yang lebih lebar dari 600
mm harus direncanakan untuk memikul beban pejalan kaki
dengan intensitas 5 kPa (500 kg/m2).
Maka:
Q(TP) = 500 x 1 = 500 kg/m’
Momen yang terjadi:

M(TP) = ½ × ƩQ(TP) × L2

= ½ × 500 × 12

= 250 kg.m

 Beban Angin (EW)


Beban garis merata tambahan arah horisontal pada permukaan
lantai jembatan akibat angin yang meniup kendaraan di atas
jembatan dihitung dengan rumus : TEW = 0.0012 × Cw × (Vw)2
Cw = koefisien seret = 1,20
Vw = Kecepatan angin rencana = 35 m/det
TEW = 0,0012 × Cw × (Vw)2
= 0,0012 × 1,2 × (35)2 = 1,764 kN/m
Bidang vertikal yang ditiup angin merupakan bidang samping
kendaraan dengan tinggi 2 m di atas lantai jembatan Jarak antara
roda kendaraan x = 1,75 m.
Gaya akibat transfer beban angin ke lantai jembatan :
PEW = ( ½ × h / x × TEW) × L
= ( ½ × 2 / 1,75 × 1,764) × 10,50
= 10,58 kN
Momen akibat transfer beban angin :
1 1
MEW = ×Q EW × L2= ×10,58 ×10,502
12 12
= 97,20 kNm
No
Jenis Beban Mu (kN.m)
.
1. Berat sendiri 1375,92
2. Berat mati tambahan 1868,55
3. Beban lajur 310,90
4. Gaya friksi 144,5
4. Beban pedestrian 250
5. Beban angin 97,20
Total 4047,07

d. Penulangan Pile Cap


 Tulangan Lentur
Momen rencana ultimit, Mu = 4047,07 kN.m
Modulus elastisitas baja Es = 200000 MPa
Faktor bentuk distribusi tegangan beton β1 = 0,85
1
Rmax = 0,75 × ρb × fy ×
( 1−
2
× 0,75× ρb× fy
0,85× fc ' )
1
= 0,75 × 0,030357 × 420 ×
1− (
2
× 0,75× 0,030357 ×420
0,85 ×30 )
= 7,77
Faktor reduksi kekuatann lentur, ϕ = 0,80
Jarak tulangan terhadap sisi luar beton, d’ = 40 mm
Lebar pile cap, b = 4,80 m = 4800 mm
Tinggi pile cap, h = 1,0 m = 1000 mm
Tebal efektif pile cap, d = 1000 – 40 – (19/2) = 950,5 mm
Momen nominal rencana :
Mu 4047,07
Mn = = =4496,74 kN . m
ϕ 0,90

Rasio tulangan minimum :


1,4 1,4
ρmin = = =0,003 3
fy 420
fc ' 600
ρb = β1 × 0,85 × ×
fy 600+fy
30 600
= 0,85 × 0,85 × ×
420 600+ 420
= 0,030357

Rasio tulangan maksimum :


ρmax = 0,75 × 0,030357
= 0,02276

Faktor tahanan momen :


Mn ×106 4496,74 × 106
Rn = = =1,01
b × d2 4800 ×11602

Rasio tulangan yang diperlukan :

fc ' 2 × Rn
ρperlu = 0,85 ×
fy ( √(
× 1− 1−
0,85 × fc ' ))
30 2×1,03
= 0,85 ×
420 ( √(
× 1− 1−
0,85 × 420 ))
= 0,00251

Rasio tulangan yang digunakan :


ρperlu = 0,00251
ρmin = 0,00333
Karena ρmin > ρperlu maka perlu koreksi :
ρperlu ` = 4/3 × 0,00251
= 0,003361
ρperlu ` > ρmin , maka rasio tulangan yang digunakan 0,00251
Luas tulangan perlu :
Asperlu = ρ × b × d = 0,00251 × 4800 × 950,5
= 11502,94 mm2

Luas tulangan utama, digunakan D-19


1
Asutama = As = × π × D2
4
1
= × π ×192
4
= 283, 52 mm2
Jumlah tulangan yang digunakan :
11502,94
n = =40,57 ≈ 41 buah
283,52

Luas tulangan total :


Ast = 41 × 283,52 = 11624,67 mm2

Jarak tulangan :
s = ( Asutama × Lebar tinjauan ) / As perlu
= ( 283,52 × 4800 ) / 11502,94
= 118,31 mm2
Jadi, tulangan lentur yang digunakan yaitu D19-100.

 Tulangan Pembagi
Luas tulangan total :
Ast = 41 × 283,52 = 11624,67 mm2
Ast = 20% × 11624,67
= 2324,93 mm2

Tulangan bagi yang digunakan, D-16 :


1
As = × π × D2
4
1
= × π ×162
4
= 201,06 mm2
Jarak tulangan :
s = ( Asutama × Lebar tinjauan ) / As perlu
= ( 201,06 × 4800 ) / 2324,93 mm2
= 415,10 mm2

Jadi, tulangan pembagi yang digunakan yaitu D16-400.


Arah Pemasangan Perhitungan Yang Terpasang
Tulangan Sendiri Di Lapangan
Memanjang D19-100 D19-150
Melintang D16-400 D16-300

3.2.2. Daya Dukung Tiang Pancang


Kapasitas dukung tiang adalah kemampuan atau kapasitas tiang
dalam mendukung beban (Hardiyatmo, 2011). Jika dalam kapasitas
dukung pondasi dangkal satuannya adalah satuan tekanan (kPa) maka
dalam kapasitas dukung tiang pancang satuannya adalah satuan massa
(ton).
Data yang digunakan adalah data sondir dari titik S-1. Tiang yang
digunakan dalam analisis ini menggunakan tiang yang dipakai dalam
proyek ini, yaitu tiang pancang berupa tiang beton dengan diameter 60
cm. Berdasarkan data hasil pengujian di lapangan terutama dari data
sondir Proyek Penggantian Jembatan Martapura maka untuk
menentukan nilai daya dukung tiang dapat diambil berdasarkan
pendekatan menggunakan rumus seperti di bawah ini:
a. Berdasarkan uji sondir dengan menggunakan metode
Mayerhoff (1956)
(qc × Ap) ( JHL×O)
Qult = +
3 5
Keterangan:
Qult = Daya dukung ultimit tiang pancang (ton)
qc = Perlawanan penetrasi konus (kg/cm2)
JHL = Jumlah hambatan lekat (kg/cm)
O = Keliling tiang (cm)
b. Berdasarkan data kalendering mengunakan metode Hiley
α ×W × H × ɳ
Qu = Cc+Cp+Cq
S+ ( 2 )
Dimana,
Qu = Kapasitas daya dukung batas (kN)
W = Berat palu (kN)
ɳ = Efisiensi pukulan
α = Efisiensi alat/hammer
P = Berat tiang pancang (kN)
Hef = Tinggi jatuh palu (m)
S = Penetrasi tiang pancang pada saat penumbukan
terakhir atau (m)
e = Koefisien restitusi
Cc = C oleh pengaruh capping, bantalan
Cp = C oleh pengaruh taing pancang
Cq = C oleh pengaruh faktor tanah
= 0 mm untuk batuan, kerikil
= 2,5 mm - 5 mm untuk material yang lain

3.2.3. Perhitungan Daya Dukung Tiang


Metode yang digunakan dalam perhitungan kapasitas daya dukung
tiang pancang adalah metode Mayerhoff (1956) dengan data uji sondir
yang diambil dari buku Manual Pondasi Tiang yang diterbitkan oleh
Universitas Katolik Parahyangan dan metode Hiley dengan data
kalendering
a. Metode Mayerhoff (1956) dengan data sondir
Analisis kapasitas daya dukung tiang pancang dengan metode
Mayerhoff pada titik sondir S-1 pada kedalaman 11,60 m dengan
diameter spun pile 60 cm dihitung dengan rumus:
(qc × Ap) (JHP ×O)
Qult = +
3 7
Diketahui:
Ap = ¼ × π × D2
= ¼ × 3,14 × 602
= 2827,43 cm2
qc = 250 kg/cm2
JHL = 658,3 kg/cm
O = π× D
= 3,14 ×60
= 188,49 cm

(qc × Ap) (JHP ×O)


Qult = +
3 5
(250 ×2827,43) (658,3× 188,49)
= +
3 7
= 253345,30 kg = 253,34 ton (untuk 1 tiang)

Berat tiang = Volume × γ beton


= A × h × 2400
= 0,282743 × 11 × 2400
= 7464,41 kg = 7,46 ton

Daya dukung tiang individu (single pile)


Qsp = Qult – Berat tinag
= 253,34 – 7,46 = 245,88 ton
Karena jumlah tiang ada 18 buah, maka :
Qu = 18 × 245,88
= 4425,84 ton
 Perhitungan Efisiensi Tiang dengan Persamaan Converse-
Labarre
( n−1 ) m+ ( m−1 ) n
Eg=1−θ
90 ×m× n
Keterangan:
Eg = Efisiensi kelompok tiang
Ɵ = arc tg d/s, dalam derajat
m = Jumlah baris tiang
n = Jumlah tiang dalam satu baris
d = Diameter tiang
s = Jarak pusat ke pusat tiang

Diketahui:
d 60
Ɵ = arc tan = arc tan = 17,88
s 186
m =3
n =6
d = 60 cm
s = 186 cm

Maka:
( n−1 ) m+ ( m−1 ) n
Eg = 1−θ
90 × m× n
( 6−1 ) 3+ ( 3−1 ) 6
¿ 1−17,88
90× 3 ×2
¿ 0,106

Qijin kelompok = Eg × Qu
= 0,106 × 4425,84 ton
= 469,13 ton > 98 ton ….. (aman)
b. Metode Hiley dengan data kalendering

Dimana,
Qu = Kapasitas daya dukung batas (kN)
W = Berat palu (kN)
ɳ = Efisiensi pukulan
α = Efisiensi alat/hammer
P = Berat tiang pancang (kN)
Hef = Tinggi jatuh palu (m)
S = Penetrasi tiang pancang pada saat penumbukan terakhir
atau (m)
e = Koefisien restitusi (tiang pancang beton = 0,4 – 0,5)
Cc = C oleh pengaruh capping, bantalan
Cp = C oleh pengaruh taing pancang
Cq = C oleh pengaruh faktor tanah
= 0 mm untuk batuan, kerikil
= 2,5 mm - 5 mm untuk material yang lain
Nilai efisiensi hammer :

Untuk mencari nilai Cc, maka tentukan dulu sifat pemancangan


dari proyek tersebut, sebagi berikut :
45 ×1000
W
R = = 1 = 0,15 MPa, jadi untuk sifat
A × π × 6002
4
pemancangannya termasuk easy driving , maka selanjutnya dapat
ditentukan nilai Cc adalah 3,0 mm atau 0,003 m.

Untuk mencari nilai Cp, maka kita memisalkan mula-mula nilai


kapasitas ultimitnya yaitu Qu = 980 kN
980× 1000× 12× 1000
Qu× L
Cp = = 1 = 1,22 mm = 0,00122
A× E × π ×(600)2 × 4700 √ 52
4
m
Untuk mencari nilai Cq diambil 5 mm atau 0,005 m karena
kedalam tiang pancangnya mengandung tanah lempung berpasir.
Untuk menhitung berat tiang pancang adalah :
P = 0,6 × 0,6 × 12 × 24 kN/m3 = 103,68 kN
2
W ×e 2 × P W −(P ×e)
ɳ =
W +P
− (
W +P )
45 ×(0,5)2 ×103,68 45−(103,68 ×0,5)2
=
45+103,68
− (
45+ 103,68 )
= 0,25

 Data Kalendering dititik A1

0,4
S = = 0,04 cm
10
α ×W × H × ɳ
Qu = Cc+Cp+Cq
S+ ( 2 )
1 ×45 × 4 × 0,25
= 0,003+0,00122+0,005
0,04+ ( 2 )
= 1008,74 kN
Karena hasil hitungan hampir mendekati dengan nilai Qu yang
dimisalkan semula (980 kN), maka hasil hitungan dapat dipakai.
Jadi kapasitas ultimit tiang 697,67= kN.

 Data Kalendering dititik A2

1
S = = 0,1 cm
10
α ×W × H × ɳ
Qu = Cc+Cp+Cq
S+ ( 2 )
1× 45 × 4 ×0,25
= 0,003+0,00122+0,005
0,1+ ( 2 )
= 430,16 kN
Karena hasil hitungan hampir mendekati dengan nilai Qu yang
dimisalkan semula (980 kN), maka hasil hitungan dapat dipakai.
Jadi kapasitas ultimit tiang 602,40 kN.

 Data Kalendering dititik A3

0,6
S = = 0,06 cm
10
α ×W × H × ɳ
Qu = Cc+Cp+Cq
S+ ( 2 )
1 ×75 × 4 ×0,25
= 0,003+ 0,00122+ 0,005
0,06+ ( 2 )
= 696,48 kN
Karena hasil hitungan hampir mendekati dengan nilai Qu yang
dimisalkan semula (980 kN), maka hasil hitungan dapat dipakai.
Jadi kapasitas ultimit tiang 887,57 kN.

 Data Kalendering dititik A4

0,5
S = = 0,05 cm
10
α ×W × H × ɳ
Qu = Cc+Cp+Cq
S+ ( 2 )
1 ×75 × 4 ×0,25
= 0,003+ 0,00122+ 0,005
0,05+ ( 2 )
= 824,02 kN
Karena hasil hitungan hampir mendekati dengan nilai Qu yang
dimisalkan semula (980 kN), maka hasil hitungan dapat dipakai.
Jadi kapasitas ultimit tiang 887,57 kN.

 Data Kalendering dititik A5

0,6
S = = 0,06 cm
10
α ×W × H × ɳ
Qu = Cc+Cp+Cq
S+ ( 2 )
1 ×75 × 4 ×0,25
= 0,003+ 0,00122+ 0,005
0,06+ ( 2 )
= 696,48 kN
Karena hasil hitungan hampir mendekati dengan nilai Qu yang
dimisalkan semula (980 kN), maka hasil hitungan dapat dipakai.
Jadi kapasitas ultimit tiang 696,48 kN.

 Data Kalendering dititik A6

0,5
S = = 0,05 cm
10
α ×W × H × ɳ
Qu = Cc+Cp+Cq
S+ ( 2 )
1 ×75 × 4 ×0,25
= 0,003+ 0,00122+ 0,005
0,05+ ( 2 )
= 824,02 kN
Karena hasil hitungan hampir mendekati dengan nilai Qu yang
dimisalkan semula (980 kN), maka hasil hitungan dapat dipakai.
Jadi kapasitas ultimit tiang 887,57 kN.

Untuk rekapitulasi daya dukung tiang dengan data kalendering


dapat dilihat pada tabel dibawah ini :
Tiang Pancang Daya Dukung Kalendering
A1 1008.74
A2 430.17
A3 696.49
A4 824.02
A5 696.49
A6 824.02
B1 824.02
B2 696.49
B3 603.14
B4 696.49
B5 603.14
B6 696.49
C1 311.18
C2 334.30
C3 361.13
C4 824.02
C5 824.02
C6 696.49

Anda mungkin juga menyukai