(HSBB-704)
BAB I
PENDAHULUAN
BAB II
TINJAUAN PROYEK
PEMILIK PROYEK
KONSULTAN KONSULTAN
KONTRAKTOR PERENCANA PENGAWAS
Keterangan :
Garis Tanggung Jawab :
Garis Konsultasi :
Garis Perintah :
PEMILIK PROYEK
(PENGAWAS PROYEK)
KONSULTAN
KONTRAKTOR PERENCANA
2.2.3 Kontraktor
Pada proyek ini, kontraktor utama membagi tugas pekerjaan menjadi sub-
sub kontraktor sebagai berikut :
1. Tiang Pancang : PT Wahana Cipta Concreteindo (Surabaya)
2. Pengadaan Beton Ready Mix : PT Nusantara Jaya Mix (Banjarmasin)
Uraian secara garis besar mengenai tugas dan tanggung jawab struktur
organisasi diatas adalah seperti berikut ini:
1. Project Manager (PM)
Dalam struktur organisasi, pimpinan merupakan kunci utama keberhasilan,
begitu pula dengan Project Manager. Seperti pimpinan pada umumnya, Project
Manager mempunyai tanggung jawab penuh atas kegiatan yang berada dibawah
keorganisasian PT. Govindo Utama dalam Pembangunan gedung parkiran Proyek
Duta Mall 2. Tugas dari seorang Project Manager adalah mengatur keseluruhan
pelaksanaan kegiatan proyek agar target yang dihasilkan dapat sesuai dengan
biaya, mutu dan waktu yang telah direncanakan dan tercantum dalam dokumen
kontrak. Selain itu, Project Manager bertanggung jawab membina dan
mengarahkan seluruh manajer sesuai dengan tugas dan fungsinya masing-masing
agar tujuan dapat tercapai.
Secara rinci tugas Project Manager adalah sebagai berikut :
a. Membuat petunjuk pelaksanaan termasuk RAP (Rencana Anggaran
Pembangunan) dan kegiatan perencanaan yang lain (Review Doc,
Spec hitung kembali dan metode pelaksanaan).
b. Mempresentasikan RAP untuk disahkan.
c. Menangani tugas-tugas :
1) Engineering (termasuk Administrasi Kontrak)
2) Administrasi keuangan, personalia dan umum.
3) Operasi lapangan (Quality Plan, Production Plan dan Safety
Plan).
d. Membina hubungan kerja dengan :
1) Owner
2) Konsultan Perencana/Pengawas
Mitra Kerja seperti Supplier ,Sub Kontraktor, Mandor
e. Melaksanakan rapat mingguan atau rapat bulanan internal dan
eksternal.
f. Mengadakan evaluasi terhadap :
1) Progress fisik
2) Biaya
3) Quality
4) Standard
5) Moral dan Maintenance
g. Membuat rencana tindak lanjut/corrective action terhadap
penyimpangan yang terjadi..
2. Safety dan K3
Perencanaan Keselamatan dan Kesehatan Kerja serta Lingkungan (K3)
dilakukan untuk menuju sasaran kondisi zero accident, menjamin agar dalam
pelaksanaan proyek tidak terjadi kecelakaan dan penyakit akibat kerja, serta agar
produktivitas tidak terganggu. Pada divisi tersebut terdiri dari Chief K3 dan
Assistant K3
2.3 Penjadwalan
Pembahasan pada laporan ini mengacu pada awal sampai berakhirnya
observasi Praktik Kerja di lapangan, yaitu sejak 7 Februari 2020 sampai dengan
April 2020.
A. Peralatan
Agar pelaksanaan pekerja proyek berjalan lancar dan sesuai dengan
rencana kerja, perlu adanya peralatan atau alat-alat berat dan tenaga kerja.
Peralatan itu berdaya guna tinggi jika peralatan tersebut dapat menghasilkan
produksi yang maksimal tetapi menggunakan biaya yang minimal. Adapun alat-
alat yang menunjang dalam pelaksanaan proyek adalah :
1. Excavator adalah sebuah jenis alat berat yang terdiri dari mesin di atas roda
khusus yang dilengkapi dengan lengan dan alat pengeruk yang digunakan
untuk menyelesaikan pekerjaan berat berupa penggalian tanah yang tidak bisa
dilakukan secara langsung oleh tangan manusia. Excavator yang digunakan
pada proyek tersebut bermerk Kobelco SK200-8. Bisa dilihat pada Gambar
2.4.
beton sesuai ketebalan yang diinginkan. Power trowel bisa dilihat pada
Gambar 2.13.
B. Tenaga Kerja
Tenaga kerja yang bekerja pada pihak kontraktor, bila dilihat dari
statusnya terbagi atas:
a. Tenaga kerja ahli
Tenaga kerja ahli adalah pegawai yang ditempatkan dalam pekerjaan proyek
yang sedang berlangsung. Jenis tenaga kerja ini memegang peranan penting
terhadap sistem koordinasi dan sistem manajemen dengan tenaga kerja
lainnya untuk menghasilkan prestasi yang baik dalam melaksanakan
BAB III
PEMBAHASAN
B. Pembesian Kolom
Proses pekerjaan pembesian dalam proyek ini adalah sebagai berikut:
1. Pembesian atau perakitan tulangan kolom adalah precast atau dikerjakan di
tempat lain yang lebih aman.
2. Perakitan tulangan kolom harus sesuai dengan gambar kerja (lihat Gambar
3.2).
3. Selanjutnya adalah pemasangan tulangan utama. Sebelum pemasangan
sengkang, terlebih dahulu dibuat tanda pada tulangan utama dengan kapur.
4. Selanjutnya adalah pemasangan sengkang, setiap pertemuan antara tulangan
utama dan sengkang diikat oleh kawat dengan sistem silang.
5. Setelah tulangan selesai dirakit, untuk besi tulangan precast diangkut
dengan menggunakan Tower Crane ke lokasi yang akan dipasang.
6. Setelah besi terpasang pada posisinya dan cukup kaku, lalu dipasang beton
deking sesuai ketentuan. Beton deking ini berfungsi sebagai selimut beton.
M. Iqbal Cahyaningrat (1710811210033)
Rizqa Dillanisyia (1710811120049)
Laporan Praktik Kerja
(HSBB-704)
D. Pengecoran Kolom
Langkah kerja pekerjaan pengecoran kolom adalah sebagai berikut:
1. Persiapan pengecoran. Sebelum dilaksanakan pengecoran, kolom yang akan
dicor harus benar-benar bersih dari kotoran agar tidak membahayakan
konstruksi dan menghindari kerusakan beton.
2. Setelah persiapan selesai, pelaksanaan pengecoran dilakukan dengan
menggunakan bucket cor yang dihubungkan dengan pipa dengan
kapasitas bucket sampai 0,9 m3. Bucket tersebut diangkut dengan
menggunakan Tower Crane seperti pada Gambar 3.4.
3. Penuangan beton dilakukan secara bertahap, hal ini dilakukan untuk
menghindari terjadinya segregasi yaitu pemisahan agregat yang dapat
mengurangi mutu beton. Selama proses pengecoran berlangsung, pemadatan
beton menggunakan vibrator. Hal tersebut dilakukan untuk menghilangkan
rongga-rongga udara serta untuk mencapai pemadatan yang maksimal.
A. Tahap Persiapan
1. Pekerjaan Pengukuran. Pengukuran ini bertujuan untuk mengatur
atau memastikan kerataan ketinggian balok dan pelat. Pada pekerjaan ini
digunakan alat ukur waterpass.
2. Pembuatan Bekisting. Pekerjaan bekisting balok dan pelat merupakan satu
kesatuan pekerjaan, kerena dilaksanakan secara bersamaan. Pembuatan
panel bekisting balok harus sesuai dengan gambar kerja. Dalam
pemotongan plywood harus cermat dan teliti sehingga hasil akhirnya sesuai
dengan luasan pelat atau balok yang akan dibuat. Pekerjaan balok dilakukan
langsung di lokasi dengan mempersiapkan material utama antara lain: kaso
5/7, balok kayu 6/12, papan plywood.
3. Pabrikasi besi. Untuk balok, pemotongan dan pembengkokan besi dilakukan
sesuai kebutuhan dengan bar cutter dan bar bending. Pembesian balok ada
dilakukan dengan sistem pabrikasi di las besi dan ada yang dirakit diatas
bekisting yang sudah jadi. Sedangkan pembesian plat dilakukan dilakukan
di atas bekisting yang sudah jadi.
4. Setelah itu, dipasang dinding bekisting balok dan dikunci dengan siku yang
dipasang di atas suri-suri.
b. Pembesian Balok
Tahap pembesian balok adalah sebagai berikut :
1. Untuk Pembesian balok pada awalnya dilakukan pabrikasi di los besi
kemudian diangkat menggunakan Tower Crane ke lokasi yang akan
dipasang.
2. Besi tulangan balok yang sudah diangkat lalu diletakkan diatas bekisting
balok dan ujung besi balok dimasukkan ke kolom (lihat Gambar 3.6).
3. Pasang beton decking umtuk jarak selimut beton pada alas dan samping
balok lalu diikat.
c. Pembekistingan Pelat
Tahap pembekistingan pelat adalah sebagai berikut :
1. Scaffolding disusun berjajar bersamaan dengan scaffolding untuk balok.
Karena posisi pelat lebih tinggi daripada balok maka Scaffolding untuk
pelat lebih tinggi daripada balok dan diperlukan main frame tambahan
dengan menggunakan joint pin. Perhitungan ketinggian scaffolding pelat
dengan mengatur base jack dan U-head jack nya.
2. Pada U-head dipasang balok kayu (gelagar) 6/12 sejajar dengan arah cross
brace dan diatas girder dipasang suri-suri dengan arah melintangnya.
3. Kemudian dipasang plywood sebagai alas pelat (lihat Gambar 3.7). Pasang
juga dinding untuk tepi pada pelat dan dijepit menggunakan siku.Plywood
dipasang serapat mungkin, sehingga tidak terdapat rongga yang dapat
menyebabkan kebocoran pada saat pengecoran.
4. Semua bekisting rapat terpasang, sebaiknya diolesi dengan solar sebagai
pelumas agar beton tidak menempel pada bekisting, sehingga dapat
mempermudah dalam pekerjaan pembongkaran dan bekisting masih dalam
kondisi layak pakai untuk pekerjaan berikutnya.
d. Pembesian pelat
e. Pengecekan
Setelah pembesian balok dan pelat dianggap selesai, lalu diadakan
checklist/ pemeriksaan untuk tulangan. Adapun yang diperiksa untuk pembesian
balok adalah diameter dan jumlah tulangan utama, diameter, jarak, dan jumlah
sengkang, ikatan kawat, dan beton decking. Untuk pembesian pelat lantai yang
diperiksa adalah, penyaluran pembesian pelat terhadap balok, jumlah dan jarak
tulangan ekstra, perkuatan pada lubang-lubang di pelat lantai, beton decking, kaki
ayam, dan kebersihannya. Setelah pemasangan bekisting balok dan pelat dianggap
selesai selanjutnya pengecekan elevasi pada bekisting balok dan pelat dengan
waterpass, jika sudah selesai maka bekisting untuk balok dan pelat sudah siap.
oleh PT. Nusantara Jaya Mix. Setiap proses pengecoran beton di lapangan, akan
dilakukan Slump Test pada hari pengecoran, dapat dilihat pada Gambar 3.52.
Slump Test merupakan metode yang digunakan untuk menentukan konsistensi
atau kekakuan dari campuran beton segar untuk menentukan tingkat workability
nya. Kekakuan dalam suatu campuran beton menunjukkan berapa banyak air yang
digunakan. Untuk itu uji slump menunjukkan apakah campuran beton
kekurangan, kelebihan, atau cukup air. Hasil dari Slump Test yang dilakukan
adalah 10+ 2 cm. Selain itu juga akan diambil sampel uji secara acak dari setiap
truck mixer yang dibuat berbentuk silinder dengan ukuran diameter 15 cm dan
tinggi 30 cm seperti terlihat pada Gambar 3.53 untuk kemudian di uji kuat tekan
dengan umur beton 7, 14, dan 28 hari,. Pengertian kuat tekan beton adalah
besarnya beban per satuan luas, yang menyebabkan benda uji beton hancur bila
dibebani gaya tekan tertentu yang dihasilkan oleh mesin tekan. Uji kuat tekan
bertujuan untuk mengetahui kuat tekan maksimum yang dapat diterima oleh beton
sampai beton mengalami kehancuran.
1. Pemasangan Bekisting yang kurang rapi mengakibatkan plat dan balok tidak
sesuai ukuran rencana. Hal ini terjadi kemungkinan akibat pekerja kurang
focus atau pengawas yang kurang teliti mengawasi maka pengawas perlu
meningkatkan pengawsaannya.
2. Pemadatan beton yang kurang sempurna sehingga mengakibatkan rongga-
rongga pori pada kolom. Maka dalam hal ini pemadatan menggunakan
vibrator.
3. Mobil Ready-Mix Kesulitan masuk area pengecoran dikarenakan area
pelaksanaan proyek berada di area loading dock dan area masuk parkir
kendaraan roda dua, yang mengakibatkan banyak kendaraan pengangkut
barang maupun kendaraan roda 2 yang melewati area proyek serta
kendaraan pengangkut barang yang parkir disekitar area pelaksanaan
proyek. Untuk mengatasi kendala tersebut maka pihak kontraktor
melakukan pekerjaan pengecoran pada sore hingga malam hari saat area
proyek tidak terganggu oleh kendaraan yang lewat dan parkir.
4. Kendala cuaca yang tidak menentu saat pengecoran kolom juga menjadi
permasalahan dalam pengecoran kolom. Strategi yang dilakukan yaitu
dengan melemburkan pekerja dan menambah jumlah pekerja.
5. Pemasangan tulangan yang tidak rapi maka perlu pengecekan tulangan
sebelum pengecoran. Maka pengawas melakukan pengecekan sebelum
pengecoran.