Anda di halaman 1dari 20

MANAJEMEN KONSTRUKSI I 69

BAB V

ASPEK HUKUM DALAM KONSTRUKSI

A. PENDAHULUAN

Proses Kegiatan yang dilakukan oleh manusia bertolak pada salah satu

prasarana penunjang dalam hal komponen fisik bangunan untuk dapat

mengerjakan serta mengembangkan berbagai usahanya. Hingga saat ini kita

dapat melihat bahwa pembangunan disegala bidang sedang giat-giatnya

dilaksanakan baik proyek fisik berupa gedung, rumah, dsb maupun berupa

nonfisik berupa fasilitas-fasilitas umum. Dari pelaksanaan proyek tersebut

banyak tujuan (Goal Setting) yang dapat dicapai, namun harus kita akui juga,

bahwa ada banyak proyek-proyek yang tidak berhasil bahkan gagal sama

sekali. Kegagalan suatu proyek dapat dilihat dengan adanya proyek-proyek

yang terlambat penyelesaiannya baik ditinjau dari segi waktu (time), biaya

(Cost), dan mutu hasil pengerjaan (Quality Project), atau dalam hal lain

dikarenakan tidak berfungsinya suatu bangunan sebagaimana awalnya

perencanaannya (baik karena perubahan lingkungan, orang-orang yang

terlibat, dsb), dan juga buruknya bangunan yang rusak dalam waktu yang

relatif singkat (tidak mencapai umur rencana) setelah proyek selesai

dikerjakan, hal ini tentunya memberi dampak pada pemborosan dana

pembangunan.

Tingkat keberhasilan ataupun kegagalan suatu proyek akan banyak

ditentukan oleh pihak-pihak yang terkait secara tidak langsung (Dalam hal ini

bisa pemilik proyek, badan swasta, dan pemerintah) maupun secara

POLITEKNIK NEGERI FAKFAK


MANAJEMEN KONSTRUKSI I 70

langsung yang dalam hal ini, yaitu Penyedia barang dan jasa (Kontraktor

Pelaksana, Konsultan perencana, Konsultan pengawas) dalam suatu siklus/

tahapan manajemen meliputi Perencanaan (Planning), Pengorganisasian

(Organizing), Pengisian staff (Staffing), pengarahan (Directing),

pelaksanaan, pengendalian (controling), dan pengawasan (supervising).

Proses pelaksanaan suatu proyek perlu melihat pada bagaimana suatu

proyek pembangunan tersebut dapat dikerjakan secara efektif dan efisien

dalam pencapaian suatu kebutuhan. Pengerjaan secara efektif dimaksudkan

bahwa perlu adanya pengaktifan semaksimal mungkin sumber daya yang

ada (bahan, peralatan, material, dan pekerja), dan efisien dimaksudkan

untuk meminimalkan segala biaya yang diperlukan untuk suatu proyek.

Secara garis besar proses ini dapat berjalan dengan baik, jika pihak

pelaksana proyek dapat memaksimalkan segala perihal yang mendukung

pengerjaan tersebut, serta adanya hubungan kerja yang baik dengan fungsi-

fungsi kerja yang lain. Pelaksanaan suatu proyek selalu didasari pada suatu

kontrak kerja. dimana sebelumnya suatu suatu proses Pra kontrak. Kegiatan

pra kontrak meliputi segala proses persiapan dan pelaksanaan pengadaan

jasa konstruksi (Tender) baik melalui Pelelangan umum dan pelelangan

terbatas.

Globalisasi perdagangan bebas telah mengkaitkan, bahwa setiap

kegiatan yang menjadi komoditi transaksi dalam perdagangan antar individu,

antar regional dan antar negara harus menggunakan standar mutu, baik

standar mutu produk, standar sistem, standar proses maupun standar

keselamatan, standar kesehatan, standar keamanan, standar lingkungan

POLITEKNIK NEGERI FAKFAK


MANAJEMEN KONSTRUKSI I 71

dan lain-lainnya. Yang harus diatur dan ditetapkan dalam peraturan

perundang-undangan nasional yang mengacu pada standar internasional

yang ada. Komoditi produk yang diperdagangkan harus mencapai standar

mutu yang telah disepakati bersama oleh semua pihak dan masyarakat

dunia. Barang siapa yang tidak mampu memenuhi standar mutu tersebut

tidak akan mampu bersaing, bahkan tidak akan dibeli orang.

Globalisasi perdagangan ini telah melanda semua sektor, baik sektor

produk barang maupun produk jasa. Tak ketinggalan produk jasa pelayanan

konsultan yang dihasilkan atas dasar interaksi penggunaan pikiran manusia

(man braind) sebagai output yang dihasilkan dari sekelompok orang yang

menghasilkan produk jasa konsultan tersebut. Untuk mencapai mutu produk

jasa konsultan yang mampu memuaskan pelanggan, maka setiap badan

usaha konsultan dituntut untuk memiliki kemampuan kompetitif yang

berdasarkan pada paradigma sebagai berikut

1. Pencapaian tingkat harapan pelanggan yang menyangkut kinerja

(performance) konsultan,

2. Peningkatan efisiensi dalam pesaingan (competitifness) diantara para

konsultan,

3. Manajemen badan usaha konsultan yang harus bersifat progresif

fleksibel,

4. Berorientasi pada kemampuan kompetisi (competitifness oriented),

bukan profit oriented.

Peningkatan kinerja konsultan yang secara terus menerus pada zaman

kini merupakan tantangan, mengingat jumlah badan usaha konsultan yang

POLITEKNIK NEGERI FAKFAK


MANAJEMEN KONSTRUKSI I 72

mengikuti persaingan untuk mendapatkan pekerjaan semakin banyak pula.

Dituntut setiap konsultan harus mampu menekan biaya seefeisien mungkin,

sehingga mampu memberikan penawaran harga yang bersaing, tetapi tetap

memberikan jasa sesuai standar, spesifikasi teknis dan harapan pelanggan

yang telah ditetapkan.

Memperhatikan kondisi yang menuju efisiensi tersebut, maka setiap

badan usaha harus mengubah orientasinya dalam kemampuan bersaing

(competitifness oriented) dengan pandai-pandai memanfaatkan sumber daya

seoptimal mungkin. Tidak lagi berorientasi mendapatkan keuntungan yang

sebesar-besarnya (profit oeriented) yang bakal menjadikan kalah bersaing,

sehingga selalu menemui kesulitan untuk memperoleh pekerjaan. Setiap

pelaku usaha jasa konsultan harus mencermati kondisi akibat globalisasi ini.

B. ASPEK TEKNIK PROYEK

Beberapa aproyek seperti infrasturktur, peukiman, tata kota dan

wilayah, manufaktur dan industri mempunyai aturan-aturan teknis yang

dikeluarkan oleh instansi berikut:

1. Indonesia telah memiliki beberapa persyaratan teknis yang berkaitan

dengan proyek konstruksi. Persyaratan ini selalu diperbarui secara

berkala mengikuti perkembangan teknis perencanaan dan pelaksanaan

proyek, teknologi material serta efisiensi biaya, mutu dan waktu.

2. Standar Industri Indonesia (SII) yang mengatur tentang standar uji

klarifikasi, syarat mutu, syarat penandaan, pengambilan sampel

material diterbitkan oleh Departemen Perindustrian.

POLITEKNIK NEGERI FAKFAK


MANAJEMEN KONSTRUKSI I 73

3. Peraturan teknis bangunan dan proyek kelautan yang dikeluarkan oleh

Dirjen Perhubungan Laut serta Departemen Kelautan dan Perikanan.

4. Peraturan teknis bangunan dan proyek bangunan udara yang

dikeluarkan oleh Dirjen Perhubungan Udara serta lembaga terkait.

5. Peraturan-peraturan teknis dari negara lain yang telah diakui dan

banyak dipakai sebagai referensi dalam pelaksanaan proyek dan

industri.

C. ASPEK ADMINISTRATIF HUKUM PROYEK

Beberapa proyek dan industri mempunyai aturan-aturan administratif

hukum yang dikeluarkan oleh instansi terkait seperti:

1. Undang-undang RI No. 18, Tahun 1999 tentang Jasa Konstruksi dan

lain sebagainya, diterbitkan melalui Keputusan Presiden dan Menteri

dari Departemen Pekerjaan Umum.

2. Keputusan Presiden RI No. 80 Tahun 2003 tentang Pedoman

Pelaksanaan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah.

3. Keputusan Presiden RI No. 61 Tahun 2004 tentang Perubahan atas

Keputusan Presiden RI No. 80 Tahun 2003.

4. Undang-undang RI No. 13 Tahun 1980 tentang Jalan Tol serta

Peraturan Pemerintah RI No. 8 Tahun 1990 tentang Jalan Tol sebagai

petunjuk pelaksanaannya yang diterbitkan melalui Keputusan Presiden

dan instansi PT. Jasa Marga sebagai badan hukum dari wakil

pemerintah.

5. Undang-undang RI No. 38, Tahun 2004 tentang Jalan

POLITEKNIK NEGERI FAKFAK


MANAJEMEN KONSTRUKSI I 74

6. Undang-undang RI No. 4, Tahun 1997 serta Peraturan Pemerintah No.

23 tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup sebagai petunjuk

pelaksanaannya yang diterbitkan melalui Keputusan Presiden dan

instansi terkait Kementrian Lingkungan Hidup. Peraturan Pemerintah

No. 27 Tahun 1999 tentang Analisis Mengenai Dampak Lingkungan

(AMDAL). Jenis Rencana Usaha dan Kegiatan Kerja Yang Wajib

Dilengkapi dengan AMDAL diputuskan oleh Menteri Negara

Lingkungan Hidup pada PP No. 17 Tahun 2001.

7. Keputusan Menteri Pekerjaan Umum No. 195/KPTS/1989 mengenai

Pelaksanaan Keselamatan dan Kesehatan Kerja di lingkungan

Departemen Pekerjaan Umum.

8. Instruksi Menteri Pekerjaan Umum No. 1/IN/M/1990, mengenai

Pelaksanaan Kampanya Keselamatan dan Ksehatan Kerja (K3) di

lingkungan Departemen Pekerjaan Umum.

9. Undang-undang RI No. 24 Tahun 1992 tentang Penataan Ruang.

D. ASPEK HUKUM PROYEK KONSTRUKSI

Produktifitas di dalam proyek banyak bergantung pada proses waktu

pelaksanaan proyek, di mana waktu kerja produktif harus sesuai dengan

metode dan sistem yang digunakan. Produktivitas kerja yang rendah

biasanya disebabkan oleh:

 Moivasi tenaga kerja yang rendah

 Kondisi tempat kerja yang buruk

 Peralatan yang digunakan buruk

 Material di bawah standar

POLITEKNIK NEGERI FAKFAK


MANAJEMEN KONSTRUKSI I 75

 Komunikasi yang buruk di proyek, pengawas yang tidak adil

Produktivitas di dalam proyek juga memerlukan komitmen perusahaan

dalam hal pelatihan studi dan penghapusan lembur, yang menyebabkan

faktor pengembalian (revenue) dn kerugian yang tinggi bagi suatu

perusahaan industri jasa konstruksi.

Karakteristik Industri Konstruksi terdiri atas:

 Sumbangan ke Produk Domestik Bruto : 5-14 %

 Sangat rendahnya jaminan manajemen yang baik

 Penggunaan tenaga kerja: tetap dan tidak tetap

 Dengan tenaga kerja tak terlatih sekiar 90%

 Banyak pihak yang terlibat

 Riset dan pengembangannya sangat rendah

E. KETENTUAN-KETENTUAN HUKUM PROYEK KONSTRUKSI

Selama ini perkembangan aspek-aspek hukum konstruksi di Indonesia

tidak seperti negara-negara maju. Pihak kontraktor banyak diikat oleh aturan-

aturan ketat, tetapi pemilik dan arsitek/engineer posisinya lebih superior

dibanding kontraktor.

Ketentuan-ketentuan peninggalan zaman Belanda serta ketentuan

lamanya yang masih menjadi acuan adalah sebagai berikut:

1) Keputusan Pemerintah Hindia Belanda No. 9 Tahun 1941

2) Undang-undang Pembangunan Kota No. 168 Tahun 194

3) Peraturan Konstruksi Kayu Indonesia Tahun 1961

4) Peraturan Beton Bertulang Indonesia (1971)

POLITEKNIK NEGERI FAKFAK


MANAJEMEN KONSTRUKSI I 76

1. Hak dan Kewajiban Pengada Jasa (Kontraktor)

Hak pengada jasa dalam hal ini kontraktor adalah sebagai berikut:

a. Mendapaykan bayaran untuk kemajuan pekerjaan

b. Mencari jalan lain bila pemilik gagal melakukan pembayaran

c. Mengakhiri kontrak karena sesuatu sebab

d. Mendapatkan pembayaran ekstra dan perpanjangan waktu

e. Melakukan banding terhadap keputusan owner

f. Kontraktor bebas memilih subkontraktor

g. Kontraktor bebas memilih subkontraktor

h. Memilih tempat pembelian barang/material

i. Melakukan kegiatan dengan caranya, sesuai dengan yang

diizinkan

2. Kewajiban kontraktor meliputi hal-hal sebagai berikut:

a. Walaupun ada kesulitan, keterlambatan, ketidakcocokan,

kecelakaan dalam kegiatan pelaksanaan, kontraktor harus

menyelesaikan proyek sesuai dengan aturan yang disepakati.

b. Kontraktor harus memberikan perhatian terhadap karyawan dan

tenaga kerjanya.

c. Kontraktor diminta konfirmasinya terhadap hukum yang dimaksud

dalam hal keamanaan pekerjaan, lisensi, rekomitmen tenaga

kerja, kebersihan lingkungan, pengawasan lalu lintas serta barang

yang mudah meledak.

d. Kontraktor berkewajiban mengikuti gambar dan spesifikasi yang

ditentukan.

POLITEKNIK NEGERI FAKFAK


MANAJEMEN KONSTRUKSI I 77

e. Kontraktor berkewajiban menjamin semua material,

ketenagakerjaan yang harus ada pada organisasinya maupun

subkontrkator.

f. Penjamin asuransi adalah kewajiban kontrak bagi kontraktor.

3. Kewajiban Penyedia Jasa (Owner)

a. Membuat dokumen lelang

b. Melengkapi kebutuhan desain

c. Menerbitkan dokumen lelang

d. Menetapkan pemenang

4. Tugas dan Wewenang Konsultan Pengawas/Perencana

Konsultan adalah pihak ketiga yang mempunyai hak dan

wewenang selama proses konstruksi sejak kontrak belaku umum

antara owner dan kontraktor.

Tugas dan wewenangnya meliputi:

a. Mewakili owner dalam administrasi dan operasional konstruksi

b. Memberikan advis dan konsultasi kepada owner

c. Menengahi komunikasi antara owner dan kontrakto

d. Mengawasi kemajuan proyek

e. Memeriksa mutu pekerjaan

f. Menyetujui material, peralatan dan shop drawing

g. Membuat instruksi untuk mempercepat, memberhentikan dan

mengoreksi pekerjaan

h. Tidak tunduk terhadap prosedur dan atauran kontraktor

POLITEKNIK NEGERI FAKFAK


MANAJEMEN KONSTRUKSI I 78

i. Menerjemahkan ketentuan kontrak dan menilai pekerjaan

kontraktor

j. Bertanggung jawab pada pihak ketiga karena kelalaian yang di

perbuat

5. Klaim dan Peselisihan

Penyelesaian sengketa jasa konstruksi dapat dilakukan melalui

pengadilan maupun di luar pengadilan berdasarkan pilihan sukarela

para pihak yang bersangkutan.

Sengketa biasanya muncul karena adanya:

 Perbedaan penafsiran

 Wan prestasi

 Adanya aturan-aturan yang tidak jelas

Penyelesaian di luar pengadilan dengan cara-cara sebagai berikut:

 Negosiasi

 Konsiliasi

 Mediasi

 Arbitrase

Biasanya hasil penyelesaian sengketa ini dapat berupa

kesepakatan. Penyelesaian melalui pengadilan adalah pilihan terakhir

karena prosesnya cukup lama dan kompleks serta biaya yang cukup

besar. Penyelesaian sengketa dan proses penadilan ini adalah putusan

akhir dan mengikat.

POLITEKNIK NEGERI FAKFAK


MANAJEMEN KONSTRUKSI I 79

6. Penyelesaian di Luar Pengadilan

Karena sedapat mungkin menghindari proses pengadilan,

penyelesaian di luar lebih disukai karena lebih cepat, lebih murah, dan

cenderung dalam suasana musyawarah mufakat. Pada pasal 77 UU

No. 18/1999 disebutkan:

a. Penyelesaian jasa konstruksi di luar pengadilan dapat ditempuh

untuk masalah-masalah yang timbul dalam kegiatan pengikatan

dan penyelenggaraan pekerjaan konstruksi serta dalam hal terjadi

kegagalan bangunan.

b. Penyelesaian jasa konstruksi sebagaimana dimaksud pada ayat

(1) dapat menggunakan jasa pihak ketiga yang disepakati oleh

para pihak.

c. Pihak ketiga sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dapat

dibentuk oleh pemerintah dan atau masyarakat jasa konstruksi.

F. PENGADAAN BARANG DAN JASA

Pada proses pelaksanaan pengadaan barang dan jasa konstruksi,

sangat diperlukan adanya ketertiban antara pengguna dan penyedia Barang

dan jasa dalam mengikuti dan menaati prosedur pelaksanaan suatu

pelelangan. Kejadian-kejadian dalam bidang jasa konstruksi yang terjadi

dimasa sekarang memperlihatkan adanya kelemahan dan permasalahan

sebelum pelaksanaan konstruksi . Contoh kasus pada bagaimana proses

pelaksanaan pengadaan barang dan jasa konstruksi khusus pada

pelelangan terbatas yang kerap kali telah menyimpang dari prosedur,

dimana terlihat adanya kecerendungan untuk melakukan praktek

POLITEKNIK NEGERI FAKFAK


MANAJEMEN KONSTRUKSI I 80

kecurangan, Korupsi, Kolusi , dan Nepotisme (KKN) dalam suatu proses

pelelangan,diantaranya :

a. Langganan pemenang dari waktu- kewaktu.

b. Tender arisan diantara peserta lelang.

c. Pelaksanaan tender dengan tekanan.

1. Istilah Dalam Pengadaan Barang dan

a. Peserta lelang

Adalah rekanan yang bergerak dalam bidang jasa pemborongan,

yang berhak mengikuti dan hadir pada saat pelelangan.

b. Rekanan

Adalah badan hukum yang bergerak dalam bidang jasa konstruksi

yang berhak mengikuti prakualifikasi dan pelelangan.

c. Kontraktor

Adalah badan hukum yang mengajukan penawaran harga

pekerjaan yang telah ditunjuk oleh pemilik atau pemimpin proyek

dan telah menandatangani kontrak untuk melaksanakan

pekerjaan.

d. Kontrak

Adalah suatu perikatan yang dituangkan dalam perjanjian tertulis

dan isi kontrak telah disepakati oleh pemberi kerja dan mitra kerja,

setelah ditanda tangani merupakan hukum bagi kedua belah pihak

yang menandatangani.

POLITEKNIK NEGERI FAKFAK


MANAJEMEN KONSTRUKSI I 81

e. Dokumen kontrak

Adalah suatu dokumen yang memuat persyaratan-persyaratan

dan ketentuan-ketentuan yang harus dipenuhi untuk

melaksanakan pekerjaan yang diperjanjikan, sesuai dengan

dokumen pengadaannya.

f. Dokumen Pengadaan

Adalah suatu dokumen yang memuat persyaratan-persyaratan

dan ketentuan-ketentuan yang harus dipenuhi untuk

melaksanakan pekerjaan yang terdiri dari :

1) Rencana kerja dan syarat-syarat (RKS)

2) Gambar-gambar pekerjaan

3) Perubahan-perubahan RKS dan gambar-gambar pekerjaan

4) Berita acara penjelasan pekerjaan dan peninjauan lapangan

berupa perubahan-perubahannya.

g. Dokumen Pelelangan

Adalah dokumen pengadaan yang digunakan dalam suatu

pelelangan pekerjaan yang diterbitkan oleh pemilik

h. Penawar

Adalah peserta lelang yang telah diundang oleh pemilik untuk

mengajukan penawaran berdasarkan ketentuan pelelangan yang

berlaku.

i. Engginer’s Estimate (EE) atau Estimasi Perencanaan

Adalah perkiraan biaya pekerjaan proyek / bagian proyek yang

dibuat oleh perencana dan atau konsultan.

POLITEKNIK NEGERI FAKFAK


MANAJEMEN KONSTRUKSI I 82

j. Owner’s Estimate (OE) atau estimasi pemilik

Adalah perkiraan biaya pekerjaan proyek / bagian proyek yang

dibuat oleh panitia yang merupakan peninjauan kembali

Engineer’s Estimate (EE) disahkan oleh pemimpin proyek.

k. Kolusi

Adalah persengkongkolan antara pihak yang kuasa dengan pihak

yang berkepentingan, atau sejenis dengan maksud saling

menguntungkan, yang berakibat merugikan negara dan / atau

masyarakat.

l. Korupsi

Adalah tindak pidana menurut undang-undang nomor 3 tahun

1991 melakukan perbuatan memperkaya diri sendiri atau orang

lain atau suatu badan dengan menyalahgunakan wewenang,

kesempatan atau sarana yang ada padanya karena jabatan atau

kedudukan yang secara langsung atau tidak langsung dapat

merugikan keuangan negara dan atau perekonomian negara

m. Nepotisme

Adalah Kecenderungan untuk mengutamakan serta

menguntungkan sanak saudara sendiri.

n. Pelelangan umum

Adalah pelelangan yang dilakukan secara terbuka dengan

pengumuman secara luas melalui media massa, media cetak, dan

papan pengumuman resmi untuk penerangan umum sehingga

POLITEKNIK NEGERI FAKFAK


MANAJEMEN KONSTRUKSI I 83

masyarakat luar dunia usaha yang berminat dan memenuhi

kualifikasi dapat mengikutinya.

o. Pelelangan terbatas

Adalah pelelangan untuk pekerjaan tertentu yang diikuti oleh

sekurang-kurangnya lima rekanan yang tercantum dalam daftar

rekanan terseleksi (DRT) yang dipilih diantara rekanan yang

tercatat dalam daftar rekanan mampu (DRM) sesuai dengan

bidang usaha atau ruang lingkupnya atau kualifikasi

kemampuannya dengan pengumuman secara luas, melalui media

massa, media cetak dan papan pengumuman resmi untuk

penerangan umum sehingga masyarakat luas dunia usaha dapat

mengetahuinya.

p. Pemilihan langsung

Adalah pelaksanaan pengadaan barang dan jasa tanpa melalui

pelelangan umum atau pelelangan terbatas yang dilakukan

dengan membandingkan sekurang-kurangnya 3 penawar dan

melakukan negoisasi, baik treknis maupun harga, sehingga

diperoleh harga yang wajar dan teknis yang dapat

dipertanggungjawabkan dari rekanan yang tercatat dalam daftar

rekanan mampu (DRM), sesuai bidang usaha, ruang lingkupnya,

atau kualifikasi kemampuannya.

POLITEKNIK NEGERI FAKFAK


MANAJEMEN KONSTRUKSI I 84

q. Pengadaan langsung

Adalah pelaksanaan pengadaan barang dan jasa yang dilakukan

diantara rekanan golongan ekonomi lemah tanpa melalui

pelelangan umum atau pelelangan terbatas atau langsung.

2. Indikator kelemahan atau permasalahan dalam proses pelelangan

Proses pelaksanaan suatu proyek konstruksi dapatlah berjalan

dengan efektif bila didukung dengan adanya suatu hubungan kerja

sama (Coordinating) yang terkontrol diantara pihak-pihak yang terlibat

didalam suatu proyek. Oleh sebab itu,sebelum dilaksanakannya suatu

proyek konstruksi perlu dilakukannya proses pengadaan barang dan

jasa konstruksi yang nantinya akan bertugas didalam melaksanakan

dan menyelesaikan konstruksi bangunan dilapangan. Untuk menunjang

ketepatan didalam mengambil keputusan pemenang dalam suatu

pelelangan, diperlukan peninjauan secara objektif dan transparan baik

dari segi kelengkapan surat-surat maupun penawaran yang dilakukan

oleh pihak penyedia barang dan jasa konstruksi.

Pada masa yang terjadi sekarang ini, kita dapat melihat

bagaimana proses pelaksanaan konstruksi yang dijalankan oleh pihak-

pihak terkait. Khusus pada batasan ini kita melihat perihal proses

pelelangan yang kerap kali menjadi masalah, akibat adanya kelemahan

dalam prosedur pelaksanaan pengaadaan barang dan jasa konstruksi.

POLITEKNIK NEGERI FAKFAK


MANAJEMEN KONSTRUKSI I 85

3. Rencana Mutu Proyek (RMP)

Rencana Mutu Proyek (RMP) menjadikan bagian yang amat

penting dalam kegiatan Satuan Kerja di lingkungan Departemen PU,

sebagai amanat Kepmen PU No. 362/KPTS/M2004 tentang Penerapan

Sistem Manajemen Mutu di Lingkungan Departemen PU Sebagaimana

yang didefinisikan dalam standar SNI 19-9000:2001, bahwa proyek

adalah suatu proses yang unik terdiri dari suatu set kegiatan yang

terkoordinasi dan terkendali, mempunyai batasan oleh waktu (dari saat

awal hingga akhir) untuk mencapai suatu tujuan sesuai persyaratan

tertentu dengan pengelolaan yang sangat dipengaruhi oleh adanya

kendala waktu, biaya dan sumber daya. Dengan demikian proses

penyelenggaraan proyek harus dilaksanakan secara efektif, maka

diperlukan adanya Rencana Mutu Proyek atau RMP. Dokumentasi

RMP merupakan salah satu bukti otentik yang sangat penting dalam

sistem manajemen mutu penyelenggaraan proyek.

RMP merupakan bagian yang sangat penting dalam

penerapan sistem manajemen mutu, dimana RMP dokumen

perencanaan yang harus dibuat sebelum proses realisasi

penyelenggaraan proyek dengan tujuan memberikan kepastian jaminan

mutu (quality assurance) atas konsistensi proses dan produk yang akan

dihasilkan. RMP tidak terlepas dari tahapan proses pengadaan oleh

Satuan Kerja pada Instansi Pengguna Jasa, yang meliputi proses sejak

dari tahap prakualifikasi, tender, penunjukkan pemenang,

penandatanganan kontrak hingga perintah mulai kerja.

POLITEKNIK NEGERI FAKFAK


MANAJEMEN KONSTRUKSI I 86

Di dalam persyaratan standar, RMP merupakan dokumentasi

perencanaan realisasi produk untuk merencanakan dan

mengembangkan proses realisasi produk secara konsisten dengan

persyaratan sistem manajemen mutu. RMP harus mengatur dan

memuat ketentuan mengenai :

a) sasaran mutu dan persyaratan produk,

b) penetapan proses, dokumen dan penyediaan sumber daya

spesifik yang diperlukan bagi produk,

c) persyaratan verifikasi, validasi, pemantauan, inspeksi, dan uji

yang spesifik bagi produk dan kriteria keberterimaan produk

(criteria for product acceptance),

d) rekaman-rekaman yang diperlukan untuk membuktikan bahwa

proses realisasi dan hasil produk memenuhi persyaratan

Dapat dikatakan bahwa, RMP adalah dokumen yang

menetapkan proses-proses sistem manajemen mutu, termasuk proses

realisasi produk dan sumber daya yang digunakan untuk produk,

proyek atau kontrak yang spesifik.

Manfaat RMP bagi Pimpinan Satuan Kerja adalah sebagai

panduan untuk memantau, mengukur dan mengendalikan kinerja

penyelenggaraan proyek, disamping menjadi kerangka bagi

pengendalian penyediaan sumber daya, pencapaian mutu produk

sesuai spesifikasi dan peningkatan kepuasan pelanggan dan

masyarakat pengguna. RMP merupakan tolak ukur bagi pelaksanaan

proyek dalam rangka mencapai kinerja proyek setiap waktu, dan

POLITEKNIK NEGERI FAKFAK


MANAJEMEN KONSTRUKSI I 87

apabila selama penyelenggaraan proyek terjadi penyimpangan akan

segera diketahui secara dini, tanpa harus menderita kecacatan produk

yang baru diketahui pada saat akhir proyek yang menjadikan

pemborosan atau kerugian yang besar.

Sedangkan bagi para pelaksana di lapangan, RMP merupakan

panduan selama kegiatan proyek di lapangan agar proses tetap

konsisten dalam upaya pencapaian mutu produk sesuai kriteria

keberterimaannya dan harus selalu dalam kondisi terkendali terhadap

kendala waktu, biaya dan sumber daya yang diperlukan untuk

mencapai mutu sesuai spesifikasi dan persyaratan yang ditetapkan.

Pemeriksaan keberterimaan setiap tahapan proses harus sudah

direncanakan dalam RMP dengan maksud untuk menjamin bahwa

efektifitas pencapaian keberterimaan setiap tahapan telah sesuai

sehingga menghasilkan produk bermutu tanpa cacat.

RMP harus selalu dikomunikasikan kepada semua personil yang

terlibat dalam penyelenggaraan proyek, terutama yang bertanggung

jawab dalam pencapaian mutu produk di proyek.

Dalam suatu penyelenggaraan proyek dapat terjadi keterlibatan

beberapa pihak yang berinteraksi satu sama lain bergantung pada

peran penugasan masing-masing dan mereka harus bekerja sama

dengan baik dan berkesinambungan dengan kemampuan dan

kompetensi masing-masing pihak yang saling mendukung untuk

menjajikan produk yang memenuhi spesifikasi. Pengguna Jasa harus

tetap mendapatkan jaminan mutu (quality assurance) sebagai pihak

POLITEKNIK NEGERI FAKFAK


MANAJEMEN KONSTRUKSI I 88

yang memesan produk dan jasa dari proyek yang diselenggarakan oleh

Penyedia Jasa. Penyedia Jasa harus mampu meyakinkan Pengguna

Jasa bahwa produk dan jasa yang akan diserahkan mampu mencapai

spesifikasi dan persyaratan lainnya untuk mencapai kepuasan

pelanggan atau Pengguna Jasa..

Menyusun RMP harus memperhatikan kaidah dan substansi yang

dipersyaratkan dalam sistem manajemen mutu, agar RMP tersebut

dapat diterapkan sesuai dengan tujuan pencapaian proses kerja yang

konsisten untuk menghasilkan produk yang bermutu. RMP merupakan

dokumentasi perencanaan proyek yang harus menjadi suatu keputusan

yang strategis Pimpinan Satuan Kerja pada Instansi Pengguna Jasa

yang menyangkut kebutuhan akan :

a) Rencana pengendalian mutu setiap tahapan proses untuk

mendapatkan mutu produk yang memenuhi kepuasan pelanggan.

b) Tuntutan pengguna jasa (atasan) terhadap penyajian mutu produk

melalui proses yang terencana dan terkendali selama

penyelenggaraan proyek.

c) Harapan masyarakat yang memanfaatkan hasil proyek terhadap

konsistensi fungsi dan manfaat yang sesuai keperluannya.

d) Kompetisi persaingan usaha semakin ketat, menjadikan sistem

manajemen mutu merupakan kebutuhan dalam setiap proyek jasa

konstruksi.

POLITEKNIK NEGERI FAKFAK

Anda mungkin juga menyukai