DISUSUN OLEH:
NAMA : YANNUAR
NIM : 21630091
FAKULTAS TEKNIK
2021
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa. Atas rahmat dan hidayah-Nya, penulis
dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul “Agregat Kasar & Agregat Halus” dengan
tepat waktu.
Makalah disusun untuk memenuhi tugas dan untuk menambah wawasan mengenai
Agregat Kasar & Agregat Halus bagi para pembaca dan juga bagi penulis.
Penulis mengucapkan terima kasih kepada Dosen selaku pembimbing. Ucapan terima
kasih juga disampaikan kepada semua pihak yang telah membantu diselesaikannya makalah
ini.
Penulis menyadari makalah ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh sebab itu, saran
dan kritik yang membangun diharapkan demi kesempurnaan makalah ini.
Penyusun
BAB I
PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Proses Kegiatan yang dilakukan oleh manusia bertolak pada salah satu prasarana
penunjang dalam hal komponen fisik bangunan untuk dapat mengerjakan serta
mengembangkan berbagai usahanya. Hingga saat ini kita dapat melihat bahwa
pembangunan disegala bidang sedang giat-giatnya dilaksanakan baik proyek fisik berupa
gedung, rumah, dsb maupun berupa nonfisik berupa fasilitas-fasilitas umum. Dari
pelaksanaan proyek tersebut banyak tujuan (Goal Setting) yang dapat dicapai, namun harus
kita akui juga, bahwa ada banyak proyek-proyek yang tidak berhasil bahkan gagal sama
sekali. Kegagalan suatu proyek dapat dilihat dengan adanya proyek-proyek yang terlambat
penyelesaiannya baik ditinjau dari segi waktu (time), biaya (Cost), dan mutu hasil
pengerjaan (Quality Project), atau dalam hal lain dikarenakan tidak berfungsinya suatu
bangunan sebagaimana awalnya perencanaannya (baik karena perubahan lingkungan,
orang-orang yang terlibat, dsb), dan juga buruknya bangunan yang rusak dalam waktu yang
relatif singkat (tidak mencapai umur rencana) setelah proyek selesai dikerjakan, hal ini
tentunya memberi dampak pada pemborosan dana pembangunan.
Tingkat keberhasilan ataupun kegagalan suatu proyek akan banyak ditentukan oleh
pihak-pihak yang terkait secara tidak langsung (Dalam hal ini bisa pemilik proyek, badan
swasta, dan pemerintah) maupun secara langsung yang dalam hal ini, yaitu Penyedia
barang dan jasa (Kontraktor Pelaksana, Konsultan perencana, Konsultan pengawas) dalam
suatu siklus/ tahapan manajemen meliputi Perencanaan (Planning), Pengorganisasian
(Organizing), Pengisian staff (Staffing), pengarahan (Directing), pelaksanaan, pengendalian
(controling), dan pengawasan (supervising).
Proses pelaksanaan suatu proyek perlu melihat pada bagaimana suatu proyek
pembangunan tersebut dapat dikerjakan secara efektif dan efisien dalam pencapaian suatu
kebutuhan. Pengerjaan secara efektif dimaksudkan bahwa perlu adanya pengaktifan
semaksimal mungkin sumber daya yang ada (bahan, peralatan, material, dan pekerja), dan
efisien dimaksudkan untuk meminimalkan segala biaya yang diperlukan untuk suatu proyek.
2. Rumusan Masalah
Bertolak dari permasalahan yang terjadi diatas, maka kami menyadari perlu untuk
mengindentifikasi masalah yang ada. Secara garis besar pokok pembahasan yang
dimasukkan dalam rumusan masalah yaitu sebagai berikut :
Apa penyebab terjadinya langganan pemenang, tender arisan, tender dengan
tekanan serta kelemahan dan kebaikannya.
Bagaimana cara menghilangkan praktek korupsi, kolusi, dan nepotisme (KKN)
pada suatu proses pelelangan.
3. Tujuan
Berdasarkan rumusan masalah di atas, tujuan dari penulisan makalah ini
adalah mengetahui pelaksanaan pengadaan barang dan jasa konstruksi sesuai
prosedur hukum.
BAB II
DASAR TEORI
Secara garis besar proses ini dapat berjalan dengan baik, jika pihak pelaksana proyek
dapat memaksimalkan segala perihal yang mendukung pengerjaan tersebut, serta adanya
hubungan kerja yang baik dengan fungsi-fungsi kerja yang lain. Pelaksanaan suatu proyek
selalu didasari pada suatu kontrak kerja. dimana sebelumnya suatu suatu proses Pra
kontrak. Kegiatan pra kontrak meliputi segala proses persiapan dan pelaksanaan
pengadaan jasa konstruksi (Tender) baik melalui Pelelangan umum dan pelelangan
terbatas.
Globalisasi perdagangan ini telah melanda semua sektor, baik sektor produk barang
maupun produk jasa. Tak ketinggalan produk jasa pelayanan konsultan yang dihasilkan atas
dasar interaksi penggunaan pikiran manusia (man braind) sebagai output yang dihasilkan
dari sekelompok orang yang menghasilkan produk jasa konsultan tersebut. Untuk mencapai
mutu produk jasa konsultan yang mampu memuaskan pelanggan, maka setiap badan usaha
konsultan dituntut untuk memiliki kemampuan kompetitif yang berdasarkan pada paradigma
sebagai berikut
Peningkatan kinerja konsultan yang secara terus menerus pada zaman kini
merupakan tantangan, mengingat jumlah badan usaha konsultan yang mengikuti
persaingan untuk mendapatkan pekerjaan semakin banyak pula. Dituntut setiap konsultan
harus mampu menekan biaya seefeisien mungkin, sehingga mampu memberikan
penawaran harga yang bersaing, tetapi tetap memberikan jasa sesuai standar, spesifikasi
teknis dan harapan pelanggan yang telah ditetapkan.
Memperhatikan kondisi yang menuju efisiensi tersebut, maka setiap badan usaha
harus mengubah orientasinya dalam kemampuan bersaing (competitifness oriented) dengan
pandai-pandai memanfaatkan sumber daya seoptimal mungkin. Tidak lagi berorientasi
mendapatkan keuntungan yang sebesar-besarnya (profit oeriented) yang bakal menjadikan
kalah bersaing, sehingga selalu menemui kesulitan untuk memperoleh pekerjaan. Setiap
pelaku usaha jasa konsultan harus mencermati kondisi akibat globalisasi ini.
Penyedia jasa konstruksi yang berbentuk badan usaha harus (i) memenuhi
ketentuan perizinan usaha di bidang jasa konstruksi dan (ii) memiliki sertifikat, klasifikasi,
dan kualifikasi perusahaan jasa konstruksi. Standar klasifikasi dan kualifikasi keahlian kerja
adalah pengakuan tingkat keahlian kerja setiap badan usaha baik nasional maupun asing
yang bekerja di bidang usaha jasa konstruksi. Pengakuan tersebut diperoleh melalui ujian
yang dilakukan oleh badan/lembaga yang bertugas untuk melaksanakan tugas-tugas
tersebut. Proses untuk mendapatkan pengakuan tersebut dilakukan melalui kegiatan
registrasi, yang meliputi klasifikasi, kualifikasi, dan sertifikasi. Dengan demikian, hanya
badan usaha yang memiliki sertifikat tersebut yang diizinkan untuk bekerja di bidang usaha
jasa konstruksi.
Berkenaan dengan izin usaha jasa konstruksi, telah diatur lebih lanjut dalam Pasal 14
Peraturan Pemerintah Nomor 28 Tahun 2000 tentang Usaha dan Peran Masyarakat Jasa
Konstruksi (PP 28/2000) jo. Peraturan Pemerintah Nomor 4 Tahun 2010 tentang Perubahan
atas PP 28/2000 (PP 4/2010) dan Keputusan Menteri Permukiman dan Prasarana Wilayah
Nomor 369/KPTS/M/2001 tentang Pedoman Pemberian Izin Usaha Jasa Konstruksi
Nasional.
Pengaturan hubungan kerja konstruksi antara pengguna jasa dan penyedia jasa harus
dituangkan dalam kontrak kerja konstruksi. Suatu kontrak kerja konstruksi dibuat dalam
bahasa Indonesia dan dalam hal kontrak kerja konstruksi dengan pihak asing, maka dibuat
dalam bahasa Indonesia dan bahasa Inggris.
Suatu kontrak kerja konstruksi sekurang-kurangnya harus mencakup uraian mengenai (i)
para pihak; (ii) rumusan pekerjaan; (iii) masa pertanggungan dan/atau pemeliharaan; (iv)
tenaga ahli; (v) hak dan kewajiban para pihak; (vi) tata cara pembayaran; (vii) cidera janji;
(viii) penyelesaian perselisihan; (ix) pemutusan kontrak kerja konstruksi; (x) keadaan
memaksa (force majeure); (xi) kegagalan bangunan; (xii) perlindungan pekerja; (xiii) aspek
lingkungan. Sehubungan dengan kontrak kerja konstruksi untuk pekerjaan perencanaan,
harus memuat ketentuan tentang hak atas kekayaan intelektual.
Uraian mengenai rumusan pekerjaan meliputi lingkup kerja, nilai pekerjaan, dan batasan
waktu pelaksanaan. Rincian lingkup kerja ini meliputi (a) volume pekerjaan, yakni besaran
pekerjaan yang harus dilaksanakan; (b) persyaratan administrasi, yakni prosedur yang harus
dipenuhi oleh para pihak dalam mengadakan interaksi; (c) persyaratan teknik, yakni
ketentuan keteknikan yang wajib dipenuhi oleh penyedia jasa; (d) pertanggungan atau
jaminan yang merupakan bentuk perlindungan antara lain untuk pelaksanaan pekerjaan,
penerimaan uang muka, kecelakaan bagi tenaga kerja dan masyarakat; (e) laporan hasil
pekerjaan konstruksi, yakni hasil kemajuan pekerjaan yang dituangkan dalam bentuk
dokumen tertulis. Sedangkan, nilai pekerjaan yakni mencakup jumlah besaran biaya yang
akan diterima oleh penyedia jasa untuk pelaksanaan keseluruhan lingkup pekerjaan.
Batasan waktu pelaksanaan adalah jangka waktu untuk menyelesaikan keseluruhan lingkup
pekerjaan termasuk masa pemeliharaan.
6. Peran Pemerintah
Pemerintah juga memiliki peran dalam penyelenggaraan suatu jasa konstruksi, yaitu
melakukan pembinaan jasa konstruksi dalam bentuk pengaturan, pemberdayaan, dan
pengawasan. Pengaturan yang dimaksud dilakukan dengan menerbitkan peraturan
perundang-undangan dan standar-standar teknis. Sedangkan pemberdayaan dilakukan
terhadap usaha jasa konstruksi dan masyarakat untuk menumbuhkembangkan kesadaran
akan hak, kewajiban, dan perannya dalam pelaksanaan jasa konstruksi. Selanjutnya,
mengenai pengawasan, dilakukan terhadap penyelenggaraan pekerjaan konstruksi untuk
menjamin terwujudnya ketertiban jasa konstruksi sesuai dengan peraturan perundang-
undangan yang berlaku. Pembinaan ini dapat dilakukan bersama-sama dengan masyarakat
jasa konstruksi. Pembinaan jasa konstruksi ini diatur lebih lanjut dalam Peraturan
Pemerintah Nomor 30 Tahun 2000 tentang Penyelenggaraan Pembinaan Jasa Konstruksi.
7. Gugatan Masyarakat
Pada proses pelaksanaan pengadaan barang dan jasa konstruksi, sangat diperlukan
adanya ketertiban antara pengguna dan penyedia Barang dan jasa dalam mengikuti dan
menaati prosedur pelaksanaan suatu pelelangan. Kejadian-kejadian dalam bidang jasa
konstruksi yang terjadi dimasa sekarang memperlihatkan adanya kelemahan dan
permasalahan sebelum pelaksanaan konstruksi . Contoh kasus pada bagaimana proses
pelaksanaan pengadaan barang dan jasa konstruksi khusus pada pelelangan terbatas yang
kerap kali telah menyimpang dari prosedur, dimana terlihat adanya kecerendungan untuk
melakukan praktek kecurangan, Korupsi, Kolusi , dan Nepotisme (KKN) dalam suatu proses
pelelangan,diantaranya :
PENUTUP
A. KESIMPULAN
1. Proses pelaksanaan pengadaan barang jasa konstruksi dapatlah berjalan
dengan efektif bila didukung dengan adanya suatu hubungan kerja sama
(Coordinating) yang terkontrol diantara pihak-pihak yang terlibat didalam
suatu proyek.
2. Proses Kegiatan yang dilakukan oleh manusia bertolak pada salah satu
prasarana penunjang dalam hal komponen fisik bangunan untuk dapat
mengerjakan serta mengembangkan berbagai usahanya.
3. RMP merupakan bagian yang sangat penting dalam penerapan sistem
manajemen mutu, dimana RMP dokumen perencanaan yang harus dibuat
sebelum proses realisasi penyelenggaraan proyek dengan tujuan
memberikan kepastian jaminan mutu (quality assurance) atas konsistensi
proses dan produk yang akan dihasilkan.
B. SARAN
Mata kuliah aspek hukum dan integritas anti korupsi dalam
pembangunan sangat membantu mahasiswa dalam mengenal dunia jasa
konstuksi terutama dalam bidang pengadaan barang dan jasa sebagai mahasiswa
tentunya penulis sangat mengharapkan adanya studi lapangan baik pada suatu
institusi, lembaga maupun proyek guna memperdalam pengetahuan dan siap bila
nantinya terjun dalam dunia jasa konstruksi.
DAFTAR PUSTAKA
http://indraadnan92.blogspot.com/2011/08/aspek-hukum-dalam-konstruksi.html
http://www.academia.edu/3097183/KORUPSI_MEMPENGARUHI_PEMBANGUNAN_EKON
OMI_DI_INDONESIA
http://septiantoni.files.wordpress.com/2011/07/aspek-hukum-pembangunan4.pptx