Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH ASPEK HUKUM DALAM PEMBANGUNAN

“ASPEK HUKUM DALAM BIDANG KONTRUKSI”

DISUSUN OLEH:

NAMA : YANNUAR

NIM : 21630091

PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL

FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS DAYANU IKHSANUDDIN

2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa. Atas rahmat dan hidayah-Nya, penulis
dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul “Agregat Kasar & Agregat Halus” dengan
tepat waktu.

Makalah disusun untuk memenuhi tugas dan untuk menambah wawasan mengenai
Agregat Kasar & Agregat Halus bagi para pembaca dan juga bagi penulis.

Penulis mengucapkan terima kasih kepada Dosen selaku pembimbing. Ucapan terima
kasih juga disampaikan kepada semua pihak yang telah membantu diselesaikannya makalah
ini.

Penulis menyadari makalah ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh sebab itu, saran
dan kritik yang membangun diharapkan demi kesempurnaan makalah ini.

Baubau, 24 April 2023

Penyusun
BAB I
PENDAHULUAN

1. Latar Belakang
Proses Kegiatan yang dilakukan oleh manusia bertolak pada salah satu prasarana
penunjang dalam hal komponen fisik bangunan untuk dapat mengerjakan serta
mengembangkan berbagai usahanya. Hingga saat ini kita dapat melihat bahwa
pembangunan disegala bidang sedang giat-giatnya dilaksanakan baik proyek fisik berupa
gedung, rumah, dsb maupun berupa nonfisik berupa fasilitas-fasilitas umum. Dari
pelaksanaan proyek tersebut banyak tujuan (Goal Setting) yang dapat dicapai, namun harus
kita akui juga, bahwa ada banyak proyek-proyek yang tidak berhasil bahkan gagal sama
sekali. Kegagalan suatu proyek dapat dilihat dengan adanya proyek-proyek yang terlambat
penyelesaiannya baik ditinjau dari segi waktu (time), biaya (Cost), dan mutu hasil
pengerjaan (Quality Project), atau dalam hal lain dikarenakan tidak berfungsinya suatu
bangunan sebagaimana awalnya perencanaannya (baik karena perubahan lingkungan,
orang-orang yang terlibat, dsb), dan juga buruknya bangunan yang rusak dalam waktu yang
relatif singkat (tidak mencapai umur rencana) setelah proyek selesai dikerjakan, hal ini
tentunya memberi dampak pada pemborosan dana pembangunan.

Tingkat keberhasilan ataupun kegagalan suatu proyek akan banyak ditentukan oleh
pihak-pihak yang terkait secara tidak langsung (Dalam hal ini bisa pemilik proyek, badan
swasta, dan pemerintah) maupun secara langsung yang dalam hal ini, yaitu Penyedia
barang dan jasa (Kontraktor Pelaksana, Konsultan perencana, Konsultan pengawas) dalam
suatu siklus/ tahapan manajemen meliputi Perencanaan (Planning), Pengorganisasian
(Organizing), Pengisian staff (Staffing), pengarahan (Directing), pelaksanaan, pengendalian
(controling), dan pengawasan (supervising).

Proses pelaksanaan suatu proyek perlu melihat pada bagaimana suatu proyek
pembangunan tersebut dapat dikerjakan secara efektif dan efisien dalam pencapaian suatu
kebutuhan. Pengerjaan secara efektif dimaksudkan bahwa perlu adanya pengaktifan
semaksimal mungkin sumber daya yang ada (bahan, peralatan, material, dan pekerja), dan
efisien dimaksudkan untuk meminimalkan segala biaya yang diperlukan untuk suatu proyek.

2. Rumusan Masalah
Bertolak dari permasalahan yang terjadi diatas, maka kami menyadari perlu untuk
mengindentifikasi masalah yang ada. Secara garis besar pokok pembahasan yang
dimasukkan dalam rumusan masalah yaitu sebagai berikut :
 Apa penyebab terjadinya langganan pemenang, tender arisan, tender dengan
tekanan serta kelemahan dan kebaikannya.
 Bagaimana cara menghilangkan praktek korupsi, kolusi, dan nepotisme (KKN)
pada suatu proses pelelangan.

3. Tujuan
Berdasarkan rumusan masalah di atas, tujuan dari penulisan makalah ini
adalah mengetahui pelaksanaan pengadaan barang dan jasa konstruksi sesuai
prosedur hukum.
BAB II

DASAR TEORI
Secara garis besar proses ini dapat berjalan dengan baik, jika pihak pelaksana proyek
dapat memaksimalkan segala perihal yang mendukung pengerjaan tersebut, serta adanya
hubungan kerja yang baik dengan fungsi-fungsi kerja yang lain. Pelaksanaan suatu proyek
selalu didasari pada suatu kontrak kerja. dimana sebelumnya suatu suatu proses Pra
kontrak. Kegiatan pra kontrak meliputi segala proses persiapan dan pelaksanaan
pengadaan jasa konstruksi (Tender) baik melalui Pelelangan umum dan pelelangan
terbatas.

Globalisasi perdagangan bebas telah mengkaitkan, bahwa setiap kegiatan yang


menjadi komoditi transaksi dalam perdagangan antar individu, antar regional dan antar
negara harus menggunakan standar mutu, baik standar mutu produk, standar sistem,
standar proses maupun standar keselamatan, standar kesehatan, standar keamanan,
standar lingkungan dan lain-lainnya. Yang harus diatur dan ditetapkan dalam peraturan
perundang-undangan nasional yang mengacu pada standar internasional yang ada.
Komoditi produk yang diperdagangkan harus mencapai standar mutu yang telah disepakati
bersama oleh semua pihak dan masyarakat dunia. Barang siapa yang tidak mampu
memenuhi standar mutu tersebut tidak akan mampu bersaing, bahkan tidak akan dibeli
orang.

Globalisasi perdagangan ini telah melanda semua sektor, baik sektor produk barang
maupun produk jasa. Tak ketinggalan produk jasa pelayanan konsultan yang dihasilkan atas
dasar interaksi penggunaan pikiran manusia (man braind) sebagai output yang dihasilkan
dari sekelompok orang yang menghasilkan produk jasa konsultan tersebut. Untuk mencapai
mutu produk jasa konsultan yang mampu memuaskan pelanggan, maka setiap badan usaha
konsultan dituntut untuk memiliki kemampuan kompetitif yang berdasarkan pada paradigma
sebagai berikut

1. Pencapaian tingkat harapan pelanggan yang menyangkut kinerja (performance)


konsultan,
2. Peningkatan efisiensi dalam pesaingan (competitifness) diantara para konsultan,
3. Manajemen badan usaha konsultan yang harus bersifat progresif fleksibel,
4. Berorientasi pada kemampuan kompetisi (competitifness oriented), bukan profit oriented.

Peningkatan kinerja konsultan yang secara terus menerus pada zaman kini
merupakan tantangan, mengingat jumlah badan usaha konsultan yang mengikuti
persaingan untuk mendapatkan pekerjaan semakin banyak pula. Dituntut setiap konsultan
harus mampu menekan biaya seefeisien mungkin, sehingga mampu memberikan
penawaran harga yang bersaing, tetapi tetap memberikan jasa sesuai standar, spesifikasi
teknis dan harapan pelanggan yang telah ditetapkan.

Memperhatikan kondisi yang menuju efisiensi tersebut, maka setiap badan usaha
harus mengubah orientasinya dalam kemampuan bersaing (competitifness oriented) dengan
pandai-pandai memanfaatkan sumber daya seoptimal mungkin. Tidak lagi berorientasi
mendapatkan keuntungan yang sebesar-besarnya (profit oeriented) yang bakal menjadikan
kalah bersaing, sehingga selalu menemui kesulitan untuk memperoleh pekerjaan. Setiap
pelaku usaha jasa konsultan harus mencermati kondisi akibat globalisasi ini.

Jasa konstruksi mempunyai peranan penting dan strategis dalam pencapaian


berbagai sasaran guna menunjang terwujudnya tujuan pembangunan nasional, di mana
pembangunan nasional bertujuan untuk mewujudkan masyarakat adil dan makmur yang
merata material dan spiritual berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945.
Untuk itu, dirasakan perlu pengaturan secara rinci dan jelas mengenai jasa konstruksi, yang
kemudian dituangkan dalam di dalam Undang-Undang Nomor 18 Tahun 1999 tentang Jasa
Konstruksi (UU Jasa Konstruksi).

1. Jasa Konstruksi Secara Umum

Jasa Konstruksi adalah layanan jasa konsultasi perencanaan pekerjaan konstruksi,


layanan jasa pelaksanaan pekerjaan konstruksi, dan layanan jasa konsultasi pengawasan
pekerjaan konstruksi. Para pihak dalam suatu pekerjaan konstruksi terdiri dari pengguna
jasa dan penyedia jasa. Pengguna jasa dan penyedia jasa dapat merupakan orang
perseorangan atau badan usaha baik yang berbentuk badan hukum maupun yang bukan
berbentuk badan hukum. Penyedia jasa konstruksi yang merupakan perseorangan hanya
dapat melaksanakan pekerjaan konstruksi yang berisiko kecil, yang berteknologi sederhana,
dan yang berbiaya kecil. Sedangkan pekerjaan konstruksi yang berisiko besar dan/atau
yang berteknologi tinggi dan/atau yang berbiaya besar hanya dapat dilakukan oleh badan
usaha yang berbentuk perseroan terbatas atau badan usaha asing yang dipersamakan.

2. Perizinan Bagi Penyedia Jasa Konstruksi

Penyedia jasa konstruksi yang berbentuk badan usaha harus (i) memenuhi
ketentuan perizinan usaha di bidang jasa konstruksi dan (ii) memiliki sertifikat, klasifikasi,
dan kualifikasi perusahaan jasa konstruksi. Standar klasifikasi dan kualifikasi keahlian kerja
adalah pengakuan tingkat keahlian kerja setiap badan usaha baik nasional maupun asing
yang bekerja di bidang usaha jasa konstruksi. Pengakuan tersebut diperoleh melalui ujian
yang dilakukan oleh badan/lembaga yang bertugas untuk melaksanakan tugas-tugas
tersebut. Proses untuk mendapatkan pengakuan tersebut dilakukan melalui kegiatan
registrasi, yang meliputi klasifikasi, kualifikasi, dan sertifikasi. Dengan demikian, hanya
badan usaha yang memiliki sertifikat tersebut yang diizinkan untuk bekerja di bidang usaha
jasa konstruksi.

Berkenaan dengan izin usaha jasa konstruksi, telah diatur lebih lanjut dalam Pasal 14
Peraturan Pemerintah Nomor 28 Tahun 2000 tentang Usaha dan Peran Masyarakat Jasa
Konstruksi (PP 28/2000) jo. Peraturan Pemerintah Nomor 4 Tahun 2010 tentang Perubahan
atas PP 28/2000 (PP 4/2010) dan Keputusan Menteri Permukiman dan Prasarana Wilayah
Nomor 369/KPTS/M/2001 tentang Pedoman Pemberian Izin Usaha Jasa Konstruksi
Nasional.

3. Pengikatan Suatu Pekerjaan Konstruksi

Pengikatan dalam hubungan kerja jasa konstruksi dilakukan berdasarkan prinsip


persaingan yang sehat melalui pemilihan penyedia jasa dengan cara pelelangan umum atau
terbatas, dan dalam keadaan tertentu, penetapan penyedia jasa dapat dilakukan dengan
cara pemilihan langsung atau penunjukkan langsung. Pemilihan penyedia jasa harus
mempertimbangkan kesesuaian bidang, keseimbangan antara kemampuan dan beban
kerja, serta kinerja penyedia jasa. Badan-badan usaha yang dimilki oleh satu atau kelompok
orang yang sama atau berada pada kepengurusan yang sama tidak boleh mengikuti
pelelangan untuk satu pekerjaan konstruksi secara bersamaan. Berkenaan dengan tata cara
pemilihan penyedia jasa ini, telah diatur lebih lanjut dalam Peraturan Pemerintah Nomor 29
Tahun 2000 tentang Penyelenggaraan Jasa Konstruksi (PP 29/2000) jo. Peraturan
Pemerintah Nomor 59 Tahun 2010 tentang Perubahan atas PP 29/2000.

4. Kontrak Kerja Konstruksi

Pengaturan hubungan kerja konstruksi antara pengguna jasa dan penyedia jasa harus
dituangkan dalam kontrak kerja konstruksi. Suatu kontrak kerja konstruksi dibuat dalam
bahasa Indonesia dan dalam hal kontrak kerja konstruksi dengan pihak asing, maka dibuat
dalam bahasa Indonesia dan bahasa Inggris.

Suatu kontrak kerja konstruksi sekurang-kurangnya harus mencakup uraian mengenai (i)
para pihak; (ii) rumusan pekerjaan; (iii) masa pertanggungan dan/atau pemeliharaan; (iv)
tenaga ahli; (v) hak dan kewajiban para pihak; (vi) tata cara pembayaran; (vii) cidera janji;
(viii) penyelesaian perselisihan; (ix) pemutusan kontrak kerja konstruksi; (x) keadaan
memaksa (force majeure); (xi) kegagalan bangunan; (xii) perlindungan pekerja; (xiii) aspek
lingkungan. Sehubungan dengan kontrak kerja konstruksi untuk pekerjaan perencanaan,
harus memuat ketentuan tentang hak atas kekayaan intelektual.

Uraian mengenai rumusan pekerjaan meliputi lingkup kerja, nilai pekerjaan, dan batasan
waktu pelaksanaan. Rincian lingkup kerja ini meliputi (a) volume pekerjaan, yakni besaran
pekerjaan yang harus dilaksanakan; (b) persyaratan administrasi, yakni prosedur yang harus
dipenuhi oleh para pihak dalam mengadakan interaksi; (c) persyaratan teknik, yakni
ketentuan keteknikan yang wajib dipenuhi oleh penyedia jasa; (d) pertanggungan atau
jaminan yang merupakan bentuk perlindungan antara lain untuk pelaksanaan pekerjaan,
penerimaan uang muka, kecelakaan bagi tenaga kerja dan masyarakat; (e) laporan hasil
pekerjaan konstruksi, yakni hasil kemajuan pekerjaan yang dituangkan dalam bentuk
dokumen tertulis. Sedangkan, nilai pekerjaan yakni mencakup jumlah besaran biaya yang
akan diterima oleh penyedia jasa untuk pelaksanaan keseluruhan lingkup pekerjaan.
Batasan waktu pelaksanaan adalah jangka waktu untuk menyelesaikan keseluruhan lingkup
pekerjaan termasuk masa pemeliharaan.

5. Peran Masyarakat dan Masyarakat Jasa Konstruksi

Masyarakat juga memiliki peran dalam suatu penyelenggaraan pekerjaan jasa


konstruksi, diantaranya untuk (i) melakukan pengawasan untuk mewujudkan tertib
pelaksanaan jasa konstruksi; (ii) memperoleh penggantian yang layak atas kerugian yang
dialami secara langsung sebagai akibat penyelenggaraan konstruksi; (iii) menjaga ketertiban
dan memenuhi ketentuan yang berlaku di bidang pelaksanaan jasa konstruksi; (iv) turut
mencegah terjadinya pekerjaan konstruksi yang membahayakan kepentingan umum.

Masyarakat jasa konstruksi merupakan bagian dari masyarakat yang mempunyai


kepentingan dan/atau kegiatan yang berhubungan dengan usaha dan pekerjaan jasa
konstruksi. Masyarakat jasa konstruksi ini diselenggarakan melalui suatu forum jasa
konstruksi yang dilakukan oleh suatu lembaga yang independen dan mandiri. Forum ini
bersifat mandiri dan memiliki serta menjunjung tinggi kode etik profesi. Peran masyarakat
jasa konstruksi ini diatur lebih lanjut dalam PP 4/2010.

6. Peran Pemerintah

Pemerintah juga memiliki peran dalam penyelenggaraan suatu jasa konstruksi, yaitu
melakukan pembinaan jasa konstruksi dalam bentuk pengaturan, pemberdayaan, dan
pengawasan. Pengaturan yang dimaksud dilakukan dengan menerbitkan peraturan
perundang-undangan dan standar-standar teknis. Sedangkan pemberdayaan dilakukan
terhadap usaha jasa konstruksi dan masyarakat untuk menumbuhkembangkan kesadaran
akan hak, kewajiban, dan perannya dalam pelaksanaan jasa konstruksi. Selanjutnya,
mengenai pengawasan, dilakukan terhadap penyelenggaraan pekerjaan konstruksi untuk
menjamin terwujudnya ketertiban jasa konstruksi sesuai dengan peraturan perundang-
undangan yang berlaku. Pembinaan ini dapat dilakukan bersama-sama dengan masyarakat
jasa konstruksi. Pembinaan jasa konstruksi ini diatur lebih lanjut dalam Peraturan
Pemerintah Nomor 30 Tahun 2000 tentang Penyelenggaraan Pembinaan Jasa Konstruksi.

7. Gugatan Masyarakat

Dalam suatu penyelenggaraan usaha jasa konstruksi, terdapat kemungkinan bahwa


masyarakat mengalami kerugian sebagai akibat dari penyelenggaraan pekerjaan konstruksi
tersebut. Karena itulah, masyarakat memiliki hak mengajukan gugatan perwakilan. Yang
dimaksud dengan hak mengajukan gugatan perwakilan adalah hak kelompok kecil
masyarakat untuk bertindak mewakili masyarakat dalam jumlah besar yang dirugikan atas
dasar kesamaan permasalahan, faktor hukum dan ketentuan yang ditimbulkan karena
kerugian atau gangguan sebagai akibat dari kegiatan penyelenggaraan pekerjaan
konstruksi.
8. Sanksi

Sanksi administratif yang dapat dikenakan atas pelanggaran UU Jasa Konstruksi


adalah berupa :

(i) peringatan tertulis;


(ii) penghentian sementara pekerjaan konstruksi;
(iii) pembatasan kegiatan usaha dan/atau profesi;
(iv) larangan sementara penggunaan hasil pekerjaan konstruksi (khusus bagi pengguna
jasa);
(v) pembekuan izin usaha dan/atau profesi; dan
(vi) pencabutan izin usaha dan/atau profesi. Selain sanksi administratif tersebut,
penyelenggara pekerjaan konstruksi dapat dikenakan denda paling banyak sebesar
10% (sepuluh per seratus) dari nilai kontrak atau pidana penjara paling lama 5 (lima)
tahun.

Pada proses pelaksanaan pengadaan barang dan jasa konstruksi, sangat diperlukan
adanya ketertiban antara pengguna dan penyedia Barang dan jasa dalam mengikuti dan
menaati prosedur pelaksanaan suatu pelelangan. Kejadian-kejadian dalam bidang jasa
konstruksi yang terjadi dimasa sekarang memperlihatkan adanya kelemahan dan
permasalahan sebelum pelaksanaan konstruksi . Contoh kasus pada bagaimana proses
pelaksanaan pengadaan barang dan jasa konstruksi khusus pada pelelangan terbatas yang
kerap kali telah menyimpang dari prosedur, dimana terlihat adanya kecerendungan untuk
melakukan praktek kecurangan, Korupsi, Kolusi , dan Nepotisme (KKN) dalam suatu proses
pelelangan,diantaranya :

o Langganan pemenang dari waktu- kewaktu.


o Tender arisan diantara peserta lelang.
o Pelaksanaan tender dengan tekanan.

A. Beberapa Pengertian Awal


Pemilik Proyek adalah Pemerintah Republik Indonesia yang diwakili Pemerintah
daerah propinsi Dati I Sulawesi Tengah.
Pemimpin Proyek adalah pejabat yang ditunjuk dengan surat keputusan Gubernur
Kepala Daerah Tingkat I Sulawesi Tengah, yang mewakili dan bertindak untuk dan
atas nama Pemerintah daerah tingkat I, untuk mengendalikan pekerjaan yang
tercantum dalam dokumen kontrak.
Proyek adalah suatu rangkaian kegiatan yang menggunakan berbagai sumber daya
yang dibatasi dimensi waktu dan biaya untuk mewujudkan gagasan serta tujuan
yang telah ditetapkan.
Peserta lelang adalah rekanan yang bergerak dalam bidang jasa pemborongan,
yang berhak mengikuti dan hadir pada saat pelelangan.
Rekanan adalah badan hukum yang bergerak dalam bidang jasa konstruksi yang
berhak mengikuti prakualifikasi dan pelelangan.
Kontraktor adalah badan hukum yang mengajukan penawaran harga pekerjaan
yang telah ditunjuk oleh pemilik atau pemimpin proyek dan telah menandatangani
kontrak untuk melaksanakan pekerjaan.
Kontrak adalah suatu perikatan yang dituangkan dalam perjanjian tertulis dan isi
kontrak telah disepakati oleh pemberi kerja dan mitra kerja, setelah ditanda tangani
merupakan hukum bagi kedua belah pihak yang menandatangani.
Dokumen kontrak adalah suatu dokumen yang memuat persyaratan-persyaratan
dan ketentuan-ketentuan yang harus dipenuhi untuk melaksanakan pekerjaan yang
diperjanjikan, sesuai dengan dokumen pengadaannya.
Dokumen Pengadaan adalah suatu dokumen yang memuat persyaratan-
persyaratan dan ketentuan-ketentuan yang harus dipenuhi untuk melaksanakan
pekerjaan yang terdiri dari :
a) Rencana kerja dan syarat-syarat (RKS)
b) Gambar-gambar pekerjaan
c) Perubahan-perubahan RKS dan gambar-gambar pekerjaan
d) Berita acara penjelasan pekerjaan dan peninjauan lapangan berupa
perubahan-perubahannya.
Dokumen Pelelangan adalah dokumen pengadaan yang digunakan dalam suatu
pelelangan pekerjaan yang diterbitkan oleh pemilik.
Penawar adalah peserta lelang yang telah diundang oleh pemilik untuk mengajukan
penawaran berdasarkan ketentuan pelelangan yang berlaku.
Engginer’s Estimate (EE) atau Estimasi Perencanaan adalah perkiraan biaya
pekerjaan proyek / bagian proyek yang dibuat oleh perencana dan atau konsultan.
Owner’s Estimate (OE) atau estimasi pemilik adalah perkiraan biaya pekerjaan
proyek / bagian proyek yang dibuat oleh panitia yang merupakan peninjauan kembali
Engineer’s Estimate (EE) disahkan oleh pemimpin proyek.
Kolusi adalah persengkongkolan antara pihak yang kuasa dengan pihak yang
berkepentingan, atau sejenis dengan maksud saling menguntungkan, yang berakibat
merugikan negara dan / atau masyarakat.
Korupsi adalah tindak pidana menurut undang-undang nomor 3 tahun 1991
melakukan perbuatan memperkaya diri sendiri atau orang lain atau suatu badan
dengan menyalahgunakan wewenang, kesempatan atau sarana yang ada padanya
karena jabatan atau kedudukan yang secara langsung atau tidak langsung dapat
merugikan keuangan negara dan atau perekonomian negara.
Nepotisme adalah Kecenderungan untuk mengutamakan serta menguntungkan
sanak saudara sendiri.
Pelelangan umum adalah pelelangan yang dilakukan secara terbuka dengan
pengumuman secara luas melalui media massa, media cetak, dan papan
pengumuman resmi untuk penerangan umum sehingga masyarakat luar dunia usaha
yang berminat dan memenuhi kualifikasi dapat mengikutinya.
Pelelangan terbatas adalah pelelangan untuk pekerjaan tertentu yang diikuti oleh
sekurang-kurangnya lima rekanan yang tercantum dalam daftar rekanan terseleksi
(DRT) yang dipilih diantara rekanan yang tercatat dalam daftar rekanan mampu
(DRM) sesuai dengan bidang usaha atau ruang lingkupnya atau kualifikasi
kemampuannya dengan pengumuman secara luas, melalui media massa, media
cetak dan papan pengumuman resmi untuk penerangan umum sehingga masyarakat
luas dunia usaha dapat mengetahuinya.
Pemilihan langsung adalah pelaksanaan pengadaan barang dan jasa tanpa melalui
pelelangan umum atau pelelangan terbatas yang dilakukan dengan membandingkan
sekurang-kurangnya 3 penawar dan melakukan negoisasi, baik treknis maupun
harga, sehingga diperoleh harga yang wajar dan teknis yang dapat
dipertanggungjawabkan dari rekanan yang tercatat dalam daftar rekanan mampu
(DRM), sesuai bidang usaha, ruang lingkupnya, atau kualifikasi kemampuannya.
Pengadaan langsung adalah pelaksanaan pengadaan barang dan jasa yang
dilakukan diantara rekanan golongan ekonomi lemah tanpa melalui pelelangan
umum atau pelelangan terbatas atau langsung.

B. Indikator kelemahan atau permasalahan dalam proses pelelangan


Proses pelaksanaan suatu proyek konstruksi dapatlah berjalan dengan efektif bila
didukung dengan adanya suatu hubungan kerja sama (Coordinating) yang terkontrol
diantara pihak-pihak yang terlibat didalam suatu proyek. Oleh sebab itu,sebelum
dilaksanakannya suatu proyek konstruksi perlu dilakukannya proses pengadaan barang dan
jasa konstruksi yang nantinya akan bertugas didalam melaksanakan dan menyelesaikan
konstruksi bangunan dilapangan. Untuk menunjang ketepatan didalam mengambil
keputusan pemenang dalam suatu pelelangan, diperlukan peninjauan secara objektif dan
transparan baik dari segi kelengkapan surat-surat maupun penawaran yang dilakukan oleh
pihak penyedia barang dan jasa konstruksi.
Pada masa yang terjadi sekarang ini, kita dapat melihat bagaimana proses pelaksanaan
konstruksi yang dijalankan oleh pihak-pihak terkait. Khusus pada batasan ini kita melihat
perihal proses pelelangan yang kerap kali menjadi masalah, akibat adanya kelemahan
dalam prosedur pelaksanaan pengaadaan barang dan jasa konstruksi.

C. Rencana Mutu Proyek (RMP)


Rencana Mutu Proyek (RMP) menjadikan bagian yang amat penting dalam kegiatan
Satuan Kerja di lingkungan Departemen PU, sebagai amanat Kepmen PU No.
362/KPTS/M2004 tentang Penerapan Sistem Manajemen Mutu di Lingkungan Departemen
PU Sebagaimana yang didefinisikan dalam standar SNI 19-9000:2001, bahwa proyek
adalah suatu proses yang unik terdiri dari suatu set kegiatan yang terkoordinasi dan
terkendali, mempunyai batasan oleh waktu (dari saat awal hingga akhir) untuk mencapai
suatu tujuan sesuai persyaratan tertentu dengan pengelolaan yang sangat dipengaruhi oleh
adanya kendala waktu, biaya dan sumber daya. Dengan demikian proses penyelenggaraan
proyek harus dilaksanakan secara efektif, maka diperlukan adanya Rencana Mutu Proyek
atau RMP. Dokumentasi RMP merupakan salah satu bukti otentik yang sangat penting
dalam sistem manajemen mutu penyelenggaraan proyek.
RMP merupakan bagian yang sangat penting dalam penerapan sistem manajemen
mutu, dimana RMP dokumen perencanaan yang harus dibuat sebelum proses realisasi
penyelenggaraan proyek dengan tujuan memberikan kepastian jaminan mutu (quality
assurance) atas konsistensi proses dan produk yang akan dihasilkan. RMP tidak terlepas
dari tahapan proses pengadaan oleh Satuan Kerja pada Instansi Pengguna Jasa, yang
meliputi proses sejak dari tahap prakualifikasi, tender, penunjukkan pemenang,
penandatanganan kontrak hingga perintah mulai kerja.
Dapat dikatakan bahwa, RMP adalah dokumen yang menetapkan proses-proses sistem
manajemen mutu, termasuk proses realisasi produk dan sumber daya yang digunakan untuk
produk, proyek atau kontrak yang spesifik.
Manfaat RMP bagi Pimpinan Satuan Kerja adalah sebagai panduan untuk
memantau, mengukur dan mengendalikan kinerja penyelenggaraan proyek, disamping
menjadi kerangka bagi pengendalian penyediaan sumber daya, pencapaian mutu produk
sesuai spesifikasi dan peningkatan kepuasan pelanggan dan masyarakat pengguna. RMP
merupakan tolak ukur bagi pelaksanaan proyek dalam rangka mencapai kinerja proyek
setiap waktu, dan apabila selama penyelenggaraan proyek terjadi penyimpangan akan
segera diketahui secara dini, tanpa harus menderita kecacatan produk yang baru diketahui
pada saat akhir proyek yang menjadikan pemborosan atau kerugian yang besar.
Sedangkan bagi para pelaksana di lapangan, RMP merupakan panduan selama
kegiatan proyek di lapangan agar proses tetap konsisten dalam upaya pencapaian mutu
produk sesuai kriteria keberterimaannya dan harus selalu dalam kondisi terkendali terhadap
kendala waktu, biaya dan sumber daya yang diperlukan untuk mencapai mutu sesuai
spesifikasi dan persyaratan yang ditetapkan. Pemeriksaan keberterimaan setiap tahapan
proses harus sudah direncanakan dalam RMP dengan maksud untuk menjamin bahwa
efektifitas pencapaian keberterimaan setiap tahapan telah sesuai sehingga menghasilkan
produk bermutu tanpa cacat.
RMP harus selalu dikomunikasikan kepada semua personil yang terlibat dalam
penyelenggaraan proyek, terutama yang bertanggung jawab dalam pencapaian mutu
produk di proyek.
Dalam suatu penyelenggaraan proyek dapat terjadi keterlibatan beberapa pihak
yang berinteraksi satu sama lain bergantung pada peran penugasan masing-masing dan
mereka harus bekerja sama dengan baik dan berkesinambungan dengan kemampuan dan
kompetensi masing-masing pihak yang saling mendukung untuk menjajikan produk yang
memenuhi spesifikasi. Pengguna Jasa harus tetap mendapatkan jaminan mutu (quality
assurance) sebagai pihak yang memesan produk dan jasa dari proyek yang
diselenggarakan oleh Penyedia Jasa. Penyedia Jasa harus mampu meyakinkan Pengguna
Jasa bahwa produk dan jasa yang akan diserahkan mampu mencapai spesifikasi dan
persyaratan lainnya untuk mencapai kepuasan pelanggan atau Pengguna Jasa..
Menyusun RMP harus memperhatikan kaidah dan substansi yang dipersyaratkan
dalam sistem manajemen mutu, agar RMP tersebut dapat diterapkan sesuai dengan tujuan
pencapaian proses kerja yang konsisten untuk menghasilkan produk yang bermutu. RMP
merupakan dokumentasi perencanaan proyek yang harus menjadi suatu keputusan yang
strategis Pimpinan Satuan Kerja pada Instansi Pengguna Jasa yang menyangkut kebutuhan
akan :
a. Rencana pengendalian mutu setiap tahapan proses untuk mendapatkan mutu
produk yang memenuhi kepuasan pelanggan. da pelak
b. Tuntutan pengguna jasa (atasan) terhadap penyajian mutu produk melalui proses
yang terencana dan terkendali selama penyelenggaraan proyek.
c. Harapan masyarakat yang memanfaatkan hasil proyek terhadap konsistensi fungsi
dan manfaat yang sesuai keperluannya.
d. Kompetisi persaingan usaha semakin ketat, menjadikan sistem manajemen mutu
merupakan kebutuhan dalam setiap proyek jasa konstruksi.
BAB III

PENUTUP

A. KESIMPULAN
1. Proses pelaksanaan pengadaan barang jasa konstruksi dapatlah berjalan
dengan efektif bila didukung dengan adanya suatu hubungan kerja sama
(Coordinating) yang terkontrol diantara pihak-pihak yang terlibat didalam
suatu proyek.
2. Proses Kegiatan yang dilakukan oleh manusia bertolak pada salah satu
prasarana penunjang dalam hal komponen fisik bangunan untuk dapat
mengerjakan serta mengembangkan berbagai usahanya.
3. RMP merupakan bagian yang sangat penting dalam penerapan sistem
manajemen mutu, dimana RMP dokumen perencanaan yang harus dibuat
sebelum proses realisasi penyelenggaraan proyek dengan tujuan
memberikan kepastian jaminan mutu (quality assurance) atas konsistensi
proses dan produk yang akan dihasilkan.

B. SARAN
Mata kuliah aspek hukum dan integritas anti korupsi dalam
pembangunan sangat membantu mahasiswa dalam mengenal dunia jasa
konstuksi terutama dalam bidang pengadaan barang dan jasa sebagai mahasiswa
tentunya penulis sangat mengharapkan adanya studi lapangan baik pada suatu
institusi, lembaga maupun proyek guna memperdalam pengetahuan dan siap bila
nantinya terjun dalam dunia jasa konstruksi.
DAFTAR PUSTAKA

http://indraadnan92.blogspot.com/2011/08/aspek-hukum-dalam-konstruksi.html

http://www.academia.edu/3097183/KORUPSI_MEMPENGARUHI_PEMBANGUNAN_EKON
OMI_DI_INDONESIA

http://septiantoni.files.wordpress.com/2011/07/aspek-hukum-pembangunan4.pptx

Anda mungkin juga menyukai