Anda di halaman 1dari 12

MAKALAH ETIKA PROFESI

DAN ASPEK HUKUM

i
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, segala puji dan syukur kepada Allah SWT, karena atas berkat rahmat dan
karunia-Nya semata, makalah mata kuliah Etika Profesi dan Aspek Hukum ini dapat
diselesaikan. Sholawat besertakan salam kita curahkan kepada suritauladan mulia, Baginda Nabi
Besar Muhammad SAW yang telah membawa kita dari zaman jahiliyah ke zaman Islamiyah.

Penulisan makalah ini dimaksudkan untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Etika
Profesi dan Aspek. Adapun isi dari makalah ini akan menjelaskan tentang“Aspek Hukum”.
Kemudian penyusun berterimakasih kepada Bapak Zulfikar, M.Si., M.T. selaku dosen mata
kuliah Aspek Hukum yang telah memberikan arahan serta bimbingan, dan juga kepada semua
pihak yang telah membantu baik langsung maupun tidak langsung dalam penulisan makalah ini.

Penyusun menyadari makalah ini masih jauhdari kata sempurna. Hal ini semata-mata
karena keterbatasan kemampuan penyusun sendiri. Oleh karena itu, sangatlah penyusun
harapkan saran dan kritik yang positif dan membangun dari semua pihak agar makalah ini
menjadi lebih baik dan berdaya guna di masa yang akan datang.

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR......................................................................................................................i
DAFTAR ISI...................................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN................................................................................................................1
1.1 Latar Belakang..................................................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah.............................................................................................................1
1.3 Tujuan Penulisan...............................................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN.................................................................................................................3
2.1 Peranan Etika Dalam Profesi Ahli Bangunan Gedung.....................................................3
2.2 Perbedaan Antara Arbitrase Dan Mediasi Dalam Proyek Konstruksi..............................4
2.3 Penyelesaian konflik dalam proyek konstruksi Bangunan Gedung..................................4
2.3.1 Metode Penanganan Konflik.....................................................................................5
2.4 Akibat Dan Konsekuensi Dari Wanprestasi Dalam Proyek Kontruksi.............................6
2.4.1 Penyebab Terjadinya Wanprestasi.............................................................................6
2.4.2 Akibat Hukum Wanprestasi.......................................................................................6
BAB III PENUTUP.........................................................................................................................8
3.1 Kesimpulan.......................................................................................................................8
3.2 Saran..................................................................................................................................8
Daftar Puastaka................................................................................................................................9

iii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Proyek konstruksi merupakan suatu rangkaian kerja yang hanya satu kali dilaksanakan
dan umumnya berjangka waktu pendek, dengan sumber daya terbatas untuk melaksanakan suatu
tugas yang telah ditentukan berupa pembangunan. Sumber daya pada proyek konstruksi
diantaranya berupa tenaga kerja, peralatan, material, metode dan finansial. Finansial berperan
penting dalam pengerjaan suatu proyek konstruksi karena dapat mempengaruhi berjalan atau
tidaknya suatu proyek. Sebelum pelaksanaan konstruksi berjalan, biasanya dimulai dengan
penyusunan rencana kerja waktu kegiatan yang disesuaikan dengan metode konstruksi yang
akan digunakan agar tercapai kinerja yang maksimal.

Kinerja pada proyek konstruksi memiliki pengertian yang beranekaragam berkaitan


dengan aspek ekonomi, kesejahteraan, teknologi, dan sumber daya. Kinerja menjadi salah satu
faktor terpenting yang bisa saja menyebabkan kegagalan dalam proyek tersebut. Komponen-
komponen kinerja untuk proyek konstruksi masih bertumpu pada aspek sumber daya yang
meliputi sumber daya manusia (SDM) , teknologi dan biaya beserta sistem pembayarannya.

Konstruksi gedung adalah bangunan yang digunakan sebagai fasilitas umum, misalnya
bangunan institusional, pendidikan, industri ringan (seperti gudang), bangunan komersial, sosial,
dan tempat rekreasi. Pada konstruksi bangunan gedung, baik itu bangunan berlantai satu atau
lebih dari satu (bertingkat) terdapat suatu susunan yang terdiri dari komponen-komponen yang
saling berhubungan antara satu dengan lainnya agar mendapatkan konstruksi yang stabil. Salah
satu komponen pada bangunan gedung bertingkat yaitu pelat lantai. Plat lantai umumnya
dibangun dengan konstruksi beton bertulang.

1.2 Rumusan Masalah

1. Bagaimana peranan etika dalam Profesi Ahli Bangunan Gedung?


2. Bagaimana perbedaan antara Arbitrase dan mediasi dalam proyek konstruksi?
3. Bagaimana ?
4. Apa akibat dan konsekuensi dari wanprestasi dalam proyek kontruksi?

1
1.3 Tujuan Penulisan

1. Memahami bagaimana peranan etika dalam profesi ahli bangunan gedung.


2. Mengetahui perbedaan antara Arbitrase dan Mediasi dalam proyek konstruksi.
3. Dapat menyelesaikan konflik yang terjadi dalam proyek bangunan gedung.
4. Mengetahui akibat dan konsekuensi dari wanprestasi dalam proyek konstruksi.

2
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Peranan Etika Dalam Profesi Ahli Bangunan Gedung

Etika adalah berasal dari kata ethics dari bahasa Yunani yaitu „Ethos“ yang berarti
kebiasaan atau karakter. Dalam etika profesi, sebuah profesi memiliki komitmen moral yang
tinggi yang biasanya dituangkan dalam bentuk aturan khusus yang menjadi pegangan
bagi setiap orang yang mengembangkan profesi yang bersangkutan. Etika profesi
merupakan bagian dari etika sosial yang menyangkut bagaimana mereka harus
menjalankan profesinya secara profesional agar diterima oleh masyarakat. Dengan etika
profesi diharapkan kaum profesional dapat bekerja sebaik mungkin, serta dapat
mempertanggungjawabkan tugas yang dilakukan dari segi tuntutan pekerjaannya.

Dalam profesionalitas pelaku konstruksi bidang sumber daya air harus ditingkatkan
kesadaran terhadap nilai, kepercayaan dan sikap yang mendukung seseorang dalam
melaksanakan tugasnya sesuai dengan jabatan kerja yang dimilikinya, dimana etika dalam
berkarya termasuk pada pelaksanaan kegiatan konstruksi dilapangan; pelaku-pelaku jasa
konstruksi harus tampil dengan sikap moral yang tinggi, untuk dapat menghasilkan pekerjaan
yang sesuai dengan standar dan spesifikasi yang diberikan.

Profesionalisme adalah wujud dari upaya optimal yang dilakukan untuk memenuhi apa-
apa yang telah diucapkan, dengan cara yang tidak merugikan pihakpihak lain, sehingga
tindakannya bisa diterima oleh semua unsur yang terkait. Seseorang insinyur yang memiliki jiwa
profesionalisme senantiasa mendorong dirinya untuk mewujudkan kerja-kerja yang profesional.
Kualitas profesionalisme seorang insinyur didukung oleh ciri-ciri sebagai berikut:

1. Punya keterampilan yang tinggi dalam suatu bidang serta kemahiran dalam
menggunakan peralatan tertentu.
2. Punya ilmu dan pengalaman serta kecerdasan dalam menganalisis suatu masalah
dan peka di dalam membaca situasi cepat dan tepat serta cermat dalam mengambil
keputusan terbaik atas dasar kepekaan.
3. Punya sikap berorientasi ke depan sehingga punya kemampuan mengantisipasi
perkembangan lingkungan yang terbentang di hadapannya.
4. Punya sikap mandiri berdasarkan keyakinan akan kemampuan pribadi serta
terbuka menyimak dan menghargai pendapat orang lain, namun cermat dalam
memilih yang terbaik bagi diri dan perkembangan pribadinya.

3
2.2 Perbedaan Antara Arbitrase Dan Mediasi Dalam Proyek Konstruksi

Arbitrase, merupakan cara penyelesaian sengketa di luar per-adilan, berdasarkan pada


perjanjian arbitrase yang dibuat oleh para pihak, dan dilakukan oleh arbiter yang dipilih dan
diberi kewenangan mengameril keputusan. Arbitrase konstruksi internasional adalah metode
penyelesaian perselisihan pribadi untuk menyelesaikan sengketa konstruksi internasional.

Arbitrase baru bisa dilakukan apabila sengketa konstruksi tidak berhasil diselesaikan
dengan musyawarah, mediasi dan konsiliasi. Sebagai salah satu cara penyelesaian di luar
peradilan, arbitrase dijalankan atas dasar kehendak sendiri dari para pihak yang bersengketa
dalam bentuk perjanjian arbitrase.

Sedangkan mediasi adalah upaya penyelesaian konflik dengan melibatkan pihak ketiga
yang netral, yang tidak memiliki kewenangan mengambil keputusan yang membantu pihak-
pihak yang bersengketa mencapai penyelesaian yang diterima oleh kedua belah pihak.

Sebagai pihak luar, mediator tidak memiliki kewenangan memaksa, tetapi bertemu dan
mempertemukan para pihak yang bersengketa guna mencari masukan pokok perkara. Peran
mediasi ini cukup penting karena harus dapat menciptakan situasi dan kondisi yang kondusif
sehingga para pihak yang besengketa dapat berkompromi dan menghasilkan penyelesaian yang
saling menguntungkan di antara para pihak yang bersengketa. Mediasi juga merupakan salah
satu alternatif penyelesaian sengketa.

Perbedaan antara arbitrase dan mediasi dalam proyek konstruksi adalah, arbitrase metode
penyelesaian perselisihan pribadi untuk menyelesaikan sengketa konstruksi internasional.
Sedangkan mediasi upaya penyelesaian konflik dengan melibatkan pihak ketiga yang netral,
yang tidak memiliki kewenangan mengambil keputusan yang membantu pihak-pihak yang
bersengketa mencapai penyelesaian yang diterima oleh kedua belah pihak.

2.3 Penyelesaian konflik dalam proyek konstruksi Bangunan Gedung

Konflik merupakan kondisi terjadinya ketidakcocokan antar nilai atau tujuan-tujuan yang
ingin dicapai, baik yang ada dalam diri individu maupun dalam hubungannya dengan orang
lain. Dalam setiap proyek konstruksi, di satu sisi perhatian utama kontraktor adalah
menyelesaikan proyek sesuai dengan jadwal yang telah ditentukan dan berusaha untuk dapat
memperoleh keuntungan finansial, sementara di sisi lain owner membutuhkan fasilitas yang baik
dengan harga seekonomis mungkin.

Tujuan dari masing-masing pihak tersebut tampaknya bertentangan dan upaya-upaya dari
masing-masing pihak tersebut dalam mencapai tujuan mereka, mungkin akan mengakibatkan
konflik. Selain itu, dalam organisasi yang dibentuk untuk melaksanakan proyek pembangunan

4
terdiri dari berbagai disiplin ilmu, beragam norma, perilaku dan budaya. Oleh karena itu, sangat
jelas bahwa didalam melaksanakan proyek berada pada lingkungan yang kompetitif yang dapat
menimbulkan ketegangan-ketegangan.

Faktor utama yang menyebabkan konflik dalam konstruksi adalah :

1. Kondisi kontrak
a. Kurangnya kesempurnaan dalam dokumen kontrak,
b. Kegagalan dalam pembayaran,
c. Kondisi psikologi orang dalam proyek konstruksi.
2. Gambar desain yang tidak lengkap
3. Berdamai atau koompromi (compromise)
4. Mendinginkan suasana (smoothing)
5. Menarik diri (withdrawal)

2.3.1 Metode Penanganan Konflik


Ditinjau dari sudut manajerial, metode - metode penaanganan konflik antara lain
(Soeharto, 2001) :

1. Memaksakan kehendak (Forcing)


Forcing berarti memaksakan kehendak atau pandangan dari satu pihak
kepada pihak lain yang sedang terlibat konflik.

2. Mencari upaya pemecahan masalah (problem solfing)


Pemecahan masalah sering juga disebut konfrontasi, karena sifatnya
adalah membicarakan secara terbuka dan langsung berdialog antar pihak
pihak yang terlibat. Jadi dalam hal ini, terlebih dahulu didefinisikan apa yang
menjadi konflik, mencari dan mengumpulkan informasi, sebab-sebab
terjadinya konflik, menganalisis berbagai alternative yang dipandang palaing
baik.

3. Berdamai atau kompromi(compromise)


Kompromi berarti kedua belah pihak telah memikirkan berbagai
alternative, member dan menerima, dan mencari pemecahan yang sampai
batas-batas tertentu dapat diterima oleh kedua belah pihak.

4. Mendinginkan suasana(smoothing)
Mendinginkan suasana dilakukan dengan cara menekankan aspek yang
positif (dari sudut kepentingan bersama) dari bagian isu yang menjadi sumber
konfli dan menomor duakan atau mengesampingkan sementara perbedaan
5
pendapat bagian isu yang lain. Jadi, disini diusahakan menjaga agar suasana
tetap bersahabat.

5. Menarik diri(withdrawal)
Langkah ini dapat diartikan sebagai menghindari (tidak bersedia
menghadapi terjadinya ketidak cocokan dalam saat tertentu.

2.4 Akibat Dan Konsekuensi Dari Wanprestasi Dalam Proyek Kontruksi

Wanprestasi adalah suatu pihak melakukan ingkar janji dengan tidak memenuhi kewajiban
karena keadaan pada dirinya. perkataan wanprestasi sering juga dipadankan pada kata lalai atau
alpa, ingkar janji, atau melanggar perjanjian, bila saja debitor melakukan atau berbuat sesuatu
yang tidak boleh dilakukan.

2.4.1 Penyebab Terjadinya Wanprestasi


Beberapa faktor yang menjadi penyebab terjadinya wanprestasi adalah sebagai berikut
(Satrio, 1999):

a. Adanya Kelalaian Debitur (Nasabah)


Kerugian itu dapat dipersalahkan kepadanya (debitur) jika ada unsur
kesengajaan atau kelalaian dalam peristiwa yang merugikan pada diri debitur
yang dapat dipertanggungjawabkan kepadanya.
b. Karena Adanya Keadaan Memaksa (overmacht/force majure)
Keadaan memaksa ialah keadaan tidak dapat dipenuhinya prestasi oleh
pihak debitur karena terjadi suatu peristiwa bukan karena kesalahannya, peristiwa
mana tidak dapat diketahui atau tidak dapat diduga akan terjadi pada waktu
membuat perikatan. Dalam keadaan memaksa ini debitur tidak dapat
dipersalahkan karena keadaan memaksa tersebut timbul di luar kemauan dan
kemampuan debitur.

2.4.2 Akibat Hukum Wanprestasi


Akibat hukum atau sangsi yang diberikan kepada debitur karena melakukan wanprestasi
adalah sebagai berikut:

a. Kewajiban membayar ganti rugi


Ganti rugi itu harus dihitung berdasarkan nilai uang dan harus berbentuk
uang. Jadi ganti rugi yang ditimbulkan adanya wanprestasi itu hanya boleh

6
diperhitungkan berdasar sejumlah uang. Hal ini dimaksudkan untuk menghindari
terjadinya kesulitan dalam penilaian jika harus diganti dengan cara lain.

b. Pembatalan perjanjian
Sebagai sangsi yang kedua akibat kelalaian seorang debitur yaitu berupa
pembatalan perjanjian. Sangsi atau hukuman ini apabila seseorang tidak dapat
melihat sifat pembatalannya tersebut sebagai suatu hukuman dianggap debitur
malahan merasa puas atas segala pembatalan tersebut karena ia merasa dibebaskan
dari segala kewajiban untuk melakukan prestasi.

c. Peralihan Risiko
Akibat wanprestasi yang berupa peralihan risiko ini berlaku pada perjanjian yang
objeknya suatu barang, seperti pada perjanjian pembiayaan leasing. Dalam hal ini
seperti yang terdapat pada pasal 1237 KUHPerdata ayat 2 yang menyatakan‚ Jika si
berutang lalai akan menyerahkannya, maka semenjak saat kelalaiannya kebendaan
adalah atas tanggungannya.

7
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Peranan Etika Dalam Profesi Bangunan Gedung perencana pengawas pertanggung jawab
atas pekerjaannya masing-masing. Dalam proyek konstruksi, jika adanya terjadi wanprestasi
maka, harus dilakukan penyelesaian dan konsekuensi yang harus diterima. Adapun beberapa
metode-metode penyelesaian sebagai berikut:

1. Memaksakan kehendak (Forcing)


2. Mencari upaya pemecahan masalah (problem solfing)
3. Berdamai atau kompromi(compromise)
4. Mendinginkan suasana(smoothing)

3.2 Saran

Penulis menyadari bahwa penulis masih sangat jauh sekali dari kata-kata sempurna, untuk
kedepannya penulis akan lebih jelas dan lebih fokus lagi dalam menerangkan penjelasan
mengenai makalah diatas dengan sumber-sumber yang lebih lengkap dan lebih banyak lagi, dan
tentunya bisa untuk dipertanggung jawabkan. Untuk saran yang akan kalian berikan kepada
penulis, bisa berupa kritikan-kritikan dan saran-saran kepada penulis guna untuk menyimpulkan
kepada kesimpulan dari pembahasan makalah yang sudah dijelaskan didalam makalah.

8
Daftar Puastaka

https://www.dppferari.org/pengertian-bentuk-penyebab-dan-hukum-
wanprestasi/

https://nos.wjv-1.neo.id/ataki-188/MODUL%20-%20ETIKA%20PROFESI.

https://www.hukumonline.com/klinik/a/3-perbedaan-mediasi-dan-arbitrase-
lt5bc7526e7755c

Anda mungkin juga menyukai