Anda di halaman 1dari 21

“ETIKA PROFESI”

Pertemuan Ke-13
“KOMPETENSI DAN INTEGRITAS INSINYUR”

Disusun Oleh :

RULI ALAUDIN D.
[19 630 045]

PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS DAYANU IKSHANUDDIN
BAUBAU
2021
KATA PENGANTAR
                                                      
Puji syukur saya ucapkan kehadirat Allah SWT karena berkat rahmat dan
kurnia-Nyalah makalah yang berjudul “KOMPETENSI DAN INTEGRITAS
INSINYUR” ini dapat penyusun selesaikan. Tak lupa juga selawat beriring
salam saya sampaikan pada Nabi Muhammad SAW yang telah mengantarkan
umatnya dari alam kebodohan ke alam ilmu pengetahuan seperti saat ini.
Saya menyadari bahwa makalah ini jauh dari kesempurnaan. Oleh karena
itu saya sangat mengharapkan kritik dan saran bersifat membangun dari pembaca
agar pembuatan makalah selanjutnya dapat lebih bagus lagi. Atas perhatian dari
pembaca saya ucapkan terima kasih.

Baubau, 31 Desember 2021


Penulis

Ruli Alaudin. D.
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ..................................................................................... i


DAFTAR ISI.................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ................................................................................
B. Rumusan Masalah ...........................................................................
C. Tujuan .............................................................................................
BAB II PEMBAHASAN
A. Kompetensi Profesi Insinyur..........................................................
B. EtIntegritas Moral..........................................................................
C. Jenis Penyimpangan Proyek..........................................................
D. Jenis Penyimpangan Etika Profesi................................................
E. Korupsi dan Berbagai Permasalahannya......................................
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan .....................................................................................
B. Saran ................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Dimulainya era Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) membuka peluang
bagi tenaga kerja asing untuk bekerja di Indonesia. Hal ini tentu menjadi
tantangan bagi pemerintah Indonesia untuk meningkatkan kompetensi tenaga
kerja domestik agar dapat bersaing dengan tenaga kerja asing, salah satunya
melalui sertifikasi profesi.
Dalam rangka mempersiapkan para calon insinyur untuk menghadapi
persaingan di era MEA, Universitas Pertamina bekerjasama dengan Persatuan
Insinyur Indonesia (PII) melaksanakan kegiatan UPbringing: Meet the Leader
dengan tema “Meningkatkan Kompetensi dan Profesionalitas Insinyur Indonesia”,
pada hari Kamis, 14 Februari 2019. Kegiatan tersebut dilaksanakan di Auditorium
Griya Legita, Kompleks Universitas Pertamina dan dihadiri oleh sejumlah
pimpinan dari Universitas Pertamina, perwakilan Persatuan Insinyur Indonesia
(PII), jajaran direksi PT Pertamina Training & Consulting (PTC) serta sejumlah
dosen dan mahasiswa dari Universitas Pertamina.
Dalam pemaparannya, Ketua Umum Persatuan Insinyur Indonesia (PII), Dr.
Ir. Heru Dewanto, M.Sc (Eng), IPU, menyampaikan bahwa guna meningkatkan
kompetensi SDM dalam rangka mewujudkan pembangunan yang berkelanjutan di
Indonesia, para insinyur diharuskan memiliki Surat Tanda Registrasi Insinyur
(STRI). STRI didapatkan melalui program profesi keinsinyuran. Ketentuan ini
diatur dalam Undang Undang (UU) No. 11 Tahun 2014 Tentang Keinsinyuran.
Dalam UU tersebut juga disebutkan bahwa seorang insinyur yang melakukan
praktek keinsinyuran tanpa STRI akan dipidana sesuai dengan peraturan yang
berlaku. “Dikatakan seorang insinyur itu berkompeten apabila dia sudah mampu
untuk melakukan suatu pekerjaan. Para sarjana teknik yang baru lulus, umumnya
berada pada level ‘paham’. Untuk naik ke level ‘mampu’ itulah mereka harus
mengambil program profesi keinsinyuran dan mendapatkan STRI sebelum terjun
langsung ke lapangan.” Ia menambahlan.
Selain peningkatan kompetensi melalui sertifikasi profesi, para insinyur juga
dituntut untuk selalu bersikap profesional dalam melaksanakan tugas harian,
misalnya senantiasa mengedepankan aspek safety dalam membangun infrastruktur
yang berkualitas. Peningkatan kompetensi dan profesionalitas para insinyur ini
diharapkan dapat mendorong pembangunan infrastruktur berkelanjutan di
Indonesia.
Demi menjamin mutu kompetensi dan profesionalitas profesi insinyur,
Undang-Undang (UU) Keinsinyuran telah disahkan. Hal ini dilakukan untuk
melindungi insinyur demi menghindari malpraktik dan hal-hal yang tidak
diinginkan.

B. Rumusan Masalah
1. Jelaskan kompetensi profesi insinyur!
2. Jelaskan apa itu integritas moral!
3. Apa saja jenis penyimpangan proyek?
4. Apa saja jenis penyimpangan etika profesi ?
5. Jelaskan mengenai korupsi dan berbagai permasalahannya!

C. Tujuan
1. Dapat menjelaskan kompetensi profesi insinyur
2. Dapat menjelaskan apa itu integritas moral
3. Dapat memahami apa saja jenis penyimpangan proyek
4. Dapat menjelaskan apa saja jenis penyimpangan etika profesi
5. Dapat menjelaskan mengenai korupsi dan berbagai permasalahannya
BAB II
PEMBAHASAN

A. Kompetensi Profesi Insinyur


Etika Profesi Engineer (insinyur) untuk membantu pelaksana sebagai
seseorang yang professional dibidang keteknikan supaya tidak dapat merusak
etika profesi diperlukan sarana untuk mengatur profesi sebagai seorang
professional dibidangnya berupa kode etik profesi. Ada tiga hal pokok yang
merupakan fungsi dari kode etik profesi tersebut. 
1. Kode etik profesi memberikan pedoman bagi setiap anggota profesi tentang
prinsip profesionalitas yang digariskan. Maksudnya bahwa dengan kode etik
profesi, pelaksana profesi mampu mengetahui suatu hal yang boleh dia
lakukan dan yang tidak boleh dilakukan
2. Kode etik profesi merupakan sarana kontrol sosial bagi masyarakat atas
profesi yang bersangkutan. Maksudnya bahwa etika profesi dapat
memberikan suatu pengetahuan kepada masyarakat agar juga dapat
memahami arti pentingnya suatu profesi, sehingga memungkinkan
pengontrolan terhadap para pelaksana di lapangan keja (kalanggan social).
3. Kode etik profesi mencegah campur tangan pihak diluar organisasi profesi
tentang hubungan etika dalam keanggotaan profesi. Arti tersebut dapat
dijelaskan bahwa para pelaksana profesi pada suatu instansi atau perusahaan
yang lain tidak boleh mencampuri pelaksanaan profesi di lain instansi atau
perusahaan.
Tanggung jawab profesi yang lebih spesifik seorang professional diantaranya:
1. Mencapai kualitas yang tinggi dan efektifitas baik dalam proses maupun
produk hasil kerja profesional.
2. Menjaga kompetensi sebagai profesional.
3. Mengetahui dan menghormati adanya hukum yang berhubungan dengan
kerja yang profesional.
4. Menghormati perjanjian, persetujuan, dan menunjukkan tanggung jawab.
Di Indonesia dalam hal kode etik telah diatur termasuk kode etik sebagai
seorang insinyur yang disebut kode etik insinyur Indonesia dalam “catur karsa
sapta dharma insinyur Indonesia”. Dalam kode etik insinyur terdapat prinsip-
prinsip dasar yaitu:
1. Mengutamakan keluhuran budi.
2. Menggunakan pengetahuan dan kemampuannya untuk kepentingan
kesejahteraan umat manusia.
3. Bekerja secara sungguh-sungguh untuk kepentingan masyarakat, sesuai
dengan tugas dan tanggung jawabnya.
4. Meningkatkan kompetensi dan martabat berdasarkan keahlian profesional
keinsinyuran.

Tuntutan sikap yang harus dijalankan oleh seorang insinyur yang menjunjung
tinggi kode etik seorang insinyur yang professional yaitu:
1. Insinyur Indonesia senantiasa mengutamakan keselamatan, kesehatan dan
kesejahteraan Masyarakat.
2. Insinyur Indonesia senantiasa bekerja sesuai dengan kempetensinya.
3. Insinyur Indinesia hanya menyatakan pendapat yang dapat dipertanggung
jawabkan.
4. Insinyur Indonesia senantiasa menghindari terjadinya pertentangan
kepentingan dalam tanggung jawab tugasnya.
5. Insinyur Indonesia senantiasa membangun reputasi profesi berdasarkan
kemampuan masing-masing.
6. Insinyur Indonesia senantiasa memegang teguh kehormatan, integritas dan
martabat profesi.
7. Insinyur Indonesia senantiasa mengembangkan kemampuan profesionalnya.

Accreditation Board for Engineering and Technology (ABET) sendiri secara


spesifik memberikan persyaratan akreditasi yang menyatakan bahwa setiap
mahasiswa teknik (engineering) harus mengerti betul karakteristik etika profesi
keinsinyuran dan penerapannya. Dengan persyaratan ini, ABET menghendaki
setiap mahasiswa teknik harus betul-betul memahami etika profesi, kode etik
profesi dan permasalahan yang timbul diseputar profesi yang akan mereka tekuni
nantinya; sebelum mereka nantinya terlanjur melakukan kesalahan ataupun
melanggar etika profesi-nya. Langkah ini akan menempatkan etika profesi sebagai
“preventive ethics” yang akan menghindarkan segala macam tindakan yang
memiliki resiko dan konsekuensi yang serius dari penerapan keahlian profesional.
Seiring dengan berjalannya catur karsa maka insinyur Indonesia dituntut
untuk memegang teguh etika dan integritas di dalam menjalankan tugas dan
tanggung jawabnya di mana pun dia bekerja sehingga dia bisa tetap
mempertahankan reputasi profesinya dari waktu ke waktu. Substansi utama kode
etik Insinyur menurut saya tidak lain adalah etika dan integritas. Apa pun yang
Insinyur lakukan entah itu dalam rangka pengembangan kompetensi
keinsinyuran atau pun dalam rangka membangun hasil karya keinsinyuran tetap
saja selalu mengacu pada prinsip etika dan integritas. Salah satu tuntunan sikap
dan perilaku Insinyur yakni membangun reputasi profesi berdasarkan kemampuan
masing-masing. Beberapa uraian dari sikap dan perilaku ini adalah antara lain:
memprakarsai pemberantasan praktek-praktek kecurangan dan penipuan; tidak
menawarkan, memberi, meminta atau menerima segala macam bentuk perlakuan
yang menyalahi ketentuan dan prosedur yang berlaku, baik dalam rangka
mendapatkan kontrak atau untuk mempengaruhi proses evaluasi penyelesaian
pekerjaan. Dua uraian ini memaparkan betapa perlunya seorang Insinyur di dalam
menjalankan praktek-praktek keinsinyuran mengikuti etika dan aturan hukum
yang berlaku, on how the engineers should act. Insinyur dituntut untuk tidak
tergoda dengan segala bentuk penyuapan atau gratifikasi atau bribe dalam istilah
Inggris. Bahkan Insinyur dituntut untuk memkampanyekan anti-kecurangan, anti-
penipuan termasuk anti-penyuapan dan berbagai bentuk korupsi dalam ruang
lingkup organisasi di mana dia berada,  ruang lingkup masyarakat, bangsa dan
negara bahkan dalam ruang lingkup proyek-proyek internasional yang melibatkan
banyak negara.
Kode etik profesi keinsinyuran yang dikeluarkan oleh Persatuan Insinyur 
Indonesia adalah sangat relevan dengan cita-cita Pancasila dan UUD 1945, seiring
sejalan dengan program-program yang dicanangkan oleh lembaga -lembaga anti-
korupsi di dalam mengurangi bahkan memberantas praktek-praktek korupsi di
bumi nusantara. Korupsi, suap dan segala bentuk lainnya bukan hanya
mengganggu keberlanjutan pembangunan nasional Indonesia tetapi juga bisa
menjadi contoh buruk dan tidak terpuji yang akan kita tularkan ke generasi
penerus selanjutnya, sehingga menjadi tugas kita bersama, korupsi dan segala
bentuknya ini harus diberantas dan dibumi hanguskan dari tanah air tercinta.
Insinyur adalah sebuah profesi yang penting didalam pelaksanaan
pembangunan industri nasional, karena banyak berhubungan dengan aktivitas
perancangan maupun perekayasaan yang ditujukan semata dan demi kemanfaatan
bagi manusia. Dengan mengacu pada pengertian dan pemahaman mengenai
profesi, (sikap) professional dan (paham) profesionalisme; maka nampak jelas
kalau ruang lingkup keinsinyuran per definisi bisa disejajarkan dengan profesi-
profesi yang lain seperti dokter, pengacara, psikolog, aristek dan sebagainya.
Seorang insinyur (tanpa terkecuali insinyur teknik industri) akan terlibat dalam
berbagai aktivitas bisnis yang harus dilaksanakan dengan prinsip-prinsip
komersial dan mengarah untuk memperoleh keuntungan sebanyak-banyaknya.
Namun demikian, sebagai sebuah profesi yang memiliki idealisme dan tanggung
jawab besar bagi kemaslahatan manusia; maka didalam penerapan kepakaran dan
keahlian insinyur tersebut haruslah tetap mengindahkan norma, budaya, adat,
moral dan etika yang berlaku.

B. Integritas Moral
Jimmy Effan (2001) dalam bukunya yan berjudul “Mind Set Free”
mengemukakan bahwa ada empat pilar Integritas Moral yaitu :
(1) Accountability (Bertanggung jawab), setiap orang membutuhkan
pertanggungjawaban atas tindakannya dan masukan dari orang lain. Karena,
bertanggung jawab akan melindungi diri seseorang dari godaan dan berbuat
buruk.
(2) Righteous Fellowship ( Berkawan dengan orang yang membawa kita ke
jalan yang benar), hal tersebut agar kita tidak terjerumus atau dijerumuskan ke
jalan kejahatan. Karena tidak jarang seseorang yang mengikuti kelompok yang
salah, mereka menjadi menghilangkan dan merusak kebiasaan baik.
(3) Honesty ( Kejujuran), kejujuran akan membuat kita bebas. Maksud bebas
disini kita tidak 14 perlu membenarkan hal yang pada dasarnya salah dan jujur
pada diri kita sendiri agar ketika melakukan sesuatu sesuai dengan norma yang
berlaku. Jimmy Effan sering menemukan banyak orang yang tetap membenarkan
perzinahan padahal sudah jelas hal tersebut adalah dosa. Mereka seringkali
membawa tuhan dalam mengemukakan alasan palsunya. Disini, Jimmy Effan
merasa miris dan semakin yakin bahwa kejujuran adalah kunci agar kita terbebas
dari kemadharatan.
(4) Humility (rendah hati). Kerendahan hati dilakukan oleh Jimmy Effan
ketika dia tetap menjalin hubungan baik dengan kawannya yang telah berbuat
dosa. (Effan, 2001) Dimensi Integritas Moral. Berdasarkan pengertian konsep
integritas dari Carter, dimensi integritas terdiri dari dua komponen yaitu filosofis
dan psikologis, komponen filosofis terdiri dari:
a. Moral integrity is moral discernment and conviction Moral discernment
(penegasan) berarti bahwa individu yang memiliki integritas moral harus
mampu menilai dirinya sendiri dalam bermoral, sedangkan moral conviction
(keyakinan) berarti bahwa seseorang harus memiliki keyakinan akan moral
itu sendiri. Menilai dan berkeyakinan akan memotivasi individu untuk
bertingkah laku sesuai dengan keyakinan. Hal ini memerlukan pencerminan
mengenai makna moral yang berlaku untuk diri sendiri dan orang lain (Olson,
1998b: 22). Dalam hal ini Carter (1996 dalam Olson, 1998a: 19)
menyamakan kata integritas dengan fidelity (ketaatan atau kesetiaan),
commitment (komitmen atau janji) dan forthrightness (keterusterangan).
Istilah-istilah tersebut menunjukan bahwa integritas moral berdasar pada
keyakinan murni dan kegigihan yang meliputi usaha untuk mengembangkan,
memertahankan dan membenarkan moral seseorang. Halfon (1989 dalam
Olson, 1998a: 20) juga menjelaskan bahwa orang yang memiliki integritas
moral berarti 15 individu bertanggung jawab terhadap dirinya dan hidup
sesuai dengan keyakinannya. Individu harus dapat mengidentifikasi moral,
menelitinya dan bertindak secara sadar berdasarkan keyakinannya.
b. Moral integrity is consistency Moral ini adalah kemampuan untuk bertindak
secara konsisten. Perilaku konsisten ini ditunjukan di setiap waktu dan
berbagai situasi. Bahkan perasaan yang dihasilkan pun membantu
kekonsistenan ini sekalipun dalam kondisi yang menyulitkan (Olson, 1998b:
22).
Tanggung jawab utama dari seorang insinyur adalah menempatkan
keselamatan publik diatas segalanya. Insinyur harus memiliki kepekaan dan
berupaya untuk menghindari segala kemungkinan terjadinya kerugian.
Insinyur adalah seorang pakar berilmu yang telah mendapatkan pelatihan
khusus untuk merancang dan mengevaluasi karakteristik kinerja dari teknologi di
dalam bidang keilmuannya. Pengetahuan yang dimiliki oleh seorang insinyur
diperoleh secara teoritis melalui pelatihan, pendidikan formal, riset pustaka atau
melalui penurunan matematis. Komponen pengetahuan yang satu lagi bersifat
empiris, yang diperoleh melalui pengalaman, pencatatan, pengujian dan
pengunaan eksperimental.
Para insinyur biasanya bekerja untuk sebuah organisasi dan mungkin
merupakan bagian dari sebuah tim engineering.
Engineering adalah sebuah profesi terdidik dan sangat penting. Para insinyur
dituntut untuk menjunjung standar kejujuran dan integritas yang tinggi. Karena
memiliki dampak langsung dan penting terhadap kualitas kehidupan, pelayanan
oleh insinyur membutuhkan kejujuran, ketidak-berpihakan, keadilan dan
kesamaan, dan harus didedikasikan bagi perlindungan terhadap kesehatan,
keselamatan, dan kesejahteraan masyarakat. Sehingga insinyur harus bertindak
sesuai standar perilaku profesional yang menuntut kepatuhan kepada prinsip-
prinsip tertinggi dari perilaku etis.
Tiga Fungsi dari Kode Etik Profesi :
1. memberikan pedoman bagi setiap anggota profesi tentang prinsip
profesionalitas yang digariskan;
2. merupakan sarana kontrol sosial bagi masyarakat atas profesi yang
bersangkutan;
3. mencegah campur tangan pihak diluar organisasi profesi

C. Jenis Penyimpangan Proyek


Proyek konstruksi semakin hari semakin kompleks dan membutuhkanbiaya
yang besar, sehingga membutuhkan perhatian dalam pengelolaan yang beretika
dan lebih profesional. Industri konstruksi padasaat ini dan masa mendatang akan
menghadapi tugas berat untuk membangun infrastruktur dan fasilitas produksi.
Hal ini membutuhkan kemampuan pelaksana konstruksi agar lebih efisien dan
efektif dalam pengelolaan proyek konstruksinya.
Suatu studi yang dilakukan untuk menilai sejauh mana bentuk –
bentukpenyimpangan perilaku dalam industri konstruksi di Indonesia dalam upaya
untuk meningkatkan nilai (value) suatu produk konstruksi dengan mengurangi
penyimpangan yang terjadi dalam proses pelaksanaan proyek
konstruksi.Penyebab utama dari penyimpangan tersebut adalah faktor sumber
daya manusiaitu sendiri disebabkan kurangnya kesadaran akan etika profesi bagi
pelaksana konstruksi serta adanya penyimpangan perilaku pihak-pihak tertentu
dalam pelaksanaan konstruksi di Indonesia.
Permasalahan yang dapat dirumuskan dalam kaitannya pada bentuk –bentuk
penyimpangan perilaku dalam industri konstruksi adalah:  1. Apa bentuk – bentuk
penyimpangan perilaku dalam industri konstruksi yang terjadi? 2. Seberapa besar
persentase bentuk –bentuk penyimpangan perilakudalam industri konstruksi yang
terjadi? Adapun tujuan yang ingin dicapai dari penelitian ini, antara lain untuk
mengindentifikasi bentuk–bentuk penyimpangan perilaku dalam industri
konstruksi.
Agustinus (2002) menadopsi model penelitian Jackson (1999) mengenai
persepsi praktisi konstruksi berkaitan penyimpangan etika dalam industi
konstruksi di USA. Dalam studinya, yang dikumpulkan dari 40 responden, yang
umumnya praktisi yang bekerja di perusahaan konstruksi nasional, Agustinus
mengungkapkan bahwa faktor dominan dalam pelanggaran etika pada industri
konstruksi di Indonesia adalah :
1) Pengawasan yang buruk atas kualitas pekerjaan, misalnya pokok masalah
berkaitan dengan pemotongan alokasi biaya (anggaran), spesifikasi tidak
jelas, kualitas kerja di bawah standar, dan cara kerja yang buruk.
2) Penyalahgunaan sumberdaya perusahaan, misalnya pemalsuan surat jalan,
pemalsuan kehadiran pada kartu presensi, penyalahgunaan penggunaan asset
perusahaan, telepon, dan fasilitas perusahaan untuk kepentingan pribadi.
Etika Profesi berkaitan dengan bidang pekerjaan yang telah dilakukan
seseorang sangatlah perlu untuk menjaga profesi dikalangan masyarakat atau
terhadap konsumen (klien). Dengan kata lain orientasi utama profesi adalah untuk
kepentingan masyarakat dengan menggunakan keahlian yang dimiliki. Akan tetapi
tanpa disertai suatu kesadaran diri yang tinggi, profesi dapat dengan mudahnya
disalahgunakan oleh seseorang sehingga perlu adanya pemahaman atas etika
profesi dengan memahami kode etik profesi.
Kode etik profesi merupakan sarana untuk membantu para pelaksana
seseorang sebagai seseorang yang professional supaya tidak dapat merusak etika
profesi. Ada tiga hal pokok yang merupakan fungsi dari kode etik profesi:

1. Kode etik profesi memberikan pedoman bagi setiap anggota profesi


tentang prinsip profesionalitas yang digariskan. Maksudnya bahwa dengan kode
etik profesi, pelaksana profesi mampu mengetahui suatu hal yang boleh dia
lakukan dan yang tidak boleh dilakukan.

2. Kode etik profesi merupakan sarana kontrol sosial bagi masyarakat atas
profesi yang bersangkutan. Maksudnya bahwa etika profesi dapat memberikan
suatu pengetahuan kepada masyarakat agar juga dapat memahami arti pentingnya
suatu profesi, sehingga memungkinkan pengontrolan terhadap para pelaksana di
lapangan kerja (kalangan sosial).
3. Kode etik profesi mencegah campur tangan pihak diluar organisasi
profesi tentang hubungan etika dalam keanggotaan profesi. Arti tersebut dapat
dijelaskan bahwa para pelaksana profesi pada suatu instansi atau perusahaan yang
lain tidak boleh mencampuri pelaksanaan profesi di lain instansi atau perusahaan.

Penyalahgunaan profesi sering terjadi dikarenakan banyak orang yang


mempunyai profesi tetapi tidak tahu ataupun tidak sadar bahwa ada kode etik
tertentu dalam profesi yang mereka miliki, dan merekatidak lagi bertujuan untuk
menolong kepentingan masyarakat, tapi sebaliknya masyarakat merasa dirugikan
oleh orang yang menyalahgunakan profesi (Anonim, 2006).
Penyalahangunaan profesi kontraktor juga sering dilakukan untuk
kepentingan tiap oknum kontraktor demi kepentingan mereka sendiri, banyak
faktor bagi para oknum untuk melakukan penyalahgunaan kegiatan proyek
konstruksi contoh :
1.  Semakin lama proyek di bangun, semakin banyak mereka mendapatkan profit
gaji untuk para pekerja.
2.  Semakin banyak material yang digunakan, akan semakin banyak profit yang
didapat oleh oknum kontraktor dengan cara mengambil persentase
keuntungan tiap material yang digunakan.
3.  Menyalahkangunakan sifat pengguna jasa yang terlalu santai dalam waktu
proyek pembangunan
Penyalahgunaan kegiatan ini sangatlah berkaitan dengan etika profesi yang
ada didalam kegiatan pekerjaan Teknik Sipil, mengapa demikian? Karena
kebanyakan proyek jasa konstruksi kecil rumahan baik pembangunan maupun
renovasi ini banyak kontraktor yang tidak memiliki sertifikasi yang legal untuk
perusahaannya tersebut.
Ketika sebuah perusahaan kegiatan konstruksi tidak memiliki sertifikasi
legal, mereka hanya menggunakan ilmu yang dimiliki oleh tukang, yang biasanya
hanya menggunakan hitungan aman saja dalam proyek pembangunan atau
renovasi tersebut, itulah realita kebanyakan kontraktor yang tidak memiliki
sertifikasi legal.
D. Jenis Penyimpangan Etika Profesi
Para ahli mengatakan bahwa etika adalah aturan perilaku, adat kebiasaan
manusia dalam pergaulan antara sesamanya, serta menegaskan mana yang benar
dan mana yang buruk. Etika sendiri digunakan untuk menilai apakah tindakan
yang telah dikerjakan itu salah atau benar, buruk atau baik. Tujuan etika sendiri
untuk mendapatkan konsep mengenai penilaian baik buruk manusia sesuai dengan
norma-norma yang berlaku.
Etika dalam perkembangannya sangat mempengaruhi kehidupan manusia.
Etika memberi manusia orientasi bagaimana ia menjalani hidupnya melalui
rangkaian tindakan sehari-hari. Itu berarti etika membantu manusia untuk
mengambil sikap dan bertindak secara tepat dalam menjalani hidup ini. Etika pada
akhirnya membantu kita untuk mengambil keputusan tentang tindakan apa yang
perlu kita lakukan dan yang perlu kita pahami bersama bahwa etika ini dapat
diterapkan dalam segala aspek atau sisi kehidupan kita, dengan demikian etika ini
dapat dibagi menjadi beberapa bagian sesuai dengan aspek atau sisi kehidupan
manusianya. Etika profesi diperlukan dalam bidang keteknikan yaitu untuk
perilaku anggotanya dalam menjalankan praktek profesinya bagi masyarakat dan
lingkungannya. Standar-standar etika merupakan dasar untuk menjaga kelakuan
dan integritas atau kejujuran dari seorang tenaga ahli profesi.
Jenis badan hukum dari proyek Hambalang adalah BUMN.BUMN
merupakan perusahaan yang mayoritas kepemilikannya milik pemerintah. Namun,
dalam kasus proyek hambalang ini ditemukan prosedur prosedur yang tidak sesuai
dengan prosedur seharusnya. Berikut prosedur yang dilanggar dalam proyek
hambalang , yaitu sebagai berikut :
1) Kepala BPN menerbitkan surat keputusan pemberian hak pakai tanggal januari
2010 bagi Kemenpora atas tanah seluas 312.448 m2 di desa Hambalang.
Padahal, persyaratan berupa surat pelepasan hak dari pemegang hak
sebelumnya patut diduga palsu.
2) Kabag Persuratan dan Kearsipan BPN atas perintah Sestama BPN
menyerahkan SK hak pakai bagi Kemenpora kepada IM tanpa ada surat kuasa
dari Kemenpora selaku pemohon hak, sehingga diduga melanggar kep ka. BPN
tahun 2005 jo kep. Ka. BPN 1 tahun 2010.
3) Bupati Bogor menandatangani site plan meskipun Kemenpora belum/tidak
melakukan studi Amdal terhadap proyek pembangunan P3SON Hambalang,
sehingga diduga melanggar UU 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan
Pengelolaan Lingkungan Hidup dan diduga melanggar Peraturan Bupati Bogor
Nomor 30 tahun 2009 tentang Pedoman Pengesahan Master Plan, site plan dan
peta situasi.
4) Kepala Badan Perizinan Terpadu Kabupaten Bogor menerbitkan IMB
meskipun Kemenpora belum melakukan studi Amdal terhadap proyek
pembangunan P3SON sehingga diduga melanggar Perda Kabupaten Bogor
Nomor 12 tahun 2009 tentang Bangunan Gedung.
5) Direktur Penataan dan Lingkungan Kementerian PU memberikan pendapatan
teknis yang dimaksud dalam PMK 56/PMK.02/2010, tanpa memperoleh
pendelegasian dari Menteri Pekerjaan umum sehingga diduga melanggar
Permen PU Nomor 45 tahun 2007.
6) Menteri Keuangan dan Dirjen Anggaran setelah melalui proses penelaahan
secara berjenjang menyetujui memberikan disperisasi perpanjangan batas
waktu revisi RKA-KL tahun 2010 dan didasarkan pada data dan informasi
yang tidak benar, yaitu Sesmenpora mengajukan permohonan revisi RKAKL
tahun 2010 pada tanggal 16 November 2010, sehingga diduga melanggar PMK
69/PMK.02/2010 dan 180/PMK.02/ 2010.
7) Sesmenpora menandatangani surat permohonan persetujuan kontrak tahun
jamak tanpa memperoleh pendelegasian dari menpora sehingga diduga
melanggar PMK 56/PMK.52/2010.
8) Menpora diduga membiarkan Sesmenpora melaksanakan wewenang Menpora
dan tidak melaksanakan pengendalian serta pengawasan sebagaimana
dimaksud PP 60 tahun 2008.
9) Menteri Keuangan menyetujui kontrak tahun jamak dan dirjen anggaran
menyelesaikan proses persetujuan kontrak tahun jamak setelah melalui proses
penelaahan secara berjenjang secara bersama-sama meskipun diduga
melanggar PMK 56/PMK.52/2010 antara lain Tidak seluruh unit bangunan
yang hendak dibangun secara teknis harus dilaksanakan dalam waktu lebih dari
satu tahun anggaran, Permohonan persetujuan kontrak tahun jamak tidak
diajukan oleh menteri atau pimpinan lembaga. Dan RKA-KL kemenpora 2010
(revisi) yang menunjukkan kegiatan lebuh dari satu tahun anggaran belum
ditandatangani oleh dirjen anggaran.
10) Dirjen anggaran menetapkan RKA-KL Kemenpora tahun 2011 dengan skema
tahun jamak sebelum penetapan proyek tahun jamak disetujui. Dirjen anggaran
diduga melanggar PMK 104/PMK.02/2010.
11) Sesmenpora menetapkan pemenang lelang konstruksi dengan nilai kontrak di
atas Rp 50 miliar tanpa memperoleh pendelegasian dari Menpora. Sehingga
diduga melanggar Keppres 80 tahun 2003.
12) Menpora diduga membiarkan Sesmenpora melaksanakan wewenang
Menpora tersebut dan tidak melakukan pengendalian dan pengawasan
melainkan diatur oleh rekanan yang direncanakan akan menang. Diduga
melanggar Keppres Nomor 80 Tahun 2003.
13) Proses evaluasi dan prakualifikasi dan teknis terhadap pekerjaan konstruksi
pembangunan P3SON Hambalang (bukan) dilakukan oleh panitia pengadaan
melainkan diatur oleh rekanan yang direncanakan akan menang. Sehingga
diduga melanggar Keppres 80 tahun 2008.
14) Adanya rekayasa proses pelelangan pekerjaan konstruksi pembangunan
P3SON Hambalang untuk memenangkan kerja sama operasi (KSO) AW yang
dilakukan dengan cara : Mengumumkan lelang dengan informasi yang tidak
benar dan Untuk mengevaluasi kemampuan dasar (KD) KSOAW digunakan
dengan cara penggabungan nilai dua pekerjaan sedangkan untuk peserta lain
KD digunakan dengan nilai proyek tertinggi yang pernah digunakan, sehingga
menguntungkan KSO- AW. Hal ini diduga melanggar PP 29 tahun 2000 dan
Keppres 80 Tahun 2003.
15) Pelaksanaan pekerjaan konstruksi KSO-AW menyubkontrakkan pekerjaan
utamanya (konstruksi) kepada perusahaan lain sehingga diduga melanggar
keppres 80 tahun 2003.
E. Korupsi dan Berbagai Permasalahannya
Dalam kamus dapat ditemukan istilah korupsi yang telah masuk
keperbendaharaan bahasa Indonesia itu. la berasal dari kat a Latin corruptio, yang
artinya suatu perbuatan yang busuk, buruk, bejat, tidak jujur, dapat disuap , tidak
berm oral, menyimpang dari kesucian, kata-kata atau ucapan yang menghina atau
memfitnah (The Lexicon: 1978). Menilik arti asal korupsi terse but, maka ruang
lingkupnya sangat luas. Dalam Kamus Indonesia susunan Poerwadarminta, arti
kata korupsi tersebut telah diciutkan menjadi perbuatan buruk dan dapat disuap.
Sekarang ini, jika kita mendengar kata korupsi itu, kita asosiasikan sebagai
perbuatan manipulasi dan curang.
Dalam peIjalanan sejarah arti istilah korupsi itu telah berkaitan erat dengan
sistem kekuasaan dan pemerintahan di zaman modern ini. Hal ini pertama kali
didengungkan oleh Lord Acton (John Emerich Edward Dalberg Acton, 1834-
1902), seorang sejarawan Inggeris yang telah mengucapkan kata-kata termasyhur:
"The power tends to corrupt, absolute power corrupts absolutely" (Kekuasaan itu
cenderung ke korupsi, kekuasaan mutlak mengakibatkan korupsi mutlak pula).
Dalam rangka masalah korupsi dan pem bangunan ini Mahkamah Agung
dengan yurisprudensinya melangkah lebih jauh, putusan pertama 1966 (era
Subekti) dan putusan kedua 1977 (era Oerriar Seni Adji) merumuskan bahwa
suatu perbuatan korupsi hilang sifat melawan hukumnya jika dilakukan: 1) demi
untuk kepentingan umum (kepentingan umum dilayani); 2) negara tidak
dirugikan; 3) pembuat tidak mendapat untung. Ajaran Mahkamah Agung ini
merupakan suatu jalan tengah, atau ajaran keseimbangan (edequate) antara
kerugian yang ditimbulkan karena terjadinya pelanggaran pidana dan manfaat
yang diperoleh yaitu lanearnya pembangunan. Dalam praktek banyak terjadi
masalah antara pengertian korupsi dan lanearnya pembangunan. Sesudah terjadi
devaluasi banyak pemborong mengalami kesulitan. Terjadilah dua alternatif, yaitu
meneruskan pekerjaan dengan resiko menderita kerugian yang besar, atau
menghentikannya dengan resiko dapat dituntut. Jika pemborong yang
bersangkutan mempunyai modal yang besar, maka tidak banyak menim bulk an
masalah. Tetapi pemborong di kabupaten sebagai akibat ketentuan KEPRES
Nomor 14 A tumbuh sebagai eendawan di musim hujan itu banyak yang bennodal
dengkul, menimbulkan masalah BOrius, yaitu macetnya pekerjaan secara total.
Sering terjadi pimpinan proyek terpaksa harus memilih alternatif memerintahkan
meneruskan pekerjaan dengan "kebijaksanaan tertentu", seperti penurunan
kualitas bahan tertentu menyimpang dati bestek atau membiarkan pekerjaan
terbengkalai. Begitu pula dalarn anggaran proyek INPRES tidak dicantumkan
keuntungan pemborong sebesar 10% sebagairnana pada proyek Jain,
menimbulkan kepastian babwa terjadi pengurangan kualitas bahan menyimpang
dati bestek secara diam-diam.
Perbuatan-perbuatan korupsi yang menyangkut pegawai negeri dan pejabat
Indonesia sudah demikian meluasnya sehingga jika semua pelaku perbuatan
korupsi dipidana dengan pidana penjara, maka Pemerintah seharusnya membuat
penjara raksasa sebesar kota Bogor di mana beratur-ratus , pegawai dan pejabat
terse but berada di dalamnya. Perbuatan korupsi at au suap terjadi dimana-mana,
di loket penjualan karcis kereta api, di bagian kepegawaian suatu instansi, di
bagian pem belian barang Pemerintah, di perpajakan dan bea cukai, di
perkreditan bank, di lalulintas jalan, di bidang penegakan hukum, di bidang
pembangunan fisik seperti jalan dan jembatan, gedung, reboisasi, penghijauan,
Bimas, bantu an sosial dan di mana saja ada kegiatan pembangunan.
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa dalam pekerjaan seorang sarjana
teknik (insinyur) pada suatu proyek harus memiliki persyaratan sebagai seorang
profesional yang berkompeten dan dapat dipertanggung jawabkan secara
akademik agar menghasilkan produk yang bermutu khususnya dibidang
infrastruktur sehingga diharapkan melayani kebutuhan masyarakat dengan sebaik-
baiknya.
Adanya kode etik yang mengatur perbuatan seorang insinyur sipil atau
sarjana teknik untuk menghindari diri dari segala bentuk tindakan yang akan
merugikan diri sendiri, masyarakat dan lingkungannya. Sehingga dalam bekerja
sebaiknya diawali dengan niat yang ikhlas dan komitmen moral yang tinggi agar
dapat mengembangkan profesi yang bersangkutan.
Penerapan Etika Profesi memiliki peranan sangat penting dalam dunia teknik
sipil khususnya bagi seorang insinyur sipil atau sarjana teknik. Maka dari itu
sangat penting pendidikan yang mempelajari etika untuk mendukung profesi
sebagai seorang insinyur sipil agar dapat diterapkan di dunia kerja untuk
meminialisir berbagai penyimpangan etika yang terjadi.
B. Saran
Diharapkan Keinsinyuran dapat meningkatkan daya saing bangsa dan negara
dalam menggali dan memberikan nilai tambah atas berbagai potensi yang dimiliki
tanah air, menjawab kebutuhan mengatasi segala kendala dan masalah dari
perubahan global yang dihadapi dan selanjutnya dapat menyumbang banyak bagi
kemajuan dan kemandirian bangsa. Untuk memelihara dan meningkatkan
kepercayaan publik, setiap anggota harus memenuhi tanggung jawab
profesionalnya dengan integritas setinggi mungkin.
DAFTAR PUSTAKA

 https://jufriadiradityazulkarnain.blogspot.com/2019/11/kompetensi-dan-
integritas-insinyur.html
 https://mirnasingga15.blogspot.com/2019/11/kompentesi-dan-integritas-
insinyur.html
 http://sabaria107.blogspot.com/2019/01/kompetensi-dan-integritas-
insinyur.html
 http://digilib.uinsgd.ac.id/9984/5/5_Bab2.pdf
 http://blogsiboy24.blogspot.com/2018/06/realita-penyimpangan-kegiatan-
industri.html
 http://jhp.ui.ac.id/index.php/home/article/viewFile/999/922

Anda mungkin juga menyukai