Pertemuan Ke-13
“KOMPETENSI DAN INTEGRITAS INSINYUR”
Disusun Oleh :
RULI ALAUDIN D.
[19 630 045]
Ruli Alaudin. D.
DAFTAR ISI
A. Latar Belakang
Dimulainya era Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) membuka peluang
bagi tenaga kerja asing untuk bekerja di Indonesia. Hal ini tentu menjadi
tantangan bagi pemerintah Indonesia untuk meningkatkan kompetensi tenaga
kerja domestik agar dapat bersaing dengan tenaga kerja asing, salah satunya
melalui sertifikasi profesi.
Dalam rangka mempersiapkan para calon insinyur untuk menghadapi
persaingan di era MEA, Universitas Pertamina bekerjasama dengan Persatuan
Insinyur Indonesia (PII) melaksanakan kegiatan UPbringing: Meet the Leader
dengan tema “Meningkatkan Kompetensi dan Profesionalitas Insinyur Indonesia”,
pada hari Kamis, 14 Februari 2019. Kegiatan tersebut dilaksanakan di Auditorium
Griya Legita, Kompleks Universitas Pertamina dan dihadiri oleh sejumlah
pimpinan dari Universitas Pertamina, perwakilan Persatuan Insinyur Indonesia
(PII), jajaran direksi PT Pertamina Training & Consulting (PTC) serta sejumlah
dosen dan mahasiswa dari Universitas Pertamina.
Dalam pemaparannya, Ketua Umum Persatuan Insinyur Indonesia (PII), Dr.
Ir. Heru Dewanto, M.Sc (Eng), IPU, menyampaikan bahwa guna meningkatkan
kompetensi SDM dalam rangka mewujudkan pembangunan yang berkelanjutan di
Indonesia, para insinyur diharuskan memiliki Surat Tanda Registrasi Insinyur
(STRI). STRI didapatkan melalui program profesi keinsinyuran. Ketentuan ini
diatur dalam Undang Undang (UU) No. 11 Tahun 2014 Tentang Keinsinyuran.
Dalam UU tersebut juga disebutkan bahwa seorang insinyur yang melakukan
praktek keinsinyuran tanpa STRI akan dipidana sesuai dengan peraturan yang
berlaku. “Dikatakan seorang insinyur itu berkompeten apabila dia sudah mampu
untuk melakukan suatu pekerjaan. Para sarjana teknik yang baru lulus, umumnya
berada pada level ‘paham’. Untuk naik ke level ‘mampu’ itulah mereka harus
mengambil program profesi keinsinyuran dan mendapatkan STRI sebelum terjun
langsung ke lapangan.” Ia menambahlan.
Selain peningkatan kompetensi melalui sertifikasi profesi, para insinyur juga
dituntut untuk selalu bersikap profesional dalam melaksanakan tugas harian,
misalnya senantiasa mengedepankan aspek safety dalam membangun infrastruktur
yang berkualitas. Peningkatan kompetensi dan profesionalitas para insinyur ini
diharapkan dapat mendorong pembangunan infrastruktur berkelanjutan di
Indonesia.
Demi menjamin mutu kompetensi dan profesionalitas profesi insinyur,
Undang-Undang (UU) Keinsinyuran telah disahkan. Hal ini dilakukan untuk
melindungi insinyur demi menghindari malpraktik dan hal-hal yang tidak
diinginkan.
B. Rumusan Masalah
1. Jelaskan kompetensi profesi insinyur!
2. Jelaskan apa itu integritas moral!
3. Apa saja jenis penyimpangan proyek?
4. Apa saja jenis penyimpangan etika profesi ?
5. Jelaskan mengenai korupsi dan berbagai permasalahannya!
C. Tujuan
1. Dapat menjelaskan kompetensi profesi insinyur
2. Dapat menjelaskan apa itu integritas moral
3. Dapat memahami apa saja jenis penyimpangan proyek
4. Dapat menjelaskan apa saja jenis penyimpangan etika profesi
5. Dapat menjelaskan mengenai korupsi dan berbagai permasalahannya
BAB II
PEMBAHASAN
Tuntutan sikap yang harus dijalankan oleh seorang insinyur yang menjunjung
tinggi kode etik seorang insinyur yang professional yaitu:
1. Insinyur Indonesia senantiasa mengutamakan keselamatan, kesehatan dan
kesejahteraan Masyarakat.
2. Insinyur Indonesia senantiasa bekerja sesuai dengan kempetensinya.
3. Insinyur Indinesia hanya menyatakan pendapat yang dapat dipertanggung
jawabkan.
4. Insinyur Indonesia senantiasa menghindari terjadinya pertentangan
kepentingan dalam tanggung jawab tugasnya.
5. Insinyur Indonesia senantiasa membangun reputasi profesi berdasarkan
kemampuan masing-masing.
6. Insinyur Indonesia senantiasa memegang teguh kehormatan, integritas dan
martabat profesi.
7. Insinyur Indonesia senantiasa mengembangkan kemampuan profesionalnya.
B. Integritas Moral
Jimmy Effan (2001) dalam bukunya yan berjudul “Mind Set Free”
mengemukakan bahwa ada empat pilar Integritas Moral yaitu :
(1) Accountability (Bertanggung jawab), setiap orang membutuhkan
pertanggungjawaban atas tindakannya dan masukan dari orang lain. Karena,
bertanggung jawab akan melindungi diri seseorang dari godaan dan berbuat
buruk.
(2) Righteous Fellowship ( Berkawan dengan orang yang membawa kita ke
jalan yang benar), hal tersebut agar kita tidak terjerumus atau dijerumuskan ke
jalan kejahatan. Karena tidak jarang seseorang yang mengikuti kelompok yang
salah, mereka menjadi menghilangkan dan merusak kebiasaan baik.
(3) Honesty ( Kejujuran), kejujuran akan membuat kita bebas. Maksud bebas
disini kita tidak 14 perlu membenarkan hal yang pada dasarnya salah dan jujur
pada diri kita sendiri agar ketika melakukan sesuatu sesuai dengan norma yang
berlaku. Jimmy Effan sering menemukan banyak orang yang tetap membenarkan
perzinahan padahal sudah jelas hal tersebut adalah dosa. Mereka seringkali
membawa tuhan dalam mengemukakan alasan palsunya. Disini, Jimmy Effan
merasa miris dan semakin yakin bahwa kejujuran adalah kunci agar kita terbebas
dari kemadharatan.
(4) Humility (rendah hati). Kerendahan hati dilakukan oleh Jimmy Effan
ketika dia tetap menjalin hubungan baik dengan kawannya yang telah berbuat
dosa. (Effan, 2001) Dimensi Integritas Moral. Berdasarkan pengertian konsep
integritas dari Carter, dimensi integritas terdiri dari dua komponen yaitu filosofis
dan psikologis, komponen filosofis terdiri dari:
a. Moral integrity is moral discernment and conviction Moral discernment
(penegasan) berarti bahwa individu yang memiliki integritas moral harus
mampu menilai dirinya sendiri dalam bermoral, sedangkan moral conviction
(keyakinan) berarti bahwa seseorang harus memiliki keyakinan akan moral
itu sendiri. Menilai dan berkeyakinan akan memotivasi individu untuk
bertingkah laku sesuai dengan keyakinan. Hal ini memerlukan pencerminan
mengenai makna moral yang berlaku untuk diri sendiri dan orang lain (Olson,
1998b: 22). Dalam hal ini Carter (1996 dalam Olson, 1998a: 19)
menyamakan kata integritas dengan fidelity (ketaatan atau kesetiaan),
commitment (komitmen atau janji) dan forthrightness (keterusterangan).
Istilah-istilah tersebut menunjukan bahwa integritas moral berdasar pada
keyakinan murni dan kegigihan yang meliputi usaha untuk mengembangkan,
memertahankan dan membenarkan moral seseorang. Halfon (1989 dalam
Olson, 1998a: 20) juga menjelaskan bahwa orang yang memiliki integritas
moral berarti 15 individu bertanggung jawab terhadap dirinya dan hidup
sesuai dengan keyakinannya. Individu harus dapat mengidentifikasi moral,
menelitinya dan bertindak secara sadar berdasarkan keyakinannya.
b. Moral integrity is consistency Moral ini adalah kemampuan untuk bertindak
secara konsisten. Perilaku konsisten ini ditunjukan di setiap waktu dan
berbagai situasi. Bahkan perasaan yang dihasilkan pun membantu
kekonsistenan ini sekalipun dalam kondisi yang menyulitkan (Olson, 1998b:
22).
Tanggung jawab utama dari seorang insinyur adalah menempatkan
keselamatan publik diatas segalanya. Insinyur harus memiliki kepekaan dan
berupaya untuk menghindari segala kemungkinan terjadinya kerugian.
Insinyur adalah seorang pakar berilmu yang telah mendapatkan pelatihan
khusus untuk merancang dan mengevaluasi karakteristik kinerja dari teknologi di
dalam bidang keilmuannya. Pengetahuan yang dimiliki oleh seorang insinyur
diperoleh secara teoritis melalui pelatihan, pendidikan formal, riset pustaka atau
melalui penurunan matematis. Komponen pengetahuan yang satu lagi bersifat
empiris, yang diperoleh melalui pengalaman, pencatatan, pengujian dan
pengunaan eksperimental.
Para insinyur biasanya bekerja untuk sebuah organisasi dan mungkin
merupakan bagian dari sebuah tim engineering.
Engineering adalah sebuah profesi terdidik dan sangat penting. Para insinyur
dituntut untuk menjunjung standar kejujuran dan integritas yang tinggi. Karena
memiliki dampak langsung dan penting terhadap kualitas kehidupan, pelayanan
oleh insinyur membutuhkan kejujuran, ketidak-berpihakan, keadilan dan
kesamaan, dan harus didedikasikan bagi perlindungan terhadap kesehatan,
keselamatan, dan kesejahteraan masyarakat. Sehingga insinyur harus bertindak
sesuai standar perilaku profesional yang menuntut kepatuhan kepada prinsip-
prinsip tertinggi dari perilaku etis.
Tiga Fungsi dari Kode Etik Profesi :
1. memberikan pedoman bagi setiap anggota profesi tentang prinsip
profesionalitas yang digariskan;
2. merupakan sarana kontrol sosial bagi masyarakat atas profesi yang
bersangkutan;
3. mencegah campur tangan pihak diluar organisasi profesi
2. Kode etik profesi merupakan sarana kontrol sosial bagi masyarakat atas
profesi yang bersangkutan. Maksudnya bahwa etika profesi dapat memberikan
suatu pengetahuan kepada masyarakat agar juga dapat memahami arti pentingnya
suatu profesi, sehingga memungkinkan pengontrolan terhadap para pelaksana di
lapangan kerja (kalangan sosial).
3. Kode etik profesi mencegah campur tangan pihak diluar organisasi
profesi tentang hubungan etika dalam keanggotaan profesi. Arti tersebut dapat
dijelaskan bahwa para pelaksana profesi pada suatu instansi atau perusahaan yang
lain tidak boleh mencampuri pelaksanaan profesi di lain instansi atau perusahaan.
A. Kesimpulan
Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa dalam pekerjaan seorang sarjana
teknik (insinyur) pada suatu proyek harus memiliki persyaratan sebagai seorang
profesional yang berkompeten dan dapat dipertanggung jawabkan secara
akademik agar menghasilkan produk yang bermutu khususnya dibidang
infrastruktur sehingga diharapkan melayani kebutuhan masyarakat dengan sebaik-
baiknya.
Adanya kode etik yang mengatur perbuatan seorang insinyur sipil atau
sarjana teknik untuk menghindari diri dari segala bentuk tindakan yang akan
merugikan diri sendiri, masyarakat dan lingkungannya. Sehingga dalam bekerja
sebaiknya diawali dengan niat yang ikhlas dan komitmen moral yang tinggi agar
dapat mengembangkan profesi yang bersangkutan.
Penerapan Etika Profesi memiliki peranan sangat penting dalam dunia teknik
sipil khususnya bagi seorang insinyur sipil atau sarjana teknik. Maka dari itu
sangat penting pendidikan yang mempelajari etika untuk mendukung profesi
sebagai seorang insinyur sipil agar dapat diterapkan di dunia kerja untuk
meminialisir berbagai penyimpangan etika yang terjadi.
B. Saran
Diharapkan Keinsinyuran dapat meningkatkan daya saing bangsa dan negara
dalam menggali dan memberikan nilai tambah atas berbagai potensi yang dimiliki
tanah air, menjawab kebutuhan mengatasi segala kendala dan masalah dari
perubahan global yang dihadapi dan selanjutnya dapat menyumbang banyak bagi
kemajuan dan kemandirian bangsa. Untuk memelihara dan meningkatkan
kepercayaan publik, setiap anggota harus memenuhi tanggung jawab
profesionalnya dengan integritas setinggi mungkin.
DAFTAR PUSTAKA
https://jufriadiradityazulkarnain.blogspot.com/2019/11/kompetensi-dan-
integritas-insinyur.html
https://mirnasingga15.blogspot.com/2019/11/kompentesi-dan-integritas-
insinyur.html
http://sabaria107.blogspot.com/2019/01/kompetensi-dan-integritas-
insinyur.html
http://digilib.uinsgd.ac.id/9984/5/5_Bab2.pdf
http://blogsiboy24.blogspot.com/2018/06/realita-penyimpangan-kegiatan-
industri.html
http://jhp.ui.ac.id/index.php/home/article/viewFile/999/922