Anda di halaman 1dari 13

“ETIKA PROFESI”

Pertemuan Ke-10
“KODE ETIK PROFESI”

Disusun Oleh :

RULI ALAUDIN D.
[19 630 045]

PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS DAYANU IKSHANUDDIN
BAUBAU
2021
KATA PENGANTAR
                                                      
Puji syukur saya ucapkan kehadirat Allah SWT karena berkat rahmat dan
kurnia-Nyalah makalah yang berjudul “KODE ETIK PROFESI” ini dapat
penyusun selesaikan. Tak lupa juga selawat beriring salam saya sampaikan pada
Nabi Muhammad SAW yang telah mengantarkan umatnya dari alam kebodohan
ke alam ilmu pengetahuan seperti saat ini.
Saya menyadari bahwa makalah ini jauh dari kesempurnaan. Oleh karena
itu saya sangat mengharapkan kritik dan saran bersifat membangun dari pembaca
agar pembuatan makalah selanjutnya dapat lebih bagus lagi. Atas perhatian dari
pembaca saya ucapkan terima kasih.

Baubau,10 Desember 2021


Penulis

Ruli Alaudin. D.
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ..................................................................................... i


DAFTAR ISI.................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ................................................................................
B. Rumusan Masalah ...........................................................................
C. Tujuan .............................................................................................
BAB II PEMBAHASAN
A. Kode Etik Profesi...........................................................................
B. Fungsi Dan Tujuan Kode Etik Profesi............................................
C. Kode Etik Profesi Insinyur...........................................................
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan .....................................................................................
B. Saran ................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 menegaskan
bahwa Indonesia adalah negara hukum. Sejalan dengan ketentuan tersebut maka
prinsip-prinsip penting negara hukum harus ditegakkan. Dalam usaha
mewujudkan prinsip-prinsip negara hukum dalam kehidupan bermasyarakat dan
bernegara, peran dan fungsi penegak hukum sebagai profesi yang bebas, mandiri
dan bertanggung jawab merupakan hal yang penting, di samping lembaga
peradilan dan instansi penegak hukum. Melalui jasa hukum yang diberikan,
kepentingan masyarakat pencari keadilan, termasuk usaha memberdayakan
masyarakat dalam menyadari hak-hak fundamental mereka di depan hukum dapat
diwujudkan.
Dalam kajian ilmu hukum dikemukakan bahwa selain norma hukum,
terdapat juga norma lain yang turut menopang tegaknya ketertiban dalam
masyarakat yang disebut norma etika. Norma etika dari berbagai kelompok
profesi dirumuskan dalam bentuk kode etik profesi. Kode etik adalah prinsip-
prinsip moral yang melekat pada suatu profesi dan disusun secara sistematis.
Kode etik profesi merupakan norma yang ditetapkan dan diterima oleh kelompok
profesi, yang mengarahkan atau memberi petunjuk kepada anggotanya bagaimana
seharusnya berbuat dan sekaligus menjamin mutu moral profesi itu di mata
masyarakat. Prinsip-prinsip umum yang dirumuskan dalam suatu profesi akan
berbeda-beda satu sama lain.
Kode etik berfungsi: Sebagai sarana kontrol sosial, pencegah campur tangan
pihak lain, pencegah kesalahpahaman dan konflik, sebagai kontrol apakah anggota
kelompok profesi telah memenuhi kewajiban. Tujuannya: Menjunjung tinggi
martabat profesi, menjaga dan memelihara kesejahteraan para anggota,
meningkatkan pengabdian para anggota, meningkatkan mutu profesi dan
organisasi, meningkatkan layanan, memperkuat organisasi, menghindari
persaingan tidak sehat, menjalin hubungan yang erat para anggota, dan
menentukan baku standarnya. Penegak hukum wajib menaati norma-norma yang
penting dalam penegakan hukum yaitu: kemanusiaan, keadilan, kepatutan,
kejujuran serta melaksanakan kode etik sebagaimana mestinya. Namun dalam
pelaksanaannya terkadang tidak berjalan dengan baik bahkan menimbulkan
permasalahan-permasalahan. Dalam penerapannya terkadang mengalami
hambatan atau kendala. Pembahasan dalam penelitian ini adalah: Kerangka Teori:
Grand theory: Teori etika, Midle range theory: Teori keseimbangan, Applied
theory: Teori keadilan; Etika, moral, norma, hukum dan hubungannya; Kode etik
profesi hukum: Kode etik dan pedoman perilaku hakim, kode perilaku jaksa, kode
etik profesi kepolisian Negara Republik Indonesia, kode etik notaris, kode etik
advokat; Pelaksanaan  profesi hukum yang baik dan Hambatan atau kendala
dalam pelaksanaan kode etik profesi hukum di Indonesia.  Metode yang
digunakan adalah yuridis normatif. Apabila terjadi sengketa mengenai
pelaksanaan kode etik, hendaklah diselesaikan dengan memperhatikan asas-asas
yang terdapat dalam kode etik tersebut.

B. Rumusan Masalah
1. Jelaskan pengertian, tujuan dan fungsi kode etik profesi!
2. Jelaskan kandungan makna kode etik keprofesian!
3. Jelaskan pengembangan profesionalisme!
4. Jelaskan kode etik insinyur!

C. Tujuan
1. Dapat Menjelaskan pengertian, tujuan dan fungsi kode etik profesi secara
tepat
2. Dapat Menjelaskan kandungan makna kode etik keprofesian secara tepat
3. Dapat memahami kode etik insinyur
BAB II
PEMBAHASAN

A. Kode Etik Profesi


Profesi hendaknya memiliki kode etik yang memberikan arti penting dalam
penentuan, pemertahanan, dan peningkatan standar profesi. Tanpa kode etik,
orang akan sewenang-wenang berbuat sesuka hatinya. Mereka akan menjalankan
pekerjaan tanpa aturan. Hornby, dkk. (1962) mendefinisikan kode etik secara
leksikal sebagai berikut:
1) ”code as collection of laws arranged in a system; or, system of rules and
principles that has been accepted by society or a class or group of people”.
2) “ethic as system of moral principles, rules of conduct”.
Secara harfiah, “kode” artinya aturan, dan ”etik” artinya kesopanan (tata
susila), atau halhal yang berhubungan dengan kesusilaan dalam mengerjakan
suatu pekerjaan. Dengan demikian, kode etik keprofesian (professional code of
ethic) pada hakekatnya merupakan suatu sistem peraturan atau perangkat prinsip-
prinsp keprilakukan yang telah diterima oleh kelompok orang-orang yang
tergabung dalam himpunan organisasi keprofesian tertentu.
Sehubungan dengan hal tersebut, tidaklah terlalu salah kalau dikatakan bahwa
kode etik profesi merupakan penangkal dari kecenderungan manusiawi seorang
pemegang profesi dari penyelewengan. Kode etik juga meruapakan perangkat
untuk mempertegas atau mengkristalisasi kedudukan dan peran pemegang profesi
serta sekaligus melindungi profesinya dari hal-hal yang merugikan dirinya.
Dalam penjelasan terdahulu, bahwa landasan normatif dalam etika profesi
sudah pasti bersumber dari ajaran Islam yaitu Al-Qur’an dan Sunah Nabi
Muhammad SAW. Sesungguhnya Al-Qur’an telah banyak memberikan acuan
bagi para pelaku profesi (guru) dalam menjalankan tugasnya secara islami.
Landasan normatif etika profesi setidaknya mengandung empat elemen landasan
di dalam sistem etika.
a. Landasan tauhid.
b. Landasan keseimbangan.
c. Landasan kehendak bebas.
d. Landasan pertanggungjawaban.

B. Fungi dan Tujuan Kode Etik Profesi


Adanya penerimaan atas suatu kode etik itu mengandung makna selain adanya
pengakuan dan pemahaman atas ketentuan dan/atau prinsip-prinsip yang
terkandung di dalamnya, juga adanya suatu ikatan komitmen dan pernyataan
kesadaran untuk mematuhinya dalam menjalankan tugas dan prilaku
keprofesiannya, serta kesiapan dan kerelaan atas kemungkinan adanya
konsekuensi dan sanksi seandainya terjadi kelalaian terhadapnya.
Adapun maksud dan tujuan pokok diadakannya kode etik ialah untuk
menjamin agar tugas-pekerjaan keprofesian itu terwujud sebagai mana mestinya
dan kepentingan semua pihak terlindungi sebagaimana layaknya. Pihak penerima
layanan keprofesian diharapkan dapat terjamin haknya untuk memperoleh jasa
pelayanan yang berkualitas sesuai dengan kewajibannya untuk memberikan
imbalannya, baik yang bersifat finansial, maupun secara sosial, moral, kultural
dan lainnya. Pihak pengemban tugas pelayanan keprofesian juga diharapkan
terjamin martabat, wibawa dan kredibilitas pribadi dan keprofesiannya serta hak
atas imbalan yang layak sesuai dengan kewajiban jasa pelayanannya.
Dengan demikian, maka kode etik keprofesian itu memiliki kedudukan, peran
dan fungsi yang sangat penting dan strategis dalam menopang keberadaan dan
kelangsungan hidup suatu profesi di masyarakat. Bagi para pengemban tugas
profesi akan menjadi pegangan dalam bertindak serta acuan dasar dalam seluk
beluk keprilakuannya dalam rangka memelihara dan menjungnjung tinggi
martabat dan wibawa serta kredibilitas visi, misi, fungsi bidang profesinya.
Dengan demikian pula, maka kode etik itu dapat merupakan acuan normatif dan
juga operasional. Bagi para pemakai jasa layanan profesional, kode etik juga dapat
merupakan landasan jika dipandang perlu untuk mengajukan tuntutan kepada
pihak yang berwenang dalam hal terjadinya sesuatu yang tidak diharapkan dari
pengemban profesi yang bersangkutan. Sedangkan bagi para pembina dan
penegak kode etik khususnya dan penegak hukum pada umumnya, perangkat
kode etik khususnya dan penegak hukum pada umumnya, perangkat kode etik
termaksud dapat merupakan landasan bertindak sesuai dengan keperluannya,
termasuk pemberlakuan sanksi keprofesian bagi pihak-pihak yang terkait.

C. Kode Etik Profesi Insinyur


Dibandingkan dengan profesi-profesi yang lain seperti dokter ataupun
pengacara, maka profesi keinsinyuran mungkin termasuk yang paling ketinggalan
didalam membicarakan maupun merumuskan etika profesi-nya dalam sebuah
kode etik insinyur (the code of ethics of engineers). Ada berbagai macam kode
etik yang dibuat oleh berbagai-macam asosiasi profesi keinsinyuran yang ada,
meskipun secara prinsipiil tidak ada perbedaan yang terlalu signifikan dari kode
etik yang satu dibandingkan dengan yang lainnya.

Struktur dari kode etik profesi tersebut umumnya diawali dengan hal-hal yang
bersifat umum seperti yang tercantum di bagian pendahuluan, mukadimah atau
“general introductory”; dan selanjutnya diikuti dengan serangkaian pernyataan
dasar atau “canon” (dari bahasa latin yang berarti aturan). Canon ini kemudian
dijabarkan secara lebih luas lagi dengan memberikan uraian penjelasan untuk hal-
hal yang bersifat khusus dan/atau spesifik. Kode etik insinyur yang dipublikasikan
oleh ABET ( 1985 ) memulainya dengan dengan introduksi umum yang berisikan
pernyataan tentang 4 (empat) prinsip etika dasar profesi keinsinyuran sebagai
berikut :

Engineer uphold and advance the integrity, honor and dignity of the
engineering profession by (a) using their knowledge and skill for the enhancement
of human welfare; (b) being honest and impartial, and serving with fidelity the
public, their employers and clients; (c) striving to increase the competence and
prestige of the engineering profession; and (d) supporting the professional and
technical societies of their disciplines.

Selanjutnya kode etik versi ABET tersebut diakhiri dengan 7 (tujuh)


fundamental canon yang kemudian dilengkapi lagi dengan uraian penjelasan yang
termuat dalam “Suggested Guidelines for Use with the Fundamental Cannons of
Ethics”. Kode etik yang sama secara substansial tidak ada perbedaan yang terlalu
signifikan dengan versi ABET juga dibuat oleh National Society of Professional
Engineers (1998) yang strukturnya terdiri dari pembukaan (preamble), 5 (lima)
fundamental canons, aturan praktis untuk mendukung dan menjelaskan canon
tersebut, dan satu set yang berisikan 11 (sebelas) “professional obligations”, dan
beberapa keterangan penutup.

Bagaimana dengan Persatuan Insinyur Indonesia (PII) sendiri ? Dalam hal ini
PII telah berhasil merumuskan dan menyusun Kode Etik Insinyur Indonesia yang
diberi nama “Catur Karsa Sapta Dharma Insinyur Indonesia” yang terdiri dari 2
(dua) bagian, yaitu (a) Prinsip- Prinsip Dasar yang terdiri atas 4 (empat) prinsip
dasar, dan (b) Tujuh Tuntunan Sikap (Canon), dan secara lengkapnya dapat
ditunjukkan sebagai berikut :

Pertama, Prinsip-Prinsip Dasar :


1.Mengutamakan keluhuran budi.
2.Menggunakan pengetahuan dan kemampuannya untuk kepentingan
kesejahteraan umat manusia.
3.Bekerja secara sungguh-sungguh untuk kepentingan masyarakat, sesuai
dengan tugas dan tanggung-jawabnya.
4.Meningkatkan kompetensi dan martabat berdasarkan keahlian profesional
keinsinyuran.

Kedua, Tujuh Tuntunan Sikap :

1. Insinyur Indonesia senantiasa mengutamakan keselamatan, kesehatan dan


kesejahteraan masyarakat.
2. Insinyur Indonesia senantiasa bekerja sesuai dengan kompetensinya.
3. Insinyur Indonesia hanya menyatakan pendapat yang dapat dipertanggung-
jawabkan.
4. Insinyur Indonesia senantiasa menghindari terjadinya pertentangan
kepentingan dalam tanggung-jawab tugasnya.
5. Insinyur Indonesia senantiasa membangun reputasi profesi berdasarkan
kemampuan masing- masing.
6. Insinyur Indonesia senantiasa memegang teguh kehormatan, integritas dan
martabat profesi.
7. Insinyur Indonesia senantiasa mengembangkan kemampuan profesionalnya.

Selanjutnya persoalan yang masih harus dihadapi adalah bagaimana


implementasi kode etik yang telah dirumuskan dengan baik itu dalam kenyataan
(praktek) sehari-harinya ? Apakah kode etik itu cukup operasional untuk dipatuhi;
dan apakah persoalan-persoalan yang menyangkut tindakan yang tidak
profesional, melanggar (kode) etika profesi, serta segala macam bentuk
penyimpangan maupun penyalah-gunaan keahlian sudah bisa diselesaikan dengan
aturan (kode etik) yang ada? Seberapa jauh organisasi profesi seperti insinyur ini
memiliki kekuatan untuk mengontrol dan mengambil tindakan terhadap
pelanggaran-pelanggaran etika profesi yang dilakukan oleh anggotanya ? Adakah
supremasi hukum mampu dan bisa diterapkan untuk menangani kasus
penyimpangan-penyimpangan yang berkaitan dengan kode etik profesi ini?

Persoalan pelanggaran etika profesi dan ketidak-berdayaan hukum untuk


menindaknya merupakan masalah besar, karena hal ini bisa mengganggu dan
menghilangkan kepercayaan masyarakat akan jasa profesi tertentu. Beberapa
kasus dan merupakan tipikal umum isue yang dianggap sebagai bentuk
pelanggaran (kode) etika profesi antara lain berupa :

(a) konflik kepentingan, sebagai contoh seberapa jauh bisa dikatakan telah
terjadi penyimpangan manakala karena posisi/jabatannya seorang profesional
menerima “hadiah” dari pemasok barang/ material atau klien lainnya ? Seberapa
besar nilai sebuah “cinderamata” itu dianggap masih dalam batas-batas kewajaran,
dan seberapa pula yang bisa dianggap melanggar etika profesi ?;

(b) kerahasiaan dan loyalitas, seorang profesional harus punya komitmen


yang jelas terhadap segala informasi yang diklasifikasikan sebagai konfidensial
(terbatas/rahasia) dan juga harus menunjukkan loyalitasnya kepada klien-nya.
Pelanggaran berupa pemberian informasi yang seharusnya dijaga kerahasiaannya
kepada kompetitor jelas merupakan tindakan yang tidak profesional (membuka
rahasia dan tidak loyal);

(c) kontribusi (dana) balik, berupa pemotongan sebagian dana yang harus
dikembalikan kepada pemilik proyek atau pemberi order;

(d) tiupan peluit (whistleblowing), kesadaran dan keberanian dari sesama


profesi meniupkan “peluit”-nya untuk mengingatkan bahwa telah terjadi
pelanggaran kode etik. Sebagai contoh, bukankah pelayanan jasa profesi itu tidak
boleh ditawar-tawarkan (lewat iklan, misalnya), terlebih kalau belum apa-apa
sudah mematok tarif jasa pelayanan tersebut ? Banyak kasus sengaja untuk ditutup
atau diselesaikan secara internal dengan dalih melindungi kehormatan dan masa
depan rekan sesama profesi (dan justru mengorbankan kepentingan umum)karena
ada kekawatiran kalau persoalan pelanggaran etik profesi ini berkembang luas dan
menjadi terbuka akan bisa menurunkan kehormatan, kepercayaan, ataupun
kredibilitas terhadap profesi tersebut; dan seterusnya.

Globalisasi membawa banyak tantangan dan persoalan yang harus dihadapi


serta menjadi tanggung-jawab para profesional. Persoalan yang semakin
kompleks, keterkaitan dan ketergantungan antar individu dalam sebuah sistem
akan memberikan dampak sosial dari setiap kebijakan maupun keputusan yang
diambil. Setiap profesi (tidak terkecuali) harus benar-benar menaruh perhatian
akan dampak sosial dari setiap keputusan yang diambil dan akan diterapkan.
Semuanya harus dikemas berdasarkan keahlian-kepakaran serta mengindahkan
betul etika profesionalnya. Pelajaran paling berharga yang bisa ditarik dari masa
lalu telah menunjukkan bahwa semua kebijakan, keputusan, maupun aktivitas
yang dikemas tanpa mengindahkan nilai moral, etika dan hukum pada akhirnya
terjerembab, terpuruk serta bangkrut secara memalukan. Moral, etika dan hukum
ibaratnya konstruksi bangunan merupakan pondasi, pilar dan atap-nya.
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa maksud dan tujuan pokok
diadakannya kode etik ialah untuk menjamin agar tugas-pekerjaan keprofesian itu
terwujud sebagai mana mestinya dan kepentingan semua pihak terlindungi
sebagaimana layaknya. Pihak penerima layanan keprofesian diharapkan dapat
terjamin haknya untuk memperoleh jasa pelayanan yang berkualitas sesuai dengan
kewajibannya untuk memberikan imbalannya, baik yang bersifat finansial,
maupun secara sosial, moral, kultural dan lainnya. Pihak pengemban tugas
pelayanan keprofesian juga diharapkan terjamin martabat, wibawa dan kredibilitas
pribadi dan keprofesiannya serta hak atas imbalan yang layak sesuai dengan
kewajiban jasa pelayanannya.
Dengan demikian, maka kode etik keprofesian itu memiliki kedudukan,
peran dan fungsi yang sangat penting dan strategis dalam menopang keberadaan
dan kelangsungan hidup suatu profesi di masyarakat.

B. Saran
Seperti halnya dengan profesi-profesi lainnya (yang terlebih dahulu sudah
menerapkan norma-norma keprofesiannya); sudah saatnya profesi insinyur
menata-dirinya dalam sebuah wadah profesi bisa bersifat umum ataupun spesifik
(spesialistik) tergantung pada kompetensi dasarnya dan sekaligus menerapkan
norma-norma etika profesi seperti yang tertuang dalam kode etik profesi untuk
menjaga martabat, kehormatan, dan/atau itikad-itikad etis yang harus ditaati oleh
mereka yang akan menerapkan keahlian dan kepakarannya. Untuk itu perlu
diusulkan agar didalam kurikulum pendidikan tinggi teknologi didalam mata
kuliah yang sudah ada perlu diberikan pengertian dan pemahaman mengenai etika,
profesi dan etika profesi dengan segala macam permasalahan serta relevansinya
(studi kasus) berkenaan dengan penerapan keahlian dan kepakaran dalam praktek-
praktek bisnis dan/atau rekayasa keinsinyuran.
DAFTAR PUSTAKA

 https://journal.universitassuryadarma.ac.id/index.php/jihd/article/view/460
 https://d1wqtxts1xzle7.cloudfront.net/32025422/MODUL_ETIKA_PROFESI-
CICIH_SUTARSIH-with-cover-page-v2.pdf?
Expires=1639120765&Signature=G1GEZB-oCRLzD--
6zSaSXMI0J~o5cgvvw~jXnWbS~xUZPI4vKV7moVRfDs1vk3RNsvRG7Re2
AQVGcn9ROYlrF37Skiv-
dDwehyS55U1bfn5P61Y15I~PD6pQ9SPsBej2Blz3kkl3j5xbdx5f0WkNWykJk
iT2~fKdf9NLX24hsuv~3yhNrjRQDmWQQ1tn60gEG4HX3z5NandiiHXfIyjj
Yn-iDggXMUbsbATtvPNFlIFKZVUpQe-
rrbD3uV8yY6biGaBe3H09dHVRTRqPemCybYchbqtZ86KqnwPUPKP7q2ZU
1aQdwZmm~zZIQYp1juLBFdBtbqnAiT7tXqsGUaWgvw__&Key-Pair-
Id=APKAJLOHF5GGSLRBV4ZA

Anda mungkin juga menyukai