Anda di halaman 1dari 19

Makalah Kelompok II

KODE ETIK
Disusun untuk memenuhi salah satu tugas
Mata
Mata Kuliah: Fiqih
Kuliah Kontemporer
: Etika Profesi Hukum
DosenPembimbing
Dosen Pembimbing::Jefry
Norwili, M.H.I S.Sy., S.H., M.H.
Tarantang,

Disusun oleh:
Muhammad Rizki Imani
1802110594
Muhammad Iqbal Asshiddiqy
1802110596
Sofya Nurhana Yulianti
1802110598
Nova Fitriani
1802110599

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI PALANGKA RAYA


FAKULTAS SYARIAH
PROGRAM STUDI HUKUM KELUARGA ISLAM
TAHUN 2020 M/1442 H
ii

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT, karena berkat rahmat

dan karunia-Nya penyusun dapat menyelesaikan makalah dengan judul “Kode Etik”.

Makalah ini dibuat dalam rangka memenuhi tugas mata kuliah Etika Profesi

Hukum.

Tidak lupa pula, penyusun mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya

kepada Bapak Jefry Tarantang, S.Sy., S.H., M.H. atas bimbingannya juga kepada

semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan makalah ini sehingga kami

dapat menyelesaikan penyusunan makalah ini dalam bentuk maupun isinya yang

sederhana.

Penyusun menyadari bahwa masih banyak kekurangan pada penulisan

makalah ini. Oleh karena itu, penyusun mengharapkan kritik dan saran yang bersifat

membangun untuk perbaikian makalah di masa yang akan datang.

Semoga makalah ini bisa memberikan manfaat terutama bagi penyusun dan

bagi pembaca pada umumnya.Mohon maaf jika dalam penyusunan makalah ini masih

terdapat kekurangan. Akhir kata sebelum dan sesudahnya penyusun ucapkan terima

kasih.

Palangka Raya, Oktober 2020

Penyusun

ii
iii

DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.................................................................................................ii

DAFTAR ISI...............................................................................................................iii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah ................................................................................. 1

B. Rumusan Masalah .......................................................................................... 2

C. Tujuan Penulisan ............................................................................................ 2

D. Metode Penulisan ........................................................................................... 2

BAB II PEMBAHASAN

A. Hakikat Makna Kode Etik .............................................................................. 3

B. Tujuan dan Fungsi Kode Etik ........................................................................ 6

C. Penegakan Kode Etik ..................................................................................... 8

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan................................................................................................... 14

B. Saran ............................................................................................................. 15

DAFTAR PUSTAKA

iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pada dasarnya tujuan merumuskan kode etik dalam suatu profesi adalah untuk

kepentingan anggota dan kepentingan organisasi profesi itu sendiri. Fungsi kode etik

seperti itu sesuai dengan apa yang dikemukakan Gibson dan Mitchel yang lebih

menekankan pada pentingnya kode etik tersebut sebagai pedoman pelaksanaan tugas

profesional anggota suatu profesi dan pedoman bagi masyarakat pengguna suatu

profesi dalam meminta pertanggung jawaban jika ada anggota profesi yang bertindak

diluar kewajaran sebagai seorang profesional.

Adanya penerimaan atas suatu kode etik itu mengandung makna selain adanya

pemahaman atas ketentuan dan prinsip-prinsip yang terkandung di dalamnya, juga

adanya suatu ikatan komitmen dan pernyataan kesadaran untuk mematuhinya dalam

menjalankan tugas dan perilaku keprofesiannya, serta kesiapan dan kerelaan atas

kemungkinan adanya konsekuensi dan sanksi seandainya terjadi kelalaian

terhadapnya.

Perlunya setiap profesi memiliki dan memahami kode etik nya agar kelalaian

yang timbul akan terminimalisir. Kode etik digunakan untuk memberikan jasa sebaik-

baiknya kepada masyarakat yang bersangkutan.

1
2

B. Rumusan Masalah
1. Apa hakikat makna kode etik?

2. Apa tujuan dan fungsi kode etik?

3. Bagaimana penegakan kode etik?

C. Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui hakikat makna kode etik.

2. Untuk mengetahui tujuan dan fungsi kode etik.

3. Untuk mengetahui penegakan kode etik.

D. Metode Penulisan

Metode penulisan dalam penulisan makalah ini melalui metode kajian pustaka

dan metode penelusuran internet yang diambil dari berbagai literature agar

memberikan penjelasan yang mudah di pahami oleh berbagai kalangan.


BAB II
PEMBAHASAN
A. Hakikat Makna Kode Etik
Etika profesi pada hakikatnya adalah kesanggupan untuk secara seksama

berupaya memenuhi kebutuhan pelayanan profesional dengan kesungguhan,

kecermatan dan keseksamaan mengupayakan pengerahan keahlian dan kemahiran

berkeilmuan dalam rangka pelaksanaan kewajiban masyarakat sebagai keseluruhan

terhadap para warga masyarakat yang membutuhkannya, yang bermuatan empat

kaidah pokok.1

1. profesi harus dipandang dan dihayati sebagai suatu pelayanan dengan tidak

mengacu pamrih.

2. selaku mengacu kepada kepentingan atau nilai-nilai luhur sebagai norma kritik

yang memotivasi sikap dan tindakan.

3. berorientasi pada masyarakat sebagai keseluruhan.

4. semangat solidaritas antar sesama rekan seprofesi demi menjaga kualitas dan

martabat profesi.

Dalam konteks profesi, kode etik memiliki karakteristik antara lain :

1. Merupakan produk terapan, sebab dihasilkan berdasarkan penerapan etis atas

suatu profesi tertentu.

2. Kode etik dapat berubah dan diubah seiring dengan perkembangan ilmu

pengetahuan dan teknologi (Iptek).

1
Supriadi, Etika dan Hakikat Profesi Hukum di Indonesia, (Jakarta: Sinar Grafika, 2006), 16.

3
4

3. Kode etik tidak akan berlaku efektif bila keberadaannya di-drop begitu saja dari

atas sebab tidak akan dijiwai oleh cita-cita dan nilai yang hidup dalam kalangan

profesi sendiri.

4. Kode etik harus merupakan self-regulation (pengaturan diri) dari profesi itu

sendiri yang prinsipnya tidak dapat dipaksakan dari luar.2

Tujuan utama dirumuskannya kode etik adalah mencegah perilaku yang tidak

etis. Jadi, paling tidak ada tiga maksud yang terkandung dalam pembentukan kode

etik, yakni:

1. menjaga dan meningkatkan kualitas moral

2. menjaga dan meningkatkan kualitas ketrampilan teknis, dan

3. melindungi kesejahteraan materiil para pengemban profesi. Kesemua maksud

tersebut tergantung pada prasyarat utama, yaitu menimbulkan kepatuhan bagi

yang terikat oleh kode etik tersebut.

Yang dimaksud dengan profesi adalah pekerjaan tetap sebagai pelaksanaan fungsi

kemasyarakatan berupa karya pelayanan yang pelaksanaannya dijalankan secara

mandiri dengan komitmen dan keahlian berkeilmuan dalam bidang tertentu yang

pengembangannya dihayati sebagai panggilan hidup dan terikat pada etika umum dan

etika khusus (etika profesi) yang bersumber pada semangat pengabdian terhadap

sesama demi kepentingan umum, serta berakar dalam penghormatan terhadap

martabat manusia (respect for human dignity). Jadi, profesi itu berintikan praktis ilmu

secara bertanggung jawab untuk menyelesaikan masalah konkret yang dihadapi

2
Sufirman Rahman dan Qamar Nurul, Etika Profesi Hukum, (Makassar: Pustaka Refleksi,
2004), 76-77.
5

seorang warga masyarakat. Pengembanan profesi mencakup bidang-bidang yang

berkaitan dengan salah satu dan nilai-nilai kemanusiaan yang fundamental, seperti

keilahian (imam), keadilan (hukum), kesehatan (dokter), sosialisasi/pendidikan

(guru), informasi (jurnalis).3 Dengan demikian Kode etik ialah kumpulan norma atau

azas yang diterima oleh suatu kelompok tertentu sebagai landasan tingkah laku

sehari-hari di masyarakat maupun di tempat kerja.

Dalam kode etik kepolisian, salah satunya disebutkan bahwa setiap anggota Polri

harus ”menjauhkan diri dari perbuatan dan sikap tercela, serta mempelopori setiap

tindakan mengatasi kesulitan masyarakat sekelilingnya”. Disamping itu, setiap insan

Polri juga diharapkan ”mampu mengendalikan diri dari perbuatan-perbuatan

penyalahgunaan wewenang. Dengan demikian etika adalah norma-norma sosial yang

diharapkan dapat mengatur perilaku manusia secara normatif tentang apa yang harus

dilakukan dan apa yang tidak harus dilakukan, merupakan pedoman bagi manusia

untuk berperilaku dalam masyarakat. Norma-norma sosial tersebut dapat

dikelompokkan dalam hal yaitu norma kesopanan atau etiket, norma hukum dan

norma moral atau etika. Etiket hanya berlaku pada pergaulan antar sesama, sedang

etika berlaku pada siapa saja, kapanpun, dimanapun.

Etika dalam sebuah profesi disusun dalam sebuah Kode Etik. Dengan demikian

Kode Etik dalam sebuah profesi berhubungan erat dengan nilai sosial manusia yang

dibatasi oleh norma-norma yang mengatur sikap dan tingkah laku manusia itu sendiri,

agar terjadi keseimbangan kepentingan masing-masing di dalam masyarakat. Jadi

norma adalah aturan atau kaidah yang dipakai untuk menilai sesuatu. Paling sedikit

3
Abdul Kadir Muhammad, Etika Profesi Hukum, (Bandung: PT Citra Aditya Bakti, 2006), 74.
6

ada tiga macam norma sosial yang menjadi pedoman bagi manusia untuk berperilaku

dalam masyarakat, yaitu norma kesopanan atau etiket, norma hukum dan norma

moral atau etika. Etika atau sopan santun, mengandung norma yang mengatakan apa

yang harus kita lakukan. Selain itu baik etika maupun etiket mengatur perilaku

manusia secara normatif, artinya memberi norma bagi perilaku manusia. Dengan

demikian keduanya menyatakan apa yang harus dilakukan dan apa yang tidak harus

dilakukan.

B. Tujuan Dan Fungsi Kode Etik


Suatu profesi yang terikat pada institusi dan mengabdi pada layanan masyarakat,

selain terikat dalam suatu landasan materiil yang jelas seperti kaidah-kaidah hukum,

juga secara khusus diatur dan diikuti oleh rambu-rambu moral. 4 Namun pada

prakteknya seringkali ditemukan perbedaan tentang prinsip-prinsip umum yang

dirumuskan dalam suatu profesi. Hal tersebut biasanya disebabkan karena perbedaan

adat, kebiasaan, dan peranan tenaga ahli profesi yang didefinisikan dalam suatu

negara tidak sama. Adapun yang menjadi tujuan pokok dari rumusan etika yang

dituangkan dalam kode etik (Code of conduct) profesi adalah sebagai berikut.5

1. Standar-standar etika menjelaskan dan menetapkan tanggung jawab terhadap

klien, institusi, dan masyarakat pada umumnya.

4
Muhammad Nuh, Etika Profesi Hukum, (Bandung: CV.Pustaka Setia, 2011), 124.
5
I Ketut Widana, dan Gusti Ayu Oka Cahya Dewi, Buku Ajar Prinsip Etika Profesi
Membangun Sikap Profesionalisme Diri, (Bandung: PT.Panca Terra Firma, 2020),12-13.
7

2. Standar-standar etika membiarkan profesi menjaga reputasi atau nama dan

fungsi-fungsi profesi dalam masyarakat melawan kelakuan-kelakuan yang

jahat dari anggota-anggota tertentu.

3. Standar-standar etika mencerminkan atau membayangkan pengharapan moral-

moral dari komunitas, dengan demikian standar-standar etika menjamin

bahwa para anggota profesi akan mentaati kitab UU etika (kode etik) profesi

dalam pelayanannya.

4. Standar-standar etika merupakan dasar untuk menjaga kelakuan dan integritas

atau kejujuran dari tenaga ahli profesi.

5. Perlu diketahui bahwa kode etik profesi adalah tidak sama dengan hukum

(atau undang-undang). Seorang ahli profesi yang melanggar kode etik profesi

akan menerima sangsi atau denda dari induk organisasi profesinya.

6. Untuk meningkatkan mutu organisasi profesi.

7. Meningkatkan layanan di atas keuntungan pribadi.

8. Mempunyai organisasi profesional yang kuat dan terjalin erat.

9. Menentukan baku standarnya sendiri.

Selanjutnya fungsi kode etik adalah sebagai berikut.6

a. Memberikan pedoman bagi setiap anggota profesi tentang prinsip

profesionalitas yang digariskan.

b. Sebagai sarana kontrol sosial bagi masyarakat atas profesi yang bersangkutan.

c. Mencegah campur tangan pihak di luar organisasi profesi tentang hubungan

etika dalam keanggotaan profesi.

6
Muhammad Nuh, Etika Profesi Hukum..., 124.
8

Secara garis besar tujuan kode etik profesi dapat diartikan sebagai standar

operasional prosedur (SOP) dalam mencapai tujuan dari profesi itu sendiri baik dari

menetapkan tanggung jawab, pelayanan, kepatutan kelakuan, dan nilai integritas

pelaku profesi yang nantinya akan berdampak terhadap peningkatan mutu organisasi

profesi. Selanjutnya, mengenai fungsi dari kode etik secara umum mencakup

pedoman profesionalitas yang sudah digariskan serta alat kontrol sosial masyarakat

terhadap suatu profesi.

C. Penegakan Kode Etik

Menurut Abdul Kadir Muhammad, kode etik profesi merupakan produk etika

terapan karena dihasilkan berdasarkan penerapan pemikiran etis atas suatu profesi.

Kode etik profesi dapat berubah dan diubah seiring dengan perkembangan ilmu

pengetahuan dan teknologi sehingga anggota kelompok profesi tidak akan

ketinggalan zaman.

Kode etik profesi merupakan hasil pengaturan diri profesi yang bersangkutan,

dan ini perwujudan nilai moral yang hakiki, yang tidak dipaksakan dari luar. Kode

etik profesi hanya berlaku efektif apabila dijiwai oleh cita-cita dan nilai-nilai yag

hidup dalam lingkungan profesi itu sendiri. Kode etik profesi menjadi tolok ukur

perbuatan anggota kelompok profesi dan merupakan upaya pencegahan berbuat yang

tidak etis bagi anggotanya.

Setiap kode etik profesi selalu dibuat tertulis yang tersusun secara teratur, rapi,

lengkap, tanpa cacat, dalam bahasa yang baik, sehingga menarik perhatian dan

menyenangkan pembacanya. Semua yang tergambar adalah perilaku yang baik-baik.

Akan tetapi, di balik semua itu terdapat kelemahan-kelemahan sebagai berikut.


9

a) Idealisme yang terkandung dalam kode etik profesi tidak sejalan dengan fakta

yang terjadi di sekitar para profesional sehingga harapan sangat jauh dari

kenyataan. Hal ini cukup menggelitik para profesional untuk berpaling kepada

kenyataan dan menggambarkan idealisme kode etik profesi. Kode etik profesi

tidak lebih dari pajangan lukisan berbingkai.

b) Kode etik profesi merupakan himpunan norma moral yang tidak dilengkapi

dengan sanksi yang keras karena keberlakuannya semata-mata berdasarkan

kesadaran profesional. Rupanya kekurangan ini memberi peluang kepada

profesional yang lemah iman utuk berbuat menyimpang dari kode etik

profesinya.7

Kode etik profesi adalah tidak sama dengan Undang-undang (UU) hukum,

seorang ahli profesi yang melanggar kode etik profesi menerima sanski dan atau

denda dari induk organisasi profesinya.

Sedangkan pelanggaran terhadap peraturan hukum (Undang-undang)

dihakimi/diadili oleh lembaga peradilan yang berwenang untuk itu, seperti

Pengadilan Negeri (PN), Pengadilan Agama (PA), Pengadilan Tata Usaha Negara dan

badan vertikalnya.

Dengan etika profesi hukum, diharapkan para profesional hukum mempunyai

kemampuan individu tertentu yang kritis, yaitu:

1) Kemampuan untuk kesadaran etis (ethical sensibility)

2) Kemampuan untuk berpikir secara etis (ethical reasoning)

3) Kemampuan untuk bertindak secara etis (ethical conduct)

7
Supriadi, Etika dan Tanggung..., 23-24.
10

4) Kemampuan untuk kepemimpinan etis (ethical leadership)

Kemampuan di atas adalah merupakan landasan dasar watak, kepribadian dan

tingkah laku para profesional hukum.8

Kode etik profesi merupakan bagian dari hukum positif tertulis tetapi, tidak

mempunyai sanksi yang keras. Keberlakuan kode etik profesi semata-mata

berdasarkan kesadaran moral anggota profesi, berbeda dengan keberlakuan undang-

undang yang bersifat memaksa dan dibekali sanksi berat. Jika orang tidak patuh

kepada undang-undang, dia akan dikenakan sanksi oleh negara. Karena tidak

mempunyai sanksi keras, maka pelanggar kode etik profesi tidak merasakan akibat

dari perbuatannya. Malah dia seperti tidak ada apa-apa dan tidak berdosa kepada

sesama manusia.

Dalam kenyataan nya ditengah-tengah masyarakat sering terjadi

penyalahgunaan profesi hukum oleh anggotanya sendiri. Terjadinya penyalahgunaan

profesi hukum tersebut disebabkan adanya faktor kepentingan.

Dalam profesi hukum dapat dilihat dua hal yang sering terkontradiksi satu

sama lain, yaitu di satu sisi cita-cita etika terlalu tinggi, dan di sisi lain, praktik

pengembangan hukum berada jauh di bawah cita-cita tersebut. selain itu,

penyalahgunaan profesi hukum terjadi karena desakan pihak klien yang

menginginkan perkaranya cepat selesai dan tentunya ingin menang. Klien kadang

kala tidak segan-segan menawarkan bayaran yang menggiurkan, baik kepada

penasihat hukum ataupun hakim.

Ada beberapa alasan lain, kode etik diabaikan:

8
Suhrawardi K. Lubis, Etika Profesi Hukum, (Jakarta: Sinar Grafika, 1994), 14.
11

1. Pengaruh Sifat Kekeluargaan

Salah satu ciri kekeluargaan itu memberi perlakuan dan penghargaan yang

sama terhadap anggota keluarga dan ini dipandang adil. Perlakuan terhadap

orang bukan keluarga lain lagi, hal ini berpengaruh terhadap perilaku profesional

hukum yang terikat pada kode etik profesi, seharusnya memberi perlakuan yang

sama terhadap semua klien.

Contoh, Ahmad keluarga notaris meminta dibuatkan akta hibah, notaris

membebaskannya dari biaya pembuatan akta dengan alasan tidak enak menarik

biaya dari keluarga sendiri. Kemudian datang Bondan, juga minta dibuatkan akta

dengan membayar biaya yang telah ditentukan jumlahnya. Ahmad dan Bondan

perawatan adalah klien yang seharusnya mendapat perlakuan sama menurut

Kode Etik Notaris, tetapi nyata nya lain. Kode etik profesi diabaikan oleh

profesional.

Seharusnya, masalah keluarga dengan masalah profesi dan ini adalah adil.

Dalam contoh kasus tadi, notaris seharusnya menarik bayaran dari penyebabnya

karena mereka sama-sama klien.

2. Pengaruh Jabatan

Salah satu ciri jabatan adalah bawahan menghormati dan taat pada atasan,

adalah ketentuan undang-undang kepegawaian. Fungsi eksekutit terpisah dengan

fungsi legislatif. Seorang hakim memegang dua fungsi sebagai pegawai negeri

dan juga hakim. Menurut Kode Etik Hakim, hakim memutus perkara dengan adil

tanpa pengaruh atau tekanan dari pihak mana pun. Perkara yang diperiksa oleh

hakim tadi ada hubungannya dengan seorang pejabat yang ternyata adalah
12

atasannya sendiri. Dalam kasus ini di satu pihak hakim cenderung hormat dan

bersedia membela atasan sebab kalau tidak, mungkin hakim tadi akan dipersulit

naik pangkat atau dimutasikan. dipihak lain, pejabat mempunyai pengaruh

terhadap bawahan dan karena itu mengirim katebelece (nota) kepada hakim,

tolong selesaikan perkara tersebut dengan sebaik-baik-baik (konotasinya

atasanmu), bukan seadil-adilnya. Seharusnya, hakim adil dan tidak memihak,

tetapi nyatanya memihak atasannya. Sekali lagi, kode etik profesi diabaikan oleh

profesional.

3. Pengaruh Konsumerisme

Gencarnya perusahan-perusahaan mempromosikan produk melalui iklan

media massa, akan cukup berpengaruh terhadap peningkatan kebutuhan yang

tidak sebanding dengan penghasilan yang diterima oleh profesional. Hal ini,

mendorong profesional berusaha memperoleh penghasilan yang lebih besar

melalui jalan pintas atau terobosan profesional, yaitu dengan mencari imbalan

jasa dari pihak yang dilayaninya.

4. Karena Lemah Iman

Salah satu syarat menjadi profesional itu adalah takwa kepada Tuhan Yang

Maha Esa, yaitu melaksanakan perintah dan menjauhi larangan-Nya. Ketakwaan

ini adalah dasar moral manusia, jika manusia mempertebal iman dengan takwa,

maka di dalam diri akan tertanam nilai moral yang menjadi rem untuk berbuat

buruk. Dengan takwa manusia semakin sadar bahwa kebaikan akan dibalas

dengan kebaikan, begitu pula sebaiknya. Sesungguhnya Tuhan itu Maha Adil,

dengan takwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, profesional memiliki benteng
13

moral yang kuat, tidak mudah tergoda dan tergiur dengan bermacam ragam

bentuk materi di sekitarnya. Dengan iman yang kuat, kebutuhan akan terpenuhi

secara wajar dan itulah kebahagiaan9.

Penegakan kode etik tidak seketat penegakan hukum UU karena itu banyak

yang melalaikannya. Kesadaran dari diri sendiri lah yang dapat menjalankan

kode etik profesinya. Adanya rasa keadilan dan moral dalam menjalankan

kewajiban profesinya menjadikan kode etik itu terlaksana.

9
Mardani, Etika Profesi Hukum, (Depok: Rajawali Pers, 2017), 101-103.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Etika profesi pada hakikatnya adalah kesanggupan untuk secara seksama

berupaya memenuhi kebutuhan pelayanan profesional dengan kesungguhan,

kecermatan dan keseksamaan mengupayakan pengerahan keahlian dan kemahiran

berkeilmuan dalam rangka pelaksanaan kewajiban masyarakat sebagai

keseluruhan terhadap para warga masyarakat yang membutuhkannya.

Secara garis besar tujuan kode etik profesi dapat diartikan sebagai standar

operasional prosedur (SOP) dalam mencapai tujuan dari profesi itu sendiri baik

dari menetapkan tanggung jawab, pelayanan, kepatutan kelakuan, dan nilai

integritas pelaku profesi yang nantinya akan berdampak terhadap peningkatan

mutu organisasi profesi. Selanjutnya, mengenai fungsi dari kode etik secara

umum mencakup pedoman profesionalitas yang sudah digariskan serta alat

kontrol sosial masyarakat terhadap suatu profesi.

Kode etik profesi dapat berubah dan diubah seiring dengan perkembangan

ilmu pengetahuan dan teknologi sehingga anggota kelompok profesi tidak akan

ketinggalan zaman.

Setiap kode etik profesi selalu dibuat tertulis yang tersusun secara teratur,

rapi, lengkap, tanpa cacat, dalam bahasa yang baik, sehingga menarik perhatian

dan menyenangkan pembacanya. Semua yang tergambar adalah perilaku yang

baik-baik.

14
15

Kode etik profesi adalah tidak sama dengan Undang-undang (UU) hukum,

seorang ahli profesi yang melanggar kode etik profesi menerima sanski dan atau

denda dari induk organisasi profesinya.

B. Saran
1. Saran Teoritis

Kami menyarankan kepada penulis makalah lain agar dapat menyempurnakan

makalah ini sehingga menjadi lebih baik khususnya dalam kelengkapan teori

yang dibahas.

2. Saran Praktis

Kami menyarankan kepada pembaca agar tidak terpaku dengan makalah ini

akan tetapi tetap mencari sumber lain untuk lebih memahami masalah kode etik

sehingga dapat mengambil pelajaran dan menerapkannya dalam kehidupan

sehari-hari.
DAFTAR PUSTAKA
Buku

Nuh, Muhammad. Etika Profesi Hukum, Bandung: CV.Pustaka Setia, 2011.

Widana, I Ketut dan Gusti Ayu Oka Cahya Dewi. Buku Ajar Prinsip Etika Profesi

Membangun Sikap Profesionalisme Diri, Bandung: PT.Panca Terra Firma,

2020.

Supriadi. Etika dan Hakikat Profesi Hukum di Indonesia. Jakarta: Sinar Grafika.

2006.

Rahman, Sufirman. Qamar Nurul. Etika Profesi Hukum. Makassar: Pustaka Refleksi.

2004.

Muhammad, Abdul Kadir. Etika Profesi Hukum. Bandung: PT Citra Aditya Bakti.

2006.

Lubis, Suhrawardi K. Etika Profesi Hukum. jakarta: Sinar Grafika. 1994.

Mardani. Etika Profesi Hukum. Depok: Rajawali Pers. 2017.

16

Anda mungkin juga menyukai