Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH

ETIKA PROFESI HUKUM


“Pengawasan dan Partisipasi Publik atas Pelaksanaan
Profesi Hukum”

Disusun oleh:
Ghaffar Ramdi
1913030072

Dosen Mata Kuliah :


Dr. Neni Vesna Madjid, SH, MH
PROGRAM STUDI HUKUM TATA NEGARA
FAKULTAS SYARI’AH
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN)
IMAM BONJOL PADANG
1443 H/2021 M
KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha pengasih lagi Maha
penyayang kepada segenap makhluk yang pada-Nya penulis mengucapkan puji
syukur yang telah melimpahkan rahmat, hidayah dan inayah-Nya sehingga penulis
bisa menyelesaikan makalah Etika Profesi Hukum dengan materi Pengawasan dan
Partisipasi Publik atas Pelaksanaan Profesi Hukum.

Makalah ini dapat penulis selesaikan dengan baik atas usaha ananda dan
atas berkat Allah SWT yang telah memudahkan penulis dalam menyelesaikannya.
Penulis berharap, makalah Etika Profesi Hukum dengan materi Pengawasan dan
Partisipasi Publik atas Pelaksanaan Profesi Hukum yang penulis karang ini
bermanfaat bagi semua kalangan.

Terlepas dari itu semua penulis menyadari sepenuhnya masih terdapat


kekurangan baik dalam segi penyusunan kalimat ataupun tata bahasanya. Penulis
berharap semua pihak dapat memakluminya.

Alahan Panjang, 24 November 2021

Penulis

DAFTAR ISI

i
KATA PENGANTAR………………………………………………………….i

DAFTAR ISI………………………………………………………………….…ii

BAB I PENDAHULUAN………………………………………………………1

A. Latar Belakang…………………………………………………………...1
B. Rumusan Masalah………………………………………………………..2
C. Tujuan Penulisan…………………………………………………………2
D. Manfaat Penulisan………………………………………………………..2

BAB II PEMBAHASAN……………………………………………………….3

A. Pengertian Profesi Hukum………………................................................3


B. Urgensi Pengawasan dan Partisipasi Publik atas Pelaksanaan Profesi
Hukum ……………………………………..............................................4

BAB III PENUTUP……………………………………………………………8

A. Penutup………………………………………………………………….8
B. Saran……………………………………………………………………..9

DAFTAR PUSTAKA………………………………………………………….10

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945
menegaskan bahwa Indonesia adalah negara hukum. Dalam usaha
mewujudkan prinsipprinsip negara hukum dalam kehidupan
bermasyarakat dan bernegara, peran dan fungsi penegak hukum sebagai
profesi yang bebas, mandiri dan bertanggung jawab merupakan hal yang
penting, di samping lembaga peradilan dan instansi penegak hukum.
Melalui jasa hukum yang diberikan, kepentingan masyarakat pencari
keadilan, termasuk usaha memberdayakan masyarakat dalam menyadari
hak-hak fundamental mereka di depan hukum. Dalam kajian ilmu hukum
dikemukakan bahwa selain norma hukum, terdapat juga norma lain yang
turut menopang tegaknya ketertiban dalam masyarakat yang disebut norma
etika. Norma etika dari berbagai kelompok profesi dirumuskan dalam
bentuk kode etik profesi.
Menurut Shidarta, kode etik adalah prinsip-prinsip moral yang
melekat pada suatu profesi dan disusun secara sistematis. Ini berarti, tanpa
kode etik yang sengaja disusun secara sistematis itupun suatu profesi tetap
bisa berjalan karena prinsip-prinsip moral tersebut sebenarnya sudah
melekat pada profesi sebut. Meskipun demikian, kode etik menjadi perlu
karena jumlah penyandang profesi itu sendiri sudah sedemikian banyak,
disamping itu tuntutan masyarakat juga makin bertambah komplek. Pada
titik seperti inilah organisasi profesi mendesak untuk dibentuk.1
Kode etik profesi merupakan norma yang ditetapkan dan diterima
oleh kelompok profesi, yang mengarahkan atau memberi petunjuk kepada
anggotanya bagaimana seharusnya berbuat dan sekaligus menjamin mutu
moral profesi itu di mata masyarakat. Kode etik profesi merupakan norma
yang diterapkan dan diterima oleh kelompok profesi yang menyerahkan
atau memberi petunjuk kepada anggota sebagaimana seharusnya.

1
Shidarta, Moralitas Profesi Hukum, (Bandung: Refika Aditama, 2009), hlm.107-108.

1
Umumnya memberikan petunjuk-petunjuk kepada para anggotanya untuk
berpraktik dalam profesi. Namun demikian dapat diutarakan bahwa
prinsip-prinsip yang umum dirumuskan dalam suatu profesi akan berbeda-
beda satu sama lain.2
Namun dalam pelaksanaannya terkadang tidak berjalan dengan
baik bahkan menimbulkan permasalahanpermasalahan dimana kode etik
tidak dijadikan sebagai pedoman pelaksanaan profesi hukum tersebut.
Dalam penerapannya juga terkadang mengalami hambatan atau kendala.
Hal semacam ini memerlukan sarana hukum untuk menyelesaikannnya.
Eksistensi hukum sangat diperlukan untuk dihormati dan prinsip-prinsip
hukum dijunjung tinggi. Oleh karena itu diperlukanlah pengawasan dan
partisipasi publik agar dalam menjalankan tugasnya, pihak-pihak yang
berprofesi hukum dapat bekerja dengan maksimal.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah maka ada beberapa
permasalahan yang bisa diangkat yaitu:
1. Apakah yang dimaksud dengan profesi hukum?
2. Bagaimana pengawasan dan partisipasi publik atas pelaksanaan
profesi hukum?
C. Tujuan Penulisan
Berdasarkan latar belakang masalah dan rumusan masalah diatas,
tujuan makalah ini sebagai berikut:
1. Menjelaskan apa yang dimaksud dengan profesi hukum?
2. Menjelaskan pengawasan dan partisipasi publik atas pelaksanaan
profesi hukum
D. Manfaat Penulisan
Makalah ini dapat diharapkan dapat dijadikan modul pembelajaran
yang akan berguna untuk kegiatan belajar mengajar dalam kelas nantinya.
Makalah ini juga dapat dijadikan referensi yang akan berguna dalam
mempelajari mata kuliah Etika Profesi Hukum dengan materi Pengawasan
dan Partisipasi Publik atas Pelaksanaan Profesi Hukum.
2
Abdulkadir Muhammad, Etika Profesi Hukum, (Bandung: PT Citra Aditya Bakti), hlm.
77.

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Profesi Hukum


Profesi hukum adalah suatu profesi yang berkenaan dengan bidang
hukum. Profesi hukum berusaha untuk mewujudkan dan memelihara
ketertiban yang berkeadilan di dalam kehidupan masyarakat. Profesi
hukum mempunyai nilai moral yaitu: Kejujuran, otentik, bertanggung
jawab, kemandirian moral, keberanian moral. Profesi hukum berusaha
untuk mewujudkan dan memelihara ketertiban yang berkeadilan di dalam
kehidupan masyarakat. Etika sangat ditekankan bagi para penegak hukum.
Pengembangan profesi seseorang, tergantung sepenuhnya kepada orang
yang bersangkutan tentang apa yang diperbuatnya untuk mengembangkan
profesinya tersebut. Secara pribadi ia mempunyai tanggung jawab penuh
atas mutu pelayanan profesinya. Seseorang pengemban profesi hukum
haruslah orang yang dapat dipercaya secara penuh, bahwa ia (profesional
hukum) tidak akan menyalahgunakan situasi yang ada.3
Pengembangan profesi itu haruslah dilakukan secara bermartabat,
dan ia harus mengerahkan segala kemampuan pengetahuan dan keilmuan
yang ada padanya, sebab tugas profesi hukum adalah merupakan tugas
kemasyarakatan yang langsung berhubungan dengan nilainilai dasar yang
merupakan perwujudan martabat manusia, dan oleh karena itu pulalah
pelayanan profesi hukum memerlukan pengawasan dari masyarakat.
Apabila pengemban profesi melaksanakan profesinya dengan baik, benar
maka orang terebut dikatakan profesional.4
Dikatakan seseorang mempunyai watak professional, apabila:
beretika baik, mempunyai kemahiran, melalui pendidikan atau pelatihan,
berkualitas, taat terhadap kode etik yang dikembangkan dan disepakati
bersama dalam sebuah organisasi profesi.

3
Niru Anita Sinaga, “Kode Etik Sebagai Pedoman Pelaksanaan Profesi Hukum Yang
Baik”, Jurnal Ilmiah Hukum Dirgantara, Vol. 10 No. 2 (Maret 2020), 13.
4
Supriadi, Etika dan Tanggung Jawab Profesi Hukum, (Jakarta: Sinar Grafika, 2010),
hlm. 21.

3
Seseorang professional paling tidak harus bertanggung jawab
kepada klien, masyarakat, sesama profesi dan kelompoknya, pemerintah
dan negaranya. Seseorang yang profesional harus memiliki kepribadian
sosial, bertanggung jawab atas semua tindakan, berusaha selalu
meningkatkan ilmu pengetahuanya mahir, menjaga kepercayaan, setia,
mampu menghindari desas-desus dan bangga pada profesinya.5
Sebuah bangsa beradab berharap memiliki penegakan hukum yang
baik untuk menyelesaikan persoalan yuridis yang menimpa masyarakat.
Profesi hukum adalah profesi yang menentukan terselenggara dan
tegaknya HAM di Indonesia. Tugas penegakan hukum mampu
merekayasa hukum dalam suatu kondisi yang menjanjikan agar
masyarakat tidak merasa hidup dalam suatu kesejahteraan palsu, namun
punya kepastian.6
B. Urgensi Pengawasan dan Partisipasi Publik atas Pelaksanaan Profesi
Hukum
Pengawasan atau yang dalam bahasa Inggris disebut controlling
berarti suatu kegiatan yang ditujukan untuk menjamin agar
penyelenggaraan kegiatan sesuai dengan rencana. Jika dikaitkan dengan
hukum pemerintahan, pengawasan dapat diartikan sebagai suatu kegiatan
yang ditujukan untuk menjamin sikap tindak pemerintah atau aparat
administrasi berjalan sesuai dengan hukum yang berlaku. Jika dikaitkan
dengan dengan Hukum Tata Negara, pengawasan berarti suatu kegiatan
yang ditujukan untuk menjamin terlaksananya penyelenggaraan negara
oleh lembaga-lembaga kenegaraan sesuai dengan hukum yang berlaku.
Dalam sistem pemerintahan di Indonesia pengawasan dapat
dilakukan oleh lembaga-lembaga diluar organ pemerintahan yang diawasi
(pengawasan eksternal) dan dapat pula dilakukan oleh lembaga-lembaga
dalam lingkungan pemerintahan itu sendiri (pengawasan internal).
Pengawasan yang bersifat eksternal dilakukan oleh lembagalembaga
Negara seperti Dewan Perwakilan Rakyat (DPR), Badan Pemeriksa
Keuangan (BPK), Mahkamah Agung dan lembaga-lembaga peradilan
5
Suhrawardi K. Lubis, Etika Profesi Hukum, (Jakarta: Sinar Grafika, 2017), hlm. 12.
6
Abintoro Prakoso, Etika Profesi Hukum, (Surabaya: LaksBang Yustisia, 2015), hlm. 60.

4
dibawahnya. Pengawasan eksternal ini juga dilakukan oleh masyarakat,
yang dapat dilakukan oleh orang perorangan, kelompok masyarakat,
Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) dan media massa (pers).7
Partisipasi merupakan determinan dalam melihat bagaimana negara
mampu hadir dan memberikan pelayanan yang baik masyarakat. Negara
merupakan organisasi politik dan pemerintahan. Penyelenggaraan suatu
organisasi itu sendiri dapat diartikan sebagai keikutsertaan dan partisipasi
individu atau kelompok dalam proses penyeleggaraan dan pengawasan
organisasi. Proses partisipasi dalam hal ini berkaitan dengan proses
pelibatan masyarakat dalam organisasi atau pun dalam kegiatan-kegiatan
yang menyangkut penyelenggaraan pemerintahan dan dan juga
pelaksanaan dari profesi-profesi yang menjadi instrumen penting dalam
sistem ketatanegaraan.8
Tingkatan partisipasi menurut teori Arnstein akan menjadi
perangkat untuk mengukur partipasi masyarakat dalam porses
pengawasan. Adapun pengawasan dalam hal ini akan dikaitkan dengan
fungsi Lembaga Ombudsman Republik Indonesia. Sejalan dengan
semangat reformasi yang bertujuan menata kembali kehidupan berbangsa
dan bernegara, pemerintah telah melakukan perubahan-perubahan
mendasar dalam sistem ketatanegaraan.9
Kegiatan pengawasan bukanlah tujuan dari suatu kegiatan
pemerintah, akan tetapi sebagai salah satu sarana untuk menjamin
tercapainya tujuan pelaksanaan suatu perbuatan atau kegiatan. Dalam
hukum tata negara dan hukum pemerintahan berarti untuk menjamin
segala sikap tindak lembaga-lembaga kenegaraan dan lembaga-lembaga
berjalan sesuai dengan hukum yang berlaku.
Perbuatan tercela yang dilakukan oleh aparat pemerintah maupun
orang yang berprofesi hukum akan menimbulkan kerugian bagi pihak

7
Galang Asmara, Ombudsman Nasional dalam Sistem Pemerintahan Negara Republik
Indonesia, (Yogyakarta: Laksbang, 2005), hlm. 152.
8
Lutfiah Pulubuhu dan Nur Istiyan Harun, “Partisipasi Masyarakat dalam Pengawasan
di Bidang Pendidikan”, Journal of Social Politics and Governance, Vol.1 No.2 Desember 2019,
120.
9
Ayu Desiana, “Analisis Konsep Pengawasan Ombudsman terhadap Penyelenggaraan
Pelayanan Publik Inovatif”, Jurnal Ilmu Hukum, Vol. 6 No 2, 2013, 179.

5
yang terkena perbuatan tersebut. Demi keadilan perbuatan yang demikian
ini pasti tidak dikehendaki adanya. Menyadari hal ini, negara selalu akan
berusaha untuk mengendalikan aparatnya jangan sampai melakukan
perbuatan yang tercela ini. Tidak hanya negara, masyarakat juga harus ikut
andil dalam mengawasi pelaksanaan hal-hal yang berhubungan dengan
kepentingan umum.
Sehubungan dengan ini, diadakanlah suatu sistem pengawasan
(control system) terhadap perbuatan aparat pemerintahan dengan tujuan
untuk menghindari terjadinya perbuatan yang marugikan masyarakat,
setidaknya menekan seminimal mungkin terjadinya perbuatan
tersebut.10Untuk itu, partispasi dari masyarakat secara langsung dalam
mengawasi kenerja dari para pemegang profesi hukum sangatlah
menentukan agar profesi hukum benar-benar menunjukkan keberpihakan
kepada masyarakat.
Misalkan dalam pengawasan profesi hukum semisal profesi hakim,
disini diperlukan partisipasi dari publik atau masyarakat agar hakim tidak
bertindak sesuai dengan kemauannya sendiri, melainkan selalu
berpedoman pada kaidah atau kode etik dirinya yang bekerja sebagai
hakim.
Hal ini karena sebagai saalah satu syarat dari negara hukum adalah
pengawasan peradilan sebagai salah saluran bagi warga negara untuk
menguji keabsahan tindakan pemerintah. Pengawasan ini dapat dikatakan
sebagai mekanisme guarantees of the constitution. Pemerintah dalam hal
ini memiliki tanggung jawab secara hukum kepada warga negaranya.
Menurut teori tanggung jawab hukum, bahwa setiap orang termasuk
pemerintah harus mempertanggungjawabkan setiap tindakannya, baik
karena kesalahan atau tanpa kesalahan. Tanggung jawab hukum dari
pemerintah ini dilakukan di depan pengadilan.11
Dalam kosa kata di Indonesia, kita mengenal hak menguji dengan
istilah judicial review. Kedua istilah tersebut berbeda, ketika kita
10
Muchsan, Sistem Pengawasan Terhadap Perbuatan Aparat Pemerintah dan Peradilan
Tata Usaha Negara di Indonesia, (Yogyakarta: Liberty, 2007), hlm. 36.
11
Cholidin Nasir, “Pengawasan terhadap Kebijakan Pemerintah Melalui Mekanisme
Citizen Lawsuit”, Jurnal Konstitusi, Vol. 14 No. 4, Desember 2017, 915.

6
menggunakan istilah hak menguji maka kita mengacu kepada negara-
negara kontinental eropa salah satunya Belanda, sedangkan judicial review
mengacu kepada Amerika Serikat. Istilah hak menguji dalam beberapa
literatur disebutkan terdiri dari dua macam pengertian, yaitu hak menguji
formal dan hak menguji materil. Hak menguji formal adalah kewenangan
hakim untuk menyelidiki apakah suatu produk legislatif telah dibuat secara
sah. Sedangkan hak menguji materiil adalah kewenangan hakim untuk
menyelidiki apakah kekuasaan atau organ yang membuat peraturan
tersebut memiliki kewenangan untuk mengeluarkannya dan apakah isi
peraturan tersebut tidak bertentangan dengan ketentuan yang lebih tinggi.12

BAB III

PENUTUP
12
Harun Alrasid, “Hak Menguji dalam Teori dan Praktik”, Jurnal Konstitusi, Vol. 1 No.
1, Juli 2004, 95-96.

7
A. Kesimpulan
Profesi hukum adalah suatu profesi yang berkenaan dengan bidang
hukum. Profesi hukum berusaha untuk mewujudkan dan memelihara
ketertiban yang berkeadilan di dalam kehidupan masyarakat. Profesi
hukum mempunyai nilai moral yaitu: Kejujuran, otentik, bertanggung
jawab, kemandirian moral, keberanian moral. Profesi hukum berusaha
untuk mewujudkan dan memelihara ketertiban yang berkeadilan di dalam
kehidupan masyarakat.
Pengawasan atau yang dalam bahasa Inggris disebut controlling
berarti suatu kegiatan yang ditujukan untuk menjamin agar
penyelenggaraan kegiatan sesuai dengan rencana. Jika dikaitkan dengan
hukum pemerintahan, pengawasan dapat diartikan sebagai suatu kegiatan
yang ditujukan untuk menjamin sikap tindak pemerintah atau aparat
administrasi berjalan sesuai dengan hukum yang berlaku.
Partisipasi merupakan determinan dalam melihat bagaimana negara
mampu hadir dan memberikan pelayanan yang baik masyarakat. Negara
merupakan organisasi politik dan pemerintahan. Penyelenggaraan suatu
organisasi itu sendiri dapat diartikan sebagai keikutsertaan dan partisipasi
individu atau kelompok dalam proses penyeleggaraan dan pengawasan
organisasi. Proses partisipasi dalam hal ini berkaitan dengan proses
pelibatan masyarakat dalam organisasi atau pun dalam kegiatan-kegiatan
yang menyangkut penyelenggaraan pemerintahan dan dan juga
pelaksanaan dari profesi-profesi yang menjadi instrumen penting dalam
sistem ketatanegaraan.
Sehubungan dengan ini, diadakanlah suatu sistem pengawasan
(control system) terhadap perbuatan aparat pemerintahan dengan tujuan
untuk menghindari terjadinya perbuatan yang marugikan masyarakat,
setidaknya menekan seminimal mungkin terjadinya perbuatan tersebut.
Untuk itu, partispasi dari masyarakat secara langsung dalam mengawasi
kenerja dari para pemegang profesi hukum sangatlah menentukan agar
profesi hukum benar-benar menunjukkan keberpihakan kepada
masyarakat.

8
Misalkan dalam pengawasan profesi hukum semisal profesi hakim,
disini diperlukan partisipasi dari publik atau masyarakat agar hakim tidak
bertindak sesuai dengan kemauannya sendiri, melainkan selalu
berpedoman pada kaidah atau kode etik dirinya yang bekerja sebagai
hakim.
B. Saran
Melalui uraian dan pembahasan yang kami tuliskan diatas sudah
cukup menggambarkan pembelajaran Etika Profesi Hukum tentang
Pengawasan dan Partisipasi Publik atas Pelaksanaan Profesi Hukum.
Makalah yang penulis buat ini masih dalam bentuk umum, untuk itu
penulis menyarankan pembaca untuk tidak bertumpu sepenuhnya kepada
makalah ini dan mencari sumber buku yang lain dengan pengarang yang
lebih beragam.

DAFTAR PUSTAKA

9
Alrasid, Harun. 2004. “Hak Menguji dalam Teori dan Praktik”, Jurnal
Konstitusi, 1 (1), 95-96.

Asmara, Galang. 2005. Ombudsman Nasional dalam Sistem Pemerintahan


Negara Republik Indonesia. Yogyakarta: Laksbang.

Desiana, Ayu. 2013. “Analisis Konsep Pengawasan Ombudsman terhadap


Penyelenggaraan Pelayanan Publik Inovatif”, Jurnal Ilmu Hukum, 6 (2), 179.

Lubis, Suhrawardi K. 2017. Etika Profesi Hukum. Jakarta: Sinar Grafika.

Muchsan. 2007. Sistem Pengawasan Terhadap Perbuatan Aparat Pemerintah dan


Peradilan Tata Usaha Negara di Indonesia. Yogyakarta: Liberty.

Muhammad, Abdulkadir. Etika Profesi Hukum. Bandung: PT Citra Aditya Bakti.

Nasir, Cholidin. 2017. “Pengawasan terhadap Kebijakan Pemerintah Melalui


Mekanisme Citizen Lawsuit”, Jurnal Konstitusi, 14 (4), 915.

Prakoso, Abintoro. 2015. Etika Profesi Hukum. Surabaya: LaksBang Yustisia.

Pulubuhu, Lutfiah dan Nur Istiyan Harun. 2019. “Partisipasi Masyarakat dalam
Pengawasan di Bidang Pendidikan”, Journal of Social Politics and Governance,
1 (2), 120.

Sinaga, Niru Anita. 2020. “Kode Etik Sebagai Pedoman Pelaksanaan Profesi
Hukum Yang Baik”, Jurnal Ilmiah Hukum Dirgantara, 10 (2), 13.

Shidarta. 2009. Moralitas Profesi Hukum. Bandung: Refika Aditama.

Supriadi. 2010. Etika dan Tanggung Jawab Profesi Hukum. Jakarta: Sinar
Grafika.

10

Anda mungkin juga menyukai