Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH

ETIKA PROFESI HUKUM

Tentang

“Etika Pelayanan Jaksa Terhadap Pencari Keadilan Dan Etika Hubungan Dengan
Penegak Hukum Lain”

Dosen Pengampu: Roni Efendi., MH.

Disusun Oleh:

KELOMPOK 8

SILVIA SEPRINA 2030203078

WIRANDA HASTARI 2030203090

PROGRAM STUDI HUKUM TATA NEGARA (SIYASAH)

FAKULTAS SYARIAH

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN) MAHMUD YUNUS

BATUSANGKAR

TAHUN 2023
KATA PENGANTAR

Puji Syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan Rahmat dan
Hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini.
Penyusunan tugas ini bertujuan untuk memenuhi tugas dan kewajiban kami sebagai
mahasiswa serta agar mahasiswa yang lain dapat melakukan kegiatan seperti yang kami
lakukan. Dalam tugas ini kami akan membahas mengenai “Etika Profesi Jaksa”. Dengan ini
kami mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang telah
mendukung kami terutama kepada ibu Roni Efendi MH. dalam mata kuliah Etika Profesi
Hukum.
Tiada gading yang tak retak, demikian pepatah mengatakan. Kami sadari tugas ini masih
jauh dari kesempurnaan, oleh karena itu kami sangat mengharapkan kritik dan saran yang
bersifat membangun sehingga kami dapat memperbaiki kesalahan kami.
Akhir kata kami ucapkan terima kasih. Semoga tugas ini bermanfaat dan berguna bagi
kita semua.

Batusangkar, 24 Mei 2023

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR................................................................................................... i

DAFTAR ISI................................................................................................................. ii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang .................................................................................................... 1

B. Rumusan Masalah............................................................................................... 2

C. Tujuan Makalah .................................................................................................. 2

BAB II PEMBAHASAN

A. Etika Profesi Jaksa Terhadap Pencari Keadilan.................................................. 4

B. Etika Profesi Jaksa Terhdap Penegak Hukum Lain ............................................ 8

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan ......................................................................................................... 10

B. Saran ................................................................................................................... 10

DAFTAR PUSTAKA

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Indonesia adalah negara hukum berdasarkan pada ketentuan UUD 1945. Dalam
usaha mewujudkan prinsip-prinsip negara hukum dalam kehidupan bermasyarakat dan
bernegara, peran dan fungsi penegak hukum sebagai profesi yang bebas, mandiri dan
bertanggung jawab merupakan hal yang penting, di samping lembaga peradilan dan
instansi penegak hukum. Melalui jasa hukum yang diberikan, kepentingan masyarakat
pencari keadilan, termasuk usaha memberdayakan masyarakat dalam menyadari hak-hak
fundamental mereka di depan hukum. Dalam kajian ilmu hukum dikemukakan bahwa
selain norma hukum, terdapat juga norma lain yang turut menopang tegaknya ketertiban
dalam masyarakat yang disebutnorma etika. Norma etika dari berbagai kelompok profesi
dirumuskan dalam bentuk kode etik profesi(Anita Sinaga, 2020).
Untuk mewujudkan prinsip-prinsip negara hukum, juga diperlukan baik norma-
norma hukum, atau peraturan perundang-undangan, juga aparatur pengemban dan
penegak hukum yang professional, berintegritas, dan disiplin yang didukung oleh sarana
dan prasarana hukum serta perilaku hukum masyarakat. Oleh karena itu, idealnya setiap
negara hukum, termasuk Negara Indonesia harus memliki lembaga/institusi/aparat
penegak hukum yang berkualifikasi demikian. Salah satunya adalah Kejaksaan Republik
Indonesia, disamping Kepolisian Republik Indonesia, Mahkamah Agung, dan bahkan
Advokat/Penasehat Hukum/Pengacara/Konsultan Hukum, yang secara universal
melaksanakan penegakkan hukum (Makalikis, 2013).
Perkembangan profesi hukum yang pesat telah menuntut peningkatan
profesionalitas dari pengemban dan organisasi profesi hukum itu sendiri. Para pengguna
profesi di bidang advokat atau notaris atau konsultan-konsultan hukum lainnya sudah
pasti menghendaki pelayanan jasa yang didasarkan pada integritas dan kompetensi tinggi.
Begitu pula dengan profesi yang memiliki wewenang menegakkan hukum (Polisi, Jaksa,
Hakim) makin dituntut bekerja profesional bebasis integritas dan kompetensi juga
sehingga masyarakat yang berurusan dengan hukum akan mendapatkan proses hukum
yang fair, transparan dan akuntabel (Marzuki, 2017). Tuntutan profesionalitas dari profesi
penegak hukum khususnya kejaksaan, perlu ditingkatkan baik itu berprilaku sesama

1
peegak hukum maupun sikap seorang jaksa terhadap masyarakat pencari keadilan.
Didalam makalh ini akan dibahas mengenai etika sorang jaksa terhadap pencari keadilan
dan terhadap sesama profesi penegak hukum lainya.
B. RUMUSAN MASALAH
1. Bagaimana etika pelayanan Jaksa terkadap pencari keadilan?
2. Bagaimana etika seorang Jaksa terhadap sesama profesi penegak hukum?
C. TUJUAN PENULISAN
1. Untuk menemukan dan menambah wawasan mengenai etika pelayanan seorang jaksa
terhadap pencari keadilan.
2. Menemukan dan menambah wawasan terhadap etika seorang Jaksa terhadap sesama
profesi penegak hukum.

2
BAB II

PEMBAHASAN

Jaksa adalah pejabat fungsional yang diberi wewenang oleh undangundang


untuk bertindak sebagai penuntut umum dan pelaksana putusan pengadilan yang telah
memperoleh kekuatan hukum tetap serta wewenang lain berdasarkan undang-undang.
(Marzuki, 2017).
Dalam Pasal 1 angka 2 undang-Undang Republik Indonesia Nomor 1l Tahun
2021 Tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2004 Tentang
Kejaksaan Republik Indonesia menyatakan Jaksa adalah pegawai negeri sipil dengan
jabatan fungsional yang memiliki kekhususan dan melaksanakan tugas, fungsi, dan
kewenangannya berdasarkan UndangUndang. Kejaksaan sebagai salah satu lembaga
penegak hukum dituntut untuk lebih berperan dalam menegakkan supremasi hukum,
perlindungan kepentingan umum, penegakan hak asasi manusia, serta pemberantasan
korupsi, kolusi, dan nepotisme. Supremasi hukum artinya kekuasaan tertinggi dipegang
oleh hukum. Baik rakyat maupun pemerintah tunduk pada hukum. Jadi yang berdaulat
adalah hukum. Equality before the law artinya persamaan kedudukan di depan hukum
tidak ada yang diistimewakan (Makalikis, 2013)

Tugas Dan Wewenag Jaksa


Tugas dan wewenang Kejaksaan di bidang pidana adalah sebagai berikut:
a) Melakukan penuntutan;
b) Melaksanakan penetapan hakim dan putusan pengadilan yang telah memperoleh
kekuatan hukum tetap;
c) Melakukan pengawasan terhadap pelaksanaan putusan pidana bersyarat, putusan
pidana pengawasan, dan keputusan lepas bersyarat;
d) Melakukan penyidikan terhadap tindak pidana tertentu berdasarkan undang-undang;
e) Melengkapi berkas perkara tertentu dan untuk itu dapat melakukan pemeriksaan
tambahan sebelum dilimpahkan ke pengadilan yang dalam pelaksanaannya
dikoordinasikan dengan penyidik. (Marzuki, 2017, p. 39)
Di bidang perdata dan tata usaha negara, kejaksaan dengan kuasa khusus dapat
bertindak baik di dalam maupun di luar pengadilan untuk dan atas nama negara atau

3
pemerintah. Sementara dalam bidang ketertiban dan ketenteraman umum, kejaksaan turut
menyelenggarakan kegiatan:
1) Peningkatan kesadaran hukum masyarakat;
2) Pengamanan kebijakan penegakan hukum;
3) Pengawasan peredaran barang cetakan;
4) Pengawasan aliran kepercayaan yang dapat membahayakan masyarakat dan
negara;
5) Pencegahan penyalahgunaan dan/atau penodaan agama;
6) Penelitian dan pengembangan hukum serta statistik kriminal
A. Etika Pelayanan Jaksa Terhadap Pencari Keadilan
Profesi kejaksaan mengalami kesulitan dalam penegakan hukum.Pekerjaan
kejaksaan membutuhkan tanggung jawab pribadi dan sosialyang besar, terutama
mematuhi kode etik profesi dan norma hukum positif.Melalui Kode Etik Kejaksaan,
Kejaksaan memiliki nilai-nilai luhur danideal yang menjadi pedoman dalam
penyelenggaraan profesi kejaksaandalam mewujudkan jaksa yang profesional dan
jujur.Jaksa dalam menjalankan tugas keprofesiannya, menjaga kehormatan dan martabat
profesinya, serta melaksanakan hubungan sosialdi luar tugas kedinasannya, Kode Etik
Kejaksaan merupakan rangkaiannorma yang memperluas Kode Etik Kejaksaan.
mewujudkan birokrasiyang bersih, efisien, transparan, dan akuntabel berdasarkan doktrin
TriKrama Adhyaksa, serta kejaksaan yang berintegritas, bertanggung jawabdan mampu
memberikan pelayanan masyarakat yang prima.Kode etik kejaksaan dapat ditegakkan
dengan menjatuhkan hukuman yang berat dan menetapkan standar operasional yang
jelas. Tujuan darimenjatuhkan hukuman berat adalah untuk mencegah mereka
yangmelanggar hukum sebanyak mungkin. Selain itu, bertujuan untukmeningkatkan
sumber daya manusia peradilan yang profesional.Chaeruddin Ismail mengatakan, secara
keseluruhan, setiap lembagapenegak hukum perlu memiliki nilai-nilai kejujuran,
keberanian, keadilan,penghormatan terhadap konstitusi dan kewibawaan pemerintah,
sertaintegritas. dan welas asih (compassion), agar setiap aparat penegak hukumdapat
menyikapi berbagai keadaan secara arif dan bijaksana. (Chaeruddin Ismail, 2001)
Salah satu subsistem penegakan hukum di Indonesia, KejaksaanAgung Republik
Indonesia juga tidak terlepas dari prinsip-prinsip dasaryang harus dipatuhi oleh jaksa

4
dalam bekerja. Kejaksaan Agungmerupakan bagian dari pemerintahan, salah satu bagian
dari system peradilan yang menjalankan tugasnya adalah kejaksaan, dan harusbertindak
independen terhadap pihak lain. Kejaksaan harus benar-benar menjadi instrumen penegak
hukum yangmampu menjalankan fungsi penuntutan tanpa melanggar prinsip-prinsiphak
asasi manusia agar berfungsi sebagai instrumen penegak hukum.
Untuk itu kode etik profesi jaksa diatur dalam Peraturan Jaksa Agung Nomor
PER-014/A.JA/11/2020 tentang Kode etik Perilaku Jaksa yang memuat beberapa
kewajiban dan etika jaksa sebagai berikut:
a. Kewajiban jaksa terhadap negara dalam pasal 3 yaitu:
1. Setia dan taat kepada Pancasila serta Undang-Undang Dasar NRI 1945.
2. Bertindak berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku,
mengindahkan norma agama,kesopanan,kesusilaan yang hidup dalam
masyarakat serta menjunjung tinggi hak asasi manusia dan,
3. Melaporkan dengan segera kepada pimpinannya apabila mengetahui hal
yang dapat membahayakan atau merugikan negara.
b. Kewajiban Jaksa kepada Institusi dalam pasal 4:
1. Menerapkan Doktrin Tri Krama Adhyaksa dalam melaksanakan tugas dan
wewenangnya.
2. menjunjung tinggi sumpah dan/atau janji jabatan Jaksa;
3. menjalankan tugas sesuai dengan visi dan misi Kejaksaan Republik
Indonesia;
4. melaksanakan tugas sesuai peraturan kedinasan dan jenjang kewenangan;
5. menampilkan sikap kepemimpinan melalui ketauladanan, keadilan,
ketulusan dan kewibawaan; dan
6. mengembangkan semangat kebersamaan dan soliditas serta saling
memotivasi untuk meningkatkan kinerja dengan menghormati hak dan
kewajibannya
c. Kewajiban Jaksa kepada masyarakat dalam Pasal 6:
1. memberikan pelayanan prima dengan menjunjung tinggi supremasi hukum dan
hak asasi manusia; dan
2. menerapkan pola hidup sesuai dengan nilai-nilai yang berlaku dalam masyarakat.

5
Integritas profesi jaksa dalam Pasal 7
(1) Dalam melaksanakan tugas Profesi Jaksa dilarang:
a. memberikan atau menjanjikan sesuatu yang dapat memberikan keuntungan pribadi
secara langsung maupun tidak langsung bagi diri sendiri maupun orang lain dengan
menggunakan nama ataucara apapun;
b. meminta dan/atau menerima hadiah dan/atau keuntungan dalam bentuk apapun dari
siapapun yang memiliki kepentingan baik langsung maupun tidak langsung;
c. menangani perkara yang mempunyai kepentingan pribadi atau keluarga, atau finansial
secara langsung maupun tidak langsung;
d. melakukan permufakatan secara melawan hukum dengan para pihak yang terkait dalam
penanganan perkara;
e. memberikan perintah yang bertentangan dengan norma hukum yang berlaku;
f. merekayasa fakta-fakta hukum dalam penanganan perkara;
g. menggunakan kewenangannya untuk melakukan penekanan secara fisik dan/atau psikis;
dan
h. menggunakan barang bukti dan alat bukti yang patut diduga telah direkayasa atau
diubah atau dipercaya telah didapatkan melalui cara-cara yang melanggar hukum;

(2) Jaksa wajib melarang keluarganya meminta dan/atau menerima hadiah atau keuntungan dalam
bentuk apapun dari siapapun yang memiliki kepentingan baik langsung maupun tidak langsung
dalam pelaksanaan tugas Profesi Jaksa.

Kemandirian jaksa diatur dalam Pasal 8


(1) Jaksa melaksanakan tugas, fungsi, dan kewenangannya:
a. secara mandiri terlepas dari pengaruh kekuasaan pemerintah maupun pengaruh
kekuasaan lainnya; dan
b. tidak terpengaruh oleh kepentingan individu maupun kepentingan
kelompok serta tekanan publik maupun media
(2) Jaksa dibenarkan menolak perintah atasan yang melanggar norma hukum dan
kepadanya diberikan perlindungan hukum.
(3) Penolakan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) disampaikan secara tertulis kepada
yang memberikan perintah dengan menyebutkan alasan, dan ditembuskan kepada
atasan pemberi perintah.

6
Ketidakberpihakan diatur dalam Pasal 9. Dalam melaksanakan tugas profesi Jaksa
dilarang:
a. bertindak diskriminatif berdasarkan suku, agama, ras, jender, golongan sosial dan
politik dalam pelaksanaan tugas profesinya;
b. merangkap menjadi pengusaha, pengurus/karyawan Badan Usaha Milik
Negara/daerah, badan usaha swasta, pengurus/anggota partai politik, advokat;
dan/atau
c. memberikan dukungan kepada Calon Presiden/Wakil Presiden, Dewan Perwakilan
Rakyat, Dewan Perwakilan Daerah, Dewan Perwakilan Rakyat Daerah, dan Calon
Kepala Daerah/Wakil Kepala Daerah dalam kegiatan pemilihan.

Perlindungan diatur dalam Pasal 10,Jaksa mendapatkan perlindungan dari tindakan


yang sewenang-wenang dalam melaksanakan tugas Profesi Jaksa. Hak jaksa diatur dalam
Pasal 11, Jaksa dalam melaksanakan tugas Profesi Jaksa berhak:
a. melaksanakan fungsi Jaksa tanpa intimidasi, gangguan dan pelecehan;
b. mendapatkan perlindungan hukum untuk tidak dipersalahkan sebagai akibat dari
pelaksanaan tugas dan fungsi Jaksa yang dilakukan sesuai dengan peraturan yang
berlaku;
c. mendapatkan perlindungan secara fisik, termasuk keluarganya, oleh pihak yang
berwenang jika keamanan pribadi terancam sebagai akibat dari pelaksanaan tugas dan
fungsi Jaksa yang dilakukan sesuai dengan peraturan yang berlaku;
d. mendapatkan pendidikan dan pelatihan baik teknis maupun nonteknis;
e. mendapatkan sarana yang layak dalam menjalankan tugas, remunerasi, gaji serta
penghasilan lain sesuai dengan peraturan yang berlaku;
f. mendapatkan kenaikan pangkat, jabatan dan/atau promosi berdasarkan parameter
obyektif, kualifikasi profesional, kemampuan, integritas, kinerja dan pengalaman,
serta diputuskan sesuai dengan prosedur yang adil dan tidak memihak;
g. memiliki kebebasan berpendapat dan berekspresi, kecuali dengan tujuan membentuk
opini publik yang dapat merugikan penegakan hukum; dan
h. mendapatkan proses pemeriksaan yang cepat, adil dan evaluasi serta keputusan yang
obyektif berdasarkan peraturan yang berlaku dalam hal Jaksa melakukan tindakan
indisipliner.(Peraturan Jaksa Agung Nomor PER-014/A.JA/11/2020)

7
B. Etika Hubungan Dengan Penegak Hukum Lainnya
Dalam konteks penegakan hukum,etika dapat dimaknai sebagai seperangkat
prinsip moralyang membedakan apa yang benar dan apa yang salah, apa yang pantas dan
tidak pantas untukdilakukan oleh seorang penegak hukum. etika ini harus menjadi
pegangan, bagi aparat penegakhukumbaik manakala ia menjalankan tugas dan fungsinya
sebagai penegak hukum maupun dalamaktivitas sehari-hari sebagai warga masyarakat.
(Miswardi, M., Nasfi, N., & Antoni, A. (2021))
Bagi aparatur kejaksaan perintah undang-undang untuk berperilaku yang baik
tertuang dalam Pasal 8 ayat 4 Undang-Undang No. 16 tahun 2004 tentang Kejaksaan
yang menyatakan keharusan seorang jaksa untuk bertindak dan berperilaku berdasarkan
pada hukum dan mengindahkan norma kesopanan, kesusilaan dan norma agama serta
menjunjung tinggi nilai-nilai dalam kehidupan masyarakat. Aparatur kejaksaan yang
tidak mengindahkan hal tersebut dan melakukan perbuatan tercela berupa sikap,
perbuatan, dan tindakan pada saat bertugas maupun tidak bertugas yang hal itu dapat
merendahkan martabat jaksa atau kejaksaandapat diberhentikan dengan tidak hormat
sebagaimana disebutkan dalam Pasal 13 huruf e UU Kejaksaan. (Noor, A, 2022)
Berdasarkan ketentuan Pasal 5 Peraturan Jaksa Agung Republik Indonesia Nomor
Per–014/A/Ja/11/2012 tentang Kode Prilaku Jaksa menyatakan Kewajiban Jaksa kepada
Profesi Jaksa:
a. menjunjung tinggi kehormatan dan martabat profesi dalam melaksanakan tugas
dan kewenangannya dengan integritas, profesional, mandiri, jujur dan adil;
b. mengundurkan diri dari penanganan perkara apabila mempunyai kepentingan
pribadi atau keluarga;
c. mengikuti pendidikan dan pelatihan sesuai dengan peraturan kedinasan;
d. meningkatkan ilmu pengetahuan, keahlian, dan teknologi, serta mengikuti
perkembangan hukum yang relevan dalam lingkup nasional dan internasional;
e. menjaga ketidakberpihakan dan objektifitas saat memberikan petunjuk kepada
Penyidik;
f. menyimpan dan memegang rahasia profesi, terutama terhadap tersangka/terdakwa
yang masih anak-anak dan korban tindak pidana kesusilaan kecuali penyampaian

8
informasi kepada media, tersangka/keluarga, korban/keluarga, dan penasihat
hukum sesuai dengan peraturan perundang-undangan.
g. memastikan terdakwa, saksi dan korban mendapatkan informasi dan jaminan atas
haknya sesuai dengan peraturan perundang-undangan dan hak asasi manusia; dan
h. memberikan bantuan hukum, pertimbangan hukum, pelayanan hukum, penegakan
hukum atau tindakan hukum lain secara profesional, adil, efektif, efisien,
konsisten, transparan dan menghindari terjadinya benturan kepentingan dengan
tugas bidang lain.

Terdapat beberapa ketentuan tugas Jaksa terhadap penegak hukum lain, seperti
hubungan dengan Penyidik yang terdapat dalam Pasal 5 diatas huruf (e).

Sehingga pemakalah menyimpulkan dari pasal diatas dapat dipahami bahwa


seorang jaksa dalam menjalankan tugasnya selain harus menjaga nema baik profesinya
juga harus berprilaku baik dengan sesama rekan profesi penegak hukum lainnya, adapun
sikap seorang jaksa yang dapat pemakalah simpulakan sebagai berikut:
a) Menjunjung tinggi kehormatan dan martabat profesi dalam melaksanakan tugas
dan kewenangannya dengan integritas, profesional, mandiri, jujur dan adil;
maksudnya seorang jaksa harus menjaga kehormatan dan martabat profesi, jaksa
juga harus menghormati dan menjunjung tinggi martabat profesi penegak hukum
lain yang sama-sama ingin menciptakan keadilan dalam masyarakat.
b) Memberikan bantuan hukum, pertimbangan hukum, pelayanan hukum, penegakan
hukum atau tindakan hukum lain secara profesional, adil, efektif, efisien,
konsisten, transparan dan menghindari terjadinya benturan kepentingan dengan
tugas bidang lain. Hubungan jaksa dengan profesi lainnya harus profesional
maksudnya tidak ada sikap paling benar di antara profesi penegak hukum, tidak
merasa bahwa tugas dan wewenang profesi lain menghambat jaksa dalam
menjalankan profesinya, menghormati tugas dan wewenag profesi penegak
hukum lainnya dan tidak menghalang-halangi proses pelaksanaan tugas profesi
lain selain kejaksaan.

9
Sehingga Jaksa sebagai penegak hukum dalam menjalani tugasnya dapat mewujudkan
pelayanan publik yang prima, memberikan keadilan dan bersikap profesional. Dalam
melaksanakan tugas profesi, Jaksa dilarang:
1. Menggunakan jabatan dan/atau kekuasaannya untuk kepentingan pribadi dan/atau
pihak lain. Hal ini juga berlaku untuk sesama profsi penegak hukum tidak hanya
terhadap masyarakat pencari keadilan.
2. Menggunakan fakta hukum untuk mengelola kasus. Dalam proses penanganan
suatu perkara, dasar hukum bagi tersangka atau terdakwa harus sesuai dengan
fakta hukum yang ada. Tidak boleh dimanipulasi atau diselewengkan sedemikian
rupa sehingga melemahkan atau meniadakan ketentuan pidana yang seharusnya
dituntut dan dibuktikan.
3. Manfaatkan kekuatan mereka untuk menekan Anda secara fisik dan/atau mental.
larangan menggunakan ancaman atau taktik menakut-nakuti untuk menekan
seseorang demi keuntungan pribadi atau politik.
4. Meminta dan/atau menerima hadiah dan keuntungan, serta melarang keluarganya
melakukan hal yang sama sehubungan dengan jabatannya. Menurut ayat ini,
merupakan pelanggaran untuk mencoba meminta dan/atau menerima sesuatu
meskipun tidak ada tindak lanjut berupa hadiah atau hadiah. Larangan memberi
atau menerima hadiah atau keuntungan, termasuk untuk anggota keluarga,
dimaksudkan untuk mencegah pihak-pihak tertentu mempunyai maksud tertentu
dan untuk mempengaruhi kejaksaan dalam tugas profesinya. Selain itu,
dimaksudkan untuk menjaga kejujuran jaksa.
5. Mengurus kasus yang memiliki kepentingan pribadi atau keluarga, pekerjaan,
hubungan sosial, atau keuangan, atau nilai ekonomi langsung atau tidak langsung.
Jika Jaksa mempunyai kepentingan keuangan yang berpotensi mempengaruhi
jalannya proses hukum yang sedang berlangsung, hubungan keluarga, hubungan
suami istri meskipun sudah bercerai, persahabatan, dan hubungan kerja di luar
jabatannya sebagai Jaksa, ia dapat menolak untuk mengambil sebuah kasus.
sementara pesta sedang ditangani. ditangani oleh sistem pengadilan.
6. Diskriminasi dengan cara apa pun. Diskriminasi atas dasar agama, suku, ras, suku,
kelompok, golongan, status sosial, status ekonomi, jenis kelamin, bahasa, atau

10
keyakinan politik, yang mengurangi, mendistorsi, atau menghilangkan pengakuan
atau melanggar hak hukum tidak dibenarkan oleh penuntutan dengan alasan
apapun.
7. Mereka mempengaruhi opini publik dengan cara yang dapat merugikan
kepentingan penegak hukum. Jaksa tidak diperkenankan membuat pernyataan
yang dapat merugikan penegak hukum kepada masyarakat karena hanya
menjalankan tugasnya sebagai jaksa dalam rangka menegakkan hukum dan
keadilan. Ada hal-hal yang tidak perlu diketahui publik karena dapat
mempengaruhi proses penegakan hukum.
8. Memberikan keterangan kepada publik kecuali terbatas pada halhal teknis perkara
yang ditangani (Rahmaddani, 2021).

11
BAB III

PENUTUP

A. KESIMPULAN
Jaksa adalah pejabat fungsional yang diberi wewenang oleh undangundang untuk
bertindak sebagai penuntut umum dan pelaksana putusan pengadilan yang telah
memperoleh kekuatan hukum tetap serta wewenang lain berdasarkan undang-undang.
Dalam menjalankan tugas sebagai jaksa dalam pelayanan terhadap masyarakat
atau pencari keadilan seorang jaksa harus mementingkan kepentingan masyarakat dan
mencari kebenaran bakan mengharapkan imbalan dan menjadikan prosefi jaksa ajang
untuk berbisnis dengan pencari keadilan yang memberikan keuntungan bagi Jaksa.
Dalam beretika terhadap sesama profesi penegak hukum seorang Jaksa perlu
menanamkan rasa hormat dan saling menghargai agar tercipta keadaan saling mendukung
dan saling memberikan pengaruh positif untuk tercapainya keadilan ditegah masyarakat
pencari keadilan.
B. SARAN
Dengan adanya kode etik yang diterbitkan, makadiharapkan kepada Kejaksaan
Indonesia agar menjalan tugas dengan penuh tanggung jawab dan mengamali kode
etiknya selama menjabat dalam kejaksaan. agar senantiasa menjunjung tiNggi etika
profesi kejaksaan, menanamkan moral dan etika yang baik dalam diri atau pribadi
seorang jaksa sehingga dalam menjalankan tugas jaksa terhindar dari penyelewengan
wewenang dan tidak akan merugikan para pencari keadilan. Menjunjung tinggi etika
profesi Jaksa akan menciptakan kepercayaan terhadap Jaksa dalam kehidupan
bermasyarakat

12
DAFTAR PUSTAKA

Anita Sinaga, N. (2020). Kode Etik Sebagai Pedoman Pelaksanaan Profesi Hukum Yang Baik.
Jurnal Ilmiah Hukum Dirgantara, 10(2), 1–34.
Chaeruddin Ismail, (2001), Polisi : Demokrasi vs Anarkhi, Citra, Jakarta
Makalikis, N. (2013). Pemberhentian Jaksa Dari Tugas Dan Kewenangan Sebagai Pejabat
Fungsional. Lex Et Societatis, 1(1).
Rahmaddani, I. (2023). PENGAWASAN KODE ETIK JAKSA OLEH KOMISI KEJAKSAAN
GUNA TERWUJUDNYA JAKSA YANG PROFESIONAL DAN BERINTEGRITAS.
Journal Presumption of Law, 5(1).
Miswardi, M., Nasfi, N., & Antoni, A. (2021). Etika, moralitas dan penegak hukum. Menara Ilmu, 15(2).
Noor, A. (2022). Membangun Kultur Penegak Hukum Yang Berintegritas Dalam Penegakan
Hukum. ULIL ALBAB: Jurnal Ilmiah Multidisiplin, 1(6), 1660-1668.
Marzuki, S. (2017). Etika & Kode Etik Profesi Hukum. In Etika & Kode Etik Profesi Hukum.
FH UII Press.
Shalihah, F. (2019). Etika Dan Tanggung Jawab Profesi Hukum. Kreasi Total Media. JURNAL

Anda mungkin juga menyukai