Anda di halaman 1dari 23

Sejarah Perpajakan dan Perkembangan

Hukum Pajak di Indonesia

Mata Kuliah Hukum Pajak

Siti Fatimah
Sejarah Perpajakan
Pajak pada mulanya merupakan suatu upeti yang sifatnya
merupakan kewajiban yang dapat dipaksakan dan harus dilaksanakan
oleh rakyat. Rakyat memberikan upeti kepada raja dalam bentuk
natura berupa padi, ternak atau hasil tanam lainnya seperti pisang,
kelapa dll. Upeti ini diberikan untuk kepentingan raja dan tidak ada
imbalannya karena perbedaan status raja yang lebih tinggi dari
rakyatnya.
Namun dalam perkembangannya sifat upeti yang diberikan
oleh rakyat tidak lagi untuk kepentingan raja tetapi mengarah untuk
kepentingan rakyat seperti menjaga keamanan rakyat, memelihara
jalan, membangun saluran air untuk pengairan sawah dan membangun
sarana sosial lainnya.
Seiring dengan perkembangan dalam masyarakat, dibuatlah
suatu aturan yang bersifat memaksa namun memperhatikan unsur
keadilan yang melatarbelakangi dibuatnya ketentuan berupa undang
undang (UU)
UU yang mengatur mengenai pembayaran pajak
zaman penjajahan Belanda, yaitu sebagai berikut
:

1. Ordonansi Rumah Tangga (Stbl. 1908 No.13)


2. Aturan Bea Meterai (Stbl. 1921 No.498)
3.Ordonansi Bea Balik Nama (Stbl. 1924 No.291) 4.
Ordonansi Pajak Kekayaan (Stbl. 1932 No.405) 5. Ordonansi
Pajak Kendaraan Bermotor (Stbl. 1934 No.718) 6. Ordonansi
Pajak Upah (Stbl. 1934 No.611)
7. Ordonansi Pajak Potong (Stbl. 1936 No.671) 8.
Ordonansi Pajak Pendapatan (Stbl. 1944 No.17) 9.
UU Pajak Radio (UU No.12 Tahun 1947)
10. UU Pajak Pembangunan (UU No.14 Tahun
1947) 11. UU Pajak Peredaran (UU No.12 Tahun
1952)
UU sebelum tahun 1983
1. UU Pajak Penjualan Tahun 1951 yang diubah dengan
UU No.2 Tahun 1968
2. UU No.21 Tahun 1959 tentang Pajak Deviden yang
diubah dengan UU No.10 Tahun 1967 tentang
Pajak atas Bunga, Deviden dan Royalti
3. UU No.19 Tahun 1959 tentang Penagihan Pajak
Negara dengan Surat Paksa
4.UU No.74 Tahun 1958 tentang Pajak Bangsa Asing
5. UU No.8 Tahun 1967 tentang Tata Cara
Pemungutan
PPd, PKK, dan PPs atau Tata Cara MPS - MPO
Terlalu banyaknya undang-undang, tidak terpenuhinya rasa
keadilan sehingga masyarakat mengalami kesulitan dalam
pelaksanaannya dan terlebih undang-undang tersebut adopsi
zaman penjajah Belanda, kondisi tersebut membuat
pemerintah bersama DPR melakukan reformasi undang
undang perpajakan dengan mencabut semua undang-undang
yang ada dan membuat undang-undang perpajakan yang
sifatnya mudah dipelajari dan dipraktikkan tidak menimbulkan
duplikasi pemungutan pajak, mengutamakan unsur keadilan
dan sistem perpajakan menjadi self assessment yang
semula official assessment.
Undang-undang Perpajakan (1983)

1. UU No.6 Tahun 1983 tentang Ketentuan Umum


dan Tata Cara Perpajakan (KUP)
2. UU No.7 Tahun 1983 tentang Pajak Penghasilan
(PPh)
3. UU No.8 Tahun 1983 tentang Pajak
Pertambahan Nilai atas Barang dan Jasa dan
Pajak Penjualan atas Barang Mewah (PPN dan
PPnBM)
4. UU No.12 Tahun 1983 tentang Pajak Bumi dan
Bangunan (PBB)
5. UU No.13 Tahun 1983 tentang Bea Meterai
(BM)
Perubahan Undang-Undang Perpajakan
(1994)

6. UU No.6 Tahun 1983 diubah dengan UU No.9


Tahun 1994
7. UU No.7 Tahun 1983 diubah dengan UU
No.10 Tahun 1994
8. UU No.8 Tahun 1983 diubah dengan UU
No.11 Tahun 1994
4. UU No.12 Tahun 1983 diubah dengan UU
No.12 Tahun 1994
UU pendukung (1997)
1. UU No.17 Tahun 1997 tentang Badan
Penyelesaian Sengketa Pajak
2. UU No.18 Tahun 1997 tentang Pajak Daerah dan
Retribusi Daerah
3. UU No.19 Tahun 1997 tentang Penagihan Pajak
dengan Surat Paksa
4. UU No.20 Tahun 1997 tentang Penerimaan
Negara Bukan Pajak
5. UU No.21 Tahun 1997 tentang Bea Perolehan
Hak atas Tanah dan Bangunan
Perubahan UU Perpajakan
(2000)
1. UU No.9 Tahun 1994 diubah dengan UU No.16 Tahun
2000
2. UU No.10 Tahun 1994 diubah dengan UU No.17
Tahun 2000
3. UU No.11 Tahun 1994 diubah dengan UU No.18
Tahun 2000
4. UU No.19 Tahun 1997 diubah dengan UU No.19
Tahun 2000
5. UU No.21 Tahun 1997 diubah dengan UU No.21
Tahun 2000
6. UU No.18 Tahun 1997 diubah dengan UU No.34
Tahun 2000
Perubahan UU Pajak (2007 sd
2009)
• Perubahan UU KUP
(tujuan : dalam rangka lebih memberikan keadilan, meningkatkan pelayanan
kepada Wajib Pajak (WP), lebih memberikan kepastian hukum, dan
mengantisipasi perkembangan di bidang teknologi informasi.
• Perubahan UU PPh dan PPN & PPnBM
(tujuan : dalam rangka mengamankan penerimaan negara yang makin meningkat,
mewujudkan sistem perpajakan yang netral, sederhana, stabil, lebih memberikan
keadilan dan menciptakan kepastian hukum, transparansi
Perubahan undang-undang adalah sbb:
1. UU No. 28 Tahun 2007 mulai berlaku 1 Januari 2008 merupakan perubahan ketiga,
berubah menjadi UU No. 16 Tahun 2009 merupakan perubahan keempat atas UU
No. 6 Tahun 1983 tentang KUP.
2. UU PPh No. 17 Tahun 2000 diubah dengan UU No. 36 Tahun 2008 mulai berlaku 1
Januari 2009.
3. UU PPN dan PPnBM No. 18 Tahun 2000 diubah dengan UU No. 42 Tahun 2009
mulai berlaku 1 April 2010.
4. Khusus untuk Pajak Daerah dan Retribusi Daerah UU No. 28 Tahun 2009 yang
mencabut UU No. 18 Tahun 1997 dan mulai berlaku 1 Januari 2010.
Pengertian Pajak, Retribusi dan Sumbangan

Beberapa definisi pajak, menurut Santoso Brotodihardjo, SH dalam bukunya Pengantar Ilmu
Hukum Pajak, adalah sebagai berikut:
1. Mr. Dr. N.J Feldmann
“Pajak adalah prestasi yang dipaksakan sepihak oleh terutang kepada penguasa, (menurut
norma-norma yang ditetapkannya secara umum), tanpa adanya kontra-prestasi, dan
semata-mata digunakan untuk menutup pengeluaran-pengeluaran umum.” 2. Prof. Dr.
M.J.H.
Smeets
“Pajak adalah prestasi kepada pemerintah yang terutang melalui norma-norma umum, dan
yang dapat dipaksakannya, tanpa adanya kontra-prestasi yang dapat ditunjukkan dalam hal yang
individual, maksudnya adalah untuk membiayai pengeluaran pemerintah.” 3. Dr.
Soeparman Soemahamidjaja
“Pajak adalah iuran wajib berupa uang atau barang yang dipungut oleh penguasa
berdasarkan norma-norma hukum, guna menutup biaya produksi barang-barang dan jasa
jasa kolektif dalam mencapai kesejahteraan umum.”
4. Prof. Dr. Rochmat Soemitro SH
“pajak adalah iuran rakyat kepada kas negara berdasarkan undang-undang (yang dapat
dipaksakan) dengan tiada mendapat jasa-timbal (kontra prestasi), yang langsung dapat
ditunjukkan dan yang digunakan untuk membayar pengeluaran umum.”

Pengertian Pajak

Unsur-unsur yang melekat dalam pengertian pajak adalah


sbb:
1. Pembayaran pajak harus berdasarkan undang-undang
2. Sifatnya dapat dipaksakan
3. Tidak ada kontra-prestasi (imbalan) yang langsung
dapat dirasakan oleh pembayar pajak
4. Pemungutan pajak dilakukan oleh negara, oleh
pemerintah pusat maupun daerah (tidak boleh
dipungut oleh swasta)
5. Pajak digunakan untuk membiayai berbagai
pengeluaran pemerintah (rutin dan pembangunan)
bagi kepentingan masyarakat umum
Pengertian Retribusi dan Sumbangan

Unsur-unsur yang melekat pada pengertian retribusi adalah


: 1. Pungutan retribusi harus berdasarkan undang-undang 2.
Sifat pungutannya dapat dipaksakan
3. Pemungutannya dilakukan oleh negara
4.Digunakan untuk pengeluaran bagi masyarakat umum 5.
Kontra-prestasi (imbalan) langsung dapat dirasakan oleh
pembayar retribusi
Pengertian sumbangan adalah pungutan yang bersifat
sukarela untuk kepentingan masyarakat tertentu yang tidak
membutuhkan dasar hukum yang bisa merasakan langsung
atau tidak langsung atas hasil sumbangan tersebut.
Peran dan Fungsi Pajak dalam Pembangunan

Peran Pajak dalam Pembangunan :


Tersedianya sarana dan prasarana umum seperti sarana transportasi, pendidikan,
kesehatan, keamanan, hukum dan sarana kegiatan lainnya yang mendukung kegiatan
sehari-hari.

Sumber penerimaan negara dalam APBN :


1. penerimaan perpajakan
a. pajak dalam negeri
b. Pajak perdagangan internasional
2. penerimaan negara bukan pajak (PNBP)
3. penerimaan hibah dari dalam negeri maupun luar negeri

Fungsi Pajak
1. fungsi budgeter 2. fungsi redistribusi
fungsi regulerend 3. --------> fungsi utama
fungsi demokrasi 4.
Fungsi Pajak
Fungsi budgeter adalah fungsi untuk mengumpulkan uang pajak
sebanyak-banyaknya sesuai dengan undang-undang yang berlaku dan
digunakan untuk membiayai pengeluaran rutin, pengeluaran
pembangunan dan apabila surplus menjadi tabungan pemerintah
digunakan untuk investasi.

Fungsi regulerend adalah fungsi untuk mencapai tujuan tertentu di


luar bidang keuangan.

Fungsi demokrasi adalah wujud penjelmaan sistem gotong-royong


dalam kegiatan pemerintah dan pembangunan untuk kemaslahatan
masyarakat.

Fungsi redistribusi adalah fungsi yang lebih menekan pada unsur


pemerataan dan keadilan dalam masyarakat.
Kedudukan Hukum Pajak dalam Tata Hukum

Nasional

Hukum pajak merupakan bagian dari hukum administrasi negara,


yang merupakan segenap peraturan hukum yang mengatur segala
cara kerja dan pelaksanaan serta wewenang dari lembaga-lembaga
negara serta aparaturnya dalam melaksanakan tugas administrasi
negara.
Hubungan Hukum Pajak dengan Hukum Perdata

Hukum pajak dengan hukum perdata merupakan


dua cabang ilmu hukum yang hubungannya sangat
erat karena hukum pajak selalu mencari dasar
kemungkinan pemungutan pajak berdasarkan
perbuatan hukum perdata.
Hukum perdata merupakan hubungan hukum yang
terjadi antara sesama anggota masyarakat. Hukum
pajak merupakan bagian dari hukum publik atau
hukum administrasi negara yang mengatur
hubungan hukum antara pemerintah dengan
masyarakat yang disebut Wajib Pajak.
Hubungan Hukum Pajak dengan Hukum Pidana

Hukum pidana sebagai bagian dari hukum


publik mengatur hubungan hukum antara warga
masyarakat dengan pemerintah terkait masalah
tindak pidana. Berbagai mcam ketentuan yang
diatur dalam Kitab Undang-Undang Hukum
Pidana (KUHPidana) menjadi acuan penerapan
pidana ketika Wajib Pajak melanggar ketentuan
tindak pidana yang diatur dalam undang-undang
pajak.
Politik Hukum Perpajakan Indonesia
Politik hukum perpajakan di Indonesia
tidak terlepas dari realitas sosial, politik, dan
yang terjadi di Indonesia dan realitas
ekonomi
ekonomi internasional. Maksudnya
sosial politik
adalah bahwa perkembangan politik hukum
perpajakan Indonesia tidak ditentukan oleh
kehendak hukum atau undang-undang, praktisi
atau teori belaka tetapi juga perkembangan
hukum di negara lain dan perkembangan hukum
internasional yang ada.
Ruang Lingkup Politik Hukum Perpajakan Indonesia

1. Legal policy yang meliputi pembangunan hukum


pembuatan dan pembaruan materi-materi
hukum perpajakan agar disesuaikan dengan
kebutuhan.
2. Pelaksanaan ketentuan hukum yang telah ada
mencakup penegasan fungsi lembaga dan
pembinaan penegak hukum yang ada.
Pengertian politik hukum adalah proses pembuatan
dan pelaksanaan hukum yang menunjukkan sifat ke
arah mana hukum akan dibangun dan ditegakkan.
Tujuan Politik Hukum
Sebagai alat (tool) atau sarana dan langkah yang
digunakan pemerintah untuk menciptakan suatu
sistem hukum nasional yang dikehendaki, sehingga
cita-cita besar bangsa Indonesia bisa terwujud yang
termuat dalam pembukaan UUD 1945 yaitu
“melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh
tumpah darah Indonesia, memajukan
kesejahteraan umum, mencerdaskan
bangsa, dan ikut melaksanakan ketertiban kehidupan
dunia berdasarkankemerdekaan, perdamaian
abadi dan
keadilan sosial.”
Beberapa periode dalam politik hukum
perpajakan yang diterapkan di
Indonesia
1. 1950 – 1982 (sebelum reformasi perpajakan) penerapan
perundang-undangan perpajakan produk Belanda.
2. 1983 – 1993 periode tiga paket UU No. 6 Tahun 1983 tentang KUP,
UU No. 7 Tahun 1983 tentang PPh dan UU No. 8 Tahun 1983
tentang PPN dan PPnBM.
3. 1994 – 1999 perubahan atas tiga paket atas UU tersebut menjadi
UU No. 9 Tahun 1994, UU No. 10 Tahun 1994 dan UU No. 11
Tahun 1994.
4.2000 – 2007 perubahan kembali UU tersebut menjadi UU No. 16
Tahun 2000, UU No. 17 Tahun 2000 dan UU No. 18 Tahun 2000. 5.
2007 sampai sekarang UU No. 28 Tahun Tahun 2007, UU No. 36
Tahun 2007 dan UU No. 42 Tahun 2009.
Perkembangan Hukum Pajak Pasca –amandemen UUD 1945

Secara konstitusional pengenaan pajak awalnya diatur dalam Pasal 23


ayat (2) yang menyatakan “Segala pajak untuk keperluan negara
berdasarkan undang – undang.” Melalui amandemen ketiga tahun
2001, dasar konstitusional hukum pajak diatur dalam Pasal 23A UUD
1945 yang menyatakan “Pajak dan pungutan lain yang bersifat
memaksa untuk keperluan negara diatur dengan undang – undang.”
Dari perubahan tersebut dapat disimpulkan sebagai berikut : 1. Dasar
hukum konstitusional pengenaan pajak semula merupakan bagian dari
suatu pasal kemudian diubah menjadi satu pasal tersendiri.
2. Terdapat perkembangan hukum sebagai dasar pemungutan yang
ketentuannya semula berdasarkan undang – undang kemudian
diubah menjadi diatur dengan undang – undang.
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai