Anda di halaman 1dari 35

KARAKTERISTIK ROYALTI ATAS HAK CIPTA SEBAGAI OBJEK

PEMBAGIAN HARTA BERSAMA PERKAWINAN (SYIRKAH) DALAM

KASUS PERCERAIAN

Oleh :

MAULANA RAHMADI SURYA

NIM.032011133009

FAKULTAS HUKUM

UNIVERSITAS AIRLANGGA

2023
KEABSAHAN ROYALTI ATAS HAK CIPTA UNTUK DIJADIKAN OBJEK

PEMBAGIAN HARTA BERSAMA DALAM KASUS PERCERAIAN

Dosen Pembimbing Penyusun

Fiska Silvia Raden Roro, S.H., M.M., LL.M. Maulana Rahmadi Surya

NIP. 197705292003122003 NIM. 032011133009

FAKULTAS HUKUM

UNIVERSITAS AIRLANGGA

2023
DAFTAR PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN

Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945

Staatsblaad Nomor 23 tahun 1847 tentang Burgelijk Wetboek Voor Indonesia

(Burgelijk Wetboek)

Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan (Lembaran Negara

Republik Indonesia Tahun 1974 Nomor 1, Tambahan Lembaran Negara Republik

Indonesia Nomor 3019 )

Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2019 tentang Perubahan Atas Undang-Undang

Nomor 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan (Lembaran Negara Republik Indonesia

Tahun 2019 Nomor186, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia 6401)

Instruksi Presiden Republik Indonesia Nomor 1 Tahun 1991 Tentang

Penyebarluasan Kompilasi Hukum Islam

Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2014 Tentang Hak Cipta (Lembaran Negara

Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 266, Tambahan Lembaran Negara

Republik Indonesia 5599)

Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 56 Tahun 2021 tentang Pengelolaan Royalti Hak

Cipta Lagu dan/atau Musik (Lembar Negara Republik Indonesia Tahun 2021

Nomor 86)

ii
DAFTAR PUTUSAN PENGADILAN

Putusan Pengadilan Agama Jakarta Barat dengan Nomor : 1622/Pdt.G/2023/PAJB

iii
DAFTAR ISI

DAFTAR PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN......................................................ii


DAFTAR ISI...........................................................................................................................iii
BAB I.........................................................................................................................................1
PENDAHULUAN.....................................................................................................................1
1.1 Latar Belakang.....................................................................................................1
1.2.Rumusan Masalah................................................................................................8
1.3. Tujuan Penelitian................................................................................................8
1.4.Manfaat Penelitian...............................................................................................9
1.4.1. Manfaat Teoritis.......................................................................................................9
1.4.2.Manfaat Praktis.........................................................................................................9
1.5.Keaslian Penelitian...........................................................................................10
1.6. Metode Penelitian............................................................................................14
1.6.1. Pendekatan Masalah...............................................................................................15
1.6.2. Sumber Bahan Hukum...........................................................................................16
1.6.3. Prosedural Pengumpulan Bahan Hukum...............................................................18
1.6.4. Analisis Bahan Hukum..........................................................................................19
1.6.5. Sistematika Penelitian............................................................................................19
1.7. Tinjauan Pustaka............................................................................................21
1.7.2.Perkawinan..............................................................................................................22
1.7.3.Perceraian................................................................................................................23
1.7.5. Royalti atas Hak Cipta…………………………………………………………...25

DAFTAR BACAAN...............................................................................................................26

iv
v
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Allah SWT menurunkan Al- qur’an yang menjadi rujukan utama dalam hukum

islam, memiliki maksud dan tujuan berupa pencegahan dampak buruk dari tindakan

jahiliyah dan kerusakan pada manusia yang menyebabkan kemaksiatan bagi umat islam,

membimbing menuju kebenaran, keadilan, dan jalan kebijaksanaan yang didasarkan pada

Maqasid asy-syari’ah antara lain menjaga tauhid, jiwa, akal, dan nasab dengan merujuk

pada fleksibelitas dan dinamis dari ketentuan Al – Qur’an, Dengan kata lain tujuan syariat

islam adalah memberikan kemanfaatan dan kebahagiaan yang konkrit bagi kehidupan

manusia baik secara perseorangan maupun perkumpulan. Kebahagiaan dalam kehidupan

yang tentram dan sejahtera dengan melakukan perkawinan yang sah berdasarkan Al –

Qur’an, ialah dambaan setiap manusia khususnya umat muslim, karena pada hakikatnya

setiap manusia memiliki kebutuhan jasmani dan rohani yang dimiliki oleh manusia yang

berbeda kelamin1. Tetapi pada faktanya dalam laman digital gawai kita, banyak berita

kasus perceraian oleh aktor, artis, ataupun tokoh publik di algoritma akses informasi,

tentunya bentuk isi berita tersebut pasti melibatkan unsur pengadilan yang menjadi sorotan

terpentingnya, karena secara normatif berdasarkan Pasal 39 ayat (1) UU Perkawinan

bahwa “Perceraian hanya dapat dilakukan di depan sidang Pengadilan, setelah

1
Dahwadin “ Hakikat Perceraian Berdasarkan Ketentuan Hukum Islam di Indonesia”. Jurnal
Pemikiran Hukum dan Hukum Islam, Vol.11 .No.1, 1 Juni , 2020

1
Pengadilan yangbersangkutan berusaha dan tidak berhasil mendamaikan kedua belah

pihak.” Dan pasal 115 Kompilasi Hukum Islam juga termaktub “ perceraian hanya dapat

dilakukan di depan sidang Pengadilan Agama setelah Pengadilan Agama berusaha dan

tidak berhasil medamaikan kedua belah pihak, sehingga adanya kepastian dalam

persidangan perihal orientasi antara kedua pihak yang diiringi dengan perkembangan unsur

materil, yaitu persoalan pembagaian harta bersama perkawinan (syirkah) saat proses dan

setelah persidangan. Pada umumnya pembagian harta bersama perkawinan setelah

perceraian, yang sering dipermasalahkan oleh pasangan suami ialah berbentuk harta yang

berwujud seperti halnya mobil, tanah, rumah, ataupun perhiasan sekalipun.

Berdasarkan Pasal 35 ayat (1) dan (2) UU Perkawinan seluruh harta yang

diperoleh saat masa perkawinan, kalau tanpa adanya perjanjian sebelum perkawinan, maka

secara yuridis dan otomatis dimiliki oleh dua pihak dalam ikatan perkawinan secara

bersama, tetapi apabila terjadi perceraian berdasarkan Pasal 37 UU Perkawinan diatur

pembagiannya berdasarkan hukum nya masing masing, yang mana bila pasangan

perkawinan memeluk agama islam maka ketentuan pembagian harta bersama

menggunakan ketentuan khusus seperti Kompilasi Hukum Islam. Adanya perkembangan di

tengah masyarakat terkait upaya berdasarkan pengetahuan hukum yang solutif dengan

keadaan urgensi yang ada, karena seperti harta tidak berwujud yang dijadikan objek bentuk

harta bersama dalam kasus perceraian sengat sulit untuk dijadikan pertimbangan hakim. 2

2
Fherman Aga Saputra, 2022, ”Royalti Sebagai Harta Bersama”, skripsi, Fakutlas
HukumUniversitas Muhammadiyah Jember. Hal. 3

2
Menurut Latuhpono, harta bersama yang diperoleh selama perkawinan dapat

berupa benda berwujud dan tidak berwujud. Harta bersama yang berwujud dapat meliputi

benda tidak bergerak, benda bergerak dan surat-surat berharga. Harta bersama tidak

berwujud dapat berupa hak maupun kewajiban. Tidak hanya secara konseptual tetapi

secara normatif juga diatur dalam Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 Tentang

Perkawinan (selanjutnya disebut UU Perkawinan) harta bersama perkawinan dibagi

kedalam tiga kategori yang pertama, Harta yang diperoleh selama perkawinan. Harta ini

merupakan harta yang dikuasai bersama selama perkawinan, kedua, Harta bawaan yaitu

harta yang dibawa oleh masing-masing pihak sebelum proses perkawinan dilakukan. Harta

ini dikuasai masing masing pihak sepanjang para pihak tidak menentukan lain, dan ketiga,

harta perolehan, yaitu harta yang diperoleh dari hadiah atau warisan. Harta ini dikuasai

oleh masing-masing sepanjang para pihak tidak menentukan lain.

Berdasarkan ketentuan Hukum Islam, pergantian kerugian bersifat material yang

biasanya dijadikan objek dalam motif perceraian, seperti pembagian harta bersama,

menurut Yahya Harahap menyatakan ketentuan khusus perihal harta bersama sebetulnya

secara spesifik masih tidak ada sumber hukum islam yang komprehensif, karena pada

umumnya pengarang kitab-kitab fiqih ialah orang Arab masih belum mengenal adat perihal

harta bersama dalam perkawinan, tetapi bisa dikaitkan dengan suatu perjanjian yang

disebut syirkah di ekstensifkan dalam konteks harta kekayaan dalam perkawinan 3.

Perjanjian harta kekayaan dalam perkawinan atau disebut syirkah merupakan harta benda

3
Abdul Manan, Aneka Masalah Hukumperdata Islam di Indonesia. Kencana, Jakarta, 2006

3
yang diperoleh kedua pihak yaitu suami dan istri dalam hubungan perkawinan yang terikat

tanpa persoalan terkait pendaftaran atas nama siapapun. Secara konseptual harta bersama

perkawinan (syirkah) atau bersama dalam perspektif dari beberapa ahli adanya unsur

kesamaan yang menjadi benang merah untuk menguraikan frasa harta bersama perkawinan

secara logis, Menurut Amir Syarifudin, bahwa setiap orang islam yang melakukan

perkawinan diharuskan (syirkah) melakukan suatu akad khusus atau perjanjian tambahan,

baik itu setelah perkawinan maupun sebelum perkawinan. Jika hal itu secara prioritas tidak

dilakukan maka adanya konsekuensi bahwa harta pribadi milik masing-masing suami istri

tidak dapat diklasifikasikan sebagai harta bersama dan harta yang didapatkan dalam

perkawinan kepemilikanya menjadi pribadi masing masing4.

Contoh Kasus yang berkaitan dengan hal tersebut adalah kasus perceraian antara

penyanyi terkenal yang mempunyai karya lagu popular di Indonesia, yaitu Virgoun dengan

istrinya bernama Inara Rusli. Dalam putusanya yaitu Nomor : 1622/Pdt.G/2023/PAJB

bahwa Inara Rusli dikabulkan tidak hanya persoalan perceraiannya, tetapi juga hak asuh

anak dan harta bersama perkawinan (syirkah), kasus ini menjadi sorotan publik karena

adanya pertimbangan hukum yang baru untuk dikonversikan menjdai putusan tidak hanya

objek gugatan, hal itu adalah menjadi sebuah sejarah baru hukum islam di Indonesia

karena royalti khususnya tentang Hak Cipta dalam bentuk konkritnya itu beberapa lagu

milik Virgoun seperti Surat Cinta Untuk Starla, Bukti, Orang Yang Sama, Selamat. 5
4
Amir Syarifuddin, Hukum Perkawinan di Indonesia. Mandar Maju, Bandung h. 176
5
Hana Futari, ” Perceraian Inara Rusli dan Virgoun Jadi kasus Pertama di Indonesia yang
Tuntut Hak Cipta Jadi Harta Bersama”, Grid.id, Rabu, 31 Mei 2023,
https://www.grid.id/read/043800095/perceraian-inara-rusli-dan-virgoun-jadi-kasus-pertama-di-
indonesia-yang-tuntut-hak-cipta-jadi-harta-bersama diakses pada tanggal 25 November 2023

4
Virgoun sebagai penulis yang berdasarkan Undang Undang Nomor 28 Tahun 2014

Tentang Hak Cipta sebagai pencipta atas ciptaan beberapa lagu tersebut, yang tanpa

dicatatkan ke Ditjen HAKI sekalipun, Virgoun mendapatkan hak ekonomi dan moralnya,

karena Virgoun dengan merilis album dan menggunggah video di YouTube tentang lagu

lagunya hal itu sudah memenuhi unsur deklaratoir atau pengumuman terhadap publik,

sehingga publik menjadi saksi kalau Virgoun lah menjadi pencipta atas beberapa lagu

tersebut, yang menjadi persoalan pihak Inara Rusli dalam hal ini menjadi penggugat juga

menuntut royalti atas Hak Cipta yang di dapatkan dan dimiliki oleh Virgoun, karena pihak

penggugat menganggap bahwa royalti atas Hak Cipta ialah bentuk kekayaan harta bersama

(syirkah) yang dimiliki antara penggugat dan tergugat, sehingga berdasarkan Pasal 97

Kompilasi Hukum Islam (selanjutnya disebut KHI) bahwa “Janda atau duda cerai

masing-masing berhak seperdua dari harta bersama sepanjang tidak ditentukan lain

dalam perjanjian perkawinan.”. Sedangkan berdasarkan Pasal 91 ayat (3) KHI, harta

bersama perkawinan (syirkah) yang tidak terwujud termasuk klasifikasi dalam harta

bersama, karena Hak Kekayaan Intelektual adalah suatu hak terhadap karya-karya

berbentuk immaterial yang timbul sebagai akibat dari adanya kemampuan intelektualitas

dalam ilmu pengetahuan dan teknologi, dimana hak tersebut diperoleh melalui

pengorbanan tenaga, waktu dan biaya serta memiliki nilai ekonomis karena dapat

dinikmati hasilnya, khususnya Hak cipta berdasarkan uu nomor 28 tahun 2014 Tentang

Hak Cipta, output dari hasil karya adanya dua hak, yaitu hak moril dan hak ekonomi,

dimana hak ekonomi pencipta akan mendapatkan keuntungan secara materil dari

keuntungan hasil ciptaanya, pihak penggugat menganggap hak ekonomi tersebut ialah

5
bentuk benda tidak berwujud yang dmaksud pada Pasal 91 KHI ayat (3), sehingga pihak

penggugat merasa berhak mendapatkan pendapatan bersih setelah dipotong pajak berupa

royalti yang diperoleh Virgoun dari PT XXX sebagai Pemegang Hak Cipta atas Lagu Surat

Cinta Untuk Xxx, Bukti, dan Selamat, berdasarkan Perjanjian Kerjasama antara PT

Xxxdengan Xxx tentang Label Produk Rekaman No. DRM: Legal/DRM/055/X/2015

tertanggal 3 Nopember 2015 dan perubahannya, sampai putusan atas perkara a quo

berkekuatan hukum tetap. Dengan keputusan seperti itu maka Inara Rusli bisa

mendapatkan bagian dari royalti atas Hak Cipta yang mungkin besaran nilainya mencapai

nominal miliaran karena mayoritas publik mengetahui eksistensi bagusnya beberapa lagu

yang dimiliki oleh Virgoun6. Irana Rusli didampingi oleh kuasa hukum yang mempunyai

pikiran logika hukum yang tajam, karena bentuk tuntutan yang disampaikan pihak

penggugat melibatkan harta tidak berwujud seperti royalti, Bahwa perjanjian Royalti

dengan perusahaan bukan hanya melibatkan suami tapi juga harus melibatkan isteri karena

kedepannya ini akan menjadi harta bersama, sehingga Irana Rusli dan kuasa hukumnya

mengetahui penyanyi yang sangat terkenal bersumber dari dampak materil karyanya,

apalagi Virgoun sebagai penulis lagu serta vokalis sehingga peran Virgoun sangat besar

dalam menghasilkan ciptaan lagu sehingga indikator bagian hak ekonomi juga tinggi,

namun Irana Rusli juga pasti memiliki kontribusi berupa dukungan secara moril serta ikut

secara langsung dalam prosesnya, sehingga dalil seperti ini mengkuatkan relevansi gugatan

pembagian royalti atas lagu ciptaaan Virgoun.

6
Arso “ Hak Atas Kekayaan Intelektual (HAKI) Sebagai Harta Bersama Perspektif
Kompilasi Hukum Islam”. Jurnal Hukum dan Perundungan Islam, Vol.7.No.1, 1 April , 2017

6
Hak Cipta ialah salah satu bentuk ketentuan turunan dari Hak Atas Kekayaan

Intelektual (HAKI), secara konsepual menurut Imam Syahputra menjelaskan dengan

beranggapan bahwa, hak atas kekayaan yang di dapatkan dari hasil buah kecerdasan dan

kreatifitas dari suatu intelektualitas dengan beberapa perangkat seperti daya cipta, rasa dan

karsanya. Bentuk wujud HAKI dalam suatu Hak Cipta ini ialah berupa hak eksklusif bagi

pencipta atau pemegang lisensi untuk mengumumkan atau memperbanyak ciptaanya,

dengan tujuan mendapatkan hak ekonomi dan moralnya menurut Undang Undang Nomor

28 Tahun 2014 Tentang Hak Cipta.

Sebetulnya penerapan HAKI yang dinkoversikan menjadi benda tidak berwujud,

sehingga bisa diklasifikasikan dalam ketentuan harta bersama perkawinan (syirkah)

berdasarkan Pasal 91 ayat (1) dan (3) KHI yang memberikan dampak secara materil pada

pasangan ikatan perkawinan yang sah dengan pencipta ciptaan hak atas Hak Cipta tersebut.

Walaupun berdasarkan kontribusi teknis dan langsung tidak disimbolkan dengan kontrak

kerja sama selayaknya lisensi antara suami atau istri pemegang hak Cipta, tetapi karena

secara konseptual, pemahaman harta bersama bisa diawali dengan konsep syirkah al-

abdân, maka keterlibatan langsung dalam menghasilkan sebuah ciptaan atau invensi bukan

sebagai syarat sahnya perikatan syirkah al-abdân yang akan melahirkan harta bersama.7

Berdasarkan uraian dan penjelasan yang di atas, akan ada permasalahan harta

bersama perkawinan (syirkah) yang objeknya HAKI. Maka dari itu hal ini membutuhkan

penelitian yang komprehensif perihal status pemegang hak kekayaan ekonomi dan moral

7
Ibid, h. 33

7
dari ciptaan atas Hak Cipta yang diperoleh sesudah terjadinya ikatan perkawinan

sedangkan penguasaan hak eksklusif Hak Cipta masih berlaku eksistensinya dengan

minimal 20 tahun jangka waktunya Demikian pula dalam hal pembagian harta bersama

yang objeknya HAKI bilamana pasangan suami istri terjadi perceraian. Penelitian ini

merupakan kajian yang penting tentang pembagian harta bersama yang objeknya adalah

royalti Hak Cipta dengan beberapa alasan; Pertama, tidak ada kejelasan secara normatif

dan frasanya dalam peraturan dan perundang-undangan yang mengatur tentang berbagai

jenis royalti Hak Cipta sebagai harta bersama perkawinan. Kedua, dalam pembagian

sengketa bersama sering terjadi rasa ketidakadilan oleh pihak yang bersengketa. Ketiga,

masih terjadi kesalahpahaman di tengah masyarakat tentang royalti Hak Cipta sebagai

harta bersama perkawinan (syirkah).8

1.2.Rumusan Masalah

a. Karakteristik royalti atas Hak Cipta yang diklasifikasikan menjadi objek

harta bersama perkawinan (syirkah)

b. Analisis Putusan Pengadilan Agama Jakarta Barat nomor putusan :

1622/Pdt.G/2023/PAJB tentang unsur pembagian harta bersama

1.3. Tujuan Penelitian

8
Ibid, h. 34

8
Berdasarkan rumusan masalah yang terdapat di atas maka tujuan yang akan

dicapai dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Menganalisis bentuk keabsahan hukum berdasarkan hukum positif di

Indonesia tentang keabsahan penggunaan harta kekayaan royalti dijadikan

objek harta bersama dalam perkawinan, karena perkembangan inisiatif

hukum terkait klasifikasi bentuk kebendaan dari harta bersama dalam

perkawinan yang memberikan dampak besar pada fakta yang adil setelah

adanya perceraian. Untuk menjaga optimalisasi dari fungsional pengadilan

untuk mengakomodir kedua pihak terkait hak materil yang bersifat

proporsional, maka perlu di tinjau secara yuridis terkait substansial dari

ketentuan yang mengatur tentang klasifikasi kebendaan harta bersama dan

jenis kebendaan materil dari hak ekonomi royalti Hak Cipta.

2. Menganalisis tentang klasifikasi kebendaan harta bersama perkawinan

(syirkah) dalam perkawinan yang berkesinambungan dengan dampak

setelah adanya perceraian serta mekanisme perhitungan royalti atas Hak

Cipta jika dijadikan objek pembagian harta bersama (syirkah).

1.4.Manfaat Penelitian

1.4.1. Manfaat Teoritis

Memberikan wawasan, pengetahuan, wacana keilmuan, dan pemahaman,

khususnya di bidang Hukum waris dan Hukum Hak Kekayaan Intelektual, terkait

9
bentuk keabsahan penggunaan royalty beserta mekanisme pembagiannya atas Hak

Cipta dijadikan objek harta bersama perkawinan (syirkah) selayaknya klasifikasi

kebendaan harta bersama yang diatur dalam UU Perkawinan.

1.4.2. Manfaat Praktis

Manfaat praktis yang hendak di realisasikan dalam penelitian ini ialah bagi

akademisi khususnya di ruang lingkup hukum bisnis, pemerhati, dan peneliti di

bidang hukum waris dan hukum Hak Kekayaan Intelektual dapat melengkapi bahan

pustaka/literatur akademis guna melakukan penelitian lanjutan mengenai ketentuan

hukum keabsahan hak kekayaan royalti dijadikan objek harta bersama perkawinan

(syirkah) dalam perkawinan, bagaimana unsur algoritma atara peraturan perundang

undangan terkait kesinambungan klasifikasi kebendaan harta kekayaan intelektual

dengan bentuk kebendaan harta bersama yang sudah diatur dalam UU perkawinan

perihal fungsional dan eksistensinya.

1.5.Keaslian Penelitian

Penelitian ini baru atau berbeda dengan penelitian yang dilakukan oleh peneliti lain

dari dalam maupun dari luar Fakultas Hukum Universitas Airlangga. Penelitian

membandingkan dengan penulisan/skripsi lainya, sebagai berikut :

1. Skripsi yang ditulis oleh Dina Silvia Puteri, S.H. dari Fakultas Hukum

Universitas Airlangga pada tahun 2019. Skripsi ini berjudul Prinsip

10
Pembagian Harta Bersama Dalam Hal Perceraian. Terdapat dua rumusan

masalah dalam skripsi ini, yaitu Apa ratio legis dari Pasal 35 dan 37 Undang

Undang Perkawinan serta Apa ratio decidendi hakim mengenai pembagian

harta bersama dalam Putusan Mahkamah Agung No. 266K/AG/2010 dan

Putusan Mahkamah Agung Nomor 208K/PDT/2018. Hasil dari penelitian

pada skripsi ini adalah ratio legis Pasal 35 Undang-Undang yaitu salah

satunya untuk menyeimbangkan hak dan kedudukan suami dan istri,

mengangkat derajat istri dalam rumah tangga dan dalam hal harta bawaan dan

harta bersama, serta untuk melindungi hak masing masing para pihak untuk

harta bawaanya, dan ratio legis Pasal 37 Undang-Undang Perkawinan adalah

Undang-Undang Perkawinan, karena dahulu perkawinan memiliki pluralism

karena banyaknya hukum perkawinan yang berlaku berdasarkan golongan

penduduk, dan nilai nilai yang masih diterapkan di masyarakat maka pembuat

Undang-Undang brusaha menegembalikan kepada hukum agama yaitu

Hukum Islam, Hukum Adat, dan Hukum Lainya, tetapi bukan berarti Undang

Undang Perkawinan masih bersifat plural dan tidak adanya unifikasi,

melainkan hanya secara tidak langsung mengembalikan pengaturan harta

bersama tersebut kepada hukum sebelumnya, perbedaan dengan skripsi ini

ialah unsur substansial pembahasanya, dimana skripsi ini membahas tentang

konsep dan ketentuan yuridis terkait pembagian harta bersama perkawinan

(syirkah) secara umum dan mendasar tanpa adanya sesuatu hal yang bereda

untuk menerapkan dalam suatu putusan tersebut, sedangkan penelitian peneliti

11
dari pembahasan dan konsep, secara spesifik terkait klasifikasi kebendaan

dalam pembagian harta bersama (syirkah) yang diterapkan dalam jenis benda

tak berwujud yang berbeda dengan harta materil biasa sepesrti tanah, rumah,

mobil, ataupun perhiasan, sedangkan saya menggunakan royalti atas Hak

Kekayaan Intelektual untuk dijadikan objek dalam pembagian harta bersama

atas Hak Kekayaan Intelektual. .

2. Jurnal yang ditulis oleh Amini Aprindawati, Holijah, Muhammad Yahya

Selma dari Fakultas Hukum Universitas Muhammadiyah Palembang pada

tahun 2023. Jurnal ini berjudul Analisis Pembagian Harta Bersama Setelah

Perceraian Dalam Perspektif Kompilasi Hukum Islam di Pengadilan Agama

Pangkalan Balai. Terdapat dua rumusan masalah dalam junal ini, yaitu

Pembagian Harta Bersama setelah Perceraian berdasarkan Kompilasi Hukum

Islam di Pengadilan Agama Pangkalan Balai serta Pertimbangan Majelis

Hakim dalam Memutuskan Perkara Pembagian Harta Bersama Akibat

Perceraian dalam Perkara Nomor 458/Pdt.G/2020/PA.Pkb. Hasil dari

penelitian pada jurnal ini adalah bahwa Pembagian harta bersama akibat

terjadinya perceraian dalam perkara Nomor 458/Pdt.G/2020/PA.PKb, Hakim

membagi harta bersama setengah bagian adalah hak penggugat dan juga

setengah bagian lagi adalah hak tergugat. Majelis Hakim mengakhiri perkara

sengekta harta bersama dengan memberikan putusan akhir yang dalam pokok

perkaranya menyatakan mengabulkan gugatan Penggugat sebagian dan

menolak atau tidak menerima beberapa gugatan Penggugat selain dan

12
selebihnya. Pertimbangan Majelis Hakim Pengadilan Agama Pangkalan Balai

dalam menyelesaikan sengketa harta bersama dalam perkara

458/Pdt.G/2020/PA.PKb melalui alasan-alasan dan dasar Hukum yang kuat

dan tidak bertentangan dengan Hukum Islam berdasarkan ayat Al-Qur‟an,

hadist- hadist rasul serta kaidah-kaidah fiqhiyyah. Pembagian harta bersama

hendaknya dilakukan melalui jalan musyawarah dengan mempertimbangkan

prisnsip keadilan antara suami dan istri. Pertimbangan Majelis Hakim

Pengadilan Agama Pangkalan Balai dalam menyelesaikan sengketa harta

bersama dalam perkara, Adapun perbedaan dengan penelitian penulis yaitu

adanya penjabaran lebih umum dari ketentuan yuridis dan konseptual dari

perspektif hukum islam pembagian harta perkawinan bersama (syirkah), tidak

hanya membahas tentang metode perhitungan tetapi klasifikasi benda yang

dibahas kalau objeknya seperti royalti Hak Kekayaan Intelektual, dimulai dari

keabasahan dari dikabulkanya royalti atas Hak Kekayaan Intelektual termasuk

klasifikasi ketentuan jenis benda dalam pasal 97 KHI dalam keabsahan harta

perkawinan bersama (syirkah).

3. Tesis yang ditulis oleh Fherman Aga Saputra dari Fakultas Hukum

Universitas Muhammadiyah Jember pada tahun 2022. Tesis ini berjudul

Royalti Hak Cipta Sebagai Harta Bersama Dalam Perkawinan. Terdapat dua

rumusan masalah yaitu apakah royalti Hak Cipta merupakan harta bersama

dalam perkawinan serta Bagaimana penyelesaian apabila terjadi sengketa

dalam pembagian royalty atas Hak Cipta setelah terjadinya perceraian, hasil

13
dari penelitian jurnal ini adalah Royalti hak cipta merupakan harta bersama

dalam perkawinan hal ini mendasarkan pada ketentuan Undang-undang

Nomor 28 Tahun 2014 tentang Hak Cipta. Apabila suatu Royalti atas HKI

tersebut diperoleh selama perkawinan berlangsung, maka pendapatan yang

berkaitan dengan HKI tersebut merupakan harta bersama. Royalti menjadi

harta bersama (gono-gini) dalam perkawinan apabila royalti tersebut telah

menjadi suatu pendapatan yang diperoleh suami maupun istri dan juga telah

menjadi hal dalam mencukupi kebutuhan sehari-hari. Apabila terjadi sengketa

antara suami istri, maka model penyelesaiannya mendasarkan pada kententuan

Pasal 37 Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2019 tentang Perubahan Atas

Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan yang menyatakan,

bahwa apabila perkawinan putus karena perceraian, harta bersama diatur

menurut hukumnya masing-masing, adapun perbedaan dengan penelitian

penulis yaitu penerapan klasifikasi kebendaan harta perkawinan bersama

(syirkah) terhadap royalti Hak Cipta, dimana masih bersifat relevansi karena

masih tidak ada kasus yang pasti terkait penggunaan royalti Hak Cipta dalam

objek harta bersama perkawinan (syirkah), sedangakan peneletian peniliti

sudah mengadopsi kasus yang konkrit terkait penggunaan royalti sehingga

objek yang dibahas ialah terkait keabsahan, dari segi pemecahan isu hukum

dalam bentuk pemakaian royalti Hak Cipta dengan mekanisme preferensial

dan perbandingan secara logis antar Peraturan Perundang – Undangan.

14
1.6. Metode Penelitian

1.6.1. Tipe Penelitian Hukum

Tipe penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah Penelitian Hukum

(Legal Reseach). Penelitian hukum dilakukan untuk memecahkan isu hukum yang

diajukan serta hasil yang hendak dicapai adalah memberikan preskripsi mengenai apa

yang seyogianya. Langkah-langkah yang ditempuh dalam penelitian hukum adalah:

1. Mengidentifikasi fakta hukum, mengeliminasi hal-hal yang tidak relevan,

dan menetapkan isu hukum yang hendak dipecahkan;

2. Mengumpulkan bahan-bahan hukum dan non hukum yang relevan terhadap

isu hukum yang hendak di pecahkan;

3. Menarik kesimpulan yang menjawab isu hukum;

4. Memberikan preskripsi dan rekomendasi berdasarkan argumentasi yang

telah dibangun di dalam kesimpulan.

Metode tersebut diterapkan pada penelitian ini dengan mengacu pada ketentuan

yuridis terkait eksistensi dan bentuk keabsahan harta keakayaan royalti atas Hak

Cipta berdasarkan Undang Undang Hak Cipta serta ketentuan secara fungsional

dalam pembagaian harta bersama perkawinan bersama (syirkah) berdasarkan

KHI dan UU Perkawinan. Dalam penelitian ini, dilakukan analisis terhadap

unsur ketetuan umum yang linier dan relevan terhadap kualifikasi bentuk

kebendaan royalti Hak Cipta dengan ketentuan kebendaan yang absah diatur

15
dalam KHI dan UU Perkawinan, serta mengarahkan ketentuan dan eksistensi

royalti atas Hak Cipta menjadi objek hak yang didapatkan dalam pembagaian

harta bersama setelah adanya perceraian. Penelitian ini dilakukan dengan cara

meneliti bahan kepustakaan atau data sekunder sebagai bahan utama dalam

melakukan analisis, yakni terdiri dari bahan hukum primer, bahan hukum

sekunder, dan bahan hukum tersier. Bahan kepustakaan yang digunakan ialah

berkaitan dengan penulisan yang dibahas, yaitu keabsahan hak kekayaan royalti

menjad objek pembagaian harta bersama dalam kasus perceraian.

1.6.2. Pendekatan Masalah

Penulisan skripsi ini menggunakan dua pendekatan masalah yaitu menggunakan

pendekatan konseptual (conceptual approach), pendekatan perundang-undangan

(statute approach), pendekatan masalah (case approach). Dalam pendekatan

perundang-undangan (statute approach), titik sentral pendekatan penilitian adalah

unsur legalitas dalam perbuatan perceraian yang berdampak adanya pembagaian harta

bersama, bagaimana keabsahan klasifikasi menurut UU Perkawinan serta KHI dari

kebendaan pembagaian harta bersama yang absah yang dikaitkan dengan harta

kekayaan benda tidak berwujud seperti royalti Hak cipta. Pengkajian peraturan

perundang-undangan menelaah sistematisasi aturan dari peraturan perundang-

16
undangan pada tingkat tertinggi sampai dengan tingkat terendah9. Pendekatan

konseptual (conceptual approach) adalah metode pendekatan masalah yang beranjak

dari pandangan-pandangan dan doktrin-doktrin yang berkembang dalam ilmu hukum.

Pendekatan ini digunakan untuk mengenai hukum keluarga, hukum islam dan Hak

Kekayaan Intelektual, dasar Ilmu hukum terkait ketentuan dan teori pembagaian harta

bersama dalam konteks kasus perceraian, serta korelasi dan relevansi keabsahaan dan

mekanisme perhitungan pembagian antara harta kekayaan royalti dengan klasifikasi


10
benda pembagaian harta bersama menurut Hukum Perkawinan serta KHI .

Pendekatan masalah (case approach) adalah metode pendekatan masalah yang

beranjak dari syatu kasus yang mempunyai putusan inkracht, yang mengacu pada

ratio decendi atau alasan-alasan hukum yang digunakan oleh hakim untuk sampai

kepada putusanya, peneliti akan mengidentifikasi perihal fakta materil hakim pada

putusan Pengadilan Agama Jakarta Barat dengan Nomor : 1622/Pdt.G/2023/PAJB,

dimana peneliti akan mengkoherenkan dengan ketentaun Peranturan perundang-

undangan yang relevan serta diiringi analisis yang logis perihal fakta materil dalam

putusan tersebut yang mengabulkan gugatan Irana Rusli terkait royalti yang

didapatkan menjadi objek pembagian harta bersa perkawinan (syirkah).

1.6.2. Sumber Bahan Hukum

Untuk mendukung penulisan proposal skripsi ini maka bahan hukum

yang digunakan sebagai penunjang dalam penulisan meliputi dua macam bahan
9
Peter Mahmud Marzuki, Penelitian Hukum: Edisi Revisi, Kencana, Jakarta, 2005, h. 133.
10
Ibid.,177.

17
hukum, yaitu bahan hukum primer dan bahan hukum sekunder serta bahan non

hukum. Dalam hal ini bahan hukum primer merupakan bahan bahan hukum yang

diperoleh dengan mengumpulkan peraturan perundang – undangan yang terkait dalam

penulisan ini, seperti catatan resmi risalah dalam pembuatan peraturan perundang

undangan, dan yurisprudensi baik nasional maupun internasional. Adapun dalam

pembahasan penelitian ini digunakan bahan hukum primer berupa segenap peraturan

perundang undangan yang terkait masalah yang ditulis oleh penulis, antara lain :

a. Sumber Bahan Hukum Primer

1.Undang-Undang Negara Republik Indonesia Tahun 1945

2.Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2019 tentang Perubahan Atas

Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan

3. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan

(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1974 Nomor 1, Tambahan

Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3019 )

4. Instruksi Presiden Republik Indonesia Nomor 1 Tahun 1991 Tentang

Penyebarluasan Kompilasi Hukum Islam

5. Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2014 Tentang Hak Cipta

(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 266,

TambahanLembaran Negara Republik Indonesia 5599)

6. Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 56 Tahun 2021 tentang Pengelolaan

Royalti Hak Cipta Lagu dan/atau Musik

18
b. Sumber Bahan Hukum Sekunder

Untuk memenuhi sumber bahan hukum primer maka digunakan pula

sumber bahan hukum sekunder yang diperoleh dan berupa semua

publikasi tentang hukum yang bukan merupakan dokumen resmi.

Publikasi hukum ini dapat berupa buku teks, kamus kamus hukum, jurnal

jurnal hukum doktrin dari praktisi yang kompetensi dalam bidang yang

saya bahas di penelitian ini.

C Sumber Bahan Non Hukum

Sebagai penunjang dari sumber hukum primer dan sekunder, sumber

bahan non hukum dapat berupa internet, ataupun laporan-laporan

penelitian non hukum dan jurnal-jurnal non hukum sepanjang mempunyai

relevansi dengan topik penelitian11.

1.6.3. Prosedural Pengumpulan Bahan Hukum

Prosedural pengumpulan bahan hukum yang digunakan adalah dengan

cara melakukan studi kepustakaan (library research) terhadap bahan hukum primer

dan bahan hukum sekunder. Selanjutnya dilakukan analisis terhadap bahan hukum

primer dan bahan hukum sekunder yang relevan dengan masalah dalam penelitian ini.

1.6.4. Analisis Bahan Hukum

11
Ibid.,141.

19
Bahan hukum yang terkumpul dalam penelitian ini akan dianalisis

melalui metode deskriptif analitis, yaitu dengan melihat permasalahan yang terkait

dengan rumusan masalah, kemudian bahan hukum tersebut dipilah untuk digunakan

dalam menganalisis masing masing rumusan masalah. Tujuan dari analisis bahan

hukum adalah untuk menemukan hukum atau finding the law. Oleh karena itu, perlu

dikemukakan metode penelitian hukum yang bersifat preskriptif atas pemecahan

permasalahan isu hukum dan putusan pengadilan yang akan dibahas yaitu terkait

kekaburan hukum ketentuan hukum positif di Indonesia yang mengatur kualifikasi

royalti Hak Cipta terhadap harta bersama dalam suatu perkawinan serta objek

pembagaian harta bersama di saat perceraian.

1.6.5. Sistematika Penelitian

Sebagai pertanggung jawaban sistematika penulisan penelitian, maka

penelitian ini akan membagi perspektif analisis ke dalam 4 (empat) bab. Bab I di

awali dengan penjelasan mengenai latar belakang dengan pemaparan mengenai latar

belakang serta rasio dilakukanya peneltian, seperti di analisis lebih dalam mengenai

berbagai perspektif dan teori yang menjelaskan mengenai tentang suatu perkawinan

khususnya terkait ketentuan yuridis tentang perceraian dalam suatu hubungan

perkawinan, serta memaparkan salah satu permasalahan hukum yang ada kaitanya

dengan konsep perkawinan yang lebih spesifiknya terkait perceraian di sesuaikan

secara koherensial dengan ketentuan hukum positif yang ada Indonesia perihal

pembagaian harta bersama perkawinan (syirkah). Beberapa penjelasan terkait

20
klasifikasi dan konseptual tentang mengkaitkan eksistensi dari kebendaan harta

kekayaan royalti yang dijadikan objek pembagaian harta bersama perkawinan

(syirkah). Maka dirumuskan menjadi isu hukum yang akan selanjutnya di

konversikan menjadi pendekatan pendekatan yang akan digunakan dalam metodologi

penelitian.

Bab II akan berfokus pada pembahasan mengenai rumusan masalah

pertama yakni “Karakteristik royalti atas Hak Cipta yang diklasifikasikan menjadi

objek harta bersama perkawinan (syirkah)”. Analisis dalam bab ini dijelaskan

beberapa sub-bab, yang pertama yaitu membahas tentang konsep Hak Cipta

khususnya terkait royalti atas Hak Cipta, sub-bab yang ke dua yaitu membahas

tentang hak kekayaan royalti dari hak cipta sebagai harta bersama suami istri

berdasarkan perspektif UU Perkawinan dan KHI, serta sub-bab yang ketiga yaitu

membahas royalti menjadi harta bersama dalam konteks KHI .

Selanjutnya, Bab III akan menjabarkan pembahasan mengenai rumusan

masalah kedua yaitu “apa bentuk pembagaian hak kekayaan royalti jika dijadikan

objek pembagaian harta bersama perkawinan (syirkah) setelah adanya perceraian”.

Dalam bab ini menjelaskan ratio decidendi diputusnya Putusan Pengadilan Agama

Jakarta Barat dengan Nomor : 1622/Pdt.G/2023/PAJB, landasan unsur pertimbangan

dasar terkait eksistensi keabsahan royalty atas Hak Cipta sebagai objek pembagaian

harta bersama di kasus perceraian tersebut, serta membahas tentang mekanisme

penerarapan daari eksistensi keabsahan royalti atas Hak Cipta terhadap perhitungan

21
dan pembagaian antara kedua pihak dengan mengacu asas keadilan yang

proporsional.

Bab IV berisi kesimpulan dari penelitian yang dilakukan, dalam bab ini akan

memuat kesimpulan secara singkat terkait hasil analisis serta pembahasan yang sesuai

dengan pokok-pokok permasalahan yang telah dirumuskan sebelumnya. Selain itu,

pada bab ini juga akan dimuat saran dari penulis terhadap permasalahan yang diteliti.

1.7. Tinjauan Pustaka

1.7.1. Perkawinan

Sebelum tahun 1974, pengaturan mengenai perkawinan di Indonesia sangat

beragam. Pada masa itu tiap golongan tunduk pada peraturan perkawinan yang

berbeda-beda. Pada tanggal 2 Januari 1974 pemerintah negara Republik Indonesia

mengundangkan Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan (UU

Perkawinan). Upaya unifikasi hukum perkawinan di Indonesia diwujudkan dalam

Pasal 66 UU Perkawinan yang menentukan bahwa peraturan-peraturan yang

mengatur mengenai perkawinan sejauh telah diatur dalam UU Perkawinan sudah

tidak berlaku. Pengertian perkawinan menurut ketentuan Pasal 1 UU Perkawinan

adalah ikatan lahir batin antara seorang pria dengan seorang wanita sebagai suami

22
istri dengan tujuan membentuk keluarga (rumah tangga) yang bahagia dan kekal

berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa. Berdasarkan ketentuan tersebut, maka

perkawinan terdiri dari lima unsur, yaitu Ikatan lahir batin, antara seorang pria dan

seorang Wanita, sebagai suami istri, membentuk keluarga (rumah tangga) yang

bahagia dan kekal, berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa, Ikatan lahir batin

Ikatan lahir batin berarti ikatan tersebut tidak hanya cukup dengan ikatan lahir

saja atau ikatan batin saja. Melainkan keduanya harus terpadu erat 2 Ikatan lahir

adalah ikatan yang dapat dilihat dan menunjukkan bahwa terdapat hubungan hukum

antara suami dan istri. Ikatan lahir juga disebut sebagai ikatan formal. Ikatan lahir

tersebut mengikat diri suami dan istri, serta pihak ketiga. Sedangkan ikatan batin

adalah ikatan yang tidak nampak, suatu ikatan yang hanya dapat dirasakan oleh suami

dan istri. Antara seorang pria dan Unsur perkawinan yang kedua ini menunjukkan

bahwa perkawinan hanya boleh terjadi antara seorang pria dengan seorang wanita.

Dengan demikian perkawinan antara seorang pria dengan seorang pria adalah tidak

dimungkinkan. Demikian juga perkawinan antara seorang wanita dengan seorang

wanita juga tidak dimungkinkan. Selain itu unsur kedua ini menunjukkan bahwa UU

Perkawinan menganut asas monogami. Sebagai suami istri Ikatan antara seorang pria

dengan seorang wanita dipandang sebagai suami istri apabila telah memenuhi syarat-

syarat yang telah ditentukan oleh undang-undang. Syarat sahnya suatu perkawinan

terbagi menjadi syarat intern dan syarat extern. Syarat intern berkaitan dengan para

pihak yang melakukan perkawinan. Sedangkan syarat extern berkaitan dengan

23
formalitas-formalitas yang harus dipenuhi dalam melangsungkan perkawinan.

Membentuk keluarga (rumah tangga) yang bahagia dan kekal Tujuan perkawinan

adalah untuk membentuk suatu keluarga yang bahagia dan kekal. Keluarga dalam

pengertian ini adalah satu kesatuan yang terdiri dari ayah, ibu dan anak(-anak).

Suatukeluarga yang dibentuk diharapkan akan memberikan kebahagiaan bagi tiap

anggota keluarga. Selain itu diharapkan keluarga yang terbentuk tersebut akan

berlangsung untuk selamanya, kecuali dipisahkan oleh kematian.

1.7.2. Perceraian

Perceraian adalah kebalikan dari perkawinan yang berakhirnya

suatu perkawinan. Perceraian merupakan terputusnya hubungan antara suami istri

oleh suami atau hakim yang mencerai, keputusan hakim tersebut dengan menjalankan

prosedur proses alur persidangan berawal dari tahapan Majelis Hakim Pembacaan

gugatan, Jawaban tergugat, Pembuktian dari penggugat dan tergugat hingga putusan

hakim sampai Mahkamah Syar'iy (MS) memberikan dokumen keputusan perceraian.

Seperti disebabkan oleh kegagalan suami atau istri dalam menjalankan obligasi peran

masing-masing. Perceraian dipahami sebagai akhir dari ketidakstabilan perkawinan

antara suami istri yang kemudian hidup terpisah dan diakui secara sah

berdasarkan hukum yang berlaku. Keharusan perceraian dilakukan di depan sidang

24
pengadilan agama ini sejalan dengan ketetapan syari’at Islam bahwa madharat

haruslah dihilangkan, dan turunan dari qaidah tersebut apabila terjadi perbenturan

antara maslahat dan madharat maka maslahat yang lebih diutamakan. [2] Artinya tugas

dan fungsi hakim pengadilan agama merupakan tugas suci, dan dalam hal perkara

perceraian hakim pengadilan agama bertugas untuk mewujudkan kembali keluarga

sakinah, mawaddah, dan rahmah. Dalam Islam bahwa perceraian itu sangat dibenci

oleh Allah SWT.

1.7.3. Harta Bersama Perkawinan (syirkah)

Dalam Hukum Islam, harta bersama suami istri pada dasarnya tidak dikenal,

karena hal ini tidak dibicarakan secara khusus dalam kitab fikih. Hal ini sejalan

dengan asas pemilikan harta secara individual (pribadi). Atas dasar ini, suami wajib

memberikan nafkah dalam bentuk biaya hidup dengan segala kelengkapannya untuk

anak dari istrinya dari harta suami sendiri Harta Bersama dalam Islam lebih identik

diqiyaskan dengan Syirkah abdan mufawwadhah ‫ ْر ِش)ّ وَ كِ ُ مَ كْ ِ ا ا (ْ ً د َك ا َك‬yang berarti

perkongsian tenaga dan perkongsian tak terbatas. Meskipun gono gini tidak diatur

dalam fikih Islam secara jelas, tetapi keberadaannya, paling tidak dapat diterima oleh

sebagian ulama Indonesia. Hal ini didasarkan pada kenyataan bahwa banyak suami

istri, dalam masyarakat Indonesia, sama-sama bekerja, berusaha untuk mendapatkan

25
nafkah hidup keluarga sehari hari dan sekedar harta untuk simpanan (tabungan) untuk

masa tua mereka. Bila keadaan memungkinkan ada juga peninggalan untuk anak anak

sudah mereka meninggal dunia. Pencaharian bersama itu termasuk kedalam kategori

syirkah mufawwadhah karena perkongsingan suami istri itu tidak terbatas. Apa saja

yang mereka hasilkan selama dalam masa perkawinan menjadi harta bersama, kecuali

yang mereka terima sebagai harta warisan atau pemberi secara khusus kepada suami

istri tersebut. Harta bersama adalah harta yang diperoleh suami atau istri karena

usahanya dalam masa perkawinan, baik mereka bekerja besama-sama.

1.7.4. Royalti Hak Cipta

Definisi mengenai royalti dalam lingkup Kekayaan Intelektual diatur dalam

Undang-Undang No. 14 Tahun 2016 tentang Paten dan Undang-Undang No. 28

Tahun 2014 tentang Hak Cipta. Pada Undang-Undang Paten, Royalti didefinisikan

sebagai imbalan yang diberikan untuk penggunaan hak atas Paten. Sementara, pada

lingkup Undang-Undang Hak Cipta, Royalti memiliki arti sebagai imbalan atas

pemanfaatan hak ekonomi suatu ciptaan atau produk hak terkait yang diterima oleh

pencipta atau pemilik hak terkait. Singkatnya, dapat kita simpulkan jika Royalti

adalah imbalan atas pemanfaatan hak ekonomi yang diperoleh dari penggunaan hak

atas Paten atau Hak Cipta, dimana imbalan ini diberikan pada saat penerima lisensi

26
membayar sebagian pendapatan kepada pemilik sah dari suatu barang atau ciptaan

dalam lingkup Kekayaan intelektual seperti Merek, Paten, dan Hak Cipta. Sistem

pembayarannya berupa pembagian persentase dari pendapatan mereka sebagai

pengganti dari penggunaan aset pemilik, hal inilah yang disebut sebagai

royalti. Royalti memberikan perlindungan terhadap kekayaan intelektual kepada

pemiliknya. Royalti juga melindungi pembeli dari tuntutan pemilik atas penggunaan

yang tidak semestinya.

DAFTAR BACAAN

BUKU

Bahasa, Pusat Dapartemen Pendidikan Nasional. Kamus Besar Bahasa Indonesia

Jakarta, 2008.

Peter Mahmud Marzuki, Penelitian Hukum 16 edition. Kencana Prenada Media

Group, Jakarta, 2005

Philipus M.Hadjon, Tatiek Sri Djatmiati. Argumentasi Hukum. Gadjah Mada

University, Yogyakarta, 2017.

27
Dr. Soelistyowati, S.H., M.H, Erni Agustin, S.H., LL.M., Oemar Moechtar, S.H.,

M.Kn. Kapita Selekta Hukum Waris Indonesia. Kencana Prenada Media

Group, Jakarta Timur, 2020

Dr. H. Supardin, M.H.I.. Fikih Mawaris & Hukum Kewarisan (Studi Perbandinagn).
Pusaka Almaida, Gowa-Sulawesi Selatan, 2020

Ernawati, S.H.I., M.H.. Hukum Waris Islam. Widina Bhakti Persada Bandung,
Bandung, 2022

Moh. Ali Wafa, 2018, Hukum Perkawinan di Indonesia Sebuah Kajian Dalam Hukum Islam
dan Hukum Materil, YASMI (Yayasan Asy-Syari’ah Modern Indonesia), Benda
Baru Kec. Pamulang Kota Tangerang Selatan, hal. 34

JURNAL

Mushafi,Faridy “ Tinjauan Hukum Atas Pembagian Harta Gono Gini Pasangan Suami Istri
yang Bercerai”. Batulis Civil Law Review, Vol.2.No.1, Mei 05, 2021

Fherman Aga Saputra, 2022, ”Royalti Sebagai Harta Bersama”, skripsi, Fakutlas
HukumUniversitas Muhammadiyah Jember. Hal. 3

Arso “ Hak Atas Kekayaan Intelektual (HAKI) Sebagai Harta Bersama Perspektif Kompilasi
Hukum Islam”. Jurnal Hukum dan Perundungan Islam, Vol.7.No.1, 1 April , 2017

Sumber Lain

Her, “ Royalti atas HKI Bisa Menjadi Harta Gono Gini”. Hukum Online.com, 2007
https://www.hukumonline.com/berita/a/royalti-atas-hki-bisa-menjadi-harta-
gonogini-hol17615/ diakses pada 26 November 2023

28
Risa Amrikasari S.S., S.H., M.H., “ Hak Kekayaan Intelektual Sebagai Harta Gono-
Gini ”. Hukum Online.com, 2014,
https://www.hukumonline.com/klinik/a/hak-kekayaan-intelektual-sebagai-
harta-gono-gini-lt5371e6d69a222 diakses pada 26 November 2023

Ruth Rotua Agustina, “ Inara Tuntut Royalti Hak Cipta Lagu Lagu Virgoun, Emang
Bisa ? ”, 2023, https://smartlegal.id/hki/hak-cipta/2023/06/20/inara-tuntut-
royalti-hak-cipta-lagu-lagu-virgoun-emang-bisa/ diakses pada 26 November
2023

Hana Futari, ” Perceraian Inara Rusli dan Virgoun Jadi kasus Pertama di Indonesia
yang Tuntut Hak Cipta Jadi Harta Bersama”, Grid.id, Rabu, 31 Mei 2023,
https://www.grid.id/read/043800095/perceraian-inara-rusli-dan-virgoun-
jadi-kasus-pertama-di-indonesia-yang-tuntut-hak-cipta-jadi-harta-bersama
diakses pada tanggal 25 November 2023

29

Anda mungkin juga menyukai