Anda di halaman 1dari 26

RANCANGAN PERATURAN DAERAH KOTA MALANG

TENTANG

RETRIBUSI PARKIR KHUSUS TAMAN MERJOSARI KOTA MALANG

(Disusun untuk Memenuhi Ujian Akhir Semester Mata Kuliah Perancangan Peraturan
PerUndang-Undangan)

Dosen Pengampu: Rayno Dwi Adityo, M.H.

Oleh:

Ahmad Qiram As-Suvi (200201110194)

Na’imatur Rohimah (200201110184)

Tazkiyatul Khamida (200201110049)

Silmi Diyana Mufida (20201110059)

Ahmad Alfin Syifaul Qulub (200201110068)

PROGRAM STUDI HUKUM KELUARGA ISLAM

FAKULTAS SYARIAH

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI MAULANA MALIK IBRAHIM MALANG

2023
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang

Pasca orde baru kebijakan sentralisasi banyak menuai kritik, sentralisasi pada satu
sisi bertujuan untuk menjaga stabilitas ekonomi dan politik nasional, namun disisi yang
lain sentralisasi menyebabkan kurangnya kemandirian setiap daerah.1 Kemandirian daerah
yang diartikulasikan sebagai representasi pendapatan Asli daerah (yang selanjutnya disebut
PAD) terhadap total pendapatan dan rasio transfer terhadap total pendapatan tidak
terkonfigurasi dengan baik oleh sistem sentralisasi orde baru.2 Pada aras yang sama
kemandirian suatu daerah menyasar pemerintahan suatu daerah agar tidak terjangkit
opium-opium ketergantungan terhadap dana dari pusat.

Ketergantungan suatu daerah terhadap dana dari pusat dan ketidakmampuan suatu
daerah untuk menghasilkan sumber dana menjadi salah satu faktor keterlambatan dalam
pemenuhan kebutuhan daerah tersebut.3 Berdasarkan hal ini melalui Undang-Undang No.
22 tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah dan Undang-Undang No. 25 tahun 1999
tentang perimbangan Keuangan Pusat dan Daerah, maka pada tanggal 1 Januari 2001
Indonesia memasuki babak baru yaitu rea otonomi daerah. Corak otonomi daerah
merupakan upaya untuk melakukan desentralisasi dan melepaskan dari kungkungan
sentralisasi.4

Pada titik ini desentralisasi membukan pintu yang selebar-lebarnya agar


pemerintahan daerah dapat menentukan sendiri kebijkan strategis yang memungkinkan
untuk diputuskan dalam rangka mengembangkan potensi-potensi profit di daerah tersebut.
Dalam konteks retribusi parkir, hal ini merupakan opsi kebijakan yang dapat diambil oleh
pemerintah daerah Kota Malang sebagaimana asas desentralisasi pada ketentuan Undang-
Undang Nomor 28 Tahun 2009 tentang Pajak \ Daerah dan Retribusi Daerah dan Peraturan
Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007 tentang Pembagian Urusan Pemerintahan antara
Pemerintah, Pemerintahan Daerah Provinsi, dan Pemerintahan Daerah Kabupaten/Kota.
Taman Merjosari yang menjadi locus pada bahasan ini memliki kenyataan faktual yang
patut disadari dan membutuhkan kebijakan strategis pemerintah Kota Malang.

Intensitas pengunjung taman Merjosari kerap menjadi sorotan utama dalam


beberapa windu terakhir.5 Azhar sebagai alumni UIN Malang angkatan 2018 menvalidasi
hal terebut, bahwasanya pada awal 2018 belum ada taman bunga di taman Merjosari, yang
ada hanya taman Singa, sehingga tidak banyak kendaraan parker liar seperti sekarang. Hal

1
Viona Wijaya, “Perubahan Paradigma Penataan Regulasi Di Indonesia,” Jurnal Rechts Vinding: Media
Pembinaan Hukum Nasional 10, no. 2 (2021): 167, https://doi.org/10.33331/rechtsvinding.v10i2.712.
2
Kemenkeu, “Deskripsi Dan Analisis APBD 2011,” 2011, 1–61.
3
Gusnar Ismail, “Implemntasi Otonomi Daerah Dalam Penanganan Pandemi Covid-19,” Jurnal Lembaga
Ketahanan Nasional Republik Indonesia 8, no. 3 (2019): 426–41.
4
Jelfi H. Tampilang, Sarah Sambiran, and Fanley Pangemanan, “Proses Mutasi Jabatan Eselon III Dan IV Di
Kabupaten Minahasa,” EKSEKUTIF Jurnal Jurusan Ilmu Pemerintahan 3, no. 3 (2019): 1–9.
5
Gesvi Rizkitachika Praramadhanti and Subhan Ramdlani, “Persepsi Pengguna Terhadap Kualitas Taman Singha
Merjosari Berdasarkan Variabel Pembentuk Kualitas Ruang Publik,” Idealog: Ide Dan Dialog Desain Indonesia
7, no. 1 (2022): 49, https://doi.org/10.25124/idealog.v7i1.4745.
ini patut disadari bahwasanya intensitas pegunjung menjadai salah satu sebab, selain
jumlah lahan parkir yang terbatas, sehingga banyak kendaraan yang parkir sembarangan.
Berdasarkan observasi penulis pada hari Rabu tanggal 14 tahun 2023, tepatnya dimalam
Kamis terdapat sejumlah Dinas Perhubungan yang ditemani oleh Polisi Lalu Lintas
mengadakan razia dadakan serta mengamankan kendaraan yang parkir sembarangan.6
Maka pada titik ini kebijakan menjadi sangat penting diambil oleh Pemerintah Kota Malang
dalam bentuk Peraturan Daerah tentang Retribusi Parkir Khusus di Taman Merjosari.

Retribusi parkir yang diartikan sebagai suatu bentuk pungutan atau pembayaran
yang dikenakan kepada pengguna kendaraan yang memanfaatkan fasilitas tempat parkir
yang disediakan oleh pemerintah atau pihak yang memiliki kewenangan. 7 Pungutan ini
bertujuan untuk mengatur dan mengendalikan penggunaan ruang parkir serta memberikan
kontribusi keuangan bagi pengelola tempat parkir tersebut.

Latar belakang Naskah akademik rancangan Peraturan Daerah ini tentang retribusi
parkir khusus Taman Merjosari Kota Malang melibatkan pemahaman akan permasalahan
parkir yang terjadi di kawasan tersebut. Pertumbuhan jumlah pengunjung yang pesat dalam
beberapa tahun terakhir telah menyebabkan kepadatan parkir di sekitar Taman Merjosari.
Hal ini menciptakan tantangan dalam mengatur parkir secara efisien dan memberikan
kenyamanan bagi pengunjung.8

Dalam konteks Taman Merjosari, masalah parkir yang perlu ditangani mencakup
kemacetan lalu lintas, kesulitan dalam mencari tempat parkir yang tersedia, kurangnya area
parkir yang memadai, dan kurangnya pengawasan terhadap parkir yang tidak teratur.
Situasi ini memerlukan langkah-langkah pengaturan parkir yang efektif, termasuk
penerapan retribusi parkir yang sesuai dengan kebutuhan dan karakteristik area tersebut.

Pengaturan retribusi parkir memiliki beberapa tujuan.9 Pertama, retribusi parkir


bertujuan untuk mengendalikan jumlah kendaraan yang parkir di kawasan Taman
Merjosari agar tidak melebihi kapasitas yang tersedia. Dengan adanya tarif parkir yang
dikenakan, diharapkan pengguna kendaraan akan lebih selektif dalam memanfaatkan
fasilitas parkir dan memilih waktu yang tepat untuk berkunjung.

Kedua, retribusi parkir juga bertujuan untuk memperoleh pendapatan bagi


pemerintah atau pihak pengelola tempat parkir. Pendapatan ini dapat digunakan untuk
membiayai pemeliharaan dan pengembangan infrastruktur parkir, serta meningkatkan
pelayanan kepada pengunjung.10 Selain itu, pengaturan retribusi parkir juga dapat
6
Observasi, Taman Merjosari pada hari Rabu tanggal 14 Juni 2023
7
Cahya Vikasari, “Sistem Retribusi Parkir Sebagai Pengawasan Pendapatan Asli Daerah Kabupaten Cilacap,”
Jurnal Nasional Teknologi Dan Sistem Informasi 5, no. 1 (2019): 1–8,
https://doi.org/10.25077/teknosi.v5i1.2019.1-8.
8
Observasi, Taman Merjosari dari tahun 2021 hingga 2023
9
Kontribusi Retribusi, Parkir Terhadap, and Pendapatan Asli, “Kontribusi Retribusi Parkir Terhadap Pendapatan
Asli Daerah Pemerintah Kabupaten Pacitan” 3, no. 1 (2023): 53–69.
10
Neng Sri Rahayu Dani Rachman, Muhammad Iqbal, “PENGARUH RETRIBUSI PARKIR DAN RETRIBUSI
PELAYANAN PASAR TERHADAP PENDAPATAN ASLI DAERAH KABUPATEN BANDUNG PERIODE
2009-2019,” Pengaruh Biaya Bahan Baku Dan Biaya Tenaga Kerja Terhadap Laba Bersih Pada Pt. Satwa Prima
Utama 12, no. April (2021): 55–64.
meningkatkan tata kelola parkir yang lebih tertib dan teratur. Dengan adanya tarif parkir
yang ditetapkan, pengguna kendaraan akan lebih disiplin dalam mengikuti peraturan parkir
dan memanfaatkan tempat parkir dengan lebih efektid dan efisien. 11

Dalam rancangan ini, akan dilakukan analisis terhadap efektivitas pengaturan


retribusi parkir khusus Taman Merjosari Kota Malang. Melalui pendekatan kualitatif dan
kuantitatif, data akan dikumpulkan melalui survei pengunjung, observasi langsung di
lapangan, wawancara dengan pihak terkait, dan analisis data statistik. Hasil rancangan ini
diharapkan dapat memberikan pemahaman yang lebih baik tentang dampak dan efektivitas
pengaturan retribusi parkir dalam mengatasi masalah parkir di Taman Merjosari.

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang masalah pada naskah akademik Rancangan


Peraturan daerah Retribusi Parkir Khusus Taman Merjosari, maka teridentifikasilah
beberapa permasalahan yang urgen dalam pembahasan ini, diantaranya sebagai berikut:

1. Apakah pembentukan Rancangan Peraturan Daerah Kota Malang tentang Retribusi


Parkir Khusus Taman Merjosari memiliki dalil akademik yang layak?
2. Apakah pokok-pokok pikiran dan muatan harus ada dalam Rancangan Peraturan
Daerah Kota Malang tentang Retribusi Parkir Khusus Taman Merjosari?
3. Apakah pembentukan Rancangan Peraturan Daerah Kota Malang tentang Retribusi
Parkir Khusus Taman Merjosari dapat dipertanggung jawabkan secara filosofis,
yuridis dan sosiologis sehingga dapat menjadi sebuah peraturan yang komphrensip,
efektif, efesien dan diterima masyarakat?
C. Tujuan dan Manfaat
1. Tujuan

Berdasarkan masalah yang teridentifikasi didalam naskah akademik ini


maka ada beberapa tujuan yang ingin dicapai:

a. Mendidentifikasi, mengkaji dan menguji dalil-dalil akademik


terhadap Rancangan Peraturan Daerah Kota Malang tentang
Retribusi Parkir Khusus Taman Merjosari
b. Untuk mengetahui pokok-pokok pikiran dan muatan harus ada
dalam Rancangan Peraturan Daerah Kota Malang tentang
Retribusi Parkir Khusus Taman Merjosari
c. Untuk mempertimbangkan serta merumuskan pembentukan
Rancangan Peraturan Daerah Kota Malang tentang Retribusi
Parkir Khusus Taman Merjosari dapat dipertanggung jawabkan
secara filosofis, yuridis dan sosiologis sehingga dapat menjadi
sebuah peraturan yang komphrensip, efektif, efesien dan
diterima masyarakat.

11
Desak Putu Mery Astuti et al., “Analisis Efektivitas Penggunaan Sistem E-Parking Dalam Pembayaran
Retribusi Parkir Di Kabupaten Tabanan,” Jurnal Ilmiah Mahasiswa Akuntansi) Universitas Pendidikan Ganesha
10, no. 3 (2019): 2614–1930.
2. Manfaat

Manfaat dari penyusunan naskah akademik Rancangan Peraturan


Daerah Kota Malang tentang Retribusi Parkir Khusus Taman Merjosari sebagai
bahan penyusunan Rancangan Peraturan Daerah Kota Malang tentang Retribusi
Parkir Khusus Taman Merjosari akan dibahas bersama dengan Dewan
Perwakilan Rakyat Daerah dan Pemerintah Kota Malang berdasarkan prioritas
Program Pembentukan Peraturan Daerah adalah sebagai berikut:

a. Membantu Pemahaman Konsep dan Tujuan: Penyusunan naskah


akademik membantu dalam pemahaman yang lebih baik tentang
konsep dan tujuan kerja sama daerah. Hal ini meliputi
identifikasi masalah, kebutuhan, dan manfaat yang dapat
diperoleh melalui Retribusi Parkir Khusus Taman Merjosari.
b. Membantu Pengambilan Keputusan: Naskah akademik menjadi
acuan penting bagi para pembuat keputusan dalam merumuskan
Rancangan Peraturan Daerah Kota Malang tentang Retribusi
Parkir Khusus Taman Merjosari. Informasi yang terkandung
dalam naskah akademik membantu dalam mengidentifikasi
kebijakan dan langkah-langkah yang perlu diambil untuk
meningkatkan efektivitas kerja sama daerah.
c. Memperkuat Dasar Penyusunan: Naskah akademik memberikan
dasar yang kuat dalam penyusunan Rancangan Peraturan
Daerah. Hal ini termasuk dalam mengidentifikasi aspek hukum,
regulasi, dan prosedur yang terkait dengan Retribusi Parkir
Khusus Taman Merjosari.
d. Mendukung Dialog dan Kolaborasi: Penyusunan naskah
akademik melibatkan kolaborasi antara pihak-pihak terkait,
termasuk Dewan Perwakilan Rakyat Daerah dan Pemerintah
Kota Malang. Proses ini memungkinkan dialog yang intensif,
pertukaran informasi, dan pemahaman yang lebih baik antara
semua pihak yang terlibat.
e. Menyediakan Pedoman Implementasi: Naskah akademik
memberikan panduan praktis untuk implementasi Retribusi
Parkir Khusus Taman Merjosari. Hal ini meliputi proses
Retribusi Parkir Khusus Taman Merjosari, pengelolaan
keuangan, evaluasi kinerja, dan mekanisme pemantauan yang
diperlukan untuk mencapai tujuan Retribusi Parkir Khusus
Taman Merjosari.
D. Kegunaan

Kegunaan dari penyusunan naskah akademik Rancangan Peraturan Daerah Kabupaten


Tuban tentang Kerja Sama Daerah adalah sebagai berikut:
1. Dokumen Resmi: Penyusunan naskah akademik tersebut bertujuan untuk
menciptakan dokumen resmi yang merupakan bagian integral dari Rancangan
Peraturan Daerah Kota Malang tentang Retribusi Parkir Khusus Taman
Merjosari, Kota Malang.
2. Kesesuaian dengan Konsep: Naskah akademik ini digunakan untuk
memastikan bahwa konsep dan isi Rancangan Peraturan Daerah Kota Malang
tentang Retribusi Parkir Khusus Taman Merjosari secara tepat tergambarkan
dan tercakup dalam dokumen tersebut.
3. Kejelasan dan Keterbacaan: Penyusunan naskah akademik membantu dalam
menyajikan informasi dengan cara yang jelas dan mudah dimengerti. Hal ini
penting agar dokumen tersebut dapat diakses dan dipahami dengan baik oleh
semua pihak terkait.
4. Penggunaan sebagai Acuan: Naskah akademik menjadi referensi penting bagi
para pembuat keputusan dan pelaku kebijakan dalam merumuskan serta
melaksanakan Retribusi Parkir Khusus Taman Merjosari. Dokumen ini dapat
digunakan sebagai panduan dalam memahami proses, ketentuan, dan langkah-
langkah yang terkait dengan Retribusi Parkir Khusus Taman Merjosari, Kota
Malang.
5. Penghormatan terhadap Regulasi: Penyusunan naskah akademik ini
memastikan bahwa Rancangan Peraturan Daerah Kota Malang tentang
Retribusi Parkir Khusus Taman Merjosari sesuai dengan peraturan dan regulasi
yang berlaku di Kota Malang. Dokumen ini membantu memastikan
keberlanjutan dan legalitas Retribusi Parkir Khusus Taman Merjosari.
E. Metode Penelitian

Pada dasarnya dalam penyusunan sebuah naskah akademik merupakan kegiatan dalam
penelitian, maka mutlak adanya suatu metode sebagai tata cara untuk mencapai tujuan
dalam penelitian naskah akademik ini. pada konteks ini sangat jelas berhubungan erat
dengan penelitian hukum, sehingga pada naskah akademik ini menggunakan metode
penelitian hukum.

1. Metode Pendekatan dan Jenis Penelitian


Dalam penelitian ini sangat cocok menggunakan jenis penelitian hukum
gabungan. Pada satu sisi dalam mengulik landasan filosofis dan yuridis maka
akan menggunakan metode pendekatan normatif mengenai literature berkaitan
dan regulasi.12 Disisi yang lain dalam memotret gejala sosial sebagai landasan
sosiologis maka penelitian ini dilengkapi dengan intrumen-instrumen penelitian
empiris. Diantaranya wawancara, diskusi dan observasi.13
Sedangkan jenis penelitian ini adalah kualitatif. Penelitian jenis ini dapat
memberikan pemahaman yang mendalam tentang landasan filsofis, yuridis dan

12
Johnny Ibrahim Jonaedi Efendi, Metode Penelitian Hukum: Normatif Dan Empiris, II (Depok: Prenada Media,
2018).
13
Sri Mamudji, Hang Rahardjo, Agus Supriyanto, Daly Erni, Dian Pudji Simatupang, Metode Penelitian Dan
Penulisan Hukum (Jakarta: Badan Penerbit Fakultas Hukum Universitas Indonesia, 2005).
sosiologis terkait retribusi parker khusus taman Merjosari. Pada waktu yang
bersamaan, penelitian kualitatif dapat membantu mengidentifikasi berbagai
faktor seperti beberapa variabel efektifitas dan efesiensi retribusi parker khusus
taman Merjosari.
2. Sumber Data

Sumber data dalam naskah akademik mengenai Rancangan Peraturan


Daerah Kota Malang tentang Retribusi Parkir Khusus Taman Merjosari, sebagai
berikut:

a. Bahan hukum primer


1) Pasal 18 ayat (2) dan (6) Undang-Undang Dasar Negara Republik
Indonesia Tahun 1945;
2) Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2003 Nomor 47,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Republik
Indonesia Nomor 4286);
3) Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 Tentang Perbendaharaaan
Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004
Nomor 5, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 4355);
4) Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2004 Tentang Pemeriksaan
Pengelolaan dan Tanggung Jawab Keuangan Negara (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 66, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4400);
5) Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan
Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004
Nomor 125, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 4437) sebagaimana telah diubah terakhir dengan Undang-
Undang Nomor 12 Tahun 2008 tentang Perubahan Kedua Atas
Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan
Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008
Nomor 59, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 4844 );
6) Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 Tentang Perimbangan
Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Pemerintahan Daerah
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 126,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4438);
7) Undang-Undang Nomor 38 Tahun 2004 Tentang Jalan (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 132, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4444);
8) Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan
Angkutan Jalan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun
2009 Nomor 96, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 5025);
9) Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 Tentang Pajak Daerah dan
Retribusi Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun
2009 Nomor 130, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 5049);
10) Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan
Peraturan Perundang-undangan (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2011 Nomor 82, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonerisa Nomor 5234);
11) Peraturan Pemerintah Nomor 55 Tahun 2005 tentang Dana
Perimbangan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005
Nomor 137, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 4575);
12) Peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun 2005 Tentang Pengelolaan
Keuangan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun
2005 Nomor 140, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 4578);
13) Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007 Tentang Pembagian
Urusan Pemerintahan antara Pemerintah, Pemerintahan Daerah
Provinsi, dan Pemerintahan Daerah Kabupaten/Kota (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 82, Tambahan
Lembaran Negara 4737);
14) Peraturan Pemerintah Nomor 69 Tahun 2010 Tentang Tata Cara
Pemberian dan Pemanfaatan Insentif Pemungutan Pajak Daerah
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2010 Nomor 119,
Tambahan Lembaran Negara 5161).
b. Bahan Hukum Sekunder:

Bahan sekunder yang digunakan dalam penelitian naskah


akademik Rancangan Peraturan Daerah Kota Malang tentang Retribusi
Parkir Khusus Taman Merjosari, adalah artikel jurnal penelitian
terdahulu yang sama, buku-buku yang berkaitan, laporan dari lembaga-
lembaga surver LSM (Lembaga Swadaya Masyarakat).

c. Bahan Hukum Tersier:


Bahan hukum tersier yakni bahan yang memberikan petunjuk
maupun penjelasan terhadap bahan hukum primer dan sekunder Bahan
hukum tersier seperti Kamus Besar Bahasa Indonesia, Kamus Hukum,
dan Ensiklopedi.
3. Teknik pengumpulan Data
Berdasarkan bahan dan sumber hukum yang dapat digunakan dalam
penelitian ini maka teknik pengumpulan data yang dapat digunakan antara lain
sebagai berikut:
1. Studi literatur: melakukan kajian terhadap dokumen dan literatur yang
berkaitan dengan retribusi parker dari perspektif filosofis, yuridis dan
sosiologis. Dokumen yang dapat dikaji antara lain undang-undang,
kebijakan, jurnal ilmiah, dan buku terkait.
2. Wawancara: melakukan wawancara dengan responden terkait retribusi
parkir, seperti masyarkat sekitar taman Merjosari, pejalan kaki,
pengunjung taman Merjosari, pengamat sosial, aktivis, dan praktisi
hukum.
3. Observasi: melakukan observasi langsung terhadap situasi dan kondisi
taman Merjosari, ruas jalan, dan proyeksi tempat parker.
Survei: melakukan survei terhadap masyarakat di Turki dan Rusia untuk
mengetahui pandangan mereka terhadap poligami dari perspektif sosial
dan agama.
4. Teknik Analisis Data

Berdasarkan teknik pengumpulan data pada penelitian ini maka metode


analisis yang dapat dilakukan sebagai berikut:

1. Analisis kualitatif: Teknik ini mengacu pada proses identifikasi,


klasifikasi, dan interpretasi data yang bersifat deskriptif dan tidak
berbentuk angka. Teknik ini dapat digunakan untuk menganalisis data
dari wawancara, observasi, dan dokumen.
2. Analisis kuantitatif: Teknik ini menggunakan statistik untuk
menganalisis data yang berbentuk angka. Teknik ini dapat digunakan
untuk menganalisis data dari survei, eksperimen, atau data sekunder.
3. Analisis konten: Teknik ini melibatkan proses pengidentifikasian tema-
tema utama dalam data yang telah dikumpulkan. Teknik ini dapat
digunakan untuk menganalisis data dari dokumen atau transkrip
wawancara.
4. Analisis komparatif: Teknik ini digunakan untuk membandingkan data
dari beberapa kelompok atau kondisi untuk mengidentifikasi perbedaan
dan kesamaan. Teknik ini dapat digunakan untuk membandingkan data
dari satu responden dengan responden lainya.
5. Analisis teks: Teknik ini melibatkan proses pengelompokan kata-kata
atau frasa yang sering muncul dalam teks yang sedang dianalisis. Teknik
ini dapat digunakan untuk menganalisis data dari dokumen atau
transkrip wawancara.
BAB II

KAJIAN TEORITIS DAN PRAKTIK EMPIRIS

A. Kajian Teoritis
1. Sumber Pendapatan Daerah
Sumber pendapatan daerah adalah berbagai jenis pemasukan keuangan yang
diperoleh oleh pemerintah daerah untuk membiayai kegiatan dan program
pemerintahan serta memenuhi kebutuhan masyarakat di wilayah tersebut.
Pemerintah daerah telah diberi otonomi secara luas dan desentralisasi fiskal, maka
pelaksanaan otonomi tersebut harus tetap berada dalam hukum Negara Kesatuan
Republik Indonesia (NKRI). Dalam hal sumber pendapatan yang menjadi hak
pemerintah daerah, Undang-Undang No. 32 Tahun tentang Pemerintah Daerah dan
Undang-Undang No. 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan antara
Pemerintah Pusat dan Daerah telah menetapkan sumber pendapatan daerah sebagai
berikut.
Sumber pendapatan daerah berasal dari :
a. Hasil Pajak Daerah : Pemerintah daerah dapat mengenakan berbagai jenis
pajak, seperti pajak penghasilan daerah, pajak pertambahan nilai (PPN),
pajak hotel, pajak restoran, pajak bumi dan bangunan (PBB), pajak reklame,
dan lain-lain.
b. Hasil Retribusi Daerah : Ini adalah pungutan yang dikenakan atas pelayanan
atau fasilitas umum yang disediakan oleh pemerintah daerah kepada
masyarakat, contohnya retribusi parkir, retribusi pasar, retribusi izin usaha,
retribusi sampah, dan sebagainya.
c. Bagian Hasil Pajak Pusat : Pemerintah pusat memberikan alokasi
pendapatan dari pajak pusat kepada pemerintah daerah, seperti dana bagi
hasil pajak penghasilan (DBH PPh) dan dana bagi hasil pajak pertambahan
nilai (DBH PPN).
d. Pendapatan Asli Daerah (PAD) : Ini meliputi pemasukan daerah dari
sumber-sumber lain, seperti hasil pengelolaan kekayaan daerah, laba usaha
daerah, pendapatan dari penjualan aset, pendapatan dari retribusi khusus,
dan sebagainya.
e. Hibah: Pemerintah pusat atau pihak ketiga dapat memberikan hibah kepada
pemerintah daerah sebagai tambahan pendapatan untuk mendukung
program dan kegiatan tertentu.
f. Pinjaman: Pemerintah daerah juga dapat mengajukan pinjaman kepada
pihak ketiga, baik dalam bentuk utang jangka pendek maupun jangka
panjang, untuk membiayai proyek infrastruktur atau kegiatan lainnya.

Selain itu pendapatan daerah bersumber dari Dana Perimbangan yang meliputi
Dana Bagi Hasil yang bersumber dari pajak dan sumber daya alam, Dana Alokasi
Umum, Dana Alokasi Khusus, Lain-Lain pendapatan daerah yang sah. Di samping
itu sumber pendapatan daerah berasal dari hibah, dana darurat, dan lainlain
pendapatan yang ditetapkan Pemerintah.
2. Pendapatan Asli Daerah
Pengertian Pendapatan Asli Daerah berdasarkan Undang-Undang Nomor 33
Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan antara Pusat dan Daerah Pasal 1 angka
18 menjelaskan bahwa Pendapatan Asli Daerah, selanjutnya disebut PAD adalah
pendapatan yang diperoleh daerah yang dipungut berdasarkan peraturan daerah
sesuai dengan peraturan perundang-undangan. Salah satu tujuan pelaksanaan
otonomi daerah dan desentralisasi fiskal adalah untuk meningkatkan kemandirian
daerah dan mengurangi ketergantungan fiskal terhadap pemerintah pusat.
Peningkatan kemandirian daerah sangat erat kaitannya dengan kemampuan daerah
dalam mengelola Pendapatan Asli Daerah (PAD). Semakin tinggi kemampuan
daerah dalam menghasilkan PAD, maka semakin besar pula diskresi daerah untuk
menggunakan PAD tersebut sesuai dengan aspirasi, kebutuhan, dan prioritas
pembangunan daerah.
3. Retribusi Parkir
Menjelaskan retribusi parkir adalah pembayaran atas jasa atau pelayanan
penyediaan tempat parkir yang dimiliki dan dikelola oleh Pemerintah Daerah.
Berdasarkan Undang-Undang No. 28 Tahun 2009 tentang Pajak daerah dan
Retribusi Daerah, retribusi parkir terdapat dalam dua golongan retribusi daerah.
yaitu retribusi jasa umum dan retribusi jasa khusus. Retribusi parkir yang termasuk
dalam retribusi jasa umum adalah retribusi pelayanan parkir di Tepi Jalan Umum.
B. Kajian Terhadap Asas Terkait Retribusi Parkir
Asas terkait retribusi parkir adalah sebagai berikut :
a. Asas Kepentingan (Principle Of Benefit) : Asas ini menyatakan bahwa pungutan
retribusi parkir didasarkan pada prinsip bahwa penggunaan tempat parkir
memberikan manfaat kepada pengguna. Oleh karena itu, pengguna tempat parkir
diwajibkan untuk membayar retribusi sesuai dengan manfaat yang diperoleh.
b. Asas Kepastian Hukum (Prinsiple og Legal Certainty) : Asas ini mengharuskan
aturan dan ketentuan terkait retribusi parkir harus jelas, tegas, dan dapat dipahami
oleh semua pihak yang terlibat. Hal ini mencakup peraturan mengenai tarif parkir,
jam operasional, dan tata cara pembayaran.
c. Asas Keadilan (Principle of Equity) : Asas ini menekankan bahwa pungutan
retribusi parkir harus adil dan proporsional. Tarif parkir harus disesuaikan dengan
kelas atau jenis tempat parkir, tingkat kemudahan akses, dan fasilitas yang
disediakan.
d. Asas Kemandirian Keuangan (Principle of Financial Independence) : Asas ini
menyatakan bahwa retribusi parkir merupakan salah satu sumber pendapatan
daerah yang digunakan untuk membiayai pengelolaan dan perbaikan tempat parkir
serta meningkatkan pelayanan kepada masyarakat. Pemerintah daerah berwenang
menetapkan tarif dan mengatur penggunaan pendapatan retribusi parkir tersebut.
e. Asas Efisiensi dan Efektivitas (Principle of Efficiency) : Asas ini menuntut
pengelolaan retribusi parkir dilakukan secara efisien dan efektif. Penggunaan
pendapatan retribusi parkir harus diarahkan untuk meningkatkan infrastruktur,
peningkatan pelayanan, dan pengembangan sistem parkir yang lebih baik.
f. Asas Transparansi (Principle of Transparency) : Asas ini menekankan pentingnya
keterbukaan informasi terkait penggunaan dan pengelolaan retribusi parkir.
Pemerintah daerah diharapkan memberikan informasi yang jelas dan transparan
kepada masyarakat mengenai tarif, kebijakan, dan penggunaan pendapatan retribusi
parkir.

Asas-asas tersebut bertujuan untuk memastikan pengelolaan retribusi parkir yang


adil, transparan, dan efektif guna memberikan pelayanan yang baik kepada masyarakat
serta meningkatkan pendapatan daerah.

C. Kajian Terhadap Retribusi Parkir dan Permasalahan yang Dihadapi Masyarakat


1. Tarif Parkir yang Tinggi : Salah satu permasalahan yang sering dihadapi oleh
masyarakat adalah tarif parkir yang dianggap terlalu tinggi. Tarif parkir yang mahal
dapat memberikan beban finansial yang berat bagi pengguna kendaraan, terutama
di area perkotaan yang padat penduduk. Hal ini dapat mengakibatkan ketidakpuasan
dan protes dari masyarakat.
2. Ketersediaan Tempat Parkir yang Terbatas : Salah satu kendala dalam penggunaan
retribusi parkir adalah ketersediaan tempat parkir yang terbatas. Dalam beberapa
kasus, terutama di pusat kota atau area dengan aktivitas komersial yang tinggi, sulit
menemukan tempat parkir yang cukup. Hal ini menyebabkan kesulitan bagi
pengguna kendaraan dalam mencari tempat parkir yang aman dan terjangkau.
3. Sistem Parkir yang Tidak Efisien : Permasalahan lain yang dihadapi adalah
kurangnya efisiensi dalam sistem parkir yang diterapkan. Misalnya, antrian panjang
saat memasuki atau keluar dari area parkir, kurangnya petunjuk yang jelas, dan
kendala teknis dalam pembayaran seperti mesin parkir yang rusak atau sulit
dioperasikan. Hal ini dapat menyebabkan ketidaknyamanan dan waktu yang
terbuang bagi pengguna kendaraan.
4. Ketidak transparan Penggunaan Pendapatan Retribusi Parkir: Masyarakat juga
sering kali menghadapi permasalahan terkait ketidaktransparanan penggunaan
pendapatan dari retribusi parkir. Mereka mungkin tidak tahu secara pasti bagaimana
pendapatan tersebut digunakan oleh pemerintah daerah. Kekurangan informasi dan
kurangnya akuntabilitas dalam pengelolaan pendapatan retribusi parkir dapat
menimbulkan keraguan dan ketidakpercayaan dari masyarakat.
5. Penyalahgunaan Wewenang dan Pungutan Illegal : Terkadang, terdapat juga
permasalahan penyalahgunaan wewenang dan pungutan illegal terkait retribusi
parkir. Beberapa petugas parkir atau oknum yang tidak bertanggung jawab mungkin
melakukan pungutan liar di luar tarif resmi yang ditetapkan. Hal ini dapat
merugikan masyarakat dan merusak citra pengelolaan retribusi parkir.
D. Kajian Terhadap Implikasi Penerapan Sistem Baru akan diatur dalam Undang-
Undang Terhadap Aspek Kehidupan Masyarakat dan Dampaknya Terhadap
Aspek Beban Keuangan Negara.
Ketika ada undang-undang baru yang diberlakukan dapat terjadi dampak terhadap
undang-undang yang lama terkait retribusi parkir. Beberapa kemungkinan dampak
yang bisa terjadi antara lain:
1. Perubahan Tarif dan Ketentuan: Undang-undang baru mungkin mengatur
perubahan tarif parkir atau ketentuan lainnya yang berbeda dengan undang-undang
sebelumnya. Ini dapat mencakup penyesuaian tarif yang lebih tinggi atau lebih
rendah, pembagian wilayah parkir yang baru, perubahan batasan waktu parkir, atau
penambahan fasilitas parkir yang baru.
2. Perubahan Struktur Pengelolaan: Undang-undang baru juga dapat mengubah
struktur pengelolaan retribusi parkir. Misalnya, pemerintah daerah dapat
memutuskan untuk melakukan pengelolaan langsung atau mengalihkan
pengelolaan kepada pihak swasta atau pihak ketiga.
3. Perubahan dalam Penggunaan Pendapatan: Undang-undang baru mungkin
mengatur penggunaan pendapatan dari retribusi parkir secara berbeda. Ini bisa
meliputi alokasi dana untuk infrastruktur parkir, pengembangan transportasi umum,
pengembangan kawasan perkotaan, atau program lainnya yang dianggap prioritas
oleh pemerintah daerah.
4. Penyesuaian Prosedur dan Kewajiban: Undang-undang baru dapat membawa
perubahan terkait prosedur pembayaran retribusi parkir, tata cara pengendalian
pelanggaran, penegakan hukum, dan tanggung jawab pihak-pihak terkait.
Perubahan ini mungkin mencakup pengenalan teknologi baru, pengaturan sanksi
yang lebih ketat, atau penyederhanaan administrasi terkait retribusi parkir.

Retribusi parkir dapat memiliki beberapa dampak terhadap aspek beban keuangan
negara, tergantung pada kebijakan dan implementasinya. Beberapa dampak yang mungkin
terjadi antara lain:

1. Sumber Pendapatan Tambahan: Retribusi parkir dapat menjadi sumber pendapatan


tambahan bagi negara. Pendapatan dari retribusi parkir dapat digunakan untuk
membiayai kegiatan pemerintah, termasuk pemeliharaan dan pengembangan
infrastruktur, pelayanan publik, serta program-program pembangunan lainnya.
Dalam hal ini, retribusi parkir dapat membantu mengurangi beban keuangan negara
dengan menyediakan dana tambahan.
2. Pengurangan Beban Anggaran: Dengan mengenakan retribusi parkir, pemerintah
dapat memindahkan sebagian biaya pengelolaan, pemeliharaan, dan pengembangan
tempat parkir kepada pengguna. Hal ini dapat membantu mengurangi beban
anggaran negara yang seharusnya dikeluarkan untuk membiayai seluruh biaya
tersebut. Dengan demikian, retribusi parkir dapat memberikan manfaat dalam
mengelola beban keuangan negara.
3. Investasi dalam Infrastruktur Parkir: Dalam beberapa kasus, pemerintah dapat
menggunakan pendapatan dari retribusi parkir untuk investasi dalam infrastruktur
parkir yang lebih baik. Dengan meningkatkan fasilitas parkir yang tersedia,
pemerintah dapat mengurangi beban keuangan negara dalam hal manajemen lalu
lintas dan transportasi, serta meningkatkan kenyamanan dan efisiensi dalam
penggunaan kendaraan di area perkotaan.
4. Pengelolaan Penggunaan Lahan: Retribusi parkir juga dapat menjadi instrumen
pengelolaan penggunaan lahan yang efektif. Dengan mengatur tarif parkir yang
sesuai, pemerintah dapat mendorong pengguna kendaraan untuk memilih alternatif
transportasi yang lebih ramah lingkungan, seperti transportasi umum atau berbagi
kendaraan. Hal ini dapat membantu mengurangi beban keuangan negara terkait
dengan perawatan jalan, kemacetan, dan polusi udara.
BAB III

EVALUASI DAN ANALISIS

PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN TERKAIT

A. Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 (UUD NRI


Tahun 1945)
Berdasarkan pasal 18 UUD 1945 dibentuknya daerah otonom tujuannya adalah
untuk meningkatkan daya guna dan hasil guna penyelenggaraan pemerintah dalam
rangka pelayanan terhadap masyarakat dalam pelaksanaan pembangunan, yang
berbunyi sebagai berikut: (1). Negara Kesatuan Republik Indonesia dibagi atas
daerah-daerah provinsi dan daerah provinsi itu dibagi atas kabupaten dan kota,
yang tiap-tiap provinsi, kabupaten dan kota mempunyai pemerintahan daerah yang
diatur dengan undang- undang. (2). Pemerintahan daerah provinsi, daerah
kabupaten dan kota mengatur dan mengurus sendiri urusan pemerintahan menurut
asas otonomi dan tugas pembantuan. (3). Pemerintahan daerah provinsi,daerah
kabupaten dan kota memiliki Dewan Perwakilan Rakyat daerah yang anggotanya
dipilih melalui pemilihan umum. (4). Gubernur, Bupati, dan Walikota masing-
masing sebagai kepala pemerintah daerah provinsi,kabupaten dan kota dipilih
secara demokratis. (5). Pemerintahan daerah menjalankan otonomi seluas-luasnya,
kecuali urusan pemerintahan yang oleh undang-undang ditentukan sebagai urusan
pemerintah pusat. (6). Pemerintah Daerah berhak menetapkan peraturan daerah dan
peraturan-peraturan lain untuk melaksanakan otonomi dan tugas pembantuan. (7).
Susunan dan tata cara penyelenggaraan pemerintahan daerah diatur dalam undang-
undang.

Agar dapat berfungsi dan dicapai tujuan pembentukannya sesuai dengan pasal 18
UUD 1945 maka kepada daerah diberikan wewenang-wewenang untuk
melaksanakan berbagai urusan rumah tangganya. Oleh karena itu, setiap
pembentukan Daerah Otonom Tingkat I ataupun II harus selalu memperhatikan
syarat- syarat kemampuan ekonomi, jumlah penduduk, luas daerah pertahanan dan
keamanan yang memungkinkan daerah otonom melaksanakan otonomi yang nyata
dan bertanggung jawab.

B. Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan


Perundang-Undangan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2011
Nomor 82, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5234);

Dalam Pasal 1 ayat (3) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun
1945 (UUD 1945) dinyatakan bahwa Negara Indonesia adalah negara hukum.
Negara hukum bertalian erat dengan wibawa hukum yang amat diperlukan bagi
pembangunan dan pembaharuan masyarakat. Hukum berwibawa apabila hukum
itu merupakan kekuatan sosial yang ditaati. Salah satu dari fondasi kekuatan suatu
Negara adalah adanya peraturan yang baik dengan tujuan untuk ketertiban
masyarakat.

Dalam Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 ini yang terutama adalah letak
susunan Peraturan Daerah di antara peraturan perundangan lainya. Sebagaimana
yang dicantumkan dalam Pasal 7 ayat (1) undang-undang ini, yaitu Jenis dan
Hierarki Peraturan Perundang-undangan terdiri atas:

a. Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945;


b. Ketetapan Majelis Permusyawaratan Rakyat;
c. Undang-Undang/Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang;
d. Peraturan Pemerintah;
e. Peraturan Presiden;
f. Peraturan Daerah Provinsi; dan
g. Peraturan Daerah Kabupaten/Kota.
Kemudian dalam Pasal 7 ayat (2) dikatakan bahwa Kekuatan hukum Peraturan
Perundang-undangan sesuai dengan hierarki sebagaimana dimaksud pada ayat (1).
Dalam ketentuan ini yang dimaksud dengan hierarki adalah penjenjangan setiap
jenis Peraturan Perundang-undangan yang didasarkan pada asas bahwa Peraturan
Perundang-undangan yang lebih rendah tidak boleh bertentangan dengan Peraturan
Perundang-undangan yang lebih tinggi.

C. Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi


Daerah
a. Pasal 108 menyebutkan bahwa objek retribusi adalah: (1) jasa umum, yang
digolongkan sebagai retribusi jasa umum; (2) jasa usaha, yang digolongkan
sebagai retribusi jasa usaha, dan (3) perizinan tertentu, yang digolongkan
sebagai retribusi perizinan tertentu.
b. Pasal 109 menyatakan bahwa objek retribusi jasa umum adalah pelayanan yang
disediakan atau diberikan Pemerintah Daerah untuk tujuan kepentingan dan
kemanfaatan umum serta dapat dinikmati oleh orang pribadi atau Badan.
c. Pasal 110 menyebutkan bahwa jenis retribusi jasa umum adalah:
1. Retribusi Pelayanan Kesehatan;
2. Retribusi Pelayanan Persampahan/Kebersihan;
3. Retribusi Penggantian Biaya Cetak Kartu Tanda Penduduk dan Akta
Catatan Sipil;
4. Retribusi Pelayanan Pemakaman dan Pengabuan Mayat;
5. Retribusi Pelayanan Parkir di Tepi Jalan Umum;
6. Retribusi Pelayanan Pasar;
7. Retribusi Pengujian Kendaraan Bermotor;
8. Retribusi Pemeriksaan Alat Pemadam Kebakaran;
9. Retribusi Penggantian Biaya Cetak Peta;
10. Retribusi Penyediaan dan/atau Penyedotan Kakus;
11. Retribusi Pengolahan Limbah Cair;
12. Retribusi Pelayanan Tera/Tera Ulang;
13. Retribusi Pelayanan Pendidikan; dan
14. Retribusi Pengendalian Menara Telekomunikasi.
d. Pasal 126
Objek retribusi jasa usaha adalah pelayanan yang disediakan oleh Pemerintah
Daerah dengan menganut prinsip komersial, yang meliputi: (1) Pelayanan
dengan menggunakan/memanfaatkan kekayaan daerah yang belum
dimanfaatkan secara optimal; dan/atau (2) Pelayanan oleh Pemerintah
Daerah, sepanjang belum disediakan secara memadai oleh pihak swasta.

e. Jenis retribusi jasa usaha berdasarkan Pasal 127 adalah:


1. Retribusi Pemakaian Kekayaan Daerah;
2. Retribusi Pasar Grosir dan/atau Pertokoan;
3. Retribusi Tempat Pelelangan;
4. Retribusi Terminal;
5. Retribusi Tempat Khusus Parkir;
6. Retribusi Tempat Penginapan/Pesanggrahan/Villa;
7. Retribusi Rumah Potong Hewan;
8. Retribusi Pelayanan Kepelabuhanan;
9. Retribusi Tempat Rekreasi dan Olahraga;
10. Retribusi Penyeberangan di Air; dan
11. Retribusi Penjualan Produksi Usaha Daerah.
f. Pasal 140 mengatakan bahwa objek retribusi perizinan tertentu adalah
pelayanan perizinan tertentu oleh Pemerintah Daerah kepada orang pribadi atau
Badan yang dimaksudkan untuk pengaturan dan pengawasan atas kegiatan
pemanfaatan ruang, penggunaan sumberdaya alam, barang, prasarana, sarana,
atau fasilitas tertentu guna melindungi kepentingan umum dan menjaga
kelestarian lingkungan.
g. Pasal 141 menyebutkan bahwa jenis retribusi perizinan tertentu adalah:
1) Retribusi Izin Mendirikan Bangunan;
2) Retribusi Izin Tempat Penjualan Minuman Beralkohol;
3) Retribusi Izin Gangguan;
4) Retribusi Izin Trayek; dan
5) Retribusi Izin Usaha Perikanan.

D. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara


Pasal 2 menyatakan bahwa ruang lingkup keuangan negara meliputi:

a. Hak negara untuk memungut pajak, mengeluarkan dan mengedarkan uang, dan
melakukan pinjaman;
b. Kewajiban negara untuk menyelenggarakan tugas layanan umum;
c. Kewajiban negara membayar tagihan pihak ketiga;
d. Penerimaan negara;
e. Pengeluaran negara;
f. Penerimaan Daerah;
g. Pengeluaran Daerah;
h. Kekayaan Negara/Daerah yang dikelola sendiri atau oleh pihak lain berupa
uang, surat berharga, piutang, barang, serta hak-hak lain yang dapat dinilai
dengan uang, termasuk kekayaan yang dipisahkan pada perusahaan
Negara/Daerah;
i. Kekayaan pihak lain yang dikuasai pemerintah dalam rangka penyeleng-garaan
tugas pemerintahan dan/atau kepentingan umum; dan
j. Kekayaan pihak lain yang diperoleh dengan menggunakan fasilitas yang
diberikan Pemerintah.
E. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah
a. Pasal 157 menyebutkan bahwa sumber pendapatan daerah terdiri atas: (1)
Pendapatan asli daerah, yang meliputi hasil pajak daerah, hasil retribusi daerah,
hasil pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan dan lain-lain pendapatan
asli daerah yang sah; (2) Dana perimbangan; dan (3) lain-lain pendapatan
daerah yang sah.
b. Pasal 158 ayat (1) menyatakan bahwa pajak daerah dan retribusi daerah
ditetapkan dengan undang-undang, yang pelaksanaannya di Daerah diatur lebih
lanjut dengan Peraturan Daerah. Sedangkan ayat (2) menyebutkan bahwa
pemerintahan daerah dilarang melakukan pungutan atau dengan sebutan lain di
luar yang telah ditetapkan undang-undang.
F. Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi
Daerah
a. Pasal 108 menyebutkan bahwa objek retribusi adalah: (1) jasa umum, yang
digolongkan sebagai retribusi jasa umum; (2) jasa usaha, yang digolongkan sebagai
retribusi jasa usaha, dan (3) perizinan tertentu, yang digolongkan sebagai retribusi
perizinan tertentu.
b. Pasal 109 menyatakan bahwa objek retribusi jasa umum adalah pelayanan yang
disediakan atau diberikan Pemerintah Daerah untuk tujuan kepentingan dan
kemanfaatan umum serta dapat dinikmati oleh orang pribadi atau Badan.
c. Pasal 110 menyebutkan bahwa jenis retribusi jasa umum adalah:
1) Retribusi Pelayanan Kesehatan;
2) Retribusi Pelayanan Persampahan/Kebersihan;
3) Retribusi Penggantian Biaya Cetak Kartu Tanda Penduduk dan Akta Catatan
Sipil;
4) Retribusi Pelayanan Pemakaman dan Pengabuan Mayat;
5) Retribusi Pelayanan Parkir di Tepi Jalan Umum;
6) Retribusi Pelayanan Pasar;
7) Retribusi Pengujian Kendaraan Bermotor;
8) Retribusi Pemeriksaan Alat Pemadam Kebakaran;
9) Retribusi Penggantian Biaya Cetak Peta;
10) Retribusi Penyediaan dan/atau Penyedotan Kakus;
11) Retribusi Pengolahan Limbah Cair;
12) Retribusi Pelayanan Tera/Tera Ulang;
13) Retribusi Pelayanan Pendidikan; dan
14) Retribusi Pengendalian Menara Telekomunikasi.
d. Pasal 126
Objek retribusi jasa usaha adalah pelayanan yang disediakan oleh Pemerintah
Daerah dengan menganut prinsip komersial, yang meliputi: (1) Pelayanan dengan
menggunakan/memanfaatkan kekayaan Daerah yang belum dimanfaatkan secara
optimal; dan/atau (2) Pelayanan oleh Pemerintah Daerah, sepanjang belum
disediakan secara memadai oleh pihak swasta.
e. Jenis retribusi jasa usaha berdasarkan Pasal 127 adalah:
1) Retribusi Pemakaian Kekayaan Daerah;
2) Retribusi Pasar Grosir dan/atau Pertokoan;
3) Retribusi Tempat Pelelangan;
4) Retribusi Terminal;
5) Retribusi Tempat Khusus Parkir;
6) Retribusi Tempat Penginapan/Pesanggrahan/Villa;
7) Retribusi Rumah Potong Hewan;
8) Retribusi Pelayanan Kepelabuhanan;
9) Retribusi Tempat Rekreasi dan Olahraga;
10) Retribusi Penyeberangan di Air; dan
11) Retribusi Penjualan Produksi Usaha Daerah.
f. Pasal 140 mengatakan bahwa objek retribusi perizinan tertentu adalah pelayanan
perizinan tertentu oleh Pemerintah Daerah kepada orang pribadi atau Badan yang
dimaksudkan untuk pengaturan dan pengawasan atas kegiatan pemanfaatan ruang,
penggunaan sumberdaya alam, barang, prasarana, sarana, atau fasilitas tertentu
guna melindungi kepentingan umum dan menjaga kelestarian lingkungan.
g. Pasal 141 menyebutkan bahwa jenis retribusi perizinan tertentu adalah:
1) Retribusi Izin Mendirikan Bangunan;
2) Retribusi Izin Tempat Penjualan Minuman Beralkohol;
3) Retribusi Izin Gangguan;
4) Retribusi Izin Trayek; dan
5) Retribusi Izin Usaha Perikanan.
BAB IV

LANDASAN FILOSOFIS, SOSIOLOGIS DAN YURIDIS

A. LANDASAN FILOSOFIS
Berangkat dari adanya pancasila dan Undang-undang Dasar Negara Republik
Indonesia Tahun 1945 (UUD 1945) untuk menetapkan bahwa tujuan dibentuknya Negara
Republik Indonesia untuk mewujudkan kehidupan masyarakat yang sejahtera, aman,
nyaman, adil, makmur secara menyeluruh baik dari segi materil maupun spiritual. Sesuai
dengan Pasal 18 ayat (2) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945
mengatakan bahwa “Pemerintah daerah provinsi, daerah Kabupaten, dan Kota mengatur
dan mengurus sendiri urusan pemerintahan menurut asas otonomi dan tugas pembantuan”.
Dalam rangka penyelenggaraan hubungan kewenangan antara Pemerintah Pusat dan
Pemerintah daerah. Dalam Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 Tentang Pemerintahan
Daerah tepatnya Pasal 10 ditegaskan Pemerintah Daerah menyelenggarakan urusan
pemerintahan yang menjadi kewenangannya, kecuali urusan pemerintahan yang oleh
Undang-Undang ini ditentukan menjadi urusan Pemerintah Pusat. Pemberian otonomi luas
kepada daerah diarahkan untuk mempercepat terwujudnya kesejahteraan masyarakat
melalui peningkatan pelayanan, pemberdayaan dan peran serta masyarakat. 14 Di samping
itu melalui otonomi luas, daerah diharapkan mampu meningkatkan daya saing dengan
memperhatikan prinsip-prinsip demokrasi, pemerataan, keadilan, keistimewaan dan
kekhususan serta potensi dan keanekaragaman daerah dalam sistem Negara Kesatuan
Republik Indonesia (penjelasan angka 1 UU No.23 Tahun 2014).15

Adapun yang menjadi pokok pembahasan dalam naskah akademik ini adalah upaya
yang dapat dilakukan oleh pemerintah dalam retribusi parkir khusus Taman Merjosari Kota
Malang. Pertumbuhan jumlah pengunjung yang pesat dalam beberapa tahun terakhir telah
menyebabkan kepadatan parkir di sekitar Taman Merjosari. Hal ini menciptakan tantangan
dalam mengatur parkir secara efisien dan memberikan kenyamanan bagi
pengunjung. Penyelenggaraan retribusi parkir diatur dalam Undang-Undang No. 28 Tahun
2009, bahwa retribusi menjadi pemasukan yang bermula dari usaha pemerintah daerah
yang menyediakan sarana dan prasarana untuk pemenuhan kepentingan masyarakat.
Pengguna sarana ini diwajibkan memberi pengganti berupa uang yang menjadi pemasukan
kas daerah.16 Retribusi parkir dapat dikatakan sebagai pendapatan daerah yang termasuk
ke dalam Pendapatan Asli Daerah (PAD). Meskipun jumlah retribusi parkir tidak
signifikan, tetapi menjadi salah satu penyumbang yang cukup penting untuk meningkatkan
PAD. Selanjutnya, PAD ini akan digunakan untuk membiayai pembangunan dalam rangka
memenuhi berbagai kebutuhan di Parkir Khusus Taman Merjosari.

14
Mudrajad Kuncoro, Otonomi & Pembangunan Daerah, Reformasi, Perencanaan, Strategi dan Peluang,
Erlangga, Jakarta, 2004, hal. 30
15
Syaukani dkk, 2004, Otonomi Daerah Dalam Negara Kesatuan, Pustaka Pelajar, Yogyakarta, hal.8
16
Fauzan, Muhammad, Hukum Pemerintahan Daerah, Kajian tentang Hubungan Keuangan antara Pusat dan
Daerah, Yogyakarta, UII Press, 2006, hal. 239
B. LANDASAN SOSIOLOGIS
Mobilitas kendaraan roda dua maupun roda empat yang cukup tinggi disekitar
Taman Merjosari Malang, tentu menuntut pelayanan tempat parkir yang memadai, baik
tempat yang disiapkan khusus untuk lahan parkir, maupun lokasi parkir yang layak.
Retribusi parkir memiliki arti sebagai tempat parkir yang tidak selalu terkena pajak daerah.
Hal ini dikarenakan retribusi parkir termasuk objek retribusi daerah. Dalam arti lain, tempat
parkir tersebut sudah diizinkan atau disediakan khusus oleh pemerintah daerah untuk
kepentingan individu ataupun badan. Retribusi parkir diambil dari orang-orang yang
menggunakan jasa parkir yang dikelola pemerintah. Salah satu tujuan retribusi parkir di
Taman Merjosari yaitu untuk mengendalikan jumlah kendaraan yang parkir di kawasan
Taman Merjosari agar tidak melebihi kapasitas yang tersedia. Dari retribusi parkir yang
dikumpulkan, hasilnya akan diserahkan kembali kepada masyarakat dalam bentuk sarana
dan prasarana jasa pelayanan. Hal ini dilakukan dalam rangka pemeliharaan dan
pengembangan infrastruktur parkir, serta meningkatkan pelayanan kepada pengunjung di
Taman Merjosari.

Berdasarkan penjelasan tersebut, maka melegalkan retribusi parkir di Taman


Merjosari dapat membantu mengatasi yang belum terselesaikan. Kesulitan dalam mencari
tempat parkir yang tersedia, kurangnya area parkir yang memadai, merupakan beberapa
persoalan yang dapat memicu kemacetan lalu lintas. Selain itu, adanya retribusi parkir di
Taman Merjosari dapat memberikan keuntungan lebih ntuk memperoleh pendapatan bagi
pemerintah. Retribusi parkir teresbut dapat dikatakan sebagai pendapatan daerah yang
termasuk ke dalam Pendapatan Asli Daerah (PAD).

C. LANDASAN YURIDIS
Dalam hal ini, landasan yuridis pembentukan Peraturan Daerah tentang
Penyelenggaraan Retribusi Daerah, yakni Undang – Undang Dasar Negara Republik
Indonesia Tahun 1945 - Pasal 18 ayat (6). Berdasarkan pasal 18 UUD 1945 dibentuknya
daerah otonom tujuannya adalah untuk meningkatkan daya guna dan hasil guna
penyelenggaraan pemerintah dalam rangka pelayanan terhadap masyarakat dalam
pelaksanaan pembangunan, yang berbunyi sebagai berikut:

1) Negara Kesatuan Republik Indonesia dibagi atas daerah- daerah provinsi dan
daerah provinsi itu dibagi atas kabupaten dan kota, yang tiap- tiap provinsi,
kabupaten dan kota mempunyai pemerintahan daerah yang diatur dengan
undang- undang.
2) Pemerintahan daerah provinsi, daerah kabupaten dan kota mengatur dan
mengurus sendiri urusan pemerintahan menurut asas otonomi dan tugas
pembantuan.
3) Pemerintahan daerah provinsi, daerah kabupaten dan kota memiliki Dewan
Perwakilan Rakyat daerah yang anggotanya dipilih melalui pemilihan umum.
4) Gubernur, Bupati, dan Walikota masingmasing sebagai kepala pemerintah
daerah provinsi, kabupaten dan kota dipilih secara demokratis.
5) Pemerintahan daerah menjalankan otonomi seluas-luasnya, kecuali urusan
pemerintahan yang oleh undang-undang ditentukan sebagai urusan pemerintah
pusat.
6) Pemerintah Daerah berhak menetapkan peraturan daerah dan peraturan –
peraturan lain untuk melaksanakan otonomi dan tugas pembantuan.
7) Susunan dan tata cara penyelenggaraan pemerintahan daerah diatur dalam
undang- undang.
Pembahasan mengenai retribusi parkir ini telah diatur di beberapa Undang-undang.
Namun terdapat beberapa hambatan, yaitu:

• Kurangnya Sumber Daya Manusia (SDM). Sumber Daya Manusia yang dimaksud
adalah personel Dinas Perhubungan yang bertugas menangani Parkir.
• Hukuman yang diberikan kepada juru Parkir masih ringan. Tindak pidana yang
diberikan Terhadap juru parkir ilegal masih tergolong ringan merupakan penghambat
dari penindakan pelanggaran perparkiran sehingga pelanggaran perparkiran yang masih
terus terulang dan belum memberikan efek jera kepada juru parkir ilegal.
• Kurangnya kesadaran masyarakat. Menurut Dinas Perhubungan Kesadaran juru parkir
dan masyarakat juga Merupakan penghambat dalam Penanggulangan parkir ilegal.

Hambatan tersebut dapat digolongkan dalam persoalan hukum. Upaya lauinnya


yang dapat mengatasi hambatan dalam Melaksanakan penanggulangan juru parkir Ilegal
khususnya di Taman Mejosari yaitu lebih menggencarkan sosialisasi Kepada masyarakat
maupun juru parkir Tentang aturan-aturan terkait perparkiran, Saling membantu tenaga
yang lain tanpa Meninggalkan tugas masing-masing dengan Saling koordinasi dan
pelaksanaan operasi Gabungan, terus melakukan penindakan Kepada pelaku juru parkir
ilegal.
BAB V

JANGKAUAN, ARAH PENGATURAN, DAN RUANG LINGKUP MATERI


MUATAN UNDANG – UNDANG

A. Jangkauan dan Arah Pengaturan


1. Sasaran
Penyusunan naskah akademik ini akan dilakukan dalamn rangka
penyempurnaan undang – undang Nomor tahun 2022 tentang restribusi parkir
khusus taman merjosari kota malang adalah undang – undang pertama di bidang
restribusi parkir sebagai produk legislasi yang sangat dibutuhkan dan telah
menjadi pionir yang meletakkan dasar pengaturan di bidang pemanfaatan
restribusi parkir khusus taman merjosari kota malang.
2. Jangkauan dan Arah Pengaturan
Jangkauan dana arah pengaturan dalam penyempurnaan undang – undang
nomor tahun 2022 tentang restribusi parkir khusus taman merjosari kota malang
meliputi pengaturan tata cara restribusi parkir yang akan diatur menggunakan
undang – undang, sanksi administrasi, dan juga ancaman pidana.
a) Tata cara restribusi parkir
Arah pengaturan terhadap adanya Undang – undang tersebut adalah
akan lebih kompherensif dalam mengatur seluruh aspek yang mencakup
adanya parkir secara sembarangan. Jangkauan pengaturan ini akan
berimplikasi pada pembentukan undang – undang yang baru terkait
dengan kelompok Lembaga penegak hukum seperti satpol PP, Dishub
Lingkungan, dll.
b) Sanksi administrasi dan ancaman pidana parkir sembarangan
Arah pengaturan terhadap adanya undang – undang ini yang mengatur
mengenai sanksi dan ancaman pidana adalah dengan dikenakan sanksi
berupa bunga sebesar 2 persen setiap bulannya dan dikenakan pidana
paling lama 3 bulan.
B. Ruang Lingkup Materi Muatan Undang – Undang
1. Ketentuan Umum
Beberapa pengertian dalam RUU yang diubah untuk menyesuaikan dengan
definisi yang sama dalam ketentuan peraturan perundang – undangan terkait
antara lain :
a) Restribusi daerah yang selanjutnya disebut restribusi adalah pungutan
daerah sebagai pembayaran atau jasa atau pemberian izin tertentu yang
khusus disediakan dan/atau diberikan oleh Pemerintah Daerah untuk
kepentingan orang pribadi atau badan;
b) . Badan adalah sekumpulan orang dan/atau modal yang merupakan
kesatuan, baik yang melakukan usaha yang meliputi perseroan terbatas,
perseroan komanditer, perseroan lainnya, Badan Usaha Milik Negara
(BUMN);
c) Kendaraan Bermotor adalah setiap kendaraan yang digerakkan dengan
peralatan mekanik berupa mesin selain kendaraan yang berjalan diatas
rel, yang meliputi Mobil Jeep, Pick Up, Mikro Bus, Sedan, Bus, Truk
dan Sejenisnya;
d) Jalan Umum adalah jalan yang diperuntukkan bagi lalu lintas umum;
e) Parkir di tepi jalan umum adalah perbuatan/tindakan memarkir
kendaraan bermotor di tepi jalan umum yang dibolehkan dan ditentukan
oleh Pemerintah Daerah sesuai dengan ketentuan Peraturan Undang-
Undang tentang Jalan dan Undang-undang tentang Lalu lintas dan
Angkutan Jalan.
f) Retribusi Parkir di Tepi Jalan Umum adalah Retribusi atau Pungutan
daerah yang dipungut atas penggunaan pelayanan parkir di tepi jalan
umum yang ditentukan oleh Pemerintah Daerah sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan;
2. Pengaturan parkir di ruas jalan
Jalan telah dikelompokkan menurut sistem, fungsi, status, dan kelas.
Berdasarkan fungsinya, jalan dikelompokkan ke dalam jalan arteri, jalan
kolektor, jalan lokal, dan jalan lingkungan. Jalan arteri merupakan jalan umum
yang berfungsi melayani angkutan utama dengan ciri perjalanan jarak jauh,
kecepatan rata-rata tinggi, dan jumlah jalan masuk dibatasi secara berdaya guna.
Namun demikian banyak ditemukan dalam implementasinya jalan arteri tidak
lagi memenuhi fungsi sebagaimana mestinya sehingga diperlukan
pengaturan/pembatasan untuk membuka akses ke/dari jalan arteri yang
menyebabkan terganggunya kelancaranlalu lintas dan mengurangi kapasitas
jalan, kecuali mendapat izin dari Penyelenggara Jalan sesuai dengan klasifikasi
status jalan.
Izin dari Penyelenggara Jalan harus mempertimbangkan dampak lalu
lintas dari kegiatan yang membutuhkan akses Jalan dan kapasitas Jalan yang
ada. Setiap Orang yang melanggar ketentuan pembatasan akses ke/dari jalan
arteri tanpa izin penyelenggara jalan dikenai sanksi administratif. Pencantuman
identitas yang antara lain dapat berupa bentuk, kode, dan angka pada masing-
masing ruas jalan berdasarkan status jalan.
Hal ini dimaksudkan untuk memudahkan baik bagi penyelenggara jalan
maupun masyarakat umum untuk mengetahui status masing-masing jalan dan
siapa penyelenggara jalan yang berwenang pada ruas jalan tersebut.
BAB VI

PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan naskah akademik yang diberikan dengan judul "Rancangan Peraturan


Daerah Kota Malang tentang Retribusi Parkir Khusus Taman Merjosari Kota Malang",
dapat disimpulkan bahwa naskah ini merujuk pada upaya pemerintah Kota Malang untuk
mengatur retribusi parkir di area khusus Taman Merjosari. Naskah ini menyoroti perlunya
pengaturan yang jelas dan tegas terkait biaya parkir di taman tersebut, dengan tujuan untuk
memastikan pengelolaan parkir yang efisien dan penggunaan sumber daya yang tepat di
kawasan tersebut.
Kesimpulan ini mengindikasikan bahwa rencana ini dimaksudkan untuk
memperbaiki sistem parkir di Taman Merjosari dan memastikan adanya pembiayaan yang
tepat melalui retribusi yang akan diterapkan. Naskah akademik ini kemungkinan juga
membahas mekanisme pengumpulan retribusi, penggunaan dana yang terkumpul, serta
pengawasan dan penegakan aturan terkait parkir di Taman Merjosari.
Rancangan Peraturan Daerah Kota Malang tentang Retribusi Parkir Khusus Taman
Merjosari Kota Malang, harus memuat setidaknya ketentuan-ketentuan berikut ini sebagai
pokok-pokok pengaturan yang perlu dirumuskan:
1. Ketentuan umum yang berkaitan dengan retribusi parkir di Taman merjosari
Kota Malang
2. Asas, tujuan dan ruang lingkup
3. Hak dan kewajiban masyarakat
4. Perizinan
5. Kerjasama dan Kemitraan
6. Golongan retribusi
7. Perhitungan retribusi
8. Prinsip, sasaran dan penetapan tarif retribusi
9. Struktur dan besaranya tarif retribusi
10. Wilayah pemungutan
11. Tata cara pembayaran dan penyetoran retribusi
12. Insentif pemungutan
13. Sanksi adaministrasi
14. Penyidikan
15. Ketentuan pidana
16. Ketentuan penutup
B. Saran
1. Sebagian dari materi dalam naskah akademik diatur melalui Peraturan Daerah
Kota Malang tentang retribusi parkir khusus taman Merjosari, sementara
sebagian lainnya memerlukan pengaturan lebih lanjut melalui Peraturan
Bupati.
2. Untuk itu, Pemerintah Kota Malang perlu memberikan prioritas dalam
menyusun Peraturan Daerah Kota Malang tentang retribusi parkir khusus
taman Merjosari dan mengikutsertakannya dalam Program Pembentukan
Peraturan Daerah (PropemPerda).
DAFTAR PUSTAKA

Dani Rachman, Muhammad Iqbal, Neng Sri Rahayu. “PENGARUH RETRIBUSI PARKIR
DAN RETRIBUSI PELAYANAN PASAR TERHADAP PENDAPATAN ASLI
DAERAH KABUPATEN BANDUNG PERIODE 2009-2019.” Pengaruh Biaya Bahan
Baku Dan Biaya Tenaga Kerja Terhadap Laba Bersih Pada Pt. Satwa Prima Utama 12,
no. April (2021): 55–64.
Ismail, Gusnar. “Implemntasi Otonomi Daerah Dalam Penanganan Pandemi Covid-19.” Jurnal
Lembaga Ketahanan Nasional Republik Indonesia 8, no. 3 (2019): 426–41.
Jonaedi Efendi, Johnny Ibrahim. Metode Penelitian Hukum: Normatif Dan Empiris. II. Depok:
Prenada Media, 2018.
Kemenkeu. “Deskripsi Dan Analisis APBD 2011,” 2011, 1–61.
Peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun 2005 Tentang Pengelolaan Keuangan Daerah
Praramadhanti, Gesvi Rizkitachika, and Subhan Ramdlani. “Persepsi Pengguna Terhadap
Kualitas Taman Singha Merjosari Berdasarkan Variabel Pembentuk Kualitas Ruang
Publik.” Idealog: Ide Dan Dialog Desain Indonesia 7, no. 1 (2022): 49.
https://doi.org/10.25124/idealog.v7i1.4745.
Putu Mery Astuti, Desak, Gusti Ayu Ketut Rencana Sari Dewi, I Putu Julianto, Program S
Studi, and Akuntansi Jurusan Ekonomi Dan Akuntansi. “Analisis Efektivitas Penggunaan
Sistem E-Parking Dalam Pembayaran Retribusi Parkir Di Kabupaten Tabanan.” Jurnal
Ilmiah Mahasiswa Akuntansi) Universitas Pendidikan Ganesha 10, no. 3 (2019): 2614–
1930.
Retribusi, Kontribusi, Parkir Terhadap, and Pendapatan Asli. “Kontribusi Retribusi Parkir
Terhadap Pendapatan Asli Daerah Pemerintah Kabupaten Pacitan” 3, no. 1 (2023): 53–
69.
Sri Mamudji, Hang Rahardjo, Agus Supriyanto, Daly Erni, Dian Pudji Simatupang. Metode
Penelitian Dan Penulisan Hukum. Jakarta: Badan Penerbit Fakultas Hukum Universitas
Indonesia, 2005.
Tampilang, Jelfi H., Sarah Sambiran, and Fanley Pangemanan. “Proses Mutasi Jabatan Eselon
III Dan IV Di Kabupaten Minahasa.” EKSEKUTIF Jurnal Jurusan Ilmu Pemerintahan 3,
no. 3 (2019): 1–9.
Undang-Undang Dasar 1945
Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 Tentang Pembentukan Peraturan Perundang-
Undangan
Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 Tentang Keuangan Negara
Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 Tentang Pajak Daerah dan Restribusi Daerah
Vikasari, Cahya. “Sistem Retribusi Parkir Sebagai Pengawasan Pendapatan Asli Daerah
Kabupaten Cilacap.” Jurnal Nasional Teknologi Dan Sistem Informasi 5, no. 1 (2019): 1–
8. https://doi.org/10.25077/teknosi.v5i1.2019.1-8.
Wijaya, Viona. “Perubahan Paradigma Penataan Regulasi Di Indonesia.” Jurnal Rechts
Vinding: Media Pembinaan Hukum Nasional 10, no. 2 (2021): 167.
https://doi.org/10.33331/rechtsvinding.v10i2.712.

Anda mungkin juga menyukai