Anda di halaman 1dari 11

Hukum Pajak

Pertemuan ke 2

Ruang Lingkup Hukum


Pajak.
Sejarah Perpajakan dan Hukum
2
Pajak
 Sejarah Perpajakan:
 Pajak pada mulanya merupakan suatu upeti (pemberian secara Cuma Cuma) sifatnya kewajiban
yang dapat dipaksakan dan harus dilaksanakan. Sesuai perkembangannya sifatupeti yang diberikan
rakyat tidak saja untuk kepentingan raja, tetapi sudah mengarah kepada kepentingan rakyat sendiri.
 Melihat unsur keadilannya,guna memenuhi unsur keadilan, maka rakyat di ikutsertakan dalam
membuat berbagai aturan dalam pemungutan pajak. Yang hasilnya nanti dikembalikan juga kepada
kepentingan rakyat.
 Berkembangnya suatu masyarakat hingga akhirnya membentuk suatu negara dan dilandasi unsur
keadilan dalam pemungutan pajak yang melatarbelakangi dibuatnya suatu UU yang mengatur
tentang pungutan pajak,jenis jenis pajak, pihak yang harus membayar pajak, sertanya besarnya
pajak.
 Perundang undangan Perpajakan yang berlaku sejak zaman Belanda :

1.Ordonansi Rumah Tangga (Stbl.1908 No.13)


2.Aturan Bea Materai (Stbl.1921 No.498)
3.Ordonansi Bea Balik Nama (Stbl. 1924 No.291)
3

4.Ordonansi Pajak Kekayaan (Stbl.1932 No.405 )


5.Ordonansi Pajak kendaraan Bermotor (Stbl. 1934 No.718)
6.Ordonansi Pajak Upah (Stbl. 1934 No. 611)
7Ordonansi Pajak Potong (Stbl.1936 No.671)
8.Ordonansi Pajak Pendapatan (Stbl. 1944 No.17)
9.UU Pajak Radio (UU No 12 Tahun 1947 )
10.UU Pajak Pembangunan (UU 14 Tahun 1947)
11.UU Pajak Peredaran (UU No.12 Tahun 1952)

Kemudian dengan Perkembangan ekonomi Masyarakat di undangkan lagi beberapa UU sbb:


1.UU Pajak Penjualan Tahun 1951yang di ubah dengan UU No.2 Tahun 1968
2.UU No.21 Tahun 1959 tentang Pajak Deviden yang di ubah dengan UU No.10 Tahun 1967
tentang pajak atas bunga Deviden dan Royalty.
3.UU No.19 Tahun 1959 tentang Penagihan Pajak Negara dan surat Paksa.
4

4. UU No. 74 Tahun 1958 Tentang Pajak Bangsa Asing dan


5. UU No. 8 Tahun 1967 Tentang Tata Cara Pemungutan PPd. PKK, dan PPs atau tata cara
MPS-MPO.

Reformasi UU Perpajakan 1(pertama)

Akibat terlalu banyaknya UU yang di keluarkan mengakibatkan masyarakat mengalami kesulitan,


selain itu beberapa UU dalam perkembangannya tidak memenuhi rasa keadilan lebih dari itu UU di buat
oleh dan untuk kepentingan Penjajah Belanda, menyadari kondisi ini di tahun 1983 Pemerintah bersama
DPR sepakat melakukan reformsi UU Perpajakan, bahkan agatr tidak terjadi praktek duplikasi dalam
pungutan pajak maka sistem pungutan pajak yang semula dengan sistem Official assessment di ubah
menjadi self assessment. Dan juga dengan mencabut UU yang ada dan mengundangkan 5 (lima) paket
UU Perpajakan yang sifatnya mudah di pelajari dan di Praktekkan yakni :
1. UU No.6 Tahun 1983 Tentang Ketentuan Umum dan Tata cara Perpajakan (KUP)
2. UU No.7 Tahun 1983 Tentang Pajak Penghasilan (PPh)
3. UU No.8 Tahun 1983 Tentang Pajak Pertambahan Nilai atas Barang dan jasa dan pajak Penjualan
Barang mewah (PPN dan PPnBM).
4. UU No .12 Tahun 1985 Tentang Pajak Bumi dan Bangunan
5. UU No.13 Tahun 1985 Tentang Bea Materai (BM).
Reformasi ke dua UU perpajakan.

Dengan di berlakukannya Kelima UU tersebut diharapkan seluruh lapisan masyarakat di harapkan


berpatisipasi dan dapat mengerti akan kewajiban membayar Pajak sesuai dengan sistem Self Assesment
yang berlaku sejak 1983. Kemudian di Tahun 1994 4 (empat) dari kelima UU tersebut mengalami
perubahan bebrapa pasal yang di pandang perlu dengan UU yakni sbb :
1. UU No. 6 Tahun 1983 diubah menjadi UU No. 9 Tahun 1994.
2. UU No. 7 Tahun 1983 diubah menjadi UU No. 10 Tahun 1994.
3. UU No. 8 Tahun 1983 diubah menjadi UU No. 11 Tahun 1994.
4. UU No. 12 Tahun 1983 diubah menjadi UU No. 12 Tahun 1994.

Reformasi Ketiga UU Perpajakan dan penambahan UU yang baru pada Tahun 1997 sbb :
1. UU No. 17 Tahun 1997 tentang Badan Penyelesaaian sengketa Pajak.
2. UU No. 18 Tahun 1997 tentang Pajak Daerah dan retribusi Daerah.
3. UU No. 19 Tahun 1997 tentang Penagihan Pajak dan surat paksa.
4. UU No. 20 Tahun 1997 tentang Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP).
5. UU No. 21 Tahun 1997 tentang Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan.
6

Reformasi ke empat UU Perpajakan tahun 2000


Dalam rangka meningkatkan rasa keadilan dan meningkatkan Pelayanan kepada Wajib Pajak (WP) maka
pemerintah kembali mengadakan Perubahan terhadap UU Perpajakan yang di buat pada tahun 1983 sbb :
1. UU No. 16 tahun 2000 mengenai perubahan atas UU No. 6 tahun 1983 sebagaimana telah di ubah
dengan UU No. 9 tahun 1994.
2. UU No. 17 tahun 2000 mengenai perubahan atas UU No. 7 tahun 1983 sebagaimana telah di
ubah dengan UU No. 10 tahun 1994.
3. UU No. 18 tahun 2000 Mengenai perubahan atas UU No. 8 tahun 1983 sebagaimana telah di
ubah dengan UU No. 11 tahun 1994.
4. UU No. 19 tahun 2000 mengenai perubahan atas UU No. 19 tahun 1997.
5. UU No. 21 tahun 2000 Mengenai Perubahan atas UU No. 21 tahun 1997.
6. UU No. 34 tahun 2000 mengenai perubahan ats UU No. 18 tahun 1997.
Selanjut pada tahun 2007-2009 pemerintah kembali melakukan perubahan terhadap beberpa UU yang
disesuaikan pula dengan perkembangan bidang tehnologi dan informasi. Sementara perubahan UUPPh,
UUPPn, PPnBM dilatarbelakangi dalam rangka mengamankan penerimaan negara yang makin
meningkat, mewujudkan sistem perpajakan yang netral, sederhana, stabil dan memberikan keadilan dan
kepastian hukum serta transpafransi. Adapun perubahan UU tersebut sbb :
7
 1. UU Ketentuan Umum dan Tata cara Perpajakn No.16 tahun 2000 diubah dengan UU No. 28 tahun
2007 mulai belaku tahun 2008 lalu KUP ini mengalami perubahan lagi dengan UU No.16 tahun
2009 tentang penetapan PP pengganti UU No. 5 tahun 2008 tentang perubahan keempat KUP
No. 6 tahun 1983.
 2. UU PPh No. 17 tahun 2000 diubah dengan UU No. 36 tahun 2008 dan berlaku tanggal 1 januari
2009.
 3. UU Pajak PPn Barang dan jasa dan PPnBM No. 18 tahun 2000 diubah menjadi UU No. 42 tahun
2009 berlaku mulai buan april 2010.
 4. Dan UU No. 28 tahun 2009 tentang pajak daerah dan retribusi daerah yang mencabut UU
No. 18 tahun 1997 diberlakukan tanggal 1 januari 2010.
Catatan : dengan Perubahan yang dilakukan terhadap UU Perpajakan tersebut. Bahwa Pemerintah selalu
memperhatikan pemangku kepentingan (stakeholder) dalam melanjutkan Pembangunan.

Pengertian Pajak,Retribusi dan Sumbangan :


Pengertian Pajak :
Didalam UUD 1945 pasal 23 ayat 2 dan UUD 1945 yang sdh di Amandemen pasal 23 A disebutkan
secara lengkap”Pajak dan Pungutan lainnya yang bersifat memaksa untuk keperluan negara di atur
dengan undang undang.

8
Pendapat beberapa ahli :
Mr.Dr.N.J Feldmenn,
Pajak adalah prestasi yang paksakan sepihak oleh oleh terutang kepada penguasa ( menurut norma
norma yang di tetapkannya secara umum)tanpa adanya kontrak prestasi dan semata mata di gunakan
untuk menutup pengeluaran pengeluaran umum.

Prof.Dr. Rachmad Soemantri S.H:


Pajak adalah iuran rakyat kepada kas Negara berdasarkan undang undang yang dapat dipaksakan
dengan tiada mendapat jasa timbal ( kontra prestasi)yang langsung dapat ditunjukan dan yang
digunakan untuk membayar pengeluaran umum.

Banyak lagi Pendapat para ahli tenta Pajak .Dari banyak pengertian yang disampaikan dapat
disimpulkan ada lima unsur yg melakat dalam pajak yaitu:
1.Pembayaran pajak harus berdasarkan undang undang.
2.Sifatnya dapat dipaksakan.
3.Tidak ada kontra prestasi (timbalan) yang langsung dapat dirasakan oleh pembayar pajak.
4.Pemungutan pajak dilakukan oleh Negara,oleh pemerontah puasat maupun Daerah (tidak dapat
dipungut oleh swasta)
5.Pajak digunakan untuk membiayai berbagai pengeluaran pemerintah (rutin dan pembangunan) bagi
bagi kepentingan Masyarakat Umum.
Pengertian Retribusi:
Pada prinsifnya pungutan dengan nama retibusi sama dengan pajak,yaitu empat unsur dalam
pungutan pajak sama dengan retribusi,sedangkan imbalan (kontra prestasi) dalam retribusi dapat
dirasakan oleh pembayar retribusi .

Unsur yang melekat pada Retribusi adalah :


1.Pungutan retribusi harus berdasarkan undang undang/
2.Sifat pungutan dapat dipaksa.
3.Pungutannya dilakukan oleh negara.
4.Digunakan untuk pengeluaran bagi masyarakat umum,dan
5.Kontar Prestasi (imbalan) langsung dapat dirasakan oleh pembayar retribusi

Penjelasan :
Umumya pungutan atas retribusi diberikan atas pembayaran berupa jasa dan pemberian izin tertentu
yang disediakan atau diberikan oleh pemerintah kepada setiap orang atau Badan.misalnya retribusi atas
pembayaran atau penyediaan tempat penginapan ,retribusi tempat pencucian mobil,Pembayaran Aliran
listrik,pembayaran Abodemen air minum,retribusi izin mendirikan Bangunan (IMB) atau retribusi Izin
Gangguan dsbnya.

Sumbangan :
Sumbang biasanya tidak diartikan untuk kepentingan pengeluaran-pengeluaran yang dikelola oleh
pemerintah, tetapi dilakukan oleh dan untuk kepentingan sekelompok masyarakat tertentu dan tidak
memerlukan dasar hukum, menurut undang-undang serta tidak mempunyai unsur paksaan, misalnya
sumbangan pembangunan tempat-tempat ibadah, sumbang perbaikan jalan, dan lainnya.
PERAN DAN FUNGSI PAJAK DALAM
PEMBANGUNAN
10

Kedudukan hukum pajak dalam tata hukum nasional


References

Anda mungkin juga menyukai