Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH

BANTUAN HUKUM

Tentang

HAK ASASI MANUSIA DAN HUBUNGANNYA DENGAN BANTUAN HUKUM

OLEH:

KELOMPOK 2

HASBI AZHARI ZARISTA 2030203033


IZHAR WAHYUDI 2030203040
JODI FERNANDO 2030203041
KARTIKA RAMADANI 2030203042
LAURA REFITA 2030203043
M ARIF SAUFI 2030203045
M HAMBALI 2030203046

DOSEN PENGAMPU:
DIAN PERTIWI, MH.

PROGRAM STUDI HUKUM TATA NEGARA (SIYASAH)

FAKULTAS SYARIAH

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN) MAHMUD YUNUS BATUSANGKAR

2022 M/1444 H
KATA PENGANTAR

Puji Syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan Rahmat
dan Hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini.
Penyusunan tugas ini bertujuan untuk memenuhi tugas dan kewajiban kami sebagai
mahasiswa serta agar mahasiswa yang lain dapat melakukan kegiatan seperti yang kami
lakukan. Dalam tugas ini kami akan membahas mengenai “Hak Asasi Manusia dan
Hubungannya Dengan Bantuan Hukum”. Dengan ini kami mengucapkan terima kasih
yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang telah mendukung kami terutama kepada
ibu Dian Pertiwi, MH. dalam mata kuliah Bantuan Hukum selaku dosen pembimbing
kami.
Tiada gading yang tak retak, demikian pepatah mengatakan. Kami sadari tugas ini
masih jauh dari kesempurnaan, oleh karena itu kami sangat mengharapkan kritik dan saran
yang bersifat membangun sehingga kami dapat memperbaiki kesalahan kami.
Akhir kata kami ucapkan terima kasih. Semoga tugas ini bermanfaat dan berguna
bagi kita semua.

Batusangkar, 20 Maei 2023

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR................................................................................................... i

DAFTAR ISI................................................................................................................. ii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang .................................................................................................... 1

B. Rumusan Masalah............................................................................................... 2

C. Tujuan Makalah .................................................................................................. 2

BAB II PEMBAHASAN

A. Pengertian HAM ................................................................................................. 3

B. Pengaturan Tentang HAM .................................................................................. 4

C. Peran Bantuan Hukum Dalam Perspektif Penegakan Hak Asasi Manusia......... 6

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan ......................................................................................................... 10

B. Saran ................................................................................................................... 11

DAFTAR PUSTAKA

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Hak asasi manusia adalah hak dasar yang dimiliki manusia sejak manusia itu
dilahirkan.Hak asasi dapat dirumuskan sebagai hak yang melekat dengan kodrat kita
sebagai manusia yang bila tidak ada hak tersebut, mustahil kita dapat hidup sebagai
manusia.Hak ini dimiliki oleh manusia semata – mata karena ia manusia, bukan
karena pemberian masyarakat atau pemberian negara. Maka hak asasi manusia itu
tidak tergantung dari pengakuan manusia lain, masyarakat lain, atau Negara lain. Hak
asasi diperoleh manusia dari Penciptanya, yaitu Tuhan Yang Maha Esa dan
merupakan hak yang tidak dapat diabaikan. Sebagai manusia, ia makhluk Tuhan yang
mempunyai martabat yang tinggi. Hak asasi manusia ada dan melekat pada setiap
manusia. Oleh karena itu, bersifat universal, artinya berlaku di mana saja dan untuk
siapa saja dan tidak dapat diambil oleh siapapun. Hak ini dibutuhkan manusia selain
untuk melindungi diri dan martabat kemanusiaanya juga digunakan sebagai landasan
moral dalam bergaul atau berhubungan dengan sesama manusia.
Manifestasi Bantuan Hukum dalam perspektif Penegakan Hukum HAM tidak
cukup dengan hanya mencantumkan pasal-pasal tentang HAM dalam konstitusi
sebagai jaminan atas perlindungannya, akan tetapi jaminan itu juga harus terdapat di
dalam peraturan perundang-undangan lainnya, bahkan harus pula meratifikasi
instrumen-instrumen HAM internasional bila dipandang perlu. Hak untuk
mendapatkan bantuan hukum diatur juga dalam ketentuan pasal di beberapa peraturan
perundang-undangan, seperti Pasal 54 dan pasal 56 ayat (1) dan (2) KUHAP, Pasal 60
Ayat (1) Undang-Undang No. 5 Tahun 1986 Tentang Peradilan Tata Usaha Negara,
pasal 22 ayat (1) Undang-Undang No. 18 Tahun 2003 Tentang Advokat, Pasal 17, 18,
19 dan 34 Undang-Undang No. 39 Tahun 1999 Tentang HAM, Undang-Undang No.
14 Tahun 1970 Tentang Ketentuan Pokok Kekuasaan Kehakiman, dengan
perubahannya dalam UU No. 35 Tahun 1999, khususnya Pasal 35 yang menyatakan
setiap orang yang tersangkut perkara berhak memperoleh bantuan hukum. Lahirnya
Undang-Undang No 16 Tahun 2011 Tentang Bantuan Hukum, selanjutnya dalam
penulisan ini disebut dengan UU Bantuan Hukum, merupakan angin segar dan
membawa harapan besar ke arah yang lebih baik dalam penegakan hukum HAM di
tanah air. Karena selama ini telah didengung-dengungkan dan diteriakkan Bantuan

1
Hukum adalah suatu konsep untuk mewujudkan kondisional access to justice dan
equality before the law bagi semua warga negara dalam kerangka keadilan untuk
setiap orang (justice for all) tanpa memandang adanya perbedaan.
B. RUMUSAN MASALAH
1. Apa yang dimaksud dengan Hak Asasi Manusia?
2. Bagaimana pengaturan tentang Hak Asasi Manusia?
3. Bagaimana peran bantuan hukum dalam perspektif penegakan Hak Asasi
Manusia?
C. TUJUAN PENULISAN
1. Untuk mengetahui dan menjelaskan definisi dari Hak Asasi Manusia.
2. Untuk mengetahui dan menjelaskan pengaturan tentang Hak Asasi Manusia.
3. Untuk mengetahui dan menjelaskan peran bantuan hukum dalam penegakan Hak
Asasi Manusia.

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. PENGERTIAN HAM
Secara Terminologis , upaya perlindungan terhadap manusia terdapat banyak
istilah, seperti HAM (hak asasi manusia) yang dalam bahasa Britania Raya (Inggris)
disebut dengan “human rights”, dalam bahasa Belanda dikenal dengan
“mensenrechten” dan dalam bahasa Prancis dikenal dengan istilah “droits de l'home”.
Ada juga istilah “hak-hak dasar manusia bahasa inggris di sebut dengan “fundamental
rights”, dalam bahasa Belanda dikenal dengan “grondrechten”, dan dalam bahasa
Prancis disebut dengan “droit fundamentaux”. Terdapat pula istilah “hak asasi” tanpa
mencantumkan “manusia” dibelakangnya, dengan argumentasi bahwa satu-satunya
mahluk yang diciptakan Tuhan di muka bumi ini yang mempunyai hak asasi hanyalah
manusia semata (Chainur Arrasjid, 2000: 14).
Menurut John Locke menyatakan bahwa hak asasi manusia adalah hak-hak
yang diberikan langsung oleh Tuhan Yang Maha Pencipta sebagai hak yang kodrati.
Oleh karenanya, tidak ada kekuasaan apapun di dunia yang dapat mencabutnya. Hak
ini sifatnya sangat mendasar (fundamental) bagi hidup dan kehidupan manusia dan
merupakan hak kodrati yang tidak bisa terlepas dari dan dalam kehidupan manusia
(Chainur Arrasjid, 2000: 15).
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, Hak asasi adalah kewenangan atau
kekuasaan untuk berbuat sesuatu. Sedangkan kata asasi adalah bersifat pokok. Dengan
demikian, hak asasi manusia adalah hak dasar pokok yang dimiliki oleh setiap
manusia. Hak ini sangat mendasar sifatnya bagi kehidupan manusia dan merupakan
hak kodrati yang tidak bisa dipisahkan dari diri dan kehidupan manusia (Hasan Basri,
2000: 11).
Sedangkan menurut Pasal 1 Butir 1 UU No. 39 TAHUN 1999 HAM adalah:
“Seperangkat hak yang melekat pada hakikat dan keberadaan manusia sebagai
makhluk Tuhan Yang Maha Esa dan merupukan anugerah-Nya yang wajib dihormati,
dijunjung tinggi dan dilindungi oleh negara, hukum, pemerintah, dan setiap orang
demi kehormatan serta perlindungan harkat dan martabat manusia”.
Dengan demikian, bahwa sebenarnya Hak Asasi Manusia itu hak yang
dimiliki manusia yang telah diperoleh dan dibawahnya bersamaan dengan kelahiran
dan kehadirannya didalam kehidupan masyarakat. Dianggap bahwa beberapa hak itu

3
dimiliki tanpa perbedaan atas dasar bangsa, ras, agama dan kelamin. Dari karena itu
bersifat asasi serta universal.

B. PENGATURAN TENTANG HAM


Hak asasi manusia sebagaimana termaktub dalam piagam PBB.Kemudian
diikuti dan dimuat dalam konstitusi dan perundangundangan negara anggota PBB,
termasuk oleh negara Indonesia. Perkembangan Hak asasi manusia di Indonesia telah
dimulai pada saat para the Founding Father akan merumuskan dasar negara , mereka
bersepakat bahwa negara ini harus bertanggung jawab atas terselenggaranya
kemanusiaan yang adil dan beradab, Muatan muatan Hak asasi manusia dalam
konstitusi dan perundang-undangan Indonesia diantaranya yaitu (Saraswati, 2019:
119).
1. Rumusan Pancasila
Seluruh rumusan sila-sila dalam dasar negara pancasila, menggambarkan
pengakuan bangsa Indonesia terhadap hak asasi manusia. Menurut Ismail Sunni
sebagai mana dikutip oleh Prof Dr. H. Suparman Usman, S.H. Pancasila yang
termuat dalam alenia keempat pembukaan UUD 1945, keseluruhannya
mengandung penghormatan terhadap Hak Asasi Manusia.
2. UUD NRI 1945
Hak Asasi Manusia diatur secara khusus didalam Konstitusi Negara Republik
Indonesia pada Pasal 28A sampai Pasal 28J, dan diatur dalam Undang-Undang
Nomor 39 Tahun 1999 tentang Hsk Asasi Manusia. Akan tetapi ada beberapa
Pasal yang mengarah kepada keterjaminan Hak Asasi Manusia mengenai bantuan
hukum, yakninya terdapat dalam beberapa pasal berikut ini, yaitu (Setyowati &
Muchiningtias, 2018: 162):
1. Pasal 1 ayat (3) UUD 1945: Negara Indonesia adalah negara hukum.
a) Negara menjamin persamaan di hadapan hukum.
b) Negara mengakui dan melindungi hak asasi manusia.
c) Semua memiliki hak untuk diperlakukan sama di hadapan hukum.
d) Salah satu bentuk persamaan perlakuan tersbeut adalah pemberian
Bantuan Hukum kepada fakir miskin dalam rangka memperoleh
keadilan.
2. Pasal 27 ayat (1) UUD 1945: segala warga negara bersamaan
kedudukannya di dalam hukum dan pemerintahan dan wajib menjunjung
4
hukum dan pemerintahan itu dengan tidak ada kecualinya.pemerintahan
dan wajib menjunjung hukum dan pemerintahan itu dengan tidak ada
kecualinya.
Pasal ini bermakna dalam kaitan Bantuan Hukum; bahwa hak untuk
dibela oleh seorang advokat atau pembela umum bagi semua orang
tanpa ada perbedaan karena agama, keturunan, ras, etnis, politik, status
social, ekonomi, warna kulit dan gender.
3. Pasal 28 ayat (1) UUD 1945: setiap orang berhak atas pengakuan jaminan
perlindungan dan kepastian hukum yang adil serta perlakuan yang sama di
hadapan hukum.
Pasal ini juga menjamin setiap orang untuk mendapat perlakuan yang
sama di hadapan hukum (Mien Rukmini, 2007: 50).
4. Pasal 34 ayat (1) UUD 1945 ditegaskan bahwa fakir miskin dan anak-anak
yang terlantar dipelihara oleh negara.
a) Ketentuan pasal ini negara mengakui hak ekonomi, social, budaya,
sipil dan politik dari fakir miskin
b) Implementasinya Bantuan Hukum bagi fakir miskin pun merupakan
tugas dan tanggung jawab negara.
c) Dipelihara oleh negara tidaklah cukup dipenuhi kebutuhan sandang,
pangan dan papan saja akan tetapi juga akses untuk memperoleh
keadilan berupa Pemberian Bantuan Hukum.
Mendapatkan Bantuan Hukum bagi setiap individu warga negara adalah
perwujudan akses terhadap keadilan (access to justice) sebagai implementasi
dari jaminan persamaan, perlindungan dan perlakuan yang sama di hadapan
hukum yang sekaligus juga merupakan cerminan dari tipe negara
kesejahteraan (welfare state).
3. Tap MPR No. II/MPR/1998
Muatan Hak asasi manusia termaktub dalam pasal 1 yang menyatakan
‘’menugaskan kepada lembaga-lembaga tinggi negara dan seluruh aparatur
pemerintah, untuk menghormati, menegakkan dan menyebarluaskan pemahaman
mengenai hak asasi manusia kepada seluruh masyarakat”.
4. Keputusan presiden No. 50 Tahun 1993 dan keputusan presiden No. 181 tahun
1998 dari kedua keputusan tersebut menjadi payung hukum dalam pembentukan

5
Komisi Hak Asasi Manusia serta Komisi Nasional Anti Kekerasan Terhadap
perempuan.
5. Undang-Undang No. 9 tahun 1998 Tentang kemerdekaan Menyampaikan
pendapat dimuka Umum, dengan dibentuknya aturan ini masyarakat Indonesia
berhak dan dijamin oleh undangundang untuk mengutarakan keinginan atau
pendapatnya terhadap kondisi sosial bahkan kondisi bangsa Indonesia.
6. Undang-Undang No. 5 Tahun 1998 Tentang konvensi Menentang Penyiksaan dan
penghukuman Yang kejam.
7. Undang-Undang No 39 Tentang Hak Asasi Manusia, undang-undang ini
merupakan pelaksanaan dari Tap MPR, dengan diundangkannya aturan ini
menjadikan Undang-Undang ini seperti penjaminan tersendiri terhadap warga
negara.
8. Pengadilan Hak Asasi Manusia, beridirinya Pengadilan ini didasarkan pada aturan
yang lahir yaitu Undang-Undang No. 26 Tahun 2000 tentang pengadilan hak
asasi manusia.

C. PERAN BANTUAN HUKUM DALAM PERSPEKTIF PENEGAKAN HAK ASASI


MANUSIA
Indonesia sebagai negara yang menganut paham negara hukum berdasarkan
Pasal 1 ayat (3) Undang-Undang Dasar 1945. harus menjunjung tinggi hak asasi
manusia dalam segala bentuk. Bentuk perlindungan terhadap hak asasi manusia,
diantaranya adalah dengan memberi jaminan dan perlindungan agar setiap orang
memiliki kedudukan yang sama di hadapan hukum dengan tidak ada diskriminasi
jaminan dan perlindungan tersebut memberikan makna bahwa pentingnya bantuan
hukum guna menjamin agar setiap orang dapat terlindungi hak-haknya dari tindakan
hukum yang diskriminatif sehingga apa yang menjadi tujuan negara untuk
menciptakan persamaan di hadapan hukum, dapat terlaksana karena berjalannya
fungsi dari bantuan hukum tersebut (Agustina dkk, 2021: 220).
Di Indonesia terdapat peraturan perundang-undangan yang mengatur HAM
yaitu Undang-Undang Nomor 39 Tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia. Pasal 3
ayat (2) Undang-Undang Hak Asasi Manusia mengatur bahwa setiap orang berhak
atas pengakuan, jaminan, perlindungan dan perlakuan hukum yang adil serta
mendapat kepastian hukum dan perlakuan yang sama di depan hukum. Dalam bidang
hak asasi manusia untuk memperoleh keadilan (right to justice), Negara membantu
6
sarana perlindungan bagi masyarakat yang tidak mampu untuk memperoleh keadilan
yaitu dengan mengaturnya dalam Undang-Undang Nomor 16 tahun 2011 tentang
Bantuan Hukum, pemberian bantuan hukum ini meliputi masalah hukum keperdataan,
hukum pidana, dan masalah hukum tata usaha negara baik secara litigasi di peradilan
maupun nonlitigasi atau di luar peradilan.
Bantuan hukum merupakan hal yang sangat penting dalam mewujudkan
kehidupan yang adil serta melindungi hak asasi manusia di mana bantuan hukum yang
diberikan bertujuan untuk melindungi hak asasi masyarakat dalam hal masalah hukum
untuk menghindari segala macam tindakan yang dapat membahayakan atau tindakan
sewenang-wenang aparat penegak hukum atau aparat pemerintahan.
Sebagaimana dikatakan di atas bahwa bantuan hukum adalah suatu hak, yang
berarti dapat dituntut setiap saat oleh subjek hukum, karena telah diatur secara tegas
di dalam sejumlah perundang-undangan. Sehingga merupakan suatu kewajiban bagi
seorang penasihat hukum/advokat atau pemerintah untuk memenuhi hak-hak tersebut,
mulai dari proses penahanan, pemeriksaan, penyidikan, penuntutan dan penjatuhan
pidana serta pelaksanaan pidana, baik itu dilakukan secara cuma-cuma/gratis maupun
dengan honorarium yang disepakati kedua belah pihak. Bantuan hukum itu adalah
merupakan suatu pekerjaan yang bersifat profesional, yang berarti pekerjaan itu
memerlukan suatu pendidikan khusus dan keahlian khusus (Agustina dkk, 2021: 218).
Pemberian bantuan hukum dalam rangka perlindungan hak-hak masyarakat
khususnya tersangka atau terdakwa adalah hak dasar masyarakat, yang jika tidak
dipenuhi maka ini me-rupakan diskriminasi terhadap hak-hak dasar, karena
merupakan suatu bentuk diskriminasi dan ketidakadilan di berbagai bidang yang
secara tegas dilarang berdasarkan UUD 1945 (Eleanora, 2012, p. 215).
Penegakan hukum melawan perlakuan diskriminatif yang lahir akibat adanya
perbedaan-perbedaan tindakan penegak hukum khususnya di dalam kerangka Negara
Kesatuan Republik Indonesia perlu ditindaklanjuti dengan arah kebijakan yang
mendorong jaminan perlindungan negara terhadap pelaksanaan hak-hak dasar
masyarakat Bila dikaitkan dengan persoalan hak asasi manusia maka penghormatan
terhadap hak asasi manusia merupakan penghormatan terhadap hak asasi tersangka,
yang selama ini kurang mendapat perhatian dari sistem hukum pidana Indonesia,
apalagi kalau kita lihat dimasa lampau pada pemberlakuan HIR (Herziene Inlandsch
Reglement) di Indonesia sampai dengan tahun 1981, bahwa masyarakat hukum

7
Indonesia telah lama memperjuang- kan dan mencita-citakan suatu hukum acara
pidana nasional yang lebih manusiawi dan lebih memperhatikan hak-hak tersangka.
Dengan adanya bantuan hukum terhadap terpidana harus dilakukan oleh
Pemerintah sedini mungkin hal ini untuk mencegah agar tidak ada lagi terpidana yang
dirampas hak-haknya oleh para aparatur penegak hukum misalnya banyak kasus yang
sering dijumpai, banyak terpidana yang telah ditahan melebihi masa pidana yang
semestinya dijalani, kekerasan sering muncul dalam lembaga pemasyarakatan bahkan
intensitasnya menjadi sangat tinggi, kekerasan menjadi ritual dan mengkristal dalam
setiap pemeriksaan. Kekerasan berlangsung mulai dari yang spesifik, halus, tidak
terasa sampai pada bentuk kekerasan fisik yang menimbulkan cacat permanen.
Pemenuhan hak atas bantuan hukum mempunyai arti bahwa negara harus
menggunakan seluruh sumber dayanya termasuk dalam bidang eksekutif, legislatif
dan administratif untuk mewujudkan hak atas bantuan hukum secara progresif.
Negara seharusnya membuat tindakan dengan membuat kebijakan bantuan hukum
dalam perspektif acces to justice. Dalam rangka perhormatan, pengakuan dan
penegakan atas hukum dan HAM maka arah kebijakan ditujukan kepada peningkatan
pemahaman, menciptakan penegakan dan kepastian hukum yang konsisten terhadap
nilai-nilai Hak Asasi Manusia dengan menunjukan perilaku yang adil dan tidak
diskriminatif, dan penyelenggaraan bantuan hukum yang tidak serius merupakan
pelanggaran Hak Asasi Manusia yang berarti bertentangan dengan hak konstitusional
warga negaranya (Eleanora, 2012, p. 146).
Penyelenggaraan bantuan hukum yang tidak serius merupakan pelanggaran
Hak Asasi Manusia yang berarti bertentangan dengan hak konstitusional warga
negaranya. Jadi yang menjadi penghalang penerapan bantuan hukum ini diantaranya
juga adanya peranan negara yang kurang menjalankan ke- wajibanya, dalam
memberikan jaminan atas batuan hukum, jaminan dalam arti mengawal pelaksanaan
hak-hak tersangka atau terdakwa yang terdapat didalam undang-undang. Walaupun
hak-hak atas bantuan hukum ini sudah ada didalam Undang-undang, tidak semestinya
pemerintah lengah terhadap penerapan bantuan hukum khususnya bagi masyarakat
yang tidak mampu.

8
BAB III

PENUTUP

A. KESIMPULAN
Dari uraian yang telah pemakalah jelaskan diatas, dapat ditarik beberapa kesimpulan
terkait dengan hubungan HAM dan Bantuan Hukum, yaitu:
1. Seperangkat hak yang melekat pada hakikat dan keberadaan manusia sebagai
makhluk Tuhan Yang Maha Esa dan merupukan anugerah-Nya yang wajib
dihormati, dijunjung tinggi dan dilindungi oleh negara, hukum, pemerintah, dan
setiap orang demi kehormatan serta perlindungan harkat dan martabat manusia.
2. Terdapat beberapa peratruran yang mengatur tentang HAM, yakni: UUD 1945,
Tap MPR No. II/MPR/1998, Keputusan presiden No. 50 Tahun 1993 dan
keputusan presiden No. 181 tahun 1998, Undang-Undang No. 9 tahun 1998
Tentang kemerdekaan Menyampaikan pendapat dimuka Umum, Undang-
Undang No. 5 Tahun 1998 Tentang konvensi Menentang Penyiksaan dan
penghukuman Yang kejam, Undang-Undang No 39 Tentang Hak Asasi
Manusia, Undang-Undang No. 26 Tahun 2000 tentang pengadilan hak asasi
manusia.
3. Bantuan hukum adalah suatu hak, yang berarti dapat dituntut setiap saat oleh
subjek hukum, karena telah diatur secara tegas di dalam sejumlah perundang-
undangan. Sehingga merupakan suatu kewajiban bagi seorang penasihat
hukum/advokat atau pemerintah untuk memenuhi hak-hak tersebut, mulai dari
proses penahanan, pemeriksaan, penyidikan, penuntutan dan penjatuhan pidana
serta pelaksanaan pidana, baik itu dilakukan secara cuma-cuma/gratis maupun
dengan honorarium yang disepakati kedua belah pihak. Bantuan hukum itu
adalah merupakan suatu pekerjaan yang bersifat profesional, yang berarti
pekerjaan itu memerlukan suatu pendidikan khusus dan keahlian khusus.
Bantuan hukum merupakan hal yang sangat penting dalam mewujudkan
kehidupan yang adil serta melindungi hak asasi manusia di mana bantuan
hukum yang diberikan bertujuan untuk melindungi hak asasi masyarakat dalam
hal masalah hukum untuk menghindari segala macam tindakan yang dapat
membahayakan atau tindakan sewenang-wenang aparat penegak hukum atau
aparat pemerintahan.

9
B. SARAN
Bantuan hukum merupakan bentuk pemenuhan atas hak seseoramng dalam
bidang hukum. Jadi saran pemakalah terhadap para pihak yang terjun lansung dalam
lembaga atau program bantuan hukum untuk memaksimalkan terjaminnya bantuan
hukum di Indonesia, agar seluruh masyarakat merasakan kesamaan di depan hukum
dan masyarakat yang tidak mampu dapat mendapatkan pendampingan hukum yang
sesuai dengan hak asasi manusia tanpa adanya sikap deskriminasi terhadapnya.

10
DAFTAR PUSTAKA

Buku
Chainur Arrasjid. (2000). Dasar-dasar Ilmu Hukum, Sinar Grafika.
Eleanora, F. N. (2012). Bantuan Hukum Dan Perlindungan Hak Asasi Manusia Bagi
Tersangka. Lex Jurnalica.
Hasan Basri. (2000) Hak Asasi Manusia dan Kedudukannya di Muka Hukum Menurut
KUHP, Tinjauan hukum Islam Terhadap Pasal 50 s.d 68 KUHP.

Jurnal dan karya ilmiah


Agustina, E., Susanti Eryanti, V. D., & Pawari, R. R. (2021). Lembaga Bantuan Hukum
dalam Perspektif Hak Asasi Manusia.
Mien Rukmini, (2007). Perlindungan HAM Melalui Asas Praduga Tidak Bersalah dan Asas
Persamaan Kedudukan Dalam Hukum Pada Sistem Peradilan Pidana Indonesia,
Alumni, Bandung.
Saraswati, P. S. (2019). Bantuan Hukum dalam Hubungannya dengan Hak Asasi Manusia
(HAM). Kertha Wicaksana, 13(2), 114-120.
Setyowati, H., & Muchiningtias, N. (2018). Peran Advokat Dalam Memberikan Bantuan
Hukum Kepada Masyarakat Dalam Perspektif Hak Asasi Manusia. Lex Scientia Law
Review, 2(2), 155-168.

Anda mungkin juga menyukai