Anda di halaman 1dari 20

MAKALAH

HAK ASASI MANUSIA DAN RULE OF LAW


Makalah ini disusun guna memenuhi tugas Mata Kuliah Kewarganegaraan
Dosen Pembimbing : Luqman Azhary, M. Pd.

Disusun oleh :

1. M. Alfian Dusan Harjanto 23010220096


2. Chusna Nur Rosyida 23010220102
3. Chusna Ummu Yulya R. 23010220111

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM


FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SALATIGA
2022
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Wr. Wb.


Puji syukur kami panjatkan atas kehadirat Allah SWT yang telah
melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya sehingga kami dapat
menyelesaikan makalah berjudul Hak Asasi Manusia dan Rule of Law
tanpa suatu halangan tertentu. Shalawat dan salam tak lupa kami haturkan
kepada Nabi Muhammad SAW yang kami nanti-natikan syafaatnya di hari
akhir.
Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk memenuhi
tugas Bapak Dosen Luqman Azhary, M.Pd. pada mata kuliah
Kewarganegaraan. Selain itu, makalah yang berjudul Hak Asasi Manusia
dan Rule of Law ini juga bertujuan untuk menambah pengetahuan dan
wawasan bagi pembaca dan penulis.
Kami mengucapkan terima kasih kepada semua orang yang telah
membantu memberikan arahan dan menyumbangkan ide dan pikirannya
demi tersusunnya makalah ini, serta Bapak Dosen yang telah membimbing
kami sehingga mampu menyelesaikan makalah ini. Kami berharap semoga
makalah yang kami buat ini bisa bermanfaat dan menambah wawasan bagi
para pembacanya.
Wassalamu’alaikum Wr. Wb.

Salatiga, 15 Oktober 2022

Penyusun

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.............................................................................................ii

DAFTAR ISI..........................................................................................................iii

BAB I PENDAHULUAN........................................................................................1

A. Latar Belakang................................................................................................1

B. Rumusan Masalah...........................................................................................2

C. Tujuan.............................................................................................................2

BAB II PEMBAHASAN.........................................................................................3

A. Pengertian Hak Asasi Manusia.......................................................................3

B. Sejarah Hak Asasi Manusia............................................................................4

C. Dasar Hukum Hak Asasi Manusia..................................................................4

D. Bentuk-bentuk Hak Asasi Manusia.................................................................5

E. Pengertian Rule of Law...................................................................................9

F. Unsur-unsur Rule of Law..............................................................................10

G. Syarat-Syarat Negara Hukum Rule Of Law.................................................13

H. Strategi Pelaksanaan (Pengembangan) Rule of Law.....................................13

BAB III PENUTUP...............................................................................................15

A. Simpulan.......................................................................................................15

B. Saran..............................................................................................................15

DAFTAR PUSTAKA............................................................................................17

iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Hak asasi manusia merupakan hak dasar yang dimiliki oleh setiap
manusia sebagai anugerah dari Tuhan Yang Maha Esa. Hak asasi manusia
tidak bersifat mutlak, karena dibatasi oleh hak orang lain. Namun, hak asasi
tersebut sering dilanggar oleh sekelompok manusia dalam mempertahankan
hak pribadinya. Pelanggaran terhadap hak asasi manusia sama halnya dengan
menurunkan harkat dan martabat manusia itu sendiri.

Sebagai makhluk ciptaan Tuhan kita harus menjunjung tinggi dan


menghormati HAM dengan cara berperan aktif dalam upaya penegakan HAM
sesuai dengan kemampuan. Indonesia meupakan salah satu negara hukum
yang memiliki komitmen untuk menegakkan hukum dan melindungi hak asasi
manusia. Hal tersebut dibuktikan dengan upaya pemerintah yang membentuk
lembaga HAM dan adanya jaminan dan pengakuan tentang HAM dalam
konstitusi. Kita sebagai warga negara Indonesia harus mendukung upaya yang
dilakukan oleh pemerintah. Tanpa dukungan dan partisipasi dari warga
negaranya, segala sesuatu yang dilakukan oleh pemerintah tidak akan berhasil.
Oleh karena itu, kita harus turut berperan serta dalam upaya pemajuan,
penghormatan, dan penegakan hak asasi manusia.

Rule of Law adalah suatu doktrin hukum yang mulai muncul pada abad
ke-19, bersamaan dengan kelahiran negara konstitusi dan demokrasi. Ia lahir
sejalan dengan tumbuh suburnya demokrasi dan meningkatnya peran
parlemen dalam penyelenggaraan negara dan sebagai reaksi terhadap negara
absolut yang berkembang sebelumnya. Rule of Law merupakan konsep
tentang common law dimana segenap lapisan masyarakat dan negara beserta
seluruh kelembagaannya menjunjung tinggi supremasi hukum yang dibangun
diatas prinsip keadilan dan egalitarian. Rule of Law adalah rule by the law dan

1
bukan rule by the man. Ia lahir mengambil alih dominasi yang dimiliki kaum
gereja, ningrat dan kerajaan, menggeser negara kerajaan dan memunculkan
negara konstitusi dari mana doktrin Rule of Law ini lahir. Ada tidaknya Rule
of Law dalam suatu negara ditentukan oleh "kenyataan" apakah rakyatnya
benar-benar menikmati keadilan, dalam arti perlakuan yang adil, baik sesama
warga negara, maupun dari pemerintah. Oleh karena itu, pelaksanaan kaidah-
kaidah hukum yang berlaku di suatu negara merupakan suatu premis bahwa
kaidah-kaidah yang dilaksanakan itu merupakan hukum yang adil, artinya
kaidah hukum yang menjamin perlakuan yang adil bagi masyarakat.

B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian hak asasi manusia?
2. Bagaimana sejarah hak asasi manusia?
3. Bagaimana dasar hukum hak asasi manusia?
4. Apa saja bentuk-bentuk hak asasi manusia?
5. Apa pengertian rule of law?
6. Apa saja unsur-unsur rule of law?
7. Apa saja syarat-syarat negara hukum rule of law?
8. Bagaimana strategi pelaksanaan rule of law?

C. Tujuan
1. Mengetahui pengertian hak asasi manusia
2. Memahami sejarah hak asasi manusia
3. Mengetahui dasar hukum hak asasi manusia
4. Dapat memahami bentuk-bentuk hak asasi manusia
5. Mengetahui pengertian rule of law
6. Mengerti lebih lanjut tentang unsur-unsur dari rule of law
7. Mengetahui syarat-syarat negara hukum rule of law
8. Memahami strategi pelaksanaan rule of law

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Hak Asasi Manusia


Secara harfiyah, kata hak berarti kewenangan untuk melakukan sesuatu
atau tidak melakukan sesuatu. Adapun kata asasi berasal dari kata asas yang
berarti dasar, alas, dan fondasi, yaitu ‘sesuatu yang menjadi tumpuan berpikir
atau berpendapat’. Kemudian kala itu mendapat imbuhan akhiran “i” lalu
menjadi asasi. Kata asasi bermakna sesuatu yang bersifat dasar atau pokok.
Secara istilah, kata hak asasi berarti kewenangan dasar yang dimiliki oleh
seseorang yang melekat pada diri orang itu untuk melakukan sesuatu sesuai
dengan pilihan hidupnya.

Secara etimologi, hak merupakan unsur normatif yang berfungsi sebagai


pedoman perilaku, melindungi kebebasan, kekebalan serta jaminan adanya
peluang bagi manusia dalam menjaga harkat dan martabatnya. Sedangkan
asasi berarti yang bersifat paling mendasar atau fundamental. Istilah hak asasi
manusia sendiri berasal dari istilah “droits I’home” (Prancis),
“menslijkerecten” (Belanda), “fitrah” (Arab) dan “human right” (Inggris).
Istilah human right semula berasal dari ‘right of human’ yang menggantikan
istilah ‘natural right’ yang selanjutnya oleh Eleanor Roosevelt diubah dengan
diubah dengan istilah ‘human right’ yang memiliki konotasi lebih netral dan
universal.

Dengan demikian hak asasi berarti hak yang paling mendasar yang
dimiliki oleh manusia sebagai fitrah, sehingga tak satu pun mahluk dapat
menginvestasinya apalagi mencabutnya dan merupakan anugerah yang wajib
dihormati, dijunjung tinggi dan dilindungi oleh negara, hukum, pemerintahan
dan setiap orang demi terciptanya kehormatan dan harkat martabat manusia.
Misalnya hak hidup yang mana tak satu pun manusia ini memiliki
kewenangan untuk mencabut kehidupan manusia yang lain. Menurut Undang-
Undang No. 39 Tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia, dijelaskan bahwa:

3
Hak Asasi Manusia adalah seperangkat hak yang melekat pada hakikat dan
keberadaan manusia sebagai makhluk Tuhan Yang Maha Esa dan merupakan
anugerah-Nya yang wajib dihormati, dijunjung tinggi dan dilindungi oleh
negara, hukum, pemerintah, dan setiap orang demi kehormatan serta
perlindungan harkat dan marabat manusia.1

B. Sejarah Hak Asasi Manusia


Sejarah HAM berawal dari negara bagian barat yakni tepatnya di Eropa.
Negara Inggris adalah negara yang paling keras dan pertama dalam
menyerukan HAM. Di negara Inggris terdapat seorang filsuf yang bernama
John Locke, dia mengungkapkan gagasannya atau juga merumuskan mengenai
adanya suatu hak alamiah pada abad ke-17.

Sejarah HAM di Indonesia tercatat mulai dari saat masa perjuangan


kemerdekaan. Sebagai contohnya pada tanggal 20 Mei tahun 1908 yang
menjadi hari Kebangkitan, yang menjadi bukti bahwa negara Indonesia
berusaha menegakkan HAM dengan membebaskan dari penjajah. Rumusan
dari HAM juga ada dalam sejarah ketatanegaraan Republik Indonesia yang
secara jelas tertera dalam UUD RIS, UUDS, dan juga dalam UUD 1945 hasil
amandemen.2

C. Dasar Hukum Hak Asasi Manusia


Dasar hukum upaya pemajuan, penghormatan, dan penegakan hak asasi
manusia di Indonesia sebagai berikut:

1. Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945. Hak asasi manusia dalam


UUD 1945 tercantum dalam pasal-pasalnya berikut ini.

a. Pembukaan UUD 1945 Alinea Pertama, yang berbunyi "Sesungguhnya


kemerdekaan itu ialah hak segala bangsa."

1
Serlika Aprita, Yonani Hasyim, Hukum dan Hak Asasi Manusia, h. 14-15.

2
Ibid, h. 18.

4
b. Pasal 27, 28, 28E, 28D Ayat (3), 30, dan 31 UUD 1945 Amendemen
tentang hak-hak warga negara.

c. Pasal 28A-28J UUD 1945 Amendemen tentang hak asasi manusia.

2. Tap MPR No. XVII/MPR/1998 tentang Hak Asasi Manusia.

3. Undang-Undang No. 9 Tahun 1998 tentang Kemerdekaan Menyampaikan


Pendapat di Muka Umum

4. Undang-Undang No. 39 Tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia.

5. Undang-Undang No. 26 Tahun 2000 tentang Pengadilan Hak Asasi


Manusia.

6. Peraturan Pemerintah No 2 Tahun 2002 tentang Tata Cara Perlindungan


terhadap Korban dan Saksi dalam Pelanggaran HAM Berat.

7. Peraturan Pemerintah No 3 Tahun 2002 tentang Kompensasi, Restitusi,


dan Rehabilitasi terhadap Pelanggaran HAM Berat.

8. Undang-Undang No. 11 Tahun 2005 tentang Pengesahan Kovenan


Internasional tentang Hak-hak Ekonomi Sosial dan Budaya (International
Covenant on Economic, Social, and Cultural Rights).

9. Undang-Undang No 12 Tahun 2005 tentang Pengesahan Kovenan


Internasional tentang Hak-Hak Sipil dan Politik (International Covenant
on Civil and Political Rights).

10. Undang-Undang No 35 Tahun 2015 tentang Perubahan Undang-Undang


Nomor 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak.

D. Bentuk-bentuk Hak Asasi Manusia


Dalam Deklarasi Universal tentang Hak Asasi Manusia (Universal
Declaration of Human Rights) atau yang dikenal dengan istilah DUHAM, Hak
Asasi Manusia terbagi kedalam beberapa jenis, yaitu hak personal (hak
jaminan kebutuhan pribadi), hak legal (hak jaminan perlindungan hukum), hak

5
sipil dan politik, hak subsistensi (hak jaminan adanya sumber daya untuk
menunjang kehidupan) serta hak ekonomi, sosial dan budaya.

Menurut pasal 3-21 DUHAM, hak personal, hak legal, hak sipil, dan
politik meliputi:

1. Hak untuk hidup, kebebasan, dan keamanan pribadi

2. Hak bebas dari perbudakan dan penghambaan

3. Hak bebas dari penyiksaan atau perlakuan maupun hukuman yang kejam,
tak berperikemanusiaan ataupun merendahkan derajat kemanusiaan

4. Hak untuk memperoleh pengakuan hukum di mana saja secara pribadi

5. Hak untuk pengampunan hukum secara efektif

6. Hak bebas dari penangkapan, penahanan, atau pembuangan yang


sewenang-wenang

7. Hak untuk peradilan yang independen dan tidak memihak

8. Hak untuk praduga tak bersalah sampai terbukti bersalah

9. Hak bebas dari campur tangan yang sewenang-wenang terhadap


kekuasaan pribadi, keluarga, tempat tinggal, maupun surat-surat

10. Hak bebas dari serangan terhadap kehormatan dan nama baik

11. Hak atas perlindungan hukum terhadap serangan semacam itu

12. Hak bergerak

13. Hak memperoleh suaka

14. Hak atas satu kebangsaan

15. Hak untuk menikah dan membentuk keluarga

16. Hak untuk mempunyai hak milik

17. Hak bebas berpikir, berkesadaran, dan beragama

6
18. Hak bebas berpikir dan menyatakan pendapat

19. Hak untuk berhimpun dan berserikat

20. Hak untuk mengambil bagian dalam pemerintahan dan hak atas akses yang
sama terhadap pelayanan masyarakat.

Adapun hak ekonomi, sosial, dan budaya meliputi:

1. Hak atas jaminan sosial

2. Hak untuk bekerja

3. Hak atas upah yang sama untuk pekerjaan yang sama

4. Hak untuk bergabung ke dalam serikat-serikat buruh

5. Hak atas istirahat dan waktu senggang

6. Hak atas standar hidup yang pantas di bidang kesehatan dan kesejahteraan

7. Hak atas pendidikan

8. Hak untuk berpartisipasi dalam kehidupan yang berkebudayaan dari


masyarakat.

Sementara itu dalam UUD 1945 (amandemen I-IV UUD 1945) memuat
Hak Asasi Manusia yang terdiri dari hak:

1. Hak kebebasan untuk mengeluarkan pendapat

2. Hak kedudukan yang sama di dalam hukum

3. Hak kebebasan berkumpul

4. Hak kebebasan beragama

5. Hak penghidupan yang layak

6. Hak kebebasan berserikat

7. Hak memperoleh pengajaran atau pendidikan.3


3
Ibid, h. 24-26.

7
Dari beberapa bentuk-bentuk Hak Asasi Manusia di atas, secara umum
semua konsep Hak Asasi Manusia sangat mengedepankan hak untuk hidup,
kebebasan, dan perlindungan. Tidak ada satupun konsep Hak Asasi Manusia
yang tidak mengedepankan hak untuk hidup, karena hak untuk hidup
merupakan hak manusia sejak lahir. Hak-hak asasi manusia itu dapat
dibedakan menjadi:

1. Hak-hak asasi pribadi atau personal rights, yaitu hak-hak pribadi yang
dimiliki setiap orang, seperti kebebasan dan hak untuk hidup, memeluk
agama, kebebasan beribadah kepada Tuhan Yang Maha Esa, kebebasan
mengeluarkan pendapat dan perasaan, dan sebagainya.

2. Hak-hak asasi ekonomi atau property rights, yaitu hak-hak ekonomi yang
dimiliki setiap orang seperti hak untuk memiliki suatu barang (rumah,
tanah, perlengkapan rumah tangga, dan lain-lain), hak membeli dan
menjual, hak memanfaatkan barang milik pribadi, hak berusaha dan
memperoleh penghidupan yang layak.

3. Hak-hak asasi politik atau political rights, yaitu hak-hak yang dimiliki
setiap orang di bidang politik, seperti hak memilih dan dipilih dalam
pemilihan umum, hak mendirikan partai politik, mendirikan organisasi,
memasuki organisasi sosial politik, kebebasan berpolitik.

4. Hak-hak asasi dalam hukum dan pemerintahan atau atau rights of legal
lequality, yaitu hak-hak yang dimiliki setiap orang untuk mendapatkan
perlakuan yang sama dalam hukum dan pemerintahan, seperti hak untuk
memperoleh perlindungan hukum, hak untuk berpartisipasi dalam
pemerintahan.

5. Hak-hak asasi sosial dan kebudayaan atau social and culture rights, yaitu
hak asasi yang dimiliki oleh setiap orang di bidang kehidupan sosial
budaya, seperti hak untuk memperoleh pendidikan, memperoleh pelayanan
kesehatan, kebebasan bergaul dan bermasyarakat, kebebasan
mengembangkan nilai-nilai budaya, serta kebebasan menghasilkan karya.

8
6. Hak asasi di bidang prosedur hukum atau procedural rights, yaitu hak
asasi yang dimiliki setiap orang untuk mendapatkan perlakuan sesuai tata
cara peradilan dan perlindungan hukum, seperti dalam hak tata cara
penangkapan, penyidikan, penggeledahan, pembelaan hukum, dan
peradilan.

Pemenuhan hak asasi manusia dalam suatu negara, tidak lepas dari
adanya suatu kewajiban yang timbul baik oleh suatu negara atau masyarakat
dalam negara tersebut sehingga muncul suatu keharmonisan yang berjalan
secara selaras dan seimbang antara hak dan kewajiban manusia.

E. Pengertian Rule of Law


The rule of law adalah suatu prinsip dimana tidak ada kekuasaan
sewenang-wenang, kedudukan yang sama di depan hukum, dan perlindungan
kebebasaan warga negara adalah hasil dari undang-undang biasa dan
keputusan yudisial, bukan persoalan apriori jaminan hak-hak konstitusional. 4
Hal ini di kemukakan oleh Albert Venn Dicey pada tahun 1885 dalam
bukunya yang berjudul “Introduction to the Study of the Law of Constitution”.
Dari sinilah awal mula dimulainya pengkajian mengenai pengembangan
negara hukum.

Ada yang memberikan pengertian rule of law itu sebagai kekuasaan


hukum, supremasi hukum, sebagai lawan dari kekuasaan perorangan atau
golongan.5 Menurut Friedman sebagaimana dikutip oleh Sunaryati Hartono,
1982:12), kata rule of law dapat dipakai dalam dua arti; arti formal (formal
sense) dan arti hakiki (ideological sense). Dalam arti formal, rule of law
berarti organised public power atau kekuasaan umum yang terorganisir, di
mana setiap organisasi hukum (termasuk organisasi yang disebut negara),
mempunyai rule of law. Dengan demikian kita dapat berbicara tentang rule of
law di negara mana saja, baik di negara liberalis, sosialis/komunis ataupun
negara Pancasila.
4
Thompson, Ilham Agang 1 negara hukum yang dikemukakan oleh A. V. Dicey 2.
5
Subekti, R dan Tjitrosudibio, Kamus Hukum h. 97.

9
Dalam penegakan rule of law, maka yang biasa dipakai adalah rule of
law dalam arti hakiki (materiil). Rule of law dalam arti hakiki menyangkut
ukuran tentang hukum yang baik dan hukum yang buruk.6

F. Unsur-unsur Rule of Law


Terdapat tiga unsur Rule of Law yakni,7

1. Unsur Supremacy of Law

Supremacy of Law memiliki arti tidak ada kekuasaan yang


sewanang-wenang, baik raja/penguasa sebagai pemerintah, maupun rakyat
sebagai yang diperintah. Hukum dijadikan sebuah alat untuk meluruskan
dan membenarkan kekuasaan, dan juga sekaligus sebagai alat untuk
membatasi kekuasaan itu sendiri. Jadi pada intinya yang berkuasa,
berdaulat, serta supreme itu ialah hukum.

Unsur Supremacy of Law mengandung arti bahwa tidak ada


kekuasaan yang sewenang-wenang (arbitrary power), baik rakyat (yang
diperintah) maupun raja (yang memerintah). Kedua-duanya tunduk pada
hukum (regular law). Prinsip ini menempatkan hukum dalam kedudukan
sebagai panglima. Hukum dijadikan sebagai alat untuk membenarkan
kekuasaan, termasuk membatasi kekuasaan itu. Jadi yang berkuasa,
berdaulat dan supreme adalah hukum, dan bukan kekuasaan.8

Unsur supremasi hukum ini dapat dikatakan bersifat sama dengan


ajaran yang dikemukakan Krabbe tentang teori kedaulatan hukum (rechts
souvereiniteit)9, teori yang menentang ajaran staats souvereiniteit yang
umumnya dianut oleh pemikir-pemikir kenegaraan Jerman. Perwujudan
prinsip supremasi hukum (supremacy of law) di negara-negara Anglo
Saxon sedikit berbeda dengan apa yang terjadi di negara-negara Eropa

6
Sunarjati Hartono, Apakah The Rule of Law itu, h. 12.
7
Prasetyo, T. Rule of Law dalam Dimensi Negara Hukum Indonesia, Refleksi Hukum, h. 129-148.
8
Mariam Budiarjo, Dasar-dasar Ilmu Politik, h. 58.
9
Wirjono Pradjokoto, Asas-Asas Hukum Tata Negara, h. 113.

10
Kontinental yang menganut konsep rechtstaats. Supremasi hukum
menurut konsep ini (rechtstaat) adalah menempatkan negara sebagai
subyek hukum, sehingga konsekuensi hukumnya dapat dituntut di
pengadilan. Sementara di negara Anglo Saxon tidaklah demikian,
supremasi hukum menurut konsep rule of law, tidak menempatkan sebagai
subyek hukum. Negara dalam konsep ini tidak dapat berbuat salah,
sehingga konsekuensinya tidak dapat mempertanggungjawabkan sesuatu
di pengadilan.

2. Unsur Equality Before the Law

Semua warga harus tunduk termasuk para pejabat pada hukum yang
adil, karena dalam mengadilinya pun pada pengadilan semuanya sama.
Jadi, dapat ditarik garis besarnya bahwa semuanya sama dimata hukum.

Unsur Equality Before the Law, mengandung arti bahwa semua


warga negara tunduk selaku pribadi maupun kualifikasinya sebagai pejabat
negara tunduk pada hukum yang sama dan diadili di pengadilan biasa yang
sama. Jadi setiap warga negara sama kedudukannya dihadapan hukum.
Penguasa maupun warga negara bisa; apabila melakukan tort (perbuatan
melanggar hukum: Surechtmatige daad; delict), maka akan diadili
menurut aturan Common Law dan di pengadilan biasa.10

Equality Before The Law yang dikemukakan oleh Dicey adalah


dilatarbelakangi adanya suatu realitas pada saat itu di Inggris, yang dia
lihat sangat baik dan ia bermaksud memberikan kritikan pada situasi saat
itu terhadap Perancis yang pemerintahannya memperlakukan perbedaan
antara pejabat negara dengan rakyat biasa.

Inggris tidak mengenal pengadilan khusus bagi pejabat negara yang


melanggar hukum, seperti yang teranulir di sistem Eropa Kontinental
(Civil Law) berupa pengadilan administrasi (administratief rechtspraak)
atau seperti di Indonesia berwujud Peradilan Tata Usaha Negara dengan

10
Azhary, Negara Hukum Indonesia-Analisis Yuridis Normatif tentang Unsur-unsurnya, h. 41.

11
dikuatkan oleh Undang-Undang No. 5 Tahun 1986 sebagaimana
perubahan Undang-Undang No. 9 Tahun 2004 tentang Peradilan Tata
Usaha Negara. Pandangan rakyat Inggris (tak terkecuali the man in the 14
street). Common Law adalah suatu kebanggaan.11 Sifat yang konsisten
terhadap mono system peradilan, yakni peradilan umum yang berpuncak di
Supreme Court, jika di Indonesia semacam Mahkamah Agung. Namun
bagi mereka tidak mengenal adanya perbedaan perkara, semua perkara
tunduk pada satu sistem peradilan.

3. Unsur Constitution Based on Human Rights

Unsur Constitution Based on Human Rights jika ditelaah


mengandung arti adanya suatu Undang-Undang Dasar yang biasa disebut
degan konstitusi. Konstitusi disini bukan berarti merupakan sumber akan
hak-hak asasi manusia melainkan indikator-indikator dari hak-hak asasi
manusia itulah yang ditanamkan dalam sebuah konstitusi, secara harfiah
dapat dikatakan bahwa apa yang telah dituangkan ke dalam konstitusi itu
haruslah dilindungi keberadaannya.

Di Inggris hak-hak asasi (the right to personal freedom, the right to


freedom of discussion, dan the right to public meeting) dijamin dengan
hukum-hukum biasa, kebiasaan ketatanegaraan ataupun dengan putusan
hakim. Sedangkan Undang-Undang Dasarnya hanya merupakan
generalisasi dari praktik ataupun kebiasaan yang sudah berlangsung,
seperti halnya hak-hak kebebasan dalam Habeas Corpus Act,
sesungguhnya telah ada sebelum Habeas Corpus Act diundangkan.

G. Syarat-Syarat Negara Hukum Rule Of Law


Adapun syarat negara hukum rule of law yakni, sebagai berikut :

1. Adanya perlindungan konstitusional.

2. Adanya pengadilan yang bebas dan tidak memihak.

11
Sunaryati Hartono, Apakah Rule of Law itu, h. 11.

12
3. Adanya pemilihan umum yang bebas.

4. Kebebasan umtuk menyatakan pendapat dan berserikat.

5. Adanya tugas oposisi.

6. Adanya pendidikan kewarganegaraan.

H. Strategi Pelaksanaan (Pengembangan) Rule of Law


Agar pelaksanaan (pengembangan) rule of law berjalan efektif sesuai
dengan yang diharapkan, maka:

1. Keberhasilan “the enforcement of the rules of law” harus didasarkan pada


corak masyarakat hukum yang bersangkutan dan kepribadian nasional
masing-masing bangsa;

2. Rule of Law yang merupakan institusi sosial harus didasarkan pada akar
budaya yang tumbuh dan berkembang pada bangsa;

3. Rule of Law sebagai suatu legalisme yang memuat wawasan sosial,


gagasan tentang hubungan antar manusia, masyarakat dan negara, harus
dapat ditegakkan secara adil, dan hanya memihak kepada keadilan.

Untuk mewujudkan hal tersebut, perlu dikembangkan hukum progresif


(Satjipto Rahardjo, 2004), yang memihak hanya kepada keadilan itu sendiri,
bukan sebagai alat politik yang memihak kepada kekuasaan seperti yang
selama ini diperlihatkan. Hukum progresif merupakan gagasan yang ingin
mencari cara untuk mengatasi keterpurukan hukum di Indonesia secara lebih
bermakna. Asumsi dasar hukum progresif bahwa “hukum adalah untuk
manusia”, bukan sebaliknya, hukum bukan merupakan institusi yang absolut
dan final, hukum selalu berada dalam proses untuk terus menerus menjadi
(law as process, law in the making). Hukum progresif memuat kandungan
moral yang sangat kuat, karena tidak ingin menjadikan hukum sebagai
teknologi yang tidak bernurani, melainkan suatu institusi yang bermoral yaitu
kemanusiaan. Hukum progresif peka terhadap perubahan-perubahan dan
terpanggil untuk tampil meindungi rakyat untuk menuju ideal hukum. Hukum

13
progresif menolak keadaan status quo, ia merasa bebas untuk mencari format,
pikiran, asas serta aksi-aksi, karena “hukum untuk manusia”.

14
BAB III
PENUTUP

A. Simpulan
Hak asasi berarti hak yang paling mendasar yang dimiliki oleh manusia
sebagai fitrah, sehingga tak satu pun mahluk dapat menginvestasinya apalagi
mencabutnya dan merupakan anugerah yang wajib dihormati, dijunjung tinggi
dan dilindungi oleh negara, hukum, pemerintahan dan setiap orang demi
terciptanya kehormatan dan harkat martabat manusia.

Sejarah HAM di Indonesia tercatat mulai dari saat masa perjuangan


kemerdekaan. Sebagai contohnya pada tanggal 20 Mei tahun 1908 yang
menjadi hari Kebangkitan, yang menjadi bukti bahwa negara Indonesia
berusaha menegakkan HAM dengan membebaskan dari penjajah. Rumusan
dari HAM juga ada dalam sejarah ketatanegaraan Republik Indonesia yang
secara jelas tertera dalam UUD RIS, UUDS, dan juga dalam UUD 1945 hasil
amandemen.

The rule of law adalah suatu prinsip dimana tidak ada kekuasaan
sewenang-wenang, kedudukan yang sama di depan hukum, dan perlindungan
kebebasaan warga negara adalah hasil dari undang-undang biasa dan
keputusan yudisial, bukan persoalan apriori jaminan hak-hak konstitusional.
Hal ini di kemukakan oleh Albert Venn Dicey pada tahun 1885 dalam
bukunya yang berjudul “Introduction to the Study of the Law of Constitution”.
Dari sinilah awal mula dimulainya pengkajian mengenai pengembangan
negara hukum.

B. Saran
Penyusun menyarankan kepada pembaca untuk mendeskripsikan dan
mendiskusikan lebih lanjut mengenai Hak Asasi Manusia dan Rule of Law.
Hal ini perlu dilakukan agar pembaca semakin detail dalam mencari informasi,
serta lebih banyak mendapatkan pengetahuan. Agar kita semua dapat
mengenal dan memahami tentang hak asasi manusia dan rule of law serta

15
dapat mengambil pelajaran yang ada di dalamnya untuk diamalkan dalam
kehidupan sehari-hari.

16
DAFTAR PUSTAKA

Aprita, S. dan Yonani H. (2020). Hukum dan Hak Asasi Manusia. Bogor: Penerbit
Mitra Wacana Media.

Azhary. (1995). Negara Hukum Indonesia-Analisis Yuridis Normatif tetang


Unsur-Unsurnya. Jakarta: UI Press.

Budiarjo, Miriam. (1992). Dasar-Dasar Ilmu Politik. Jakarta: Gramedia Pustaka


Utama.

Effendi, Masyhur. (2005). Perkembangan Dimensi Hak Asasi Manusia (HAM)


dan Proses Dinamika Penyusunan Hukum Hak Asasi Manusia (HAKHAM).
Jakarta: Ghalia Indonesia.

Hartono, Sunaryati. (1982). Apakah The Rule Of Law Itu. Bandung: Alumni.

Kaelan dan Achmad Zubaidi. (2010). Pendidikan Kewarganegaraan. Yogyakarta:


Paradigma.

Malian, S. dan S. Marjuki (editor). (2003). Pendidikan Kewarganegaraan dan


Hak Asasi Manusia. Yogyakarta: UII Press.

Pasha, Musthafa Kamal. (2002). Pendidikan Kewarganegaraan. Yogyakarta:


Citra Karsa Mandiri.

Pradjodikoto, Wirjono. (1980). Asas-Asas Hukum Tata Negara. Jakarta: Ghalia


Indonesia.

Prasetyo, T. (2010). Rule of Law dalam Dimensi Negara Hukum Indonesia.


Refleksi Hukum.

Subekti, R dan Tjitrosudibio. (1989). Kamus Hukum. Jakarta: Pradnya Paramita.

Agang, M. I. (2015). HAM dalam Perkembangan Rule of Law. Jurnal Pusham


Unimed, 6(1), 116-135.

17

Anda mungkin juga menyukai