Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH

“HAM Dan Rule Of Law”


Dosen pengampu : Ridha Ichwanty Sabir, s.pd, m.pd

DiSusun oleh:

Kelompok 6

Sri nur asyifa (2020310833)


Nurpahima Agus (2020310831)
Asrini (2020310835)
KATA PENGANTAR
Puji Syukur hanya milik Allah SWT, yang telah memberikan kasih sayang-Nya dan
memberikan waktu kepada penulis untuk menyelesaikan tugas makalah matakuliah
Pendidikan Pancasila “Hak Asasi Manusia dan Rule of Law” Penulis juga mengucapkan
terima kasih kepada beberapa pihak yang telah membantu dalam penyelesaian makalah ini.

Makalah tentang ulasan mengenai Hak Asasi Manusia dan Rule of Law ini diajukan
untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Pendidikan Pancasila. Penulisan makalah ini
bertujuan untuk memberikan informasi lebih jauh mengenai pengertian, konsep dasar Rule of
Law serta mengenai hubungnanya dengan negara dan HAM kepada pembaca.

Penulis sangat menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh
karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran baik secara tertulis ataupun secara lisan,
khususnya kepada Dosen pengampu mata kuliah Pendidikan Pancasila Ibu Ridha Ichwanty
Sabir, s.pd, m.pd agar penulis bisa mengembangkan ilmu pengetahuannya, khususnya
memahami tentang Pendidikan Pancasila pada materi ini.

Bulukumba, 18 November 2020

Penulis
i
DAFTAR ISI
Kata pengantar .......................................................................................................................... i
Daftar isi ................................................................................................................................. ii
BAB 1 PENDAHULUAN
A. Latar belakang ..............................................................................................................1
B. Rumusan masalah .........................................................................................................1
C. Tujuan penulisan ...........................................................................................................1

BAB 2 PEMBAHASAN
A. Hak asasi manusia......................................................................................................... 2
1. pengertian.................................................................................................................. 2
2.ciri-ciri pokok dan tujuan HAM ................................................................................ 2
3. macam-macam hak asasi manusia ............................................................................ 3
4. HAM di indonesia .................................................................................................... 3
5. lembaga penegak HAM ........................................................................................... 4
6. komisi nasional HAM .............................................................................................. 4
7. hak asasi manusia dalam perundang-undangan nasional ......................................... 5
8. pelanggaran hak asasi manusia ............................................................................. 5-6
B. Rule Of Law ................................................................................................................. 7
1. pengertian dan lingkup rule of law ........................................................................... 7
2. prinsip-prinsip rule of law ..................................................................................... 7-8
3. prinsip-prinsip pelaksanaan (pengembangan) rule of law .................................. 9-10
BAB 3 PENUTUP
1. Kesimpulan ................................................................................................................. 11
2. Saran ........................................................................................................................... 11
Daftar Pustaka

ii
BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang

Hak Asasi Manusia (HAM) merupakan hak-hak yang dimiliki manusia sejak ia lahir yang
berlaku seumur hidup dan tidak dapat diganggu gugat siapapun. Hak Asasi merupakan sebuah bentuk
anugrah yang diturunkan oleh Allah SWT sebagai sesuatu karunia yang paling mendasar dalam hidup
manusia yang paling berharga. Hak Asasi dilandasi dengan sebuah kebebasan setiap individu dalam
menentukan jalan hidupnya, tentunya Hak asasi juga tidak lepas dari kontrol bentuk norma-norma
yang ada. Hak-hak ini berisi tentang kesamaan atau keselarasan tanpa membeda-bedakan suku,
golongan, keturunanan, jabatan, agama dan lain sebagainya antara setiap manusia yang hakikatnya
adalah sama-sama makhluk ciptaan Allah SWT.

Rule of Law adalah suatu doktrin yang mulai muncul pada abad ke 19, bersamaan dengan
kelahiran Negara konstitusi dan demokrasi. Rule of Law merupakan konsep tentang common law
dimana segenap lapisan masyarakat dan Negara beserta seluruh kelembagaannya menjungjung tinggi
supremasi hukum yang dibangun diatas prinsip keadilan dan egalitarian. Ada tidaknya Rule of Law
dalam suatu Negara ditentukan oleh kenyataan apakah rakyatnya benar-benar menikmati keadilan,
dalam arti perlakuan yang adil baik sesama warga negara maupun pemerintah.

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang tersebut, rumusan masalah yang akan dibahas sebagai berikut:
a. Apa pengertian dan ruang lingkup Hak Asasi Manusia dan Rule of Law
b. Bagaimana perkembangan Hak Asasi Manusia di Indonesia
c. Apa saja pelanggaran Hak Asasi Manusia
1.3 Tujuan Penulisan
Adapun tujuan penulisan sebagai berikut :
a. Untuk mengetahui pengertian Hak Asasi Manusia dan Rule of Law, serta mengetahui
ruang lingkup Hak Asasi Manusia dan Rule of Law
b. Untuk mengetahui perkembangan Hak Asasi Manusia di Indonesia
c. Untuk mengetahui pelanggaran apa sajakah yang sering terjadi terkait dengan Hak Asasi
Manusia maupun Rule of Law

1
BAB 2

PEMBAHASAN

A. Hak Asasi Manusia


1. pengertian
HAM adalah hak-hak yang melekat pada diri manusia dan tanpa hak-hak
itu, manusia tidak dapat hidup layak sebagai manusia. Hak tersebut diperoleh bersama
dengan kelahirannya atau kehadirannya didalam kehidupan masyarakat (Tilaar,
2001). HAM bersifat umum (universal) karena diyakini bahwa beberapa hak dimiliki
tanpa perbedaan atas bangsa, ras, atau jenis kelamim. HAM juga bersifat
supralegal, artinya tidak tergantung pada adanya suatu negara atau undang-undang
dasar, kekuasaan pemerintah, bahkan memiliki kewenangan lebih tinggi karena berasal
dari sumber yang lebih tinggi (Tuhan). UU No.39 Tahun 1999 Tentang HAM
mendefinisikan HAM sebagai seperangkat hak yang melekat pada hakikat keberadaan
manusia sebagai makhluk Tuhan Yang Maha Esa.
Hendarmin Ranadireksa memberikan definisi mengenai hak asasi manusia, yaitu
pada hakikatnya hak asasi manusia adalah seperangkat ketentuan atau aturan untuk
melindungi warga negara dari kemungkinan penindasan, pemasungan, atau pembatasan
ruang gerak warga negara oleh negara. Artinya, ada pembatasan-pembatasanm tertentu
yang diberlakukan pada negara agar hak warga negara yang paling hakiki terlindungi dari
kesewenang-wenangan kekuasaan
2. ciri-ciri pokok dan tujuan HAM
Dasar Hak Asasi Manusia adalah manusia berada dalam kedudukan yang sejajar
dan memiliki kesempatan yang sama dalam berbagai macam aspek untuk
mengembangkan segala potensi yang dimilikinya. Berdasarkan beberapa rumusan HAM,
dapat ditarik kesimpulan tentang ciri pokok hakikat HAM, yaitu sebagai berikut :
 HAM tidak perlu diberikan, dibeli maupun diwarisi. HAM merupakan bagian dari
manusia secara otomatis.
 HAM berlaku untuk semua orang tanpa memandang jenis kelamin, ras,
agama,etnis,pandangan politik, atau asal usul sosial bangsanya.
 HAM tidak bisa dilanggar. Tidak seorangpun mempunyai hak untuk melanggar dan
membatasi hak orang lain.

2
Tujuan Hak Asasi Manusia adalah :
 HAM adalah alat untuk melindungi orang dari kekerasan dan kesewenang-
wenangan.
 HAM mengembangkan saling menghargai antar manusia
 HAM mendorong tindakan yang dilandasi kesadaran dan tanggung jawab untuk
menjamin bahwa hak-hak orang lain tidak dilanggar
3. Macam-macam Hak Asasi Manusia
Hak asasi manusia menurut sifat/masyarakat pada umumnya, hak asasi manusia
dapat dibagi enam macam,yaitu:
 Hak asasi pribadi (personal right) yang meliputi kebebasan menyatakan
pendapat, kebebasan memeluk agama, kebebasan bergerak, dan sebagainya.
 Hak asasi ekonomi (proverty right), yaitu hak untuk memiliki sesuatu, membeli, dan
menjual sesuatu serta memanfaatkannya.
 Hak asasi politik (political right), yaitu hak untuk ikut serta dalam pemerintahan, hak
memilih (hak memilih dan dipilih dalam pemilu), hak untuk mendirikan partai politik
dan sebagainya.
 Hak asasi untuk mendapatkan perlakuan yang sama dalam hukum dan
pemerintahan (right legal equality)
 Hak asasi sosial dan kebudayaan (social and culture right), yaitu hak untuk memilih
pendidikan, hak untuk mengembangkan kebudayaan dan sebagainya.
 Hak asasi untuk mendapatkan perlakuan tata cara peradilan dan perlidungan
(procedural right), misalnya perlakuaan dalam hal penahanan, panangkapan,
penggeledahan peradilan, dan sebagainya.
4. HAM di Indonesia
Sejak kemerdekaan tahun 1945 sampai sekarang di Indonesia telah berlaku tiga
undang-undang dalam 4 periode, yaitu :
a. Periode 18 Agustus 1945 sampai 27 Desember 1949, berlaku UUD 1945,
b. Periode 27 Desember 1949 sampai 17 Agustus 1950, berlaku Konstitusi
Republik Indonesia Serikat.
c. Periode 17 Agustus 1950 sampai 5 Juli 1959, berlaku UUDS 1950.
d. Periode 5 Juli 1959 sampai sekarang, berlaku kembali UUD 1945.
Pencantuman pasal-pasal tentang Hak-hak Asasi Manusia dalam tiga UUD
tersebut berbeda satu sama lain. Dalam UUD 1945 butir-butir Hak Asasi Manusia hanya
tercantum beberapa saja. Sementara Konstitusi RIS 1949 dan UUDS 1950 hampir bula-
bulat mencantumkan isi Deklarasi HAM dari PBB. Hal demikian ini karna memang
3
situasinya sangat dekat dengan Deklarasi HAM PBB yang masih aktual. Di samping itu
terdapat pula harapan masyarakat dunia agar deklarasi HAM PBB dimasukkan ke dalam
Undang-Undang Dasar atau perundangan lainnya di negara-negara anggota PBB, agar
secara yuridis formal HAM dapat berlaku di negara masing-masing.
Ketika UUD 1945 berlaku kembali sejak 5 Juli 1959, secara yuridis formal, hak-
hak asasi manusia tidak lagi lengkap seperti Deklarasi HAM PBB, karena yang terdapat
di dalam UUD 1945 hanya berisi beberapa pasal saja, khususnya pasal 27, 28, 29, 30 dan
31. Pada awal Orde baru saja tujuan Pemerintah adalah melaksanakan hak asasi manusia
yang tercantum dalam UUD 1945 serta berupaya melengkapinya. Tugas untuk
melengkapi HAM ini ditanda tangani oleh sebuahh panitia MPRS yang kemudian
menyusun Rancangan Piagam Hak-hak Asasi Manusia serta hak-hak dan Kewajiban
warganegara yang dibahas dalam sidang MPRS tahun 1968.
Dalam pembahasan ini sidang MPRS menemui jalan buntu, sehingga akhirnya
dihentikan. Begitu pila setelah MPR terbentuk hasil pemilihan umum 1971 persoalan
HAM tidak lagi diagendakan, bahkan dipeti-eskan sampai tumbangnya Orde Baru di
tahun 1998 yang berganti dengan era Reformasi. Pada awal Reformasi itu pula
diselenggarakan sidang istimewa MPR tahun 1998 yang salah satu ketetapannya berisi
Piagam HAM.
5. Lembaga penegakan HAM
Hak asasi manusia merupakan hak yang harus dilindungi, baik oleh individu,
masyarakat maupun oleh Negara. Hal ini dikarenakan Hak Asasi Manusia merupakan hak
paling asasi yang dimiliki oleh manusia sebagai anugerah yang diberikan oleh Tuhan.
Oleh sebab itu, HAM harus dijaga, dihormati dan ditegakkan dalam kehidupan
bermasyarakat dan bernegara. Tidak seorangpun berhak untuk melanggar hak asasi yang
dimiliki oleh manusia dengan alasan apapun.
Untuk merealisasikan penegakan HAM di Indonesia, telah dibentuk suatu komisi
mengenai hak asasi manusia. Dasar hukum bagi penegakan HAM di Indonesia sudah
sangat jelas, baik melalui UUD, ketetapan MPR maupun perundang-undangan, baik yang
sudah disahkan, maupun ratifikasi dari konvensi hak asasi manusia yang ada di dunia
Internasional.
6. Komisi nasional HAM
Komnas HAM adalah lembaga mandiri yang kedudukannya setingkat dengan
lembaga Negara lainnya yang berfungsi untuk melaksanakan pengkajian, penelitian,
penyuluhan, pemantauan dan mediasi hak asasi manusia.

4
Tujuan Komnas HAM antara lain :
a. Mengembangkan kondisi yang kondusif bagi pelaksanaan hak asasi manusia sesuai
dengan pancasila, UUD 1945 dan piagam PBB serta Deklarasi Universal Hak Asasi
Manusia.
b. Meningkatkan perlindungan dan penegakan hak asasi manusia guna berkembangnya
pribadi manusia Indonesia seutuhnya dan kemampuannya berpartisipasi dalam
berbagai bidang kehidupan.
7. Hak asasi manusia dalam perundang-undangan nasional
Dalam peraturan perundang undangan RI paling tidak terdapat empat bentuk
hukum tertulis yang memuat aturan tentang HAM. Pertama, dalam konstitusi (Undang-
undang Dasar Negara). Kedua, dalam ketetapan MPR (TAP MPR). Ketiga, dalam
Undang-undang. Keempat, dalam peraturan pelaksanaan perundang-undangan seperti
peraturan pemerintah, keputusan presiden dan peraturan pelaksanaan lainnya.
Kelebihan pengaturan HAM dalam konstitusi memberikan jaminan yang sangat
kuat, karena perubahan dan atau penghapusan satu pasal dalam konstitusi seperti dalam
ketatanegaraan di Indonesia mengalami proses yang sangat berat dan panjang antara lain
melalui amandemen dan referendum. Sedangkan kelemahannya karena yang diatur dalam
konstitusi hanya memuat aturan yang masih global seperti ketentuan tentang HAM dalam
konstitusi RI yang masih bersifat global. Sementara itu bila pengaturan HAM melalui
TAP MPR, kelemahannya tidak dapat memberikan sangsi hokum bagi pelanggarnya.
Sedangkan pengaturan HAM dalam bentuk Undang-Undang dan peraturan
pelaksanaannya kelemahannya pada kemungkinan seringnya mengalami perubahan.
8. Pelanggaran Hak Asasi Manusia
Hak asasi manusia bersifat universal, yang artinya berlaku dimana saja, untuk
siapa saja, dan tidak dapat diambil siapapun. Hak-hak tersebut dibutuhkan individu
melindungi diri dam martabat kemanusiaan, juga seagai landasan moral dlam bergaul
dengan sesama manusia. Meskipun demikian bukan berarti manusia dengan hak-haknya
dapat berbuat sesuka hatinya maupun seenak-enaknya.
Menurut Pasal 1 Angka 6 No. 39 Tahun 1999 yang dimaksud dengan
pelanggaran hak asasi manusia adalah setiap perbuatan seseorang atau kelompok orang
termasuk aparat negara, baik disengaja maupun tidak disengaja atau kelalaian yang secara
hukum mengurangi, menghalangi, membatasi dan atau mencabut hak asasi manusia
seseorang atau kelompok orang yang dijamin oleh undang-undang dan tidak mendapatkan
atau dikhawatirkan tidak akan memperoleh penyesalan hukum yang adil dan benar
berdasarkan mekanisme hukum yang berlaku.

5
Menurut UU no 26 Tahun 2000 tentang pengadilan HAM, Pelanggaran HAM
adalah setiap perbuatan seseorang atau kelompok orng termasuk aparat negara baik
disengaja atau kelalaian yang secara hukum mengurangi, menghalangi, membatasi, dan
atau mencabut Hak Asasi Manusia seseorang atau kelompok orang yang dijamin oleh
Undang-Undang ini, dan tidak didapatkan, atau dikhawatirksn tidak akan memperoleh
penyelesaian hukum yang adil dan benar, berdasarkan mekanisme hukum yang berlaku.
Kasus Ham sering kali terjadi, tidak hanya di Indonesia tapi juga dinegara-negara lain di
dunia. Di Indonesia sendiri kasus seperti ini masih sering terjadi walaupun sudah ada
lembaga yang berfungsi melakukan pengawasan terhadap kemungkinan terjadinya
pelanggaran HAM di Indonesia seperti Komisi Nasional Hak Asasi Manusia (Komnas
Ham). Pelanggaran hak asasi manusia dapat terjadi dalam interaksi antara aparat
pemerintah dengan masyarakat dan antar warga masyarakat. Namun, yang sering terjadi
adalah antara aparat pemerintah dengan masyarakat.
Banyak macam Pelanggaran HAM di Indonesia, dari sekian banyak kasus ham
yang terjadi, tidak sedikit juga yang belum tuntas secara hukum, hal itu tentu saja tak
lepas dari kemauan dan itikad baik pemerintah untuk menyelesaikannya sebagai
pemegang kekuasaan sekaligus pengendali keadilan bagi bangsa ini.
a. Kasus pelanggaran HAM yang bersifat berat, meliputi :
1) Pembunuhan masal (genosida: setiap perbuatan yang dilakukan dengan maksud
menghancurkan atau memusnahkan seluruh atau sebagian kelompok bangsa)
2) Pembunuhan sewenang-wenang atau di luar putusan pengadilan
3) Penyiksaan
4) Penghilangan orang secara paksa
5) Perbudakan atau diskriminasi yang dilakukan secara sistematis
b. Kasus pelanggaran HAM yang biasa, meliputi :
1. Pemukulan
2. Penganiayaan
3. Pencemaran nama baik
4. Menghalangi orang untuk mengekspresikan pendapatnya
5. Menghilangkan nyawa orang lain
Penindakan terhadap pelanggaran HAM dilakukan melalui proses peradilan
HAM mulai dari penyelidikan, penyidikan, penuntutan, dan persidangan terhadap
pelanggaran yang terjadi harus bersifat nondiskriminatif dan berkeadilan. Pengadilan
HAM merupakan pengadilan khusus yang berada di lingkungan Pengadilan Umum.
Pengadilan HAM berkedudukan di daerah kabupaten atau daerah kota yang
daerah hukumnya meliputi daerah hokum Pengadilan Negeri yang bersangkutan.
6
Pengadilan HAM bertugas memeriksa dan memutus perkara pelanggaran hak asasi
manusia yang berat. Pengadilan HAM berwewenang juga memeriksa dan
memutuskan perkara pelanggaran hak asasi manusia yang berada dan dilakukan
diluar batas territorial wilayah Negara Republik Indonesia oleh warga Negara
Indonesia.

B. Rule Of Law
Rule of law adalah suatu doktrin hukum yang mulai muncul pada abad ke-
19, bersamaan dengan kelahiran negara konstitusi dan demokrasi. Ia lahir sejalan dengan
tumbuh suburnya demokrasi dan meningkatnya peran parlemen dalam penyelenggaraan
negara dan sebagai reaksi negara absolut yang berkembang sebalumnya. Rule of
law merupakan konsep tentang cammon law dimana segenap lapisan masyarakat dan negara
beserta seluruh kelembagaannya menjunjung tinggi supremasi hukum yang dibangun di atas
prinsip keadilan dan egalitarin. Rule of law adalah rule by the law dan bukan rule by the
man. Ia lahir mengambil alih dominasi yang dimiliki kaum gereja ningrat, dan kerajaan
menggeser negara kerajaan dan memunculkan negara konstitusi, asal lahirnya doktrin rule of
law Ada tidaknya rule of law dalam suatu negara ditentukan oleh kenyataan apakah rakyatnya
benar-benar menikmati keadilan, dalam arti perlakuaan yang adil, baik sesama warga negara
maupun pemerintah. Oleh karena itu, pelaksanaan kaidah-kaidah hukum yang berlaku disuatu
negara merupakan suatu premis bahwa kaidah-kaidah yang dilaksanakan itu merupakan
hukum yang adil, artinya kaidah hukum yang menjamin perlakuan yang adil bagi masyarakat.

1. Pengertian dan lingkup Rule Of Law


Friedman (1995) membedakan rule of law menjadi dua, yaitu pengertian secara
formal (in the formal sense) dan pengertian secara hakiki/materiil (ideologikal). Secara
formal, rule of law diartikan sebagai kekuasaan umum yang terorganisasi (organized
public power), misalnya negara. Sementara itu , secara hakiki, rule of law terkait dengan
penegakan rule of law karena menyangkut ukuran hukum yang baik dan buruk (just and
unjust law). Rule of law terkait erat dengan keadilan sehingga rule of law harus menjamin
keadilan yang dirasakan oleh masyarakat/bangsa.
Rule of law merupakan suatu legalisme sehingga mengandung gagasan bahwa
keadilan dapat dilayani melalui perbuatan sistem peraturan dan prosedur yang bersifat
objektif, dan tidak memihak, tidak personal, dan otonom.
2. Prinsip-prinsip Rule Of Law
Pengertian Rule of Law tidak dapat dipisahkan dengan pengertian negara hukum atau
7
rechts staat. Meskipun demikian dalam negara yang menganut sistem Rule of Law harus
memiliki prinsip-prinsip yang jelas, terutama dalam hubungannya dengan realisasi Rule
of Law itu sendiri. Menurut Albert Venn Dicey dalam “Introduction to the Law of The
Constitution, memperkenalkan istilah the rule of law yang secara sederhana diartikan
sebagai suatu keteraturan hukum. Menurut Dicey terdapat 3 unsur yang fundamental
dalam Rule of Law, yaitu:
1) supremasi aturan aturan hukum,tidak adanya kekuasaan sewenang-wenang, dalam
arti seseorang hanya boleh dihukum, jikalau memang melanggar hukum;
2) kedudukanmya yang sama dimuka hukum. Hala ini berlaku baik bagi masyarakat
biasa maupun pejabat negara; dan
3) terjaminnya hak-hak asasi manusia oleh Undang-Undang serta keputusan
pengadilan.

a) Prinsip Secara Formal di Indonesia


Di Indonesia, prinsip-prinsip rule of law secara folmal tertera dalampembukaan
UUD 1945. Prinsip-prinsip tersebut pada hakikatnya merupakan jaminan secara formal
terhadap “rasa keadilan” bagi rakyat Indonesia dan juga ”keadilan sosial” sehingga
pembukaan UUD 1945 bersifat tetap dan instruktif bagi penyelenggaraan negara. Dengan
demikian, inti rule of law adalah jaminan keadilan bagi masyarakat, terutama keadilan
sosial. Prinsip-prinsip diatas merupakan dasar hukum pengambilan kebijakan bagi
penyelenggara negara/pemerintahan, baik di tingkat pusat maupun daerah, yang
berkaitan dengan jaminan atas rasa keadilan terutama keadilan sosial.
Penjabaran prinsip-prinsip rule of law secara formal termuat didalam pasal-pasal
UUD 1945, yaitu sebagai berikut:
 Negara Indonesia adalah negara hukum (pasal 1 ayat 3)
 Kekuasaan kehakiman merupakan kekuasaan yang merdeka untuk
menyelenggarakan peradilan guna menegakkan hukum dan keadilan (pasal 24 ayat 1)
 Segala warga negara bersamaan kedudukannya didalam hukum dan pemerintahan
dan wajib menjunjug hukum dan pemerintahan itu dengan tidak ada kecualinya (pasal
27 ayat 1).
 Bab X A tentang Hak Asasi Manusia, memuat sepuluh pasal, antara lain bahwa
setiap orang berhak atas pengakuan, jaminan, perlindungan, dan kepastian hukum
yang adil serta perlakuan yang sama di hadapan hukum (pasal 28 D ayat 1).

8
 Setiap orang berhak untuk bekerja serta mendapat imbalan dan perlakuan yang
adil dan layak dalam hubungan kerja (pasal 28 D ayat 2).

b) Prinsip-prinsip Secara Hakiki dalam Penyelenggaraan Pemerintahan


Prinsip-prinsip rule of law secara hakiki (materiil) sangat erat kaitannya
dengan “the enforcement of the rules of law” dalam penyelenggaraan
pemerintahan, terutama dalam hal penegakan hukum dan implementasi prinsip-
prinsip rule of law. Berdasarkan pengalaman diberbagai negara dan hasil
kajian, keberhasilan “the enforcement of the rules of law” tergantung kepada kepribadian
nasional masing-masing bangsa (sunarjati hartono,1982). Hal ini didukung oleh
kenyataan bahwa rule of law merupakan institusi sosial yang memiliki struktur sosiologi
yang khas dan akar budaya yang khas pula. Rule of law ini juga merupakan
legalisme, suatu aliran pemikiran hukum yang didalamnya terkamdung wawasan
sosial, gagasan tentang hubungan antar manusia, masyarakat dan negara sehingga
memuat nilai-nilai tertentu yang memiliki struktur sosiologisnya sendiri. Legalisme
tersebut mengandung gagasan bahwa keadilan dapat dilayani melalui perbuatan sistem
peraturan dan prosedur yang sengaja bersifat objektif, dan tidak memihak, tidak
personal, dan otonom.
Secara kuantitatif, peraturan perundang-undangan yang terkait dengan rule of
law telah banyak dihasilkan di negara kita, namun implementasi/penegaknya belum
mencapai hasil yang optimal sehingga rasa keadilan sebagai prwujudan pelaksanaan rule
of law belum dirasakan oleh sebagian besar masyarakat.

3. Strategi pelaksanaan (pengembangan) Rule Of Law


Agar pelaksanaan (Pengembangan) rule of law berjalan efektif sesuai dengan yang
diharapkan, perlu diterapkan hal-hal berikut:
Keberhasilan “the enforcement of the rules of law” harus didasarkan pada corak
masyarakat hukum yang bersangkutan dan kepribadian nasional masing-masing bangsa.
Rule of law yang merupakan institusi sosial harus didasarkan pada akar budaya yang
tumbuh dan berkembang pada bangsa.
Rule of law sebagai suatu legalisme yang membuat wawasan sosial, gagasan tentang
hubungan antar manusia, masyarakat dan negara, harus dapat ditegakkan secara adil dan
hanya memihak kepada keadilan.

9
Untuk mewujudkan hal tersebut, perlu dikembangkan hukum progresif (Satjipto
Rahardjo,2004), yang memihak hanya kepada keadilan itu sendiri, bukan sebagai alat
politik yang memihak kepada kekuasaan seperti yang selama ini diperhatikan. Hukum
progresif merupakan gagasan yang ingin mencari cara untuk mengatasi keterpurukan
hukum di Indonesia secara lebih bermakna. Asumsi dasar hukum progresif, yaitu
“Hukum adalah untuk manusia”, bukan sebaliknya, hukum bukan merupakan institusi
yang absolut yang final. Hukum selalu berada dalam proses untuk terus-
menerus menjadi (law as process, Law in the making). Hukum progresif memuat
kandungan moral yang sangat kuat karena tidak ingin menjadikan hukum sebagai
teknologi yang tidak bernurani, melainkan suatu institusi yang bermoral, yaitu
kemanusiaan. Hukum progresif peka terhadap perubahan-perubahan dan terpanggil untuk
tampil melindungi rakyat untuk menuju hukum yang ideal. Hukum progresif menolak
keadaan status quo. Ia merasa bebas untuk mencari format, pikiran, asas, serta aksi-aksi
karena “Hukum untuk manusia.
Arah dan watak hukum yang dibangun harus berada dalam hubungan yang sinergis
dengan kekayaan yang dimiliki bangsa Indonesia atau “back to law and order”, yang
berarti kembali kepada orde hukum dan ketaatan dalam konteks
Indonesia. Artinya, bangsa Indonesia harus berani mengangkat “Pancasila” sebagai
alternatif dalam membangun negara berdasarkan versi Indonesia sehingga dapat menjadi
“rule of moral” atau “rule of justice” yang bersifat “ke-Indonesia-an” yang lebih
mengedepankan olah hati nurani daripada otak, atau lebih mengedepankam komitmen
moral.

10
BAB 3
PENUTUP
1. Kesimpulan
Berdasarkan isi dari pembahasan diatas, dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut :
1) Hak Asasi Manusia adalah hak yang melekat pada diri manusia yang bersifat kodrati
dan fundamental sebagai anugrah dari Tuhan yang harus dihormati, dijaga dan
dilindungi oleh setiap individu
2) Rule of Law adalah gerakan masyarakat yang menghendaki bahwa kekuasaan raja
maupun penyelenggara negara harus dibatasi dan diatur melalui suatu peraturan
perundang-undangan dan pelaksanaan dalam hubungannya dengan segala peraturan
perundang-undangan
3) Dalam peraturan perundang undangan RI paling tidak terdapat empat bentuk hokum
tertulis yang memuat aturan tentang HAM. Pertama, dalam konstitusi (Undang-
undang Dasar Negara). Kedua, dalam ketetapan MPR (TAP MPR). Ketiga, dalam
Undang-undang. Keempat, dalam peraturan pelaksanaan perundang-undangan seperti
peraturan pemerintah, keputusan presiden dan peraturan pelaksanaan lainnya.
4) Pelanggaran Hak Asasi Manusia adalah setiap perbuatan seseorang atau kelompok
orang termasuk aparat negara, baik disengaja maupun tidak disengaja atau kelalaian
yang secara hukum mengurangi, menghalangi, membatasi dan atau mencabut hak
asasi manusia seseorang atau kelompok orang yang dijamin oleh undang-undang dan
tidak mendapatkan atau dikhawatirkan tidak akan memperoleh penyesalan hukum
yang adil dan benar berdasarkan mekanisme hukum yang berlaku.
2. Saran
Kepada para pembaca agar lebih banyak mencari informasi tentang HAM dan Rule of
Law untuk memahami kedua aspek pembahasan tersebut

11

Daftar pustaka
Herdiawan, H., & Hamdayama, J. (2010). Cerdas, Kritis, dan Aktif Berwargannegara. Jakarta:
Erlangga.
Kaelan. (2007). Pendidikan Kewarganegaraan. Jogjakarta: Paradigma.
@copyright

Anda mungkin juga menyukai