Anda di halaman 1dari 20

MAKALAH

PENDIDIDKAN KEWARGANEGARAAN
DEMOKRASI DI INDONESIA
DOSEN PEMBIMBING:
IR. ABDUL ROCHMAN, M.H.

DISUSUN OLEH :
SILO DAMAR PANGESTU MAA
2022201100016

PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL


UNIVERSITAS TULUNGAGUNG
TAHUN AJARAN 2020/2021
KATA PENGANTAR

Segala puja dan puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas
rahmat dan anugrah-Nya penulis dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Rule Of Law
dan HAM”
Adapun penyusunan makalah ini bertujuan untuk memenuhi tugas dari Dosen Mata
Kuliah Pendidikan Kewarganegaraan. Penulis menyadari keterbatasan pengetahuan dan
kemampuan dalam menyelesaikan makalah ini, mungkin sangat jauh dari suatu
kesempurnaan yang diharapkan, namun penulis berharap semoga makalah dapat memberikan
pengembangan wawasan bagi yang membaca. Oleh karena itu, segala kritik dan saran yang
sifatnya membangun senantiasa penulis harapkan. Akhir kata penulis mengucapkan terima
kasih.

Tulungagung,23 November 2020

Penulis
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..............................................................................................i
DAFTAR ISI.............................................................................................................ii
BAB I (PENDAHULUAN)
1.1  Latar belakang......................................................................................................1
1.2 Rumusan masalah.................................................................................................1
1.3 Tujuan penulisan...................................................................................................2
BAB II (PEMBAHASAN)
2.1 Hak Asasi Manusia...............................................................................................3
2.1.1 Pengertian.....................................................................................................3
2.1.2 Ciri Pokok dan Tujuan HAM........................................................................3
2.1.3 Macam-macam Hak Asasi Manusia.............................................................4
2.1.4 HAM di Indonesia.........................................................................................5
2.1.5 Lembaga penegak HAM...............................................................................6
2.1.6 Komisi Nasional HAM.................................................................................6
2.1.7  Pelanggaran Hak Asasi Manusia.................................................................7
2.2 Rule of Law..........................................................................................................9
2.2.1 Pengertian dan Lingkup Rule Of Law..........................................................10
2.2.2 Prinsip-prinsip Rule of Law..........................................................................11
2.2.3 Strategi Pelaksanaan (Pengembangan) Rule Of Law...................................12
BAB III (PENUTUP)
3.1 Kesimpulan...........................................................................................................13
3.2 Saran.....................................................................................................................13
DAFTAR PUSTAKA
BAB I

PENDAHULUAN

1.1  Latar belakang

Hak Asasi Manusia (HAM) merupakan hak-hak yang dimiliki manusia sejak ia lahir
yang berlaku seumur hidup dan tidak dapat diganggu gugat siapapun.Hak Asasi merupakan
sebuah bentuk anugrah yang diturunkan oleh Tuhan sebagai sesuatu karunia yang paling
mendasar dalam hidup manusia yang paling berharga. Hak Asasi dilandasi dengan sebuah
kebebasan setiap individu dalam menentukan jalan hidupnya, tentunya Hak asasi juga tidak
lepas dari kontrol bentuk norma-norma yang ada. Hak-hak ini berisi tentang kesamaan atau
keselarasan tanpa membeda-bedakan suku, golongan, keturunanan, jabatan, agama dan lain
sebagainya antara setiap manusia yang hakikatnya adalah sama-sama makhluk ciptaan
Tuhan.

Terkait tentang hakikat hak asasi manusia, maka sangat penting sebagai makhluk
ciptaan Tuhan harus saling menjaga dan menghormati hak asasi masing-masing individu.
Namun pada kenyataannya, kita melihat perkembangan HAM di Negara ini masih banyak
bentuk pelanggaran HAM yang sering kita temui.

Rule of Law adalah suatu doktrin yang mulai muncul pada abad ke 19, bersamaan
dengan kelahiran Negara konstitusi dan demokrasi. Rule of Law merupakan konsep tentang
common law dimana segenap lapisan masyarakat dan Negara beserta seluruh
kelembagaannya menjungjung tinggi supremasi hukum yang dibangun diatas prinsip keadilan
dan egalitarian. Ada tidaknya Rule of Law dalam suatu Negara ditentukan oleh kenyataan
apakah rakyatnya benar-benar menikmati keadilan, dalam arti perlakuan yang adil baik
sesama warga Negara maupun pemerintah

1.2 Rumusan masalah


Berdasarkan latar belakang tersebut, rumusan masalah yang akan dibahas sebagai
berikut:
1. Apa pengertian dan ruang lingkup Hak Asasi Manusia dan Rule of Law?
2. Bagaimana perkembangan Hak Asasi Manusia di Indonesia?
3. Apa saja pelanggaran Hak Asasi Manusia?
1.3 Tujuan penulisan

Adapun tujuan penulisan sebagai berikut :

a. Untuk mengetahui pengertian Hak Asasi Manusia dan Rule of Law, serta mengetahui

ruang lingkup Hak Asasi Manusia dan Rule of Law

b. Untuk mengetahui perkembangan Hak Asasi Manusia di Indonesia

c. Untuk mengetahui pelanggaran apa sajakah yang sering terjadi terkait dengan Hak
Asasi Manusia maupun Rule of Law
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Hak Asasi Manusia

2.1.1 Pengertian

HAM adalah hak-hak yang melekat pada diri manusia dan tanpa hak-hak itu,
manusia tidak dapat hidup layak sebagai manusia. Hak tersebut diperoleh bersama
dengan kelahirannya atau kehadirannya didalam kehidupan masyarakat (Tilaar, 2001).
HAM bersifat umum (universal) karena diyakini bahwa beberapa hak dimiliki tanpa
perbedaan atas bangsa, ras, atau jenis kelamim. HAM juga bersifat supralegal, artinya
tidak tergantung pada adanya suatu negara atau undang-undang dasar, kekuasaan
pemerintah, bahkan memiliki kewenangan lebih tinggi karena berasal dari sumber
yang lebih tinggi (Tuhan). UU No.39 Tahun 1999 Tentang HAM mendefinisikan
HAM sebagai seperngkat hak yang melekat pada hakikat keberadaan manusia sebagai
makhluk Tuhan Yang Maha Esa. Hendarmin Ranadireksa memberikan definisi
mengenai hak asasi manusia, yaitu pada hakikatnya hak asasi manusia adalah
seperangkat ketentuan atau aturan untuk melindungi warga negara dari kemungkinan

penindasan, pemasungan, atau pembatasan ruang gerak warga negara oleh negara. Artinya,
ada pembatasan-pembatasanm tertentu yang diberlakukan pada negara agar hak warga negara
yang paling hakiki terlindungi dari kesewenang-wenangan kekuasaan.

2.1.2 Ciri Pokok dan Tujuan HAM

Dasar Hak Asasi Manusia adalah manusia berada dalam kedudukan yang
sejajar dan memiliki kesempatan yang sama dalam berbagai macam aspek untuk
mengembangkan segala potensi yang dimilikinya.

Berdasarkan beberapa rumusan HAM di atas, dapat ditarik kesimpulan tentang


ciri pokok hakikat HAM, yaitu sebagai berikut :

1. HAM tidak perlu diberikan, dibeli maupun diwarisi.HAM merupakan bagian


dari manusia secara otomatis .
2. HAM berlaku untuk semua orang tanpa memandang jenis kelamin, ras, agama,
etnis, pandangan politik, atau asal-usul sosial bangsanya.
3. HAM tidak bisa dilanggar.Tidak sdorangpun mempunyai hak untuk melanggar
dan membatasi hak orang lain.

Tujuan Hak Asasi Manusia adalah :

1. HAM adalah alat untuk melindungi orang dari kekerasan dan kesewenang-
wenangan.
2. HAM mengenmbangkan saling menghargai antar manusia
3. HAM mendorong tindakan yang dilandasi kesadaran dan tanggung jawab untuk
menjamin bahwa hak-hak orang lain tidak dilanggar

2.1.3 Macam-macam Hak Asasi Manusia

Hak asasi manusia menurut sifat/masyarakat pada umumnya, hak asasi


manusia dapat dibagi enam macam,yaitu:

1. Hak asasi pribadi (personal right) yang meliputi kebebasan menyatakan


pendapat, kebebasan memeluk agama, kebebasan bergerak, dan sebagainya.
2. Hak asasi ekonomi (proverty right), yaitu hak untuk memiliki sesuatu,
membeli, dan menjual sesuatu serta memanfaatkannya.
3. Hak asasi politik (political right), yaitu hak untuk ikut serta dalam
pemerintahan, hak memilih (hak memilih dan dipilih dalam pemilu), hak
untuk mendirikan partai politik dan sebagainya.
4. Hak asasi untuk mendapatkan perlakuan yang sama dalam hukum dan
pemerintahan (right legal equality)
5. Hak asasi sosial dan kebudayaan (social and culture right), yaitu hak untuk
memilih pendidikan, hak untuk mengembangkan kebudayaan dan sebagainya.
6. Hak asasi untuk mendapatkan perlakuan tata cara peradilan dan perlidungan
(procedural right), misalnya perlakuaan dalam hal penahanan. penangkapan,
penggeledahan, peradilan, dan sebagainya.

2.1.4 HAM di Indonesia

Sejak kemerdekaan tahun 1945 sampai sekarang di Indonesia telah berlaku tiga
undang-undang dalam 4 periode, yaitu :

1. Periode 18 Agustus 1945 sampai 27 Desember 1949, berlaku UUD 1945,


2. Periode 27 Desember 1949 sampai 17 Agustus 1950, berlaku Konstitusi
Republik Indonesia Serikat.
3. Periode 17 Agustus 1950 sampai 5 Juli 1959, berlaku UUDS 1950.
4. Periode 5 Juli 1959 sampai sekarang, berlaku kembali UUD 1945.

Pencantuman pasal-pasal tentang Hak-hak Asasi Manusia dalam tiga UUD tersebut
berbeda satu sama lain. Dalam UUD 1945 butir-butir Hak Asasi Manusia hanya
tercantum beberapa saja. Sementara Konstitusi RIS 1949 dan UUDS 1950 hampir bula-
bulat mencantumkan isi Deklarasi HAM dari PBB. Hal demikian ini karna memang
situasinya sangat dekat dengan Deklarasi HAM PBB yang masih aktual. Di samping itu
terdapat pula harapan masyarakat dunia agar deklarasi HAM PBB dimasukkan ke
dalam Undang-Undang Dasar atau perundangan lainnya di negara-negara anggota PBB,
agar secara yuridis formal HAM dapat berlaku di negara masing-masing.
Ketika UUD 1945 berlaku kembali sejak 5 Juli 1959, secara yuridis formal,
hak-hak asasi manusia tidak lagi lengkap seperti Deklarasi HAM PBB, karena yang
terdapat di dalam UUD 1945 hanya berisi beberapa pasal saja, khususnya pasal 27, 28,
29, 30 dan 31. Pada awal Orde baru saja tujuan Pemerintah adalah melaksanakan hak
asasi manusia yang tercantum dalam UUD 1945 serta berupaya melengkapinya.
Tugas  untuk melengkapi HAM ini ditanda tangani oleh sebuahh panitia MPRS yang
kemudian menyusun Rancangan Piagam Hak-hak Asasi Manusia serta hak-hak dan
Kewajiban warganegara yang dibahas dalam sidang MPRS tahun 1968. Dalam
pembahasan ini sidang MPRS menemui jalan buntu, sehingga akhirnya dihentikan.
Begitu pila setelah MPR terbentuk hasil pemilihan umum 1971 persoalan HAM tidak
lagi diagendakan, bahkan dipeti-eskan sampai tumbangnya Orde Baru di tahun 1998
yang berganti dengan era Reformasi. Pada awal Reformasi itu pula diselenggarakan
sidang istimewa MPR tahun 1998 yang salah satu ketetapannya berisi Piagam HAM.

2.1.5 Lembaga Penegak HAM

            Hak asasi manusia merupakan hak yang harus dilindungi, baik oleh individu,
masyarakat maupun oleh Negara. Hal ini dikarenakan Hak Asasi Manusia merupakan
hak paling asasi yang dimiliki oleh manusia sebagai anugerah yang diberikan oleh
Tuhan. Oleh sebab itu, HAM harus dijaga, dihormati dan ditegakkan dalam kehidupan
bermasyarakat dan bernegara. Tidak seorangpun berhak untuk melanggar hak asasi
yang dimiliki oleh manusia dengan alasan apapun.

            Untuk merealisasikan penegakan HAM di Indonesia, telah dibentuk suatu


komisi mengenai hak asasi manusia. Dasar hukum bagi penegakan HAM di Indonesia
sudah sangat jelas, baik melalui UUD, ketetapan MPR maupun perundang-undangan,
baik yang sudah disahkan, maupun ratifikasi dari konvensi hak asasi manusia yang ada
di dunia Internasional.

2.1.6 Komisi Nasional HAM

Komnas HAM adalah lembaga mandiri yang kedudukannya setingkat dengan


lembaga Negara lainnya yang berfungsi untuk melaksanakan pengkajian, penelitian,
penyuluhan, pemantauan dan mediasi hak asasi manusia
Tujuan Komnas HAM antara lain :

1. Mengembangkan kondisi yang kondusif bagi pelaksanaan hak asasi manusia


sesuai dengan pancasila, UUD 1945 dan piagam PBB serta Deklarasi
Universal Hak Asasi Manusia;
2. Meningkatkan perlindungan dan penegakan hak asasi manusia guna
berkembangnya pribadi manusia Indonesia seutuhnya dan kemampuannya
berpartisipasi dalam berbagai bidang kehidupan

2.1.7  Pelanggaran Hak Asasi Manusia

Hak asasi manusia bersifat universal, yang artinya berlaku dimana saja, untuk
siapa saja, dan tidak dapat diambil siapapun. Hak-hak tersebut dibutuhkan individu
melindungi diri dam martabat kemanusiaan, juga seagai landasan moral dlam bergaul
dengan sesama manusia. Meskipun demikian bukan berarti manusia dengan hak-
haknya dapat berbuat sesuka hatinya maupun seenak-enaknya.

Menurut Pasal 1 Angka 6 No. 39 Tahun 1999 yang dimaksud dengan


pelanggaran hak asasi manusia adalah setiap perbuatan seseorang atau kelompok
orang termasuk aparat negara, baik disengaja maupun tidak disengaja atau kelalaian
yang secara hukum mengurangi, menghalangi, membatasi dan atau mencabut hak
asasi manusia seseorang atau kelompok orang yang dijamin oleh undang-undang dan
tidak mendapatkan atau dikhawatirkan tidak akan memperoleh penyesalan hukum
yang adil dan benar berdasarkan mekanisme hukum yang berlaku.

Menurut UU no 26 Tahun 2000 tentang pengadilan HAM, Pelanggaran HAM


adalah setiap perbuatan seseorang atau kelompok orng termasuk aparat negara baik
disengaja atau kelalaian yang secara hukum mengurangi, menghalangi, membatasi,
dan atau mencabut Hak Asasi Manusia seseorang atau kelompok orang yang dijamin
oleh Undang-Undang ini, dan tidak didapatkan, atau dikhawatirksn tidak akan
memperoleh penyelesaian hukum yang adil dan benar, berdasarkan mekanisme
hukum yang berlaku. Kasus Ham sering kali terjadi, tidak hanya di Indonesia tapi juga
dinegara-negara lain
Di Indonesia sendiri kasus seperti ini masih sering terjadi walaupun sudah ada
lembaga yang berfungsi melakukan pengawasan terhadap kemungkinan terjadinya
pelanggaran HAM di Indonesia seperti Komisi Nasional Hak Asasi Manusia (Komnas
Ham). Pelanggaran hak asasi manusia dapat terjadi dalam interaksi antara aparat
pemerintah dengan masyarakat dan antar warga masyarakat. Namun, yang sering
terjadi adalah antara aparat pemerintah dengan masyarakat. Banyak macam
Pelanggaran HAM di Indonesia, dari sekian banyak kasus ham yang terjadi, tidak
sedikit juga yang belum tuntas secara hukum, hal itu tentu saja tak lepas dari kemauan
dan itikad baik pemerintah untuk menyelesaikannya sebagai pemegang kekuasaan
sekaligus pengendali keadilan bagi bangsa ini.

a. Kasus pelanggaran HAM yang bersifat berat, meliputi :

1) Pembunuhan masal

2)  Pembunuhan sewenang-wenang atau di luar putusan pengadilan

3)  Penyiksaan

4)  Penghilangan orang secara paksa

5)  Perbudakan atau diskriminasi yang dilakukan secara sistematis

  b. Kasus pelanggaran HAM yang biasa, meliputi :

1.      Pemukulan

2.      Penganiayaan

3.      Pencemaran nama baik

4.      Menghalangi orang untuk mengekspresikan pendapatnya

5.      Menghilangkan nyawa orang lain

Penindakan terhadap pelanggaran HAM dilakukan melalui proses peradilan HAM


mulai dari penyelidikan, penyidikan, penuntutan, dan persidangan terhadap
pelanggaran yang terjadi harus bersifat nondiskriminatif dan berkeadilan. Pengadilan
HAM merupakan pengadilan khusus yang berada di lingkungan Pengadilan Umum.
Pengadilan HAM berkedudukan di daerah kabupaten atau daerah kota yang daerah
hukumnya meliputi daerah hokum Pengadilan Negeri yang bersangkutan.
Pengadilan HAM bertugas memeriksa dan memutus perkara pelanggaran hak asasi
manusia yang berat. Pengadilan HAM berwewenang juga memeriksa dan
memutuskan perkara pelanggaran hak asasi manusia yang berada dan dilakukan
diluar batas territorial wilayah Negara Republik Indonesia oleh warga Negara
Indonesia.

2.2 Rule Of Law

Rule of law adalah suatu doktrin hukum yang mulai muncul pada abad ke-
19, bersamaan dengan kelahiran negara konstitusi dan demokrasi. Ia lahir sejalan
dengan tumbuh suburnya demokrasi dan meningkatnya peren parlemen dalam
penyelenggaraan negara dan sebagai reaksi sebagai negara absolut yang berkembamng
sebalumnya. Rule of law  merupakan konsep tentang cammon law dimana segenap
lapisan masyarakat dan negara beserta seluruh kelembagaannya menjunjung tinggi
supremasi hukum yang dibangun di atas prinsip keadilan dan egalitarin. Rule of
law adalah rule by the law dan bukan rule by the man. Ia lahir mengambil alih dominasi
yang dimiliki kaum gereja ningrat, dan kerajaan; menggeser negara kerajaan; dan
memunculkan negara konstitusi, asal lahirnya doktrin rule of law. 

Ada tidaknya rule of law dalam suatu negara ditentukan oleh kenyataan apakah
rakyatnya benar-benar menikmati keadilan, dalam arti perlakuaan yang adil, baik
sesama warga negara maupun pemerintah. Oleh karena itu, pelaksanaan kaidah-kaidah
hukum yang berlaku disuatu negara merupakan suatu premis bahwa kaidah-kaidah
yang dilaksanakan itu merupakan hukum yang adil, artinya kaidah hukum yang
menjamin perlakuan yang adil bagi masyarakat.
2.2.1 Pengertian dan Lingkup Rule Of Law

Friedman (1995) membedakan rule of law menjadi dua, yaitu pengertian


secara formal (in the formal sense) dan pengertian secara
hakiki/materiil (ideologikal). Secara formal, rule of law diartikan sebagai kekuasaan
umum yang terorganisasi (organized public power), misalnya negara. Sementara
itu , secara hakiki, rule of law terkait dengan penegakan rule of law karena
menyangkut ukuran hukum

2.2.2 Prinsip-prinsip Rule of Law

 Pengertian Rule of Law tidak dapat dipisahkan dengan pengertian negara


hukum atau rechts staat. Meskipun demikian dalam negara yang menganut sistem
Rule of Law harus memiliki prinsip-prinsip yang jelas, terutama dalam hubungannya
dengan realisasi Rule of Law itu sendiri. Menurut Albert Venn Dicey dalam
“Introduction to the Law of The Constitution, memperkenalkan istilah the rule of law
yang secara sederhana diartikan sebagai suatu keteraturan hukum. Menurut Dicey
terdapat 3 unsur yang fundamental dalam Rule of Law, yaitu:

1. supremasi aturan aturan hukum,tidak adanya kekuasaan sewenang-wenang,


dalam arti seseorang hanya boleh dihukum, jikalau memang melanggar
hukum;
2. kedudukanmya yang sama dimuka hukum. Hala ini berlaku baik bagi
masyarakat biasa maupun pejabat negara; dan
3. terjaminnya hak-hak asasi manusia oleh Undang-Undang serta keputusan
pengadilan.

A. Prinsip Secara Formal di Indonesia

            Di Indonesia, prinsip-prinsip rule of law secara folmal tertera dalam


pembukaan UUD 1945. Prinsip-prinsip tersebut pada hakikatnya merupakan
jaminan secara formal terhadap “rasa keadilan” bagi rakyat Indonesia dan juga
”keadilan sosial” sehingga pembukaan UUD 1945 bersifat tetap dan instruktif
bagi penyelenggaraan negara. Dengan demikian, inti rule of law adalah jaminan
keadilan bagi masyarakat, terutama keadilan sosial. Prinsip-prinsip diatas
merupakan dasar
  Penjabaran prinsip-prinsip rule of law secara formal termuat didalam pasal-pasal
UUD 1945, yaitu sebagai berikut.

1. Negara Indonesia adalah negara hukum (pasal 1 ayat 3)


2. Kekuasaan kehakiman merupakan kekuasaan yang merdeka untuk
menyelenggarakan peradilan guna menegakkan hukum dan keadilan (pasal 24
ayat 1)
3. Segala warga negara bersamaan kedudukannya didalam hukum dan
pemerintahan dan wajib menjunjug hukum dan pemerintahan itu dengan tidak
ada kecualinya (pasal 27 ayat 1).
4. Bab X A tentang Hak Asasi Manusia, memuat sepuluh pasal, antara lain
bahwa setiap orang berhak atas pengakuan,  jaminan, perlindungan, dan
kepastian hukum yang adil serta perlakuan yang sama di hadapan hukum
(pasal 28 D ayat 1).
5. Setiap orang berhak untuk bekerja serta mendapat imbalan dan perlakuan yang
adil dan layak dalam hubungan kerja (pasal 28 D ayat 2).

B.  Prinsip-prinsip Secara Hakiki dalam Penyelenggaraan Pemerintahan

          Prinsip-prinsip rule of law secara hakiki (materiil) sangat erat kaitannya


dengan  “the enforcement of the rules of law” dalam penyelenggaraan
pemerintahan, terutama dalam hal penegakan hukum dan implementasi prinsip-
prinsip rule of law. Berdasarkan pengalaman diberbagai negara dan hasil
kajian, keberhasilan “the enforcement of the rules of law” tergantung kepada
kepribadian nasional masing-masing bangsa (sunarjati hartono,1982). Hal ini
didukung oleh kenyataan bahwa rule of law merupakan institusi sosial yang
memiliki struktur sosiologi yang khas dan akar budaya yang khas pula. 

Rule of law ini juga merupakan legalisme, suatu aliran pemikiran hukum yang


didalamnya terkamdung wawasan sosial, gagasan tentang hubungan antar
manusia, masyarakat dan negara sehingga memuat nilai-nilai tertentu yang
memiliki struktur sosiologisnya sendiri. Legalisme tersebut mengandung gagasan
bahwa keadilan dapat dilayani melalui perbuatan sistem peraturan dan prosedur
yang sengaja bersifat objektif, dan tidak memihak, tidak personal, dan
otonom. Secara kuantitatif, peraturan perundang-undangan yang terkait
dengan rule of law telah banyak dihasilkan di negara kita, namun
implementasi/penegaknya belum mencapai hasil yang optimal sehingga rasa
keadilan sebagai  prwujudan pelaksanaan rule of law belum dirasakan oleh
sebagian besar masyarakat.

2.2.3 Strategi Pelaksanaan (Pengembangan) Rule Of Law

Agar pelaksanaan (Pengembangan) rule of law berjalan efektif sesuai dengan yang
diharapkan, perlu diterapkan hal-hal berikut:

1. Keberhasilan “the enforcement of the rules of law” harus didasarkan pada corak
masyarakat hukum yang bersangkutan dan kepribadian nasional masing-masing
bangsa.
2. Rule of law yang merupakan institusi sosial harus didasarkan pada akar budaya
yang tumbuh dan berkembang pada bangsa.
3. Rule of law sebagai suatu legalisme yang membuat wawasan
sosial, gagasan  tentang hubungan antar manusia, masyarakat dan negara, harus
dapat ditegakkan secara adil dan hanya memihak kepada keadilan.

                 Untuk mewujudkan hal tersebut, perlu dikembangkan hukum


progresif (Satjipto Rahardjo,2004), yang memihak hanya kepada keadilan itu
sendiri, bukan sebagai alat politik yang memihak  kepada kekuasaan seperti yang
selama ini diperhatikan. Hukum progresif merupakan gagasan yang ingin mencari cara
untuk mengatasi keterpurukan hukum di Indonesia secara lebih bermakna. Asumsi
dasar hukum progresif, yaitu “Hukum adalah untuk manusia”, bukan
sebaliknya, hukum bukan merupakan institusi yang absolut yang final. Hukum selalu
berada dalam proses untuk terus-menerus  menjadi (law as process, Law in the
making). Hukum progresif memuat kandungan moral yang sangat kuat karena tidak
ingin menjadikan hukum sebagai teknologi yang tidak bernurani, melainkan suatu
institusi yang bermoral, yaitu kemanusiaan. Hukum progresif peka terhadap perubahan-
perubahan dan terpanggil untuk tampil melindungi rakyat untuk menuju hukum yang
ideal. Hukum progresif menolak keadaan status quo. Ia merasa bebas untuk mencari
format, pikiran, asas, serta aksi-aksi karena “Hukum untuk manusia.
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Berdasarkan isi dari pembahasan diatas, dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut :
1)      Hak Asasi Manusia adalah hak yang melekat pada diri manusia yang bersifat kodrati
dan fundamental sebagai anugrah dari Tuhan yang harus dihormati, dijaga dan
dilindungi oleh setiap individu
2)      Rule of Law adalah gerakan masyarakat yang menghendaki bahwa kekuasaan raja
maupun penyelenggara negara harus dibatasi dan diatur melalui suatu peraturan
perundang-undangan dan pelaksanaan dalam hubungannya dengan segala peraturan
perundang-undangan
3)      Dalam peraturan perundang undangan RI paling tidak terdapat empat bentuk hokum
tertulis yang memuat aturan tentang HAM. Pertama, dalam konstitusi (Undang-
undang Dasar Negara). Kedua, dalam ketetapan MPR (TAP MPR). Ketiga, dalam
Undang-undang. Keempat, dalam peraturan pelaksanaan perundang-undangan
seperti peraturan pemerintah, keputusan presiden dan peraturan pelaksanaan lainnya.
4)      Pelanggaran Hak Asasi Manusia adalah setiap perbuatan seseorang atau kelompok
orang termasuk aparat negara, baik disengaja maupun tidak disengaja atau kelalaian
yang secara hukum mengurangi, menghalangi, membatasi dan atau mencabut hak
asasi manusia seseorang atau kelompok orang yang dijamin oleh undang-undang dan
tidak mendapatkan atau dikhawatirkan tidak akan memperoleh penyesalan hukum
yang adil dan benar berdasarkan mekanisme hukum yang berlaku.
3.2 Saran
Kepada para pembaca agar lebih banyak mencari informasi tentang HAM dan Rule
of Law untuk memahami kedua aspek pembahasan tersebut.
DAFTAR PUSTAKA

Herdiawan, H., & Hamdayama, J. (2010). Cerdas, Kritis, dan Aktif


Berwargannegara. Jakarta: Erlangga.
Kaelan. (2007). Pendidikan Kewarganegaraan. Jogjakarta: Paradigma.
Raika, Tika.2012.Pengertian-hak-asasi-manusia.        (diakses lewat internet)
inforingankita.blogspot.com/.../
Chieva,C.”Perkembangan dan pemikiran ham di Indonesia”.2012. (diakses lewat internet)
chieva-chiezchua.blogspot.com
http://ahanlemurian.blogspot.com/2016/06/makalah-ham-dan-rule-of-law.htm

Anda mungkin juga menyukai