Anda di halaman 1dari 12

RULE OF LAW DAN HAM

Disusun oleh:

Dimas Adi Nugroho

NIM : 2022201100008

PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL


UNIVERSITAS TULUNGAGUNG
TAHUN 2020
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah segala puji bagi Allah SWT, Tuhan semesta alam, yang telah memberikan
kesehatan kepada kita sekalian, hanya kepada-Nya kita berlindung dan memohon pertolongan.
Shalawat dan salam semoga selalu tercurahkan kepada Uswatun Hasanah kita Nabi Besar
Muhammad Saw beserta keluarga, sahabat serta pengikutnya sepanjang masa.
Alhamdulillah telah terselesaikannya tugas makalah pada mata kuliah “PENDIDIKAN
KEWARGANEGARAAN” dengan judul “RULE OF LAW dan HAK ASASI MANUSIA”
Semoga dengan adanya tugas ini dapat memberikan manfaat kepada kita semua, Amin  ya
rabbal’alamin.

Tulungagung, 23 November 2020

Penulis

DIMAS ADI NUGROHO


DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR....................................................................................................................
DAFTAR ISI....................................................................................................................................
BAB I : PENDAHULUAN.............................................................................................................
1. Latar Belakang…..........................................................................................................................
2. Rumusan Masalah.........................................................................................................................
3. Tujuan............................................................................................................................................
BAB II : PEMBAHASAN..............................................................................................................
       A. Rule Of Law.................................................................................................................................
       B. Hak Asasi Manusia ......................................................................................................................
       C. HAM di Indonesia........................................................................................................................
Bab III : PENUTUP.......................................................................................................................
       1. Kesimpulan...................................................................................................................................
DAFTAR PUTAKA........................................................................................................................
BAB I
 PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
          Rule of law adalah suatu doktrin hukum yang mulai muncul pada abad ke-19, bersamaan
dengan kelahiran negara konstitusi dan demokrasi. HAM adalah hak-hak yang melekat pada diri
manusia dan tanpa hak-hak itu, manusia tidak dapat hidup layak sebagai manusia. Oleh karena
itu sebagai Negara yang menggunakan sistem demokrasi, kita diharapkan mengetahui teori
tentang Rule OfLow dan HAM, agar sebagai Negara demokrasi kita mampu membagun
Indonesia ini jadi lebih baik.

2. Rumusan Masalah
     a. Apa teori tentang Rule Of Law?
     b. Apa pengertian Hak Asasi Manusia ?
     c. Bagaimana Hak Asasi Manusia di Indonesia?

3. Tujuan
     1. Mengetahui teori tentang Rule Of Law.
     2. Mengetahui pengertian Hak Asasi Manusia.
     3. Mengetahui bagaimana Hak Asasi Manusia di Indonesia.

BAB II
PEMBAHASAN
A. RULE OF LAW

Rule of law adalah suatu doktrin hukum yang mulai muncul pada abad ke-19, bersamaan
dengan kelahiran negara konstitusi dan demokrasi. Ia lahir sejalan dengan tumbuh suburnya
demokrasi dan meningkatnya peren parlemen dalam penyelenggaraan negara dan sebagai reaksi
sebagai negara absolut yang berkembamng sebalumnya. Rule of law  merupakan konsep
tentang cammon law dimana segenap lapisan masyarakat dan negara beserta seluruh
kelembagaannya menjunjung tinggi supremasi hukum yang dibangun di atas prinsip keadilan
dan egalitarin. Rule of law adalah rule by the law dan bukan rule by the man. Ia lahir mengambil
alih dominasi yang dimiliki kaum gereja ningrat, dan kerajaan; menggeser negara kerajaan; dan
memunculkan negara konstitusi, asal lahirnya doktrin rule of law. Ada tidaknya rule of law
dalam suatu negara ditentukan oleh kenyataan apakah rakyatnya benar-benar menikmati
keadilan, dalam arti perlakuaan yang adil, baik sesama warga negara maupun pemerintah. Oleh
karena itu, pelaksanaan kaidah-kaidah hukum yang berlaku disuatu negara merupakan suatu
premis bahwa kaidah-kaidah yang dilaksanakan itu merupakan hukum yang adil, artinya kaidah
hukum yang menjamin perlakuan yang adil bagi masyarakat.
1. Pengertian dan Lingkup Rule Of Law

Friedman (1995) membedakan rule of law menjadi dua, yaitu pengertian secara


formal (in the formal sense) dan pengertian secara hakiki/materiil (ideologikal). Secara
formal, rule of law diartikan sebagai kekuasaan umum yang terorganisasi (organized public
power), misalnya negara. Sementara itu , secara hakiki, rule of law terkait dengan penegakan rule
of law karena menyangkut ukuran hukum yang baik dan buruk (just and unjust law). Rule of law
terkait erat dengan keadilan sehingga rule of law harus menjamin keadilan yang dirasakan oleh
masyarakat/bangsa.
Rule of law merupakan suatu legalisme sehingga mengandung gagasan bahwa keadilan
dapat dilayani melalui perbuatan sistem peraturan dan prosedur yang bersifat objektif, dan tidak
memihak, tidak personal, dan otonom.

2. Prinsip-prinsip Rule Of  Law

a. Prinsip Secara Formal di Indonesia


      Di Indonesia, prinsip-prinsip rule of law secara folmal tertera dalam pembukaan UUD
1945. Prinsip-prinsip tersebut pada hakikatnya merupakan jaminan secara formal terhadap “rasa
keadilan” bagi rakyat Indonesia dan juga ”keadilan sosial” sehingga pembukaan UUD 1945
bersifat tetap dan instruktif bagi penyelenggaraan negara. Dengan demikian, inti rule of
law adalah jaminan keadilan bagi masyarakat, terutama keadilan sosial. Prinsip-prinsip diatas
merupakan dasar hukum pengambilan kebijakan bagi penyelenggara negara/pemerintahan, baik
di tingkat pusat maupun daerah, yang berkaitan dengan jaminan atas rasa keadilan terutama
keadilan sosial.
 
         Penjabaran prinsip-prinsip rule of law secara formal termuat didalam pasal-pasal UUD
1945, yaitu sebagai berikut.
 Negara Indonesia adalah negara hukum (pasal 1 ayat 3)
 Kekuasaan kehakiman merupakan kekuasaan yang merdeka untuk menyelenggarakan
peradilan guna menegakkan hukum dan keadilan (pasal 24 ayat 1).
 Segala warga negara bersamaan kedudukannya didalam hukum dan pemerintahan dan wajib
menjunjug hukum dan pemerintahan itu dengan tidak ada kecualinya (pasal 27 ayat 1).
 Bab X A tentang Hak Asasi Manusia, memuat sepuluh pasal, antara lain bahwa setiap orang
berhak atas pengakuan,  jaminan, perlindungan, dan kepastian hukum yang adil serta
perlakuan yang sama di hadapan hukum (pasal 28 D ayat 1).
 Setiap orang berhak untuk bekerja serta mendapat imbalan dan perlakuan yang adil dan
layak dalam hubungan kerja (pasal 28 D ayat 2).          

b. Prinsip-prinsip Secara Hakiki dalam Penyelenggaraan Pemerintahan


   
         Prinsip-prinsip rule of law secara hakiki (materiil) sangat erat kaitannya dengan  “the
enforcement of the rules of law” dalam penyelenggaraan pemerintahan, terutama dalam hal
penegakan hukum dan implementasi prinsip-prinsip rule of law. Berdasarkan pengalaman
diberbagai negara dan hasil kajian, keberhasilan “the enforcement of the rules of law” tergantung
kepada kepribadian nasional masing-masing bangsa (sunarjati hartono,1982). Hal ini didukung
oleh kenyataan bahwa rule of law merupakan institusi sosial yang memiliki struktur sosiologi
yang khas dan akar budaya yang khas pula. Rule of law ini juga merupakan legalisme, suatu
aliran pemikiran hukum yang didalamnya terkamdung wawasan sosial, gagasan tentang
hubungan antar manusia, masyarakat dan negara sehingga memuat nilai-nilai tertentu yang
memiliki struktur sosiologisnya sendiri. Legalisme tersebut mengandung gagasan bahwa
keadilan dapat dilayani melalui perbuatan sistem peraturan dan prosedur yang sengaja bersifat
objektif, dan tidak memihak, tidak personal, dan otonom. Secara kuantitatif, peraturan
perundang-undangan yang terkait dengan rule of law telah banyak dihasilkan di negara
kita, namun implementasi/penegaknya belum mencapai hasil yang optimal sehingga rasa
keadilan sebagai  prwujudan pelaksanaan rule of law belum dirasakan oleh sebagian besar
masyarakat.

3. Strategi Pelaksanaan (Pengembangan) Rule Of Law


   
         Agar pelaksanaan (Pengembangan) rule of law berjalan efektif sesuai dengan yang
diharapkan, perlu diterapkan hal-hal berikut:
 Keberhasilan “the enforcement of the rules of law” harus didasarkan pada corak masyarakat
hukum yang bersangkutan dan kepribadian nasional masing-masing bangsa.
 Rule of law yang merupakan institusi sosial harus didasarkan pada akar budaya yang
tumbuh dan berkembang pada bangsa.
 Rule of law sebagai suatu legalisme yang membuat wawasan sosial, gagasan  tentang
hubungan antar manusia, masyarakat dan negara, harus dapat ditegakkan secara adil dan
hanya memihak kepada keadilan.

      Untuk mewujudkan hal tersebut, perlu dikembangkan hukum progresif (Satjipto


Rahardjo,2004), yang memihak hanya kepada keadilan itu sendiri, bukan sebagai alat politik
yang memihak  kepada kekuasaan seperti yang selama ini diperhatikan. Hukum progresif
merupakan gagasan yang ingin mencari cara untuk mengatasi keterpurukan hukum di Indonesia
secara lebih bermakna. Asumsi dasar hukum progresif, yaitu “Hukum adalah untuk
manusia”, bukan sebaliknya, hukum bukan merupakan institusi yang absolut yang final. Hukum
selalu berada dalam proses untuk terus-menerus  menjadi (law as process, Law in the
making). Hukum progresif memuat kandungan moral yang sangat kuat karena tidak ingin
menjadikan hukum sebagai teknologi yang tidak bernurani, melainkan suatu institusi yang
bermoral, yaitu kemanusiaan. Hukum progresif peka terhadap perubahan-perubahan dan
terpanggil untuk tampil melindungi rakyat untuk menuju hukum yang ideal. Hukum progresif
menolak keadaan status quo. Ia merasa bebas untuk mencari format, pikiran, asas, serta aksi-aksi
karena “Hukum untuk manusia.
Arah dan watak hukum yang dibangun harus berada dalam hubungan yang sinergis
dengan kekayaan yang dimiliki bangsa Indonesia atau “back to law and order”, yang berarti
kembali kepada orde hukum dan  ketaatan dalam konteks Indonesia. Artinya, bangsa Indonesia
harus berani mengangkat “Pancasila” sebagai alternatif dalam membangun negara
berdasarkan  versi Indonesia sehingga dapat menjadi “rule of moral”  atau  “rule of justice”  yang
bersifat  “ke-Indonesia-an”  yang lebih mengedepankan olah hati nurani daripada otak, atau lebih
mengedepankam komitmen moral.

B. Hak Asasi Manusia (HAM)

HAM adalah hak-hak yang melekat pada diri manusia dan tanpa hak-hak itu, manusia
tidak dapat hidup layak sebagai manusia. Hak tersebut diperoleh bersama dengan kelahirannya
atau kehadirannya didalam kehidupan masyarakat (Tilaar, 2001). HAM bersifat umum
(universal) karena di yakini bahwa beberapa hak dimiliki tanpa perbedaan atas bangsa, ras, atau
jenis kelamim. HAM juga bersifat supralegal, artinya tidak tergantung pada adanya suatu negara
atau undang-undang dasar, kekuasaan pemerintah, bahkan memiliki kewenangan lebih tinggi
karena berasal dari sumber yang lebih tinggi (Tuhan). UU No.39 Tahun 1999 Tentang HAM
mendefinisikan HAM sebagai seperngkat hak yang melekat pada hakikat keberadaan manusia
sebagai makhluk Tuhan Yang Maha Esa.
Hendarmin Ranadireksa memberikan definisi mengenai hak asasi manusia, yaitu pada
hakikatnya hak asasi manusia adalah seperangkat ketentuan atau aturan untuk melindungi warga
negara mdari kemungkinan penindasan, pemasungan, atau pembatasan ruang gerak warga negara
oleh negara. Artinya, ada pembatasan-pembatasanm tertentu yang diberlakukan pada negara agar
hak warga negara yang paling hakiki terlindungi dari kesewenang-wenangan kekuasaan.

1. Ciri pokok hakikat HAM


 HAM tidak perlu diberikan, dibeli maupun diwarisi.HAM merupakan bagian dari
manusia secara otomatis .
  HAM berlaku untuk semua orang tanpa memandang jenis
kelamin, ras, agama, etnis, pandangan politik, atau asal-usul sosial bangsanya.
  HAM tidak bisa dilanggar.Tidak sdorangpun mempunyai hak untuk melanggar dan
membatasi hak orang lain.

2. Macam-macam hak asasi


    Berikut ini adalah hak asasi manusia secara umum.
 Hak asasi manusia menurut sifat/masyarakat pada umumnya, hak asasi manusia dapat
dibagi enam macam,yaitu:
 Hak asasi pribadi (personal right)  yang meliputi kebebasan menyatakan
pendapat, kebebasan memeluk agama, kebebasan bergerak, dan sebagainya.
  Has asasi ekonomi (proverty right), yaitu hak untuk memiliki sesuatu, membeli, dan
menjual sesuatu serta memanfaatkannya.
 Hak asasi politik (political right), yaitu hak untuk ikut serta dalam pemerintahan, hak
memilih (hak memilih dan dipilih dalam pemilu), hak untuk mendirikan partai politik
dan sebagainya.
  Hak asasi untuk mendapatkan perlakuan yang sama dalam hukum dan
pemerintahan (right legal equality)
 Hak asasi sosial dan kebudayaan (social and culture right), yaitu hak untuk memilih
pendidikan, hak untuk mengembangkan kebudayaan dan sebagainya.
 Hak asasi untuk mendapatkan perlakuan tata cara peradilan dan perlidungan (procedural
 

right), misalnya perlakuaan dalam hal


penahanan. penangkapan, penggeledahan, peradilan, dan sebagainya.

3.  HAM pada tatanan global


            Sebelum konsep HAM diratifikasi PBB, terdapat beberapa konsep utama mengenai
HAM, yaitu sebagai berikut:
 HAM menurut negara-negara barat
 Ingin meninggalkan konsep yang mutlak.
  Ingin mendirikan federasi rakyat yang bebas, negara sebagai koordinator dan pengawas.
 Filosofi dasarnya adalah hak asasi tertanam pada diri individu manusia.
 Hak asasi lebih dulu ada dari pada tatanan negara

 HAM menurut konsep sosialis


 Hak asasi hilang dari individu dan terintegrasi dalam masyarakat.
 Hak asasi manusia tidak ada sebalun negara ada.
 Nagara berhak membatasi hak asasi manusia apabila situasi menghendaki.

 HAM menurur konsep bangsa-bangsa Asia dan Afrika


 Tidak boleh bertentangan dengan ajaran agama/sesuai dengan kodratnya.
  Masyarakat sebagai keluarga besar, artinya penghomatan utama kepada kepala kelurga.

  Individu tunduk kepada kepala adat yang menyangkut tugas dan kewajiban sebagai

anggota masyarakat.

 HAM menurut konsep PBB


              Konsep HAM ini dibidani oleh sebuah komisi PBB yang dipimpin oleh Eleanor
Roosevelt dan secara resmi di sebut Universal Declaration of Human Right. Didalamnya
dijelaskan tentang hak-hak sipil, politik, ekonomi, sosial, dan kebudayaan yang dinikmati
manusia di dunia yang mendorong penghargaan terhadap hak-hak asasi manusia sejak tahun
1957,  konsep HAM tersebut dilengkapi dengan 3 perjanjian, yaitu:
Hak ekonomi sosial dan budaya,
 Perjanjian internasional tentang hak sipil dan politik,
 Protokol opsional bagi perjajian hak sipil dan politik internasional.
 Pada sidang Umum PBB tanggal 16 Desember 1966 ketiga dokomen tersebut diterima
dan diratifikasi.

 Ruang lingkup hak asasi manusia itu sendiri adalah:


 Hak untuk hidup
 Hak untuk memperoleh pendidikan
 Hak untuk hidup bersama-sama seperti orang lain
 Hak untuk mendapatkan perlakuan yang sama
 Hak untuk mendapatkan pekerjaan
C. HAM di Indonesia

Permasalahan dan Penegakannya
            Sejalan dengan amanat konstitusi, Indonesia perpandangan bahwa pemajuan dan
perlindungan HAM harus didasarkan pada prinsip bahwa hak-hak sipil, politik, ekonomi, dan
sosial budaya, hak dan pembangunan merupakan satu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan, baik
dalam penerapan, pemantauan, dan pelaksanaannya.
HAM di Indonesia didasarkan pada konstitusi NKRI, yaitu: Pembukaan UUD 1945
(alenia 1), Pancasila ke-4, Batang tubuh UUD 1945 (pasal 27,29,dan 30), UU No.39 Tahun 1999
tentang HAM, dan UU No.26 Tahun 2000 Tentng pengadilan HAM. HAM di Indonesia
menjamin hak untuk hidup, hak berkeluarga dan melanjutkan keturunan, hak mengembangkan
diri, hak memperoleh keadilan, hak atas kebebasan, hak atas rasa aman, hak atas
kesejahteraan, hak turut serta dalam pemerintahan, hak wanita dan hak anak.
Program penegakan hukum dan HAM (PP No.7 tahun 2005) meliputi penberantasan
koropsi,  antiterorisme, dan pembasmian penyalah gunaan narkotika dan obat berbahaya. Oleh
sebab itu, penegakan hukum dan HAM harus dilakukan secara tegas, tidak diskriminatif, dan
konsisten.

 Lembaga penegak HAM


            Hak asasi manusia merupakan hak yang harus dilindungi,baik oleh individu, masyarakat
maupun oleh negara. Hal ini dikarenakan hak asasi manusia merupakan hak paling asasi yang
dimiliki oleh manusia sebagai anugerah yang di berikan oleh Tuhan. Oleh sebab itu HAM harus
dijaga, dihormati dan ditegakkan dalam kehidupan bermasyrakat dan bernegara
Untuk merealisasikan penegakkan HAM di Indonesia,di Indonesia telah dibentuk suatu
komisi mengenai hak asasi manusia. Dasar hukum bagi penegakan HAM di Indonesia sudah
sangat jelas, baik melalui UUD, ketetapan MPR maupun perundang-undangan, baik yang sudah
disahkan maupun ratifikasi dan konversi hak asasi manusia yang ada di dunia internasional.

 Komisi Nasional (Komnas) HAM


            Komnas HAM adalah lembaga mandiri yang kedudukannya setingkat dengan lembaga
negara lainnya yang berfungsi untuk melaksanakan perjanjian, penelitian
penyuluhan, pemantauan, dan mediasi hak asasi manusia.

 Tujuan Komnas HAM


            Tujuan Komnas HAM antara lain:
·      Mengembangkan kodisi yang kondosif bagi pelaksanaan hak asasi manusia sesuai dengan
pancasila, UUD 1945, dengan piagam PBB, serta deklarasi Unuversal Hak Asasi Manusia.
·      Meningkatkan perlindungan dan penegakan hak asasi manusia guna berkembangnya pribadi
manusia Indonesia seutuhnya dan kemampuannya berpartisipasi dalam berbagai bidang
kehidupan.
 Wewenang Komnas HAM
 Wewenang dalam bidang pengkajian penelitian
 Wewenang dalam bidang penyuluhan
 Wewenang dalam bidang mediasi
 Pengadilan HAM
            Dalam rangka penegakan HAM, komnas HAM melakukan pemanggilan saksi dan pihak
kejaksaan yang melakukan penuntutan di pengadilan HAM. Menurut pasal 104 UU HAM,untuk
mengadili pelanggaran hak asasi manusia yang berat, dibentuk pengadilan HAM dilingkungan
peradilan umum, yaitu pengadilan negeri dan pengadilan tinggi.

 Pelanggaran Hak Asasi Manusia


            Menurut UU No.26 tahun 2000 tentang pengadilan HAM, yang dimaksud dengan
pelanggaran HAM adalah setiap perbuatan seseorang atau sekelompok orang, termasuk aparat
negara, baik disengaja atau kelalaian yang secara hukum
mengurangi, menghalangi, membatasi, dan atau mencabut hak asasi manusia seseorang atau
sekelompok orang yang dijamin oleh Undang-undang ini, dan tidak didapatkan,atau
dikhawatirkan tidak akan memperoleh penyelesaian hukum yang adil dan benar berdasarkan
hukum mekanisme yang berlaku.
Dengan demikian, pelanggaran HAM merupakan tindakan pelanggaran
kemanusiaan, baik dilakukan oleh individu maupun oleh institusi negara atau institusi lainnya
terhadap hak asasi individu lain tanpa ada dasar atau alasan yuridis dan alasan rasional yang
menjadi pijakannya.
Pelanggaran HAM dikelompokkan dalam dua bentuk pelanggaran, yaitu pelanggaran
HAM berat dan pelanggaran HAM ringan. Pelanggaran HAM berat meliputi kejahatan genocide
dan kejahatan kemanusiaan, sedangkan pelanggaran HAM ringan adalah selain dari dua bentuk
pelanggaran HAM berat itu.
Menurut UU No.26 Tahun 2000,yang dimaksud kejahatan genocede adalah setiap
perbuatan yang dilakukan dengan maksud untuk menghancurkan atau memusnahkan seluruh
atau sebagian kelompok bangsa, ras, kelompok etnis, dan kelompok agama. Kejahatan genocide
dilakukan dengan cara:
1. Membunuh anggota kelompok,
2. Mengakibatkan penderitaan fisik atau mental yang berat terhadap anggota-anggota
kelompok,
3. Menciptakan kondisi kehidupan kelompok yang akam mengakibatkan kemusnahan fisik
baik seluruh atau sebagiannya,
4. Memaksakan tindakan-tindakan yang bertujuan mencegah kelahiran didalam kelompok,
5. Memindahkan secara paksa anak-anak dari kelompok tertentu kekelompok yang lain.

Sementara itu, kejahatan kemanusiaan menurut UU No.26 tahun 2000 merupakan salah


satu perbuatan yang dilakukan sebagai bagian dari serangan yang meluas atau sitematik yang
diketahuinya bahwa serangan tersebut ditunjukkan secara langsung terhadap penduduk sipil
berupa:
1. Pembunuhan,
2. Pemusnahan,
3. Pebudakan,
4. Pengusiran atau pemindahan penduduk secara paksa,
5. Perampasan kemerdekaan atau perampasan fisik lain secara sewena-wenang yang
melanggar (asas-asas) ketentuan pokok hukum internasional,
6. Penyiksaan,
7. Perkosaan, perbudakan seksual, pelacuran secara paksa, pemaksaan
kehamilan, pemanduan atau strilisasi secara paksa atau bentuk-bentuk kekerasan seksual
lain yang setara,
8. Penganiyaan terhadap suatu kelompok tertentu atau perkumpulan yang didasari
persamaan paham politik, ras, kebangsaan, etnis, budaya,

Agama, jenis kelamin atau alasan lain yang telah diakui secara universal sebagai hal yang
dilarang menurut hukum internasional,
a) Penghilangan orang secara paksa,
b) Kejahatan apartheid.

Pelanggaran hak asasi manusia dapat dilakukan, baik secara aparatur negara (state


actor) maupun bukan aparatur negara. Oleh karena itu, peniidakan terhadap pelanggaran hak
asasi manusia tidak boleh hanya ditunjukan terhadap aparatu negara, tetapi juga pelanggaran
yang bukan dilakukan oleh aparatur negara.
Penindakkan terhadap pelanggar hak asasi manusia dilakukan melalui suatu proses
peradilan HAM mulai dari penyelidukan, penyidikan, penuntutan dan persidangan terhadap
pelanggaran yang terjadi harus bersifat nondiskriminatif dan berkeadilan. Pengadilan HAM
merupakan pengadilan khusus yang berada di lingkungan peradilan umum.
Untuk proses pemeriksaan dan pemutusan perkara pelanggaran HAM yang
berat, pemerintah atas usul DPR membentuk pengadilan ad hoc yang berada dilingkungan
peradilan umum. Disamping adanya pengadilan HAM ad hoc, dalam UU ini disebutkan juga
keberadaan Komisi kebenaran dan Rekonsiliasi sebagaimana dimaksud dalam ketetapan MPR RI
No.V/MPR/2000 tentang persiapan dan kesatuan nasional.
Komisi kebenaran dan Rekonsiliasi yang akan di bentuk dengan Undang-undang sebagai
lembaga ekstra yudisial yang dim tetapkan dengan undang-undang bertugas untuk menetapkan
kebenaran dengan mengunkapkan penyalahgunaan kekuasaan dan pelanggaran hak asasi
manusia pada masa lampau, sesuai dengan ketentuan hukum dan  perundangan yang berlaku dan
melaksanakan Rekonsiliasi dalam perspekif kepentingan bersama sebagai bangsa.
Pengadilan HAM bertugas memeriksa dan memutus perkara pelanggaran hak asasi
manusia yang berat. Sementara itu, wewenangnya adalah memeriksa dan memutuskan perkara
pelanggaran HAM yang berat yang dilakukan seseorang yang berumur dibawah 18 tahun pada
saat kejahatan dilakukan. Dalam pelaksanaan peradilan HAM,  pengadilan HAM menempuh
proses pengadilan melalui hukum acara pengadilan HAM sebagaimana terdapat dalam UU
peradilan HAM.

 Hambatan Penegakan HAM


 Faktor kondisi sosial budaya,
 Faktor komonikasimdan informasi,
 Faktor kebijakan pemerintah,
 Faktor perangkat perundangan,
 Faktor aparat dan penindakan.
BAB III
PENUTUP
1. Kesimpulan
            Rule of law adalah suatu doktrin hukum yang mulai muncul pada abad ke-19, bersamaan
dengan kelahiran negara konstitusi dan demokrasi. Ia lahir sejalan dengan tumbuh suburnya
demokrasi dan meningkatnya peren parlemen dalam penyelenggaraan negara dan sebagai reaksi
sebagai negara absolut yang berkembamng sebalumnya.
             Friedman (1995) membedakan rule of law menjadi dua, yaitu pengertian secara
formal (in the formal sense) dan pengertian secara hakiki/materiil (ideologikal). Secara
formal, rule of law diartikan sebagai kekuasaan umum yang terorganisasi (organized public
power). secara hakiki, rule of law terkait dengan penegakan rule of law karena menyangkut
ukuran hukum yang baik dan buruk (just and unjust law). Rule of law terkait erat dengan
keadilan sehingga rule of law harus menjamin keadilan yang dirasakan oleh masyarakat/bangsa.
            HAM adalah hak-hak yang melekat pada diri manusia dan tanpa hak-hak itu, manusia
tidak dapat hidup layak sebagai manusia. Hak tersebut diperoleh bersama dengan kelahirannya
atau kehadirannya didalam kehidupan masyarakat (Tilaar, 2001). HAM bersifat umum
(universal) karena di yakini bahwa beberapa hak dimiliki tanpa perbedaan atas bangsa, ras, atau
jenis kelamim. HAM juga bersifat supralegal, artinya tidak tergantung pada adanya suatu negara
atau undang-undang dasar, kekuasaan pemerintah, bahkan memiliki kewenangan lebih tinggi
karena berasal dari sumber yang lebih tinggi (Tuhan).
HAM di Indonesia didasarkan pada konstitusi NKRI, yaitu: Pembukaan UUD 1945
(alenia 1), Pancasila ke-4, Batang tubuh UUD 1945 (pasal 27,29,dan 30), UU No.39 Tahun 1999
tentang HAM, dan UU No.26 Tahun 2000 Tentng pengadilan HAM. HAM di Indonesia
menjamin hak untuk hidup, hak berkeluarga dan melanjutkan keturunan, hak mengembangkan
diri, hak memperoleh keadilan, hak atas kebebasan, hak atas rasa aman, hak atas
kesejahteraan, hak turut serta dalam pemerintahan, hak wanita dan hak anak.

DAFTAR PUSTAKA
Herdiawan Heri, Hamdayama Jumaanta. 2010. Cerdas, Kritis, dan Aktif
Berwargannegara.Jakarta:Erlangga
http://lovetya.wordpress.com/2008/12/15/hak-asasi-manusia/

Anda mungkin juga menyukai