Dosen:
Disusun Oleh:
(Tugas Kelompok)
ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR........................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN.................................................................................................. 1
A. Latar Belakang...................................................................................................1
B. Rumusan Masalah.............................................................................................2
C. Tujuan............................................................................................................... 2
BAB II PEMBAHASAN....................................................................................................4
A. SISTEMATIKA HUKUM PERDATA.......................................................................4
B. KONSEP KONSEP HUKUM PERDATA..................................................................6
C. ASAS ASAS HUKUM PERDATA...........................................................................6
D. FUNGSI KUH PERDATA......................................................................................7
BAB III PENUTUP.......................................................................................................... 8
A. Simpulan........................................................................................................... 8
B. Saran................................................................................................................. 9
DAFTAR PUSTAKA...................................................................................................... 10
iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Hukum Perdata di Indonesia merupakan peninggalan produk hukum yang berasal
dari sistem Eropa Kontinental (Eropa Continental System).
Ciri-ciri hukum yang menganut sistem Eropa Kontinental, yaitu hukumnya
terbentuk melalui kodifikasi. Kodifikasi adalah pembentukan hukum dalam kitab
hukum yang tersusun secara sistematis dan lengkap. Bentuk kodifikasi dari hukum
perdata adalah Burgelijke Wet Boek yang diterjemahkan menjadi Kitab Undang-
Undang Hukum Perdata (KUHPerdata).
Istilah hukum perdata merupakan terjemahan dari bugerlijkerecht yaitu hukum
yang mengatur hubungan antara warga sipil hukum perdata disebut juga civilrecht.
Hukum perdata merupakan bagian dari hukum privat (privatrecht) yang
pengaturannya terdapat didalam Burgerlijke Wetboek disingkat (BW) atau Kitab
Undang-Undang Hukum Perdata. Hukum Perdata terdiri dari Hukum Perdata
Materiil dan Hukum perdata Formil. Hukum Perdata Materiil adalah materi hukum
perdata yang sebagian besar terdapat didalam Kitab Undang-Undang Hukum Perdata
(Burgerlijke Wetboek). Hukum Perdata tertulis dalam arti luas meliputi Kitab
Undang-Undang Hukum Dagang, Undang-Undang Perkawinan, Undang-Undang
Pokok Agraria, Undang-Undang tentang Hak Tanggungan, dan Undang-Undang
tentang Fidusia. Hukum Perdata Formil adalah Hukum Perdata yang mengatur
tentang tata cara penyelesaian perkara perdata atau disebut dengan istilah Hukum
Acara Perdata.
Sistem Hukum Perdata di Indonesia bersifat pluralisme (beraneka ragam).
Keanekaragamannya ini sudah berlangsung sejak jaman penjajahan Belanda. Hal ini
disebabkan karena adanya Pasal 163 IS (Indische Staatsregeling) dan Pasal 131 IS.
1
Pada Pasal 163 IS disebutkan bahwa golongan penduduk di Indonesia dibagi 3, yaitu:
1. Golongan Eropa
2. Golongan Timur Asing
3. Golongan Bumi Putera
Pasal 131 IS mengatur mengenai hukum yang berlaku bagi golongan penduduk
tersebut, yaitu:
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana sistematika yang terdapat pada KUH Perdata ?
2. Apa konsep yang terdapat pada KUH Perdata ?
3. Apa saja asas asas KUH Perdata?
4. Apakah fungsi dari KUH Perdata?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui sistematika yang terdapat pada KUH Perdata
2. Untuk mengetahui konsep yang ada pada KUH Perdata
3. Untuk mengetahui asas asas KUH Perdata
2
4. Untuk mengetahui fungsi yang terdapat pada KUH Perdata
3
BAB II
PEMBAHASAN
4
b. Buku II tentang benda Ketentuan yang diatur dalam buku II KUHPerdata
menyangkut tentang hak-hak kebendaan yang merupakan bagian dari hukum
kekayaan sebagaimana diatur dalam doktrin. Menurut doktrin hukum
kekayaan dibagi menjadi dua, yaitu hukum kekayaan yang absolut yang
merupakan hak kebendaan yang diatur dalam Buku II tentang Benda. Dan
hukum kekayaan yang relatif merupakan hak-hak perseorangan yang diatur
dalam Buku III tentang Perikatan. Berkaitan dengan ketentuan Buku II
tentang Benda, KUHPerdata tidak diberlakukan lagi, yaitu dengan berlakunya
UU No. 5 Th. 1960 tentang peraturan dasar pokok-pokok agraria. Berdasarkan
UU tersebut semua ketentuan hukum menyangkut bumi (tanah), air, dan
kekayaan alam lain yang terkandung di dalamnya yang telah diatur dalam UU
No. 5 Tahun 1960 dinyatakan tidak berlaku. Selain itu, berkaitan dengan
jaminan atas tanah dan benda-benda yang berkaitan dengan tanah yang dulu
menggunakan ketentuan hipotik sebagaimana diatur dalam Buku II
KUHPerdata, dengan berlakunya UU No.4 Tahun 1996 tentang hak
tanggungan dinyatakan tidak berlaku lagi. Dalam buku II tentang Benda
KUHPerdata tersebut juga diatur ketentuan hukum waris berdasarkan 2 alasan
yang menurut pembuat UU melalui ketentuan Pasal 584 KUHPerdata yang
menyebutkan mewaris adalah salah satu cara memperoleh hak milik. Selain
itu, ketentuan dalam Pasal 528 KUHPerdata ditentukan hak waris merupakan
hak kebendaan
c. Buku III tentang perikatan Hukum perikatan yang diatur dalam buku III
KUHPerdata sebagaimana disebutkan sebelumnya merupakan bagian dari
hukum kekayaan yang relatif (menurut doktrin). Hukum perikatan mengatur
tentang hubungan hukum antara orang yang satu dengan orang yang lain
untuk memberikan sesuatu, berbuat sesuatu atau tidak berbuat dalam ruang
lingkup hukum kekayaan yang bersumber dari UU maupun perjanjian. Khusus
tentang hukum perjanjian berlaku asas kebebasan berkontrak (freedom of
contract), dalam hal ini setiap pihak diperbolehkan mengatur sendiri
perjanjian yang mengikat di antara mereka bahkan boleh menyimpangi
ketentuan yang berlaku dalam KUHPerdata.
5
hukum (doktrin) berpendapat seharusnya itu tidak dimasukkan dalam hukum
perdata materil4 , tetapi dimasukkan dalam hukum perdata formil (hukum
acara)5 , tetapi pembuat UU beranggapan bahwa berkaitan dengan alat bukti
dan daluwarsa merupakan hukum acara materiil sehingga dimasukkan ke
dalam hukum materiil. Pembuat UU membedakan antara hukum acara
materiil yang masuk dalam ruang lingkup hukum materiil dan hukum acara
formil yang masuk dalam ruang lingkup hukum acara (formil).
2. Asas Konsensialisme
Perjanjian harus di dasarkan pada konsensus atau kesepakatan dari pihak-pihak
yang membuat perjanjian. Berdasarkan asas konsesualisme itu, dianut suatu
paham bahwa sumber kewajiban kontraktual adalah bertemunya kehendak
dengan consensus para pihak yang membuat kontrak (convergence ofwills). Asas
konsensualisme terdapat di dalam pasl 1320 KUHPerdata. Hukum perjanjian
yang di atur di dalam KUHPerdata berasas konsensualisme.
6
4. Asas Kepribadian (Personality)
Asas kepribadian menjelaskan bahwa ruang lingkup berlakunya perjanjian
hanyalah pada pihak-pihak yang membuat perjanjian saja. Pihak di luar
perjanjian tidak dapat menuntut suatu hak apapun berdasarkan perjanjian itu.
7
BAB III
PENUTUP
A. Simpulan
Hukum Perdata adalah hukum yang mengatur hubungan antar perorangan
didalam masyarakat. Hukum Perdata dalam arti luas adalah bahan hukum
sebagaimana tertera dalam Kitab Undang-Undang Hukum Perdata (BW), Kitab
Undang-Undang Hukum Dagang (WVK) beserta sejumlah undang-undang yang
disebut undang-undang tambahan lainnya. Hukum Perdata dalam arti sempit adalah
hukum perdata sebagaimana terdapat dalam Kitab Undang-Undang Hukum Perdata
(BW).
Subekti mengatakan hukum perdata dalam arti luas meliputi semua hukum privat
materiil, yaitu segala hukum pokok yang mengatur kepentingan perseorangan.
Hukum Perdata adakalanya dipakai dalam arti sempit sebagai lawan hukum dagang.
Menurut ilmu pengetahuan hukum, hukum perdata dapat dibagi ke dalam 4
bagian, yaitu:
1. Hukum Perorangan (Personenrecht)
2. Hukum Keluarga (Familierecht)
3. Hukum Harta Kekayaan (Vermogensrecht)
4. Hukum waris (Arfrecht)
Sedangkan sistematika hukum perdata menurut Kitab Undang-Undang Perdata
(KUHPerdata) terdiri atas 4 bagian, yaitu:
1. Hukum Tentang Orang (Van Personen)
2. Hukum Tentang Benda (Van zaken)
3. Hukum Tentang Perikatan (Van Verbintennissen)
4. Hukum Tentang Pembuktian dan Daluarsa (Van Bewijs En Verjaring)
8
B. Saran
Penulis menyadari masih banyaknya kekurangan dalam penulisan makalah ini
maka dari itu kami mengharapkan saran dan kritik dari para pembaca untuk dapat
mengembangkan materi yang telah kami bahas serta pengembangan dalam penulisan
makalah ini. Oleh karena itu kami sangat terbuka untuk saran dan kritik dari para
pembaca untuk pengembangan penulisan makalah ini.
9
DAFTAR PUSTAKA
10