Anda di halaman 1dari 13

TUGAS MAKALAH

SISTEMATIKA, KONSEP, ASAS-ASAS DAN


FUNGSI HUKUM PERDATA

Dosen:

Maria Rosalina, SH., M.H

Disusun Oleh:

1. Fikky Agus Ernanda (71220111148)


2. Neha Rica Melani (71220111078)
3. Nazla Thahirah (71220111063)
4. Anggi Rezeki Utami Br Saragih (71220111058)
5. T. Fauzan Nabil Azizi (71220111096)

FAKULTAS ILMU HUKUM


UNIVERSITAS ISLAM SUMATRA UTARA
2023
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan atas kehadirat tuhan yang maha esa atas segala
rahmat dan karunia-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan karya tulis berupa
makalah ini dengan baik dan tanpa suatu kendala berarti.
Tidak lupa kami dari kelompok 2 yang baranggotakan 5 orang, yakni:

1. Fikky Agus Ernanda (71220111148)


2. Neha Rica Melani (71220111078)
3. Nazla Thahirah (71220111063)
4. Anggi Rezeki Utami Br Saragih (71220111058)
5. T. Fauzan Nabil Azizi (71220111096)
mengucapkan terima kasih kepada dosen mata kuliah Hukum Perdata, ibu Maria
Rosalina, SH., M.H, yang telah membimbing dan memberi arahan dalam penyusunan
makalah ini. Begitu pula kepada teman-teman seperjuangan yang telah memberi
masukan dan pandangan kepada kami selama menyelesaikan makalah ini.
Makalah berjudul “SISTEMATIKA, KONSEP, ASAS-ASAS, DAN FUNGSI
HUKUM PERDATA” ini disusun untuk memenuhi tugas semester 2 mata kuliah
Hukum Perdata. Pemilihan judul telah ditetetapkan oleh dosen pembimbing.
Kami memohon maaf apabila terdapat kesalahan dan kekurangan dalam
penyusunan makalah ini. Karenanya, kami menerima kritik serta saran yang
membangun dari pembaca agar kami dapat menulis makalah secara lebih baik pada
kesempatan berikutnya.
Besar harapan kami makalah ini dapat bermanfaat dan berdampak besar sehingga
dapat memberi inspirasi bagi para pembaca.

Medan, 06 Maret 2023

(Tugas Kelompok)

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR........................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN.................................................................................................. 1
A. Latar Belakang...................................................................................................1
B. Rumusan Masalah.............................................................................................2
C. Tujuan............................................................................................................... 2
BAB II PEMBAHASAN....................................................................................................4
A. SISTEMATIKA HUKUM PERDATA.......................................................................4
B. KONSEP KONSEP HUKUM PERDATA..................................................................6
C. ASAS ASAS HUKUM PERDATA...........................................................................6
D. FUNGSI KUH PERDATA......................................................................................7
BAB III PENUTUP.......................................................................................................... 8
A. Simpulan........................................................................................................... 8
B. Saran................................................................................................................. 9
DAFTAR PUSTAKA...................................................................................................... 10

iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Hukum Perdata di Indonesia merupakan peninggalan produk hukum yang berasal
dari sistem Eropa Kontinental (Eropa Continental System).
Ciri-ciri hukum yang menganut sistem Eropa Kontinental, yaitu hukumnya
terbentuk melalui kodifikasi. Kodifikasi adalah pembentukan hukum dalam kitab
hukum yang tersusun secara sistematis dan lengkap. Bentuk kodifikasi dari hukum
perdata adalah Burgelijke Wet Boek yang diterjemahkan menjadi Kitab Undang-
Undang Hukum Perdata (KUHPerdata).
Istilah hukum perdata merupakan terjemahan dari bugerlijkerecht yaitu hukum
yang mengatur hubungan antara warga sipil hukum perdata disebut juga civilrecht.
Hukum perdata merupakan bagian dari hukum privat (privatrecht) yang
pengaturannya terdapat didalam Burgerlijke Wetboek disingkat (BW) atau Kitab
Undang-Undang Hukum Perdata. Hukum Perdata terdiri dari Hukum Perdata
Materiil dan Hukum perdata Formil. Hukum Perdata Materiil adalah materi hukum
perdata yang sebagian besar terdapat didalam Kitab Undang-Undang Hukum Perdata
(Burgerlijke Wetboek). Hukum Perdata tertulis dalam arti luas meliputi Kitab
Undang-Undang Hukum Dagang, Undang-Undang Perkawinan, Undang-Undang
Pokok Agraria, Undang-Undang tentang Hak Tanggungan, dan Undang-Undang
tentang Fidusia. Hukum Perdata Formil adalah Hukum Perdata yang mengatur
tentang tata cara penyelesaian perkara perdata atau disebut dengan istilah Hukum
Acara Perdata.
Sistem Hukum Perdata di Indonesia bersifat pluralisme (beraneka ragam).
Keanekaragamannya ini sudah berlangsung sejak jaman penjajahan Belanda. Hal ini
disebabkan karena adanya Pasal 163 IS (Indische Staatsregeling) dan Pasal 131 IS.

1
Pada Pasal 163 IS disebutkan bahwa golongan penduduk di Indonesia dibagi 3, yaitu:

1. Golongan Eropa
2. Golongan Timur Asing
3. Golongan Bumi Putera
Pasal 131 IS mengatur mengenai hukum yang berlaku bagi golongan penduduk
tersebut, yaitu:

1. Untuk golongan Eropa berlaku Hukum Perdata Eropa (BW)


2. Untuk golongan Timur Asing Tionghoa berlaku seluruh Hukum Perdata Eropa
dengan beberapa pengecualian dan tambahan. Untuk golongan Timur Asing
bukan Tionghoa berlaku Hukum Perdata Eropa dan Hukum adatnya masing-
masing.
3. Untuk golongan Bumi Putera berlaku hukum adatnya masing-masing, kecuali
yang mengadakan penundukkan secara sukarela berdasarkan S.1917 No. 12,
yaitu:
a) Tunduk pada seluruh Hukum Perdata Eropa
b) Tunduk pada sebagian Hukum Perdata Eropa
c) Tunduk pada perbuatan tertentu
d) Tunduk secara diam-diam
Hukum Perdata/BW mulai berlaku di Indonesia pada tanggal 1 Mei 1848 dengan
berlakunya asas konkordansi/asas persamaan.

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana sistematika yang terdapat pada KUH Perdata ?
2. Apa konsep yang terdapat pada KUH Perdata ?
3. Apa saja asas asas KUH Perdata?
4. Apakah fungsi dari KUH Perdata?

C. Tujuan
1. Untuk mengetahui sistematika yang terdapat pada KUH Perdata
2. Untuk mengetahui konsep yang ada pada KUH Perdata
3. Untuk mengetahui asas asas KUH Perdata

2
4. Untuk mengetahui fungsi yang terdapat pada KUH Perdata

3
BAB II
PEMBAHASAN

A. SISTEMATIKA HUKUM PERDATA


1. Sistematika Hukum Perdata Hukum perdata menurut ilmu pengetahuan
hukum,sekarang ini dibagi menjadi empat bagian, yaitu hukum:
a. Tentang diri seseorang (hukum perorangan);
b. Kekeluargaan;
c. Kekayaan terbagi atas hukum kekayaan yang absolut, hukum kekayaan yang
relatif;
d. Waris.
Penjelasan:
a. Hukum perorangan memuat peraturan tentang manusia sebagai subjek hukum,
peraturan perihal percakapan untuk memiliki hak dan percakapan untuk
bertindak sendiri melaksanakan hak-haknya itu serta hal yang mempengaruhi
kecakapan. Merupakan keseluruhan norma hukum yang mengatur mengenai
kedudukan orang mengenai manusia sebagai subjek hukum, kecakapan
bertindak dalam lalu lintas hukum, catatan sipil, ketidakhadiran, dan domisili.
Termasuk kedudukan badan hukum sebagai subjek hukum perdata.
b. Hukum keluarga merupakan keseluruhan norma hukum yang mengatur
hubungan hukum bersumber pada pertalian keluarga, misalnya perkawinan,
kekuasaan orang tua, perwalian, dan pengampuan.
c. Hukum kekayaan merupakan keseluruhan norma hukum yang mengatur
antara subjek hukum dan harta kekayaannya atau mengatur mengenai hak dan
kewajiban yang dapat dinilai dengan uang. Hukum kekayaan yang absolut
berisi hak kebendaan, yaitu hak yang memberi kekuasaan langsung atas suatu
benda dan dapat dipertahankan terhadap setiap orang. Hukum kekayaan yang
relatif berisi hak perorangan, yaitu hak yang timbul dari suatu perikatan dan
hanya dapat dipertahankan terhadap pihak-pihak tertentu saja.
d. Hukum waris merupakan keseluruhan norma hukum yang mengatur peralihan
hak dan kewajiban di bidang hukum kekayaan dari si pewaris kepada sekalian
ahli warisnya beserta akibat-akibatnya.

2. Sistematika Menurut Kitab Undang-Undang Hukum Perdata


a. Buku I tentang orang Ketentuan yang diatur dalam buku I ini mengatur
tentang hukum orang dan hukum keluarga, hal tersebut mengingat menurut
pembuat undangundang pengertian hukum orang dalam arti luas, juga
meliputi hukum keluarga. Berkaitan dengan ketentuan Buku I KUHPerdata
dewasa ini dengan telah diundangkannya UU No. 1 Th. 1974 tentang
Perkawinan maka segala ketentuan yang berkaitan dengan perkawinan
sepanjang sudah diatur dalam UU tersebut maka ketentuan perkawinan dalam
KUHPerdata tidak berlaku lagi.

4
b. Buku II tentang benda Ketentuan yang diatur dalam buku II KUHPerdata
menyangkut tentang hak-hak kebendaan yang merupakan bagian dari hukum
kekayaan sebagaimana diatur dalam doktrin. Menurut doktrin hukum
kekayaan dibagi menjadi dua, yaitu hukum kekayaan yang absolut yang
merupakan hak kebendaan yang diatur dalam Buku II tentang Benda. Dan
hukum kekayaan yang relatif merupakan hak-hak perseorangan yang diatur
dalam Buku III tentang Perikatan. Berkaitan dengan ketentuan Buku II
tentang Benda, KUHPerdata tidak diberlakukan lagi, yaitu dengan berlakunya
UU No. 5 Th. 1960 tentang peraturan dasar pokok-pokok agraria. Berdasarkan
UU tersebut semua ketentuan hukum menyangkut bumi (tanah), air, dan
kekayaan alam lain yang terkandung di dalamnya yang telah diatur dalam UU
No. 5 Tahun 1960 dinyatakan tidak berlaku. Selain itu, berkaitan dengan
jaminan atas tanah dan benda-benda yang berkaitan dengan tanah yang dulu
menggunakan ketentuan hipotik sebagaimana diatur dalam Buku II
KUHPerdata, dengan berlakunya UU No.4 Tahun 1996 tentang hak
tanggungan dinyatakan tidak berlaku lagi. Dalam buku II tentang Benda
KUHPerdata tersebut juga diatur ketentuan hukum waris berdasarkan 2 alasan
yang menurut pembuat UU melalui ketentuan Pasal 584 KUHPerdata yang
menyebutkan mewaris adalah salah satu cara memperoleh hak milik. Selain
itu, ketentuan dalam Pasal 528 KUHPerdata ditentukan hak waris merupakan
hak kebendaan

c. Buku III tentang perikatan Hukum perikatan yang diatur dalam buku III
KUHPerdata sebagaimana disebutkan sebelumnya merupakan bagian dari
hukum kekayaan yang relatif (menurut doktrin). Hukum perikatan mengatur
tentang hubungan hukum antara orang yang satu dengan orang yang lain
untuk memberikan sesuatu, berbuat sesuatu atau tidak berbuat dalam ruang
lingkup hukum kekayaan yang bersumber dari UU maupun perjanjian. Khusus
tentang hukum perjanjian berlaku asas kebebasan berkontrak (freedom of
contract), dalam hal ini setiap pihak diperbolehkan mengatur sendiri
perjanjian yang mengikat di antara mereka bahkan boleh menyimpangi
ketentuan yang berlaku dalam KUHPerdata.

d. Buku IV tentang pembuktian dan daluwarsa Dalam buku IV KUHPerdata


diatur tentang alat-alat bukti yang digunakan untuk menuntut atau
mempertahankan hak-hak keperdataan seseorang di muka pengadilan. Selain
itu, Buku IV KUHPerdata juga mengatur tentang daluwarsa atau masa jangka
waktu tertentu yang menyebabkan seseorang dapat kehilangan hak-hak
keperdataannya atau mendapatkan hak-hak keperdataan, misalnya jangka
waktu kapan seseorang kehilangan hak untuk menuntut hak miliknya atau
jangka waktu yang menyebabkan orang dapat memperoleh hak milik.
Berkaitan pengaturan yang termuat dalam buku IV KUHPerdata, para ahli

5
hukum (doktrin) berpendapat seharusnya itu tidak dimasukkan dalam hukum
perdata materil4 , tetapi dimasukkan dalam hukum perdata formil (hukum
acara)5 , tetapi pembuat UU beranggapan bahwa berkaitan dengan alat bukti
dan daluwarsa merupakan hukum acara materiil sehingga dimasukkan ke
dalam hukum materiil. Pembuat UU membedakan antara hukum acara
materiil yang masuk dalam ruang lingkup hukum materiil dan hukum acara
formil yang masuk dalam ruang lingkup hukum acara (formil).

B. KONSEP KONSEP HUKUM PERDATA


1. Perjanjian antara pihak yang satu da pihak lain,misalnya jual beli,sewa
menyewa,utang-piutang,tukar-menukar dan pemberian kuasa.
2. Ketentuan ketentuan undng-undang,yang bermanfaat atau saling menguntungkan
bagi pihak pihak,misalnya perwakilan ukarela (zaakwaarneming),pembayaran
tanpa utang(onverschuldigde betaling),perbuatan menurut hukum(rechtmatige
daad),dan pewarisan.
3. Ketentuan undang-undang yang merugikn orang lain misalnya perbuatan
melawan hukum.

C. ASAS ASAS HUKUM PERDATA


1. Asas kepastian hukum (pacta sunt servanda )
Asas kepastian hukum atau yang lebih dikenal dengan asas pacta sunt servenda
yang memiliki arti janji harus di tepati. Pada dasarnya asas ini berkaitan dengan
perjanjian atau kontrak yang di lakukan di antara individu. Dapat dikatakan juga
bahwa hakim atau pihak ketiga harus menghormati substansi perjanjian yang di
buat oleh para pihak, sebagaimana layaknya sebuah undang-undang.

2. Asas Konsensialisme
Perjanjian harus di dasarkan pada konsensus atau kesepakatan dari pihak-pihak
yang membuat perjanjian. Berdasarkan asas konsesualisme itu, dianut suatu
paham bahwa sumber kewajiban kontraktual adalah bertemunya kehendak
dengan consensus para pihak yang membuat kontrak (convergence ofwills). Asas
konsensualisme terdapat di dalam pasl 1320 KUHPerdata. Hukum perjanjian
yang di atur di dalam KUHPerdata berasas konsensualisme.

3. Asas Itikad Baik (geode trouw)


Menurut Pasal 1338 ayat (3) KUH Perdata, perjanjian haruslah dilaksanakan
dengan itikad baik. Itikad baik disyaratkan dalam hal “pelaksanaan” dari suatu
perjanjian, bukan pada “pembuatan”, sebab unsur itikad baik dalam hal proses
pembuatan suatu perjanjian sudah terdapat di dalam unsur kausa yang halal pada
Pasal 1320 KUH Perdata.

6
4. Asas Kepribadian (Personality)
Asas kepribadian menjelaskan bahwa ruang lingkup berlakunya perjanjian
hanyalah pada pihak-pihak yang membuat perjanjian saja. Pihak di luar
perjanjian tidak dapat menuntut suatu hak apapun berdasarkan perjanjian itu.

D. FUNGSI KUH PERDATA


Fungsi mempertahankan dan melaksanaka hukum perdata materil,artinya hukum
perdata materil itu dipertahankan oleh alat alat penegak hukum berdasarkan acara
perdata.

7
BAB III
PENUTUP

A. Simpulan
Hukum Perdata adalah hukum yang mengatur hubungan antar perorangan
didalam masyarakat. Hukum Perdata dalam arti luas adalah bahan hukum
sebagaimana tertera dalam Kitab Undang-Undang Hukum Perdata (BW), Kitab
Undang-Undang Hukum Dagang (WVK) beserta sejumlah undang-undang yang
disebut undang-undang tambahan lainnya. Hukum Perdata dalam arti sempit adalah
hukum perdata sebagaimana terdapat dalam Kitab Undang-Undang Hukum Perdata
(BW).
Subekti mengatakan hukum perdata dalam arti luas meliputi semua hukum privat
materiil, yaitu segala hukum pokok yang mengatur kepentingan perseorangan.
Hukum Perdata adakalanya dipakai dalam arti sempit sebagai lawan hukum dagang.
Menurut ilmu pengetahuan hukum, hukum perdata dapat dibagi ke dalam 4
bagian, yaitu:
1. Hukum Perorangan (Personenrecht)
2. Hukum Keluarga (Familierecht)
3. Hukum Harta Kekayaan (Vermogensrecht)
4. Hukum waris (Arfrecht)
Sedangkan sistematika hukum perdata menurut Kitab Undang-Undang Perdata
(KUHPerdata) terdiri atas 4 bagian, yaitu:
1. Hukum Tentang Orang (Van Personen)
2. Hukum Tentang Benda (Van zaken)
3. Hukum Tentang Perikatan (Van Verbintennissen)
4. Hukum Tentang Pembuktian dan Daluarsa (Van Bewijs En Verjaring)

8
B. Saran
Penulis menyadari masih banyaknya kekurangan dalam penulisan makalah ini
maka dari itu kami mengharapkan saran dan kritik dari para pembaca untuk dapat
mengembangkan materi yang telah kami bahas serta pengembangan dalam penulisan
makalah ini. Oleh karena itu kami sangat terbuka untuk saran dan kritik dari para
pembaca untuk pengembangan penulisan makalah ini.

9
DAFTAR PUSTAKA

Entah, A. R. (1989). Hukum Perdata ( Studi Studi Perbandingan Ringkas).


Malang: Liberty.
H. Budi Mulyana, S. M. (2017). Hukum Perdata. Retrieved from Repository
Unikom: https://repository.unikom.ac.id/52341/1/Materi%209%20-%20HUKUM
%20PERDATA.pdf
Prof. Dr. Rosa Agustina, S. M. (n.d.). Pengertian dan Ruang Lingkup Hukum
Perdata. Retrieved from Repository U.T:
http://repository.ut.ac.id/4053/1/HKUM4202-M1.pdf
Prof.Abdulkdir Muhammad, S. (2011). Hukum Perdata Indonesia. Bandung: PT.
Citra Aditya Bakti.

10

Anda mungkin juga menyukai