Anda di halaman 1dari 18

MAKALAH PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN

HAK ASASI MANUSIA

Dosen Pengampu : Dr. Ahmal, M.Hum

Disusun Oleh:

KELOMPOK 5

1. Nurul Raisya Sobania Qouli 2105113351


2. Messo Aulia 2105124290
3. Ulfania Julisa 2105112597

KELAS 2B

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS RIAU

2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan limpahan nikmat,
rahmat dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah yang berjudul
“Pendidikan Kewarganegaraan” dengan baik dan tepat sesuai dengan waktu yang telah ditentukan.
Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas Mata Kuliah Pendidikan Kewarganegaraan.

Penulis berharap makalah ini dapat berguna dalam rangka menambah wawasan serta
pengetahuan kita mengenai Pendidikan Kewarganegaraan. Dan penulis mengucapkan terima kasih
yang sedalam-dalamnya kepada banyak pihak yang membantu memperlancar pembuatan makalah
ini sehingga makalah ini dapat diselesaikan dengan tepat waktu.

Penulis menyadari sepenuhnya bahwa dalam penulisan makalah ini masih jauh dari
kesempurnaan, baik dari segi sistematika penulisan maupun penyajian. Oleh karena itu, kritik dan
saran sangat penulis harapkan dari pembaca agar penyusunan makalah selanjutnya menjadi lebih
baik. Akhir kata, penulis mengucapkan terima kasih dan semoga makalah ini dapat bermanfaat
bagi para pembaca terutama dalam kemajuan ilmu pengetahuan.

Pekanbaru, 21 Mei 2022

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .................................................................................................................... i


DAFTAR ISI.................................................................................................................................. ii
BAB I PENDAHULUAN .............................................................................................................. 1
1.1 Latar Belakang ................................................................................................................. 1
1.2 Rumusan Masalah ............................................................................................................ 2
1.3 Tujuan............................................................................................................................... 2
BAB II PEMBAHASAN ............................................................................................................... 3
2.1 Pengertian HAM dan Rule of Law ................................................................................... 3
2.2 Sejarah HAM.................................................................................................................... 4
2.3 Periodesasi HAM PBB ..................................................................................................... 6
2.4 Macam-Macam dan Sifat-Sifat HAM .............................................................................. 8
2.5 Perspektif HAM di Indonesia menurut UUD 1945 .......................................................... 9
BAB III SIMPULAN DAN SARAN .......................................................................................... 14
A. Simpulan ............................................................................................................................ 14
B. Saran .................................................................................................................................. 14
DAFTAR PUSTAKA .................................................................................................................. 15

ii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Manusia dan HAM adalah dua kata yang sulit untuk dipisahkan. Sejak kelahirannya
di bumii manusia lahir dengan membawa hak-hak kodrat yang melekat integral dalam
hidupnya. Pada dasarnya manusia adalah makhluk bebas. Di sisi lain manusia adalah
makhluk soaial. Manusia tidak dapat hidup sendiri, dia selalu hidup di tengah-tengah
sosialitasnya, baik itu kelompok kecil masyarakat, suku, bangsa atau negara. Dalam
kedudukan manusia sebagai makhluk sosial inilah masalah HAM menjadi sangat
kompleks. Banyak benturan manusia yang satu dengan manusia yang lain, kelompok yang
satu dengan kelompok yang lain. Hak dan kebebasan secara alamiah dimiliki setiap
manusia. Dalam hidup berkelompok hak ini
Konsep HAM mempunyai spektrum yang luas. Di satu sisi ada pemikiran liberalis
yang mendasarkan diri pada individualisme, di sisi lain berkembang penolakan HAM dan
kebebasan pada pemikiran sosialisme yang menekankan kepentingan bersama dan negara.
Hak asasi manusia yang dianut Indonesia bersumber dari Pancasila sebagai filsafat
bangsa dan negara. Secara konseptual HAM yang terkandung dalam Pancasila
mengakomodasi aspek manusia sebagai makhluk individu dan makhluk sosial. Pengakuan
tentang HAM secara prinsipial tercermin dalam sila kedua (Pancasila). Konsep dasar HAM
yang masih bersifat abstrak perlu dijabarkan dalam konsep yang lebih kongkrit, sehingga
mempunyai kekuatan hukum dalam pelaksanaannya. Pelaksanaan HAM sangat tergantung
dari good will penguasa. Penguasa meletakkan lembaga yang legal mempunyai kekuatan
untuk memaksa kehendaknya pada masyarakat. Ia menguasai alat-alat represif. Dalam
kondisi semacam ini kadang-kadang pelaksanaan HAM tidak lebih daripada mencari
legitimasi kekuasaan untuk mengukuhkan pemerintahannya. Selain itu factor penting
pelaksanaan HAM adalah pengakuan resmi Negara tentang HAM dalam wujud nyata, yaitu
deklarasi yang dikuatkan dengan Undang-undang. Adanya landasan yuridis normal HAM
ini setidak-tidaknya pelanggaran terhadap HAM bisa dieleminir.

1
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa pengertian dari HAM dan Rule of Law?
2. Bagaimana sejarah dari HAM?
3. Bagaimana periodesasi HAM PBB?
4. Apa saja macam dan sifat HAM?
5. Bagaimana HAM perspektif Indonesia menurut UUD 1945 dan regulasi lainnya?

1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian dari HAM dan Rule of Law.
2. Untuk mengetahui sejarah dari HAM.
3. Untuk mengetahui periodesasi HAM PBB.
4. Untuk mengetahui macam dan sifat HAM.
5. Untuk mengetahui HAM perspektif Indonesia menurut UUD 1945 dan regulasi
lainnya.

2
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian HAM dan Rule of Law


2.1.1 Pengertian Rule of Law
Rule of Law adalah suatu doktrin hukum yang mulai muncul pada abad ke 19,
bersamaan dengan kelahiran Negara konstitusi dan demokrasi. Doktrin tersebut lahir
sejalan dengan tumbuh suburnya demokrasi dan meningkatknya peran parlemen dalam
penyelenggaraan Negara, serta sebagai reaksi terhadap Negara absolute yang berkembang
sebelumnya. Rule of law merupakan konsep tentang common law tempat segenap lapisan
masyarakat dan Negara beserta seleruh kelembagaannya menjunjung tinggi supremasi
hukum yang dibangun diatas prinsip keadilan dan egalitarian.
Rule of law adalah rule by the law dan bukan rule by the man. Konsep ini lahir
untuk mengambil alih dominasi yang dimiliki kaum gereja, ningrat, dan kerajaan, serta
menggeser Negara kerajaan dan memunculkan Negara konstitusi dimana doktrin rule of
law ini lahir. Ada tidaknya rule of law dalam suatu Negara ditentukan oleh “kenyataan”,
apakah rakyatnya benar-benar menikmati keadilan, dalam arti perlakuan yang adil, baik
sesama warganegara, maupun dari pemerintah? oleh karena itu, pelaksanaan kaidah-kaidah
hukum yang berlaku di suatu Negara merupakan hukum yang adil, artinya kaidah hukum
yang menjamin perlakuan yang adil bagi masyarakat.
Konsep Rule of law yang dikenal dan dianut negara-negara Anglo Saxon, mirip
dengan konsepsi negara di Eropa Kontinental. Dicey mengkristalisasikan konsepsi Rule of
law menjadi 3 unsur (Persahi, 1989:18), yaitu:
a. Supremacy of law
b. Equality before the law
c. The constitution based on individual right.

2.1.2 Pengertian HAM


Pengertian HAM adalah hak yang melekat pada diri manusia yang bersifat kodratif
dan fundamental sebagai suatu anugrah Allah yang harus dihormati, dijaga, dan dilindungi
oleh setiap individu, masyarakat atau Negara. Sedangkan dalam UU tentang Hak Asasi

3
Manusia dijelaskan bahwa pengertian Hak Asasi Manusia adalah seperangkat hak yang
melekat pada hakikat dan keberadaan manusia sebagai makhluk Tuhan Yang Maha Kuasa
dan merupakan anugerah-Nya yang wajib dihormati, dijunjung tinggi dan dilindungi oleh
negara, hukum, Pemerintah dan setiap orang, demi kehormatan serta perlindungan harkat
dan martabat manusia (Pasal 1 angka 1 UU No. 39 Tahun 1999 tentang HAM Hakekat
HAM merupakan upaya menjaga keselamatan eksistensi manusia secara utuh
melalui aksi keseimbangan yaitu keseimbangan antara kepentingan perseorangan dengan
kepentingan umum. Begitu juga upaya menghormati, melindungi dan menjunjung tinggi
HAM menjadi kewajiban dan tanggung jawab bersama anatara individu, pemerintah
(aparatur pemerintah baik sipil maupun militer) dan Negara.
Adapun beberapa ciri pokok hakikat HAM adalah sebagai berikut:
a. HAM tidak perlu diberikan, dibeli, ataupun diwarisi.
b. HAM berlaku untuk semua orang tanpa memandang kelamin, ras, agama, etnis,
pandangan politik atau asal-usul sosial dan bangsa.
c. HAM tidak bisa dilanggar.

2.2 Sejarah HAM


2.2.1 Sejarah Hak Asasi Manusia (HAM) di dunia
Dunia barat (Eropa) paling dahulu menyuarakan HAM, dimana berdasarkan sejarah
Hak Asasi Manusia, Inggris yang paling utama menyerukan. Tecatat di Inggris terdapat
seorang filsuf yang mengungkapkan gagasan atau merumuskan adanya hak alamiah
(natural rights), yaitu Jhon Locke pada abad 17. Sejarah perkembangan Hak Asasi Manusia
di dunia barat ditandai dengan tiga hal penting, yaitu Magna Charta, terjadinya revolusi
Amerika dan revolusi Prancis.
1. Maghna Charta Liberium Inggris (1215)
Sejarah telah mencatat bahwa inggris memberikan jaminan pada para bangsawan serta
keturunannya yang tidak memenjarakan mereka sebelum melelui proses pengadilan. .
Jaminan tersebut diberikan bukan tanpa alasan, tapi dikarenakan para bangsawan telah
berjasa dalam membiayai kerajaan, sebagai bentuk balas budi, pihak kerajaan
memberikan jaminan, yang dinamakan magnha charta liberium. Jaminan atau
perjanjian tersebut dibuat pada masa raja Jhon tahun 1215 Masehi. Pada masa itu

4
bangsawan meminta jaminan sebab kebanyakkan raja jaman dahulu bertindak sesuka
hati, membuat hukum sendiri sedangkan raja kebal terhadap hukum. Hampir semua
aturan yang dibuat menguntungkan raja. Meskipun Maghna Charta tidak berlaku untuk
semua, atau dalam artian hanya untuk para bangsawan, akan tetapi kita tidak bisa
memungkiri bahwa Maghna Charta merupakan tonggak awal perkembangan HAM di
dunia.
2. Revolusi Amerika (Bagian Sejarah HAM 1776)
Revolusi Amerika pada tahun 1776 merupakan peperangan rakyat Amerika melawan
penjajah Inggris. Hasil revolusi ini adalah kemerdekaan Amerika pada tahun 1776 dari
Inggris. Pada tahun yang sama amerika membuat sejarah dengan menegakan Hak Asasi
Manusia, yaitu memasukannya aturan HAM kedalam perundangan negara. Hak Asasi
Manusia di Amerika dalam perkembangannya lebih komplek dari pada HAM di
Inggris. Bahkan HAM terus disuakan sampai saat ini baik oleh pemerintah maupun
rakyat.
3. Revolusi Prancis (1789)
Revolusi Prancis lebih populer dari pada revolusi Amerika, jika Amerika memerangi
penjajah Inggris untuk mendapatkan sebuah kemerdekaan, supaya bisa berdiri sendiri
dan memiliki hak. Beda halnya dengan revolusi Prancis yang dilakukan rakyat
memerangi rajanya sendiri, yaitu raja Louis XVI.Rakyat Prancis melakukan hal
tersebut dengan alasan, bahwa sang raja bertndak sewenang – wenang terhadap rakyat
dan memiliki sifat absolute.Revolusi Prancis setidaknya menghasilkan aturan tentang
hak, yaitu hak atas kebebasan, hak atas kesamaan dan hak atas persaudaraan.
2.2.2 Sejarah Hak Asasi Manusia (HAM) di indonesia
Hak Asasi Manusia di Indonesia dianggap sakral, diperjuangkan sepenuh jiwa,
serta sangat sejalan dengan kehidupan berbangsa dan bernegara.Indonesia telah ikut
bersama negara lain untuk memperjuangkan HAM, memasukan rasa kemanusian
dalam perundangan, sebab hal tersebut merupakan fundamental.Pancasila sebgai dasar
negara Indonesia sepenuhnya mendukung dan menjungjung tinggi penegakan Hak
Asasi Manusia. Diawal kemerdekaan Indonesia, tokoh seperti Mochammad Hatta
merupakan orang yang paling vocal dalam menyuarakan HAM.Indonesia dalam
memperjuangkan haknya sebagai bangsa harus melewati beberapa fase, seperti halnya

5
pembentukan organisasi. Organisasi yang didirikan tersebut mewadahi banyak orang
dimana untuk merasa sadar bersama – sama memiliki hak – hak yang harus
diperjuangkan dan dicapai.
Organisasi – oraganisasi yang dibangun memperjuangkan hak – hak masyarakat
dengan cara berbeda, namum pada hakikatnya memiliki tujuan yang sama untuk
menghapuskan kolonialisme di tanah Indonesia. Sehingga dengan begitu, masyarakat
Indonesia dapat menjadi manusia yang seutuhnya karena hak kemanusiaannya
terpenuhi.Sebagai contoh, Budi Oetomo memperjuangkan hak masyarakat dan
kemanusian lewat petisi – petisi dan surat yang disampaikan kepada kolonial belanda
waktu itu. Kemudian ada Sarekat Islam yang berusa memperjuangkan hak – hak
kemanusiaan dan menghilangkan diskriminasi secara rasial.
2.2.3 Sejarah Penegakan HAM di Indonesia Pasca Kemerdekaan
1945 – 1950 merupakan pasca lepasnya Indonesia dari Belanda serta secara sah
telah merdeka. Pada masa ini Indonesia memperjuangkan HAM, yang berkutan dengan
masalah – masalah kemerdekaan serta mengatur menyampaikan dan mengemukakan
pendapat di muka umum.
1950 -1959, masa dimana HAM mulai berhasil tegak, ditandai banyaknya partai
politik dengan ideologi masing – masing, serta pers memiliki kebebasan dalam
menyampaikan fakta yang terjadi.
1966 – 1998, Masa dimana Presiden Soeharto menjabat 30 tahun lamanya, pada
masa pemerintahan ini lebih bersifat defensif serta pers tidak diberikan ruang untuk
bergerak. Di masa ini juga banyak tejadi pelangaran - pelanggaran HAM.
1998 – Sekarang, Masa dimana pasca revormasi, jatuhnya kekuasaan rezim
Soeharto. Beruha mengkaji tindakan – tindakan yang telah dilakukan pada masa Orba,
jangan sampaii terjadi lagi.Sejarah panjang penegakan Hak Asasi Manusia tidak akan
pernah berakhir, meski penjajahan secara fisik sudahlah hilang dari muka bumi, namun
bagaimana dengan penjajahan – penjajahan jenis lain? tentu hal tersebut harus kita
lawan demi tegaknya hak asasi, supaya manusia bisa benar-benar hidup
seutuhnya.Sejarah HAM telah mengajari banyak kepada kita, bahwa rasa kemanusian,
kesamaan dan keadilan adalah sesuatu yang harus diperjuangkan.
2.3 Periodesasi HAM PBB

6
1. Hak sipil dan politik

Dalam kovenan hak sipil dan politik tidak memberikan pengertian secara definitif
tentang hak sipil dan politik. Namun menurut Ifdhal Kasim dalam bukunya yang
berjudul hak sipil dan politik, cetakan pertama tahun 2001, beliau menyimpulkan
bahwa hak-hak sipil dan politik adalah hak yang bersumber dari martabat dan melekat
pada setiap manusia yang dijamin dan dihormati keberadaannya oleh negara agar
manusia bebas menikmati hak-hak dan kebebasannya dalam bidang sipil dan politik
yang pemenuhannya menjadi tanggung jawab negara

Hak-Hak Sipil Dan Politik Meliputi


a. Hak hidup
b. Hak bebas dari penyiksaan dan perlakuan tidak manusiawi
c. Hak bebas dari perbudakan dan kerja paksa
d. Hak atas kebebasan dan keamanan pribadi
e. Hak atas kebebasan bergerak dan berpindah
f. Hak atas pengakuan dan perlakuan yang sama dihadapan hokum
g. Hak untuk bebas berfikir, berkeyakinan dan beragama
h. Hak untuk bebas berpendapat dan berekspresi
i. Hak untuk berkumpul dan berserikat
j. Hak untuk turut serta dalam pemerintahan

Perbedaan Hak Sipil Dan Politik


Hak sipil adalah hak kebebasan fundamental yang diperoleh sebagai hakikat dari
keberadaan seorang manusia, sedangkan Hak politik ialah hak dasar dan bersifat mutlak
yang melekat di dalam setiap warga Negara yang harus dijunjung tinggi dan di hormati
oleh Negara dalam keadaan apapun

2. Prinsip Uroum (general principles)

Dalam konvenan ini terdapat beberapa prinsip umum yang pada dasarnya telah
diterima secara luas di dunia internasional. Pada pasal 1 dinyatakan bahwa seluruh
manusia memiliki hak untuk menentukan nasibnya sendiri, sebagaimana prinsip ini
tercantum dalam United Nations Charter. Hak tersebut meliputi kebebasan untuk
menentukan status politik dan kebebasan memperoleh perkembangan ekonomi, social
dan budaya. Negara peserta kovenan juga harus mempromosikan perwujudan dari hak
menentukan nasib sendiri tersebut, serta menghormati keberadaan hak tersebut
sebagaimana ditentukan daklam United Nations Charter. Pernyataan ini dinyatakan
secara jelas pada pasal 1 ayat 3 dari kovenan. Prinsip umum lain tercantum dalam pasal
26 yang menyebutkan bahwa setiap orang memiliki kedudukan yang sama dalam
hukum, tanpa ada diskrimanasi antara yang satu dengan yang lainnya dalam

7
memperoleh perlindungan hokum. Oleh karena itu, suatu hukum harus melarang segala
bentuk diskriminasi yang didasarkan pada suatu ras, warna kulit, jenis kelamin, Bahasa
dan lain-lain.

3. Hak Ekonomi, Social dan Budaya

Keberlakukan kovenan ini dinyatakan terbuka untuk penandatanganan, ratifikasi, dan


aksesi dalam resolusi majelis umum PBB (General Assembly Resolution) 2200A (XXI) 16
Desember 1966. Satu decade kemudian, kovenan ini telah berlaku (entry into force),
tepatnya pada 3 Januari 1976. Hingga 19 September 2006 tercatat 66 negara
penandatanganan dan 154 negara peserta atas kovenan ini. Indonesia telah mengakses
kovenan ini pada 3 bulan setelah tanggal pendepositan instrument ratifikasi atau instrument
aksesi yang ke-35 kepada sekretaris jenderal PBB.

Lebih lanjut, pasal tersebut menyatakan bahwa bagi tiap negara yang meratifikasi atau
mengaksesi kovenan ini, setelah pendepositan instrument ratifikasi atau instrument aksesi
yang ke 35, maka kovenna ini berlaku 3 bulan setelah tanggal deposit dan masing-masing
instrument.

4. Prinsip-Prinsip Umum (General Principles)

Prinsip umum dalam kovenan ini adalah hak untuk menentukan nasib diri sendiri (right of
selfdetermination). Hal ini tertuang dalam pasal I kovenan yang menyebutkan bahwa
semua orang mempunyai hak untuk menentukan nasib diri sendiri yang dengan hak
tersebut mereka bebas menentukan status politiknya dan bebas mengembangkan keadaan
ekonomi, social dan budayanya.

2.4 Macam-Macam dan Sifat-Sifat HAM


Macam-macam HAM, yaitu:
• Hak Asai Pribadi (Personal Human Rights): Hak ini merupakan hak yang
berhubungan dengan kehidupan pribadi setiap orang. Contoh dari personal human
rights ini adalah kebebasan untuk menyampaikan pendapat ,kebebasan untuk
berpergian, bergerak , berpindah keberbagai tempat dan lain sebagainya.
• Hak Asasi Politik (Politic Rights): Ini merupkan hak asasi dalam kehidupan politik
seseorang . contohnya hak dipilih dan memilih ,hak dalam keikutsertaan kegiatan
pemerintah, hak dalam membuat petisi dan sebagainya
• Hak Asasi Ekonomi (property rights) : Hak ini menyangkut hak individu dalam hal
perekonomian. Contohnya kebebasan dalam hal jual-beli,perjanjian
kontrak,penyelenggaraan sewa-menyewa,memiliki sesuatu dan memiliki pekerjaan
yang pantas.
• Hak Asasi Peradialan (procedural rights) : Hak dalam memperoleh perlakuan sama
dalam tata cara pengadilan. Contonya adalah hak untuk mendapatkan pembelaan

8
hukum,hak untuk mendapatkan perlakuan pemeriksaan, penyidikan, penangkapan,
penggeledahan dan penyidikan antar muka.
• Hak Asasi Sosial Budaya : Hak terkait dalam kehidupan masyarakat. Contonya
adalah hak untuk menentukan,memilih,dan melakukan pendidikan.hak untuk
pengajaran untuk mendapatkan budaya sesuai dengan bakat dan minat.
• Hak Asasi Hukum (legal equality rights): Hak untuk mendapatkan kependudukan
yang sama dalam hal hukum dan pemerintahan. Contohnya adalah mendapatkan
perlakuan yang sama dalam bidang hukum dan pemerintahan,menjadi pegawai
sipil,perlindungan dan pelayaan hukum.

Sifat-Sifat HAM, yaitu sebagai berikut:

1. HAM tidak dapat dibagi: Hak asasi manusia enggak dapat dibagi karena semua orang
memiliki hak yang sama atau sederajat. Sehingga hak tersebut enggak dapat dibagi dan
diserahkan kepada orang lain karena pada dasarnya semua orang memiliki hak asasi
manusia.
2. HAM Bersifat Universal: yaitu setiap orang sama dan enggak ada yang lebih atau kurang.
HAM dimiliki setiap manusia tanpa membedakan suku, agama, bangsa, ras, negara,
agama, dan harta yang dimiliki.
3. HAM Dimiliki Sejak Lahir: Setiap manusia memiliki HAM sejak dilahirkan ke dunia oleh
orang tua dan hilang ketika seseorang meninggal dunia.
4. HAM Tidak Dapat Dicabut: HAM melekat pada setiap manusia sejak ia dilahirkan. Nah,
oleh sebab itulah HAM enggak dapat dicabut. Sesama manusia yang hidup tidak dapat
saling mencabut atau meniadakan HAM.
5. HAM Hanya Dimiliki Oleh Manusia: HAM hanya dimiliki manusia sebagai makhluk yang
sempurna diciptakan oleh Tuhan dengan kelebihan dan akal pikiran.
6. HAM Berlaku di Setiap Waktu: Selain didapatkan sejak lahir, HAM juga berlaku selama
hidupnya untuk kapanpun dan dimanapun. Sehingga tidak ada perbedaan HAM yang
dimiliki seseorang saat dewasa dan saat baru lahir.
7. HAM Bersifat Wajib Dihormati dan Dilindungi: Setiap negara, pemerintah, dan hukum
wajib menghormati, menghargai, dan melindungi HAM yang merupakan warga negara
sesuai undang-undang yang berlaku.

2.5 Perspektif HAM di Indonesia menurut UUD 1945

Pengaturan HAM dalam UUD 1945 Sebelum Amandemen

Hukum dasar tertulis sebagai dasar sebagai dasar bagi penyelenggaraan kenegaraan
di Indonesia adalah Undang-Undang Dasar 1945 yang meliputi Pembukaan dan Batang
Tubuh. Mukthi Fadjar berpendapat sebagai berikut (Fadjar, 2004):

9
Undang-Undang Dasar 1945 adalah hukum dasar tertulis yang berlaku di Indonesia
yang meliputi atau mencakup Pembukaan dan Batang Tubuh Undang-Undang Dasar 1945.
Apabila dikaji kedua komponen tersebut dengan pendekatan filosofis (ontologis), historis-
sosiologis, sistematis, dan yuridis-fungsional, menunjukan adanya komitmen kemanusiaan
yang tinggi dari bangsa Indonesia meskipun belum diidealisasi dan disistemasi secara
lengkap dalam daftar hak-hak asasi manusia seperti halnya piagam HAM sedunia beserta
konvenannya. Hal ini bisa dimengerti karena Undang-Undang Dasar 1945 kehadirannya
lebih dahulu daripada deklarasi hak asasi manusia.

Pengaturan hak asasi manusia berdasarkan Undang-Undang Dasar 1945 dapat


dilihat dari ketentuan dalam Pembukaan dan pasal-pasal Batang Tubuh setelah
amandemen. Bagir Manan berpendapat bahwa terdapat tiga kemungkinan bentuk hukum
yang dapat menampung rincian Hak Asasi Manusia, yaitu pertama, menjadikannya bagian
integral dari Undang-Undang Dasar 1945, yaitu dengan cara melakukan amandemen-
amandemen pada Undang-Undang Dasar 1945, sebagai yang ditempuh dengan Piagam
Hak-Hak Asasi Warganegara (The Bill of Rights), yang merupakan amandemen I-X pada
konstitusi Amerika Serikat. Cara semacam ini akan menjamin tetap terpeliharanya
Undang-Undang 1945 sebagai naskah historis dimana dalam the body of the constitution
tidak diadakan perubahan-perubahan, tetapi hanya tambahan-tambahan. Prosedurnya
menurut hukum konstitusi diatur pada Pasal 37.

Kedua, menetapkan dalam Ketetapan Majelis Permusyawaratan Rakyat.


Keberatannya, suatu Ketetapan Majelis Permusyawaratan Rakyat pada umumnya tidak
mengatur ancaman hukuman bagi pelanggarnya dalam precise detail, tetapi hanya garis-
garis besar haluan negara, sekedar a declaration of general principles, tanpa akibat hukum
sama sekali. Ketiga, mengundangkannya dalam suatu undang-undang berikut sanksi
hukuman terhadap pelanggarnya (Manan, 2001).

Dari ketiga bentuk hukum di atas, tampaknya ketiga-tiganya dipergunakan oleh


pemerintah Indonesia dalam memperinci Hak Asasi Manusia. Undang-Undang Dasar 1945
pada awalnya hanya memuat 6 Pasal yang mengatur tentang Hak Asasi Manusia, kemudian
mengalami perubahanperubahan yang sangat signifikan yang kemudian dituangkan dalam
Perubahan Kedua UndangUndang Dasar 1945 pada bulan Agustus Tahun 2000.
Sebenarnya sebelum Perubahan Kedua dilakukan, telah terdapat beberapa peraturan
peraturan perundang-undangan yang dapat dikatakan sebagai pembuka terjadinya
perubahan. Ketentuan itu antara lain Ketetapan MPR Nomor XVII/ MPR/1998 Tentang
Hak Asasi Manusia, Ketetapan MPR Nomor IV/MPR/1999 Tentang GBHN, serta Undang-
Undang Nomor 39 Tahun 1999 Tentang Hak Asasi Manusia.

Melalui Ketetapan MPR Nomor IV/MPR/1999 Tentang GBHN, MPR telah


menetapkan politik hukum yang harus dilaksanakan oleh pihak eksekutif yang mencakup

10
substansi hukum, struktur hukum, dan budaya hukum. Kesemuanya tercantum dalam visi,
misi, dan arah kebijakan. Berkaitan dengan substansi hukum, ketetapan MPR tersebut
menggariskan bahwa penataan sistem hukum nasional dilakukan secara menyeluruh dan
terpadu dengan menghormati hukum agama dan hukum adat serta memperbaharui
perundangan-undangan yang dinilai diskriminatif. Selain itu, pemerintah didorong untuk
segera melakukan ratifikasi konvensi internasional terutama di bidang HAM dalam bentuk
Undang-Undang (Haryanto, Suhardjana, Komari, Fauzan & Wardaya, 2008).

Pada pembahasan Rancangan UUD yang dilakukan oleh PPKI, Soekarno


menyatakan bahwa dikemudian hari akan dibuat suatu UUD baru, karena UUD yang dibuat
adalah UUD sementara atau sebagai UUD kilat. Oleh karena itu, pembentuk UUD
menyadari bahwa UUD tersebut tidak lengkap sehingga membuka peluang untuk diadakan
perubahan atau penyempurnaan yang diatur dalam Pasal 37. Undang-Undang Dasar 1945
sebelum diamandemen terdapat kekosongan materi muatan tentang HAM. Wacana
perlunya HAM dimasukkan ke dalam UUD berkembang ketika kesadaran akan pentingnya
jaminan perlindungan HAM semakin meningkat setelah tumbangnya rezim Orde Baru.

Pengaturan HAM dalam UUD 1945 Setelah Amandemen

Hasil amandemen Undang-Undang Dasar 1945 memberikan suatu titik terang


bahwa Indonesia semakin memperhatikan dan menjunjung nilai-nilai Hak Asasi Manusia
yang selama ini kurang memperoleh perhatian oleh Pemerintah. Amandemen kedua
Undang-Undang Dasar 1945 telah memunculkan satu bab khusus mengenai Hak Asasi
Manusia, yaitu Bab XA.

Rujukan yang melatarbelakangi perumusan BAB XA tentang Hak Asasi Manusia


dalam Undang-Undang Dasar 1945 adalah Ketetapan MPR Nomor XVII/MPR/1998.
Ketetapan MPR tersebut kemudian melahirkan Undang-Undang Nomor 39 Tahun 1999
Tentang Hak Asasi Manusia. Dalam ketetapan dan undang-undang tersebut, mengandung
persamaan bahwa hak asasi manusia bukan tanpa batas. Hak Asasi Manusia bukanlah
sebebas-bebasnya melainkan dimungkinkan untuk dibatasi sejauh pembatasan itu
ditetapkan oleh undang-undang. Pembatasan tersebut tertuang dalam Pasal 28J Undang-
Undang Dasar 1945. Pembatasan yang tertuang dalam Pasal 28J mencakup dari Pasal 28A
sampai Pasal 28I Undang-Undang Dasar 1945. Oleh karena itu, hal yang perlu ditekankan
bahwa hak-hak asasi manusia yang diatur dalam Undang-Undang Dasar 1945 tidak ada

11
yang bersifat mutlak, termasuk hak asasi yang diatur oleh Pasal 28I ayat (1) Undang-
undang Dasar 1945.

Apabila ditarik dari perspektif original intent pembentuk Undang-Undang Dasar


1945, bahwa seluruh Hak Asasi Manusia yang tercantum dalam BAB XA Undang-Undang
Dasar 1945 keberlakuannya dapat dibatasi. Original intent pembentuk Undang-Undang
Dasar 1945 yang menyatakan bahwa Hak Asasi Manusia dapat dibatasi juga diperkuat oleh
ketentuan Pasal 28J sebagai Pasal penutup dari seluruh ketentuan yang mengatur tentang
Hak Asasi Manusia dalam BAB XA Undang-Undang Dasar 1945. Secara penafsiran
sistematis, Hak Asasi Manusia yang diatur dari Pasal 28A sampai Pasal 28I tunduk pada
pembatasan Pasal 28J Undang-Undang Dasar 1945 (Haryanto, Suhardjana, Komari,
Fauzan & Wardaya, 2008).

Pembatasan mengenai Hak Asasi Manusia juga terapat dalam Ketatapan MPR
Nomor XVII/ MPR/1998 Tentang Hak Asasi Manusia, yang kemudian dijabarkan lebih
lanjut dalam UndangUndang Nomor 39 Tahun 1999 Tentang Hak Asasi Manusia.
Ketentuan Hak Asasi Manusia dalam Undang-Undang Dasar 1945 yang menjadi basic law
adalah norma tertinggi yang harus dipatuhi oleh negara. Oleh karena letaknya dalam
konstitusi, maka ketentutan-ketentuan mengenai Hak Asasi Manusia harus dihormati dan
dijamin pelaksanaannya oleh negara. Oleh karena itu, Pasal 28I ayat (4) Undang-Undang
Dasar 1945 ditegaskan : Perlindungan, pemajuan, penegakan, dan pemenuhan hak asasi
manusia adalah tanggung jawab negara, terutama pemerintah.

Walaupun telah ada Undang-Undang Nomor 39 Tahun 1999 Tentang Hak Asasi
Manusia, dimasukannya Hak Asasi Manusia ke dalam konstitusi diharapkan akan semakin
memperkuat komitmen untuk kemajuan dan perlindungan Hak Asasi Manusia, karena akan
menjadikannya sebagai hak yang dilindungi secara konstitusional.

Terdapat beberapa hal yang perlu dikritisi karena dianggap mengandung


kelemahan, baik dari segi struktur, perumusan, dan sistematikanya. Misalnya,
pengelompokannya tidak beraturan yang pada gilirannya menunjukan bahwa perumus
kurang memahami jenis dan pengelompokan Hak Asasi Manusia. Dari segi substansinya
tampak kental dengan nuansa politis sehingga dapat mengurangi makna dari Hak Asasi

12
Manusia itu sendiri. Pasal 28IUndang-Undang Dasar 1945 merupakan hambatan
konstitusional bagi penegakan Hak Asasi Manusia di Indonesia. Hal ini ditandai dengan
dengan tidak diakuinya asas berlaku surut bagi pelanggaran berat terhadap Hak Asasi
Manusia yang digolongkan terhadap kejahatan kemanusiaan.

Pengaturan Hak Asasi Manusia di Indonesia berdasarkan Undang-Undang Dasar


1945 yang menegaskan bahwa untuk menegakkan dan melindungi Hak Asasi Manusia
sesuai dengan prinsip negara hukum yang demokratis, maka pelaksanaan Hak Asasi
Manusia dijamin, diatur, dan dituangkan dalam peraturan perundang-undangan, adalah
dengan menetapkan Undang-Undang Nomor 39 Tahun 1999 Tentang Hak Asasi Manusia,
meskipun undang-undang tersebut ditetapkan sebelum amandemen kedua.

13
BAB III
SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan
Hak Asasi Manusia adalah seperangkat hak yang melekat pada hakikat dan
keberadaan manusia sebagai makhluk Tuhan Yang Maha Kuasa dan merupakan anugerah-
Nya yang wajib dihormati, dijunjung tinggi dan dilindungi oleh negara, hukum, Pemerintah
dan setiap orang, demi kehormatan serta perlindungan harkat dan martabat manusia.
Pengaturan Hak Asasi Manusia dalam Undang-undang Dasar 1945 sebelum
diamandemen diatur sebagai hak dan kewajiban warga negara Republik Indonesia yang
didalamnya terkandung nilai-nilai Hak Asasi Manusia dan diatur dalam Pasal 27 sampai
Pasal 34.
Namun, ternyata setelah amandemen Undang-Undang Dasar 1945 terdapat hak-hak
asasi yang belum diatur oleh konstitusi, yaitu hak kebebasan pers, hak perempuan, dan hak
pekerja.Hak Asasi Manusia bukanlah hak yang mutlak, dalam pelaksanaannya dibatasi
oleh hak orang lain, moral, keamanan, dan ketertiban. Dengan demikian, pelaksanaan hak
asasi seseorang dan segenap elemen masyarakat hendaknya dapat menghormati hak asasi
orang lain yang diatur oleh Undang-undang Dasar 1945.
B. Saran
Berdasarkan pembahasan yang telah penulis paparkan pada makalah ini. Ada
beberapa yang ingin penulis rekomendasikan atau sarankan bagi para pembaca dan penulis
selanjutnya. Agar makalah ini bisa terus berlanjut dan dapat memberikan banyak manfaat
bagi orang lain.

14
DAFTAR PUSTAKA

Arif, Baehaqi, dkk. (2012). “Hak Azasi Manusia”. Yogyakarta: Universitas Ahmad
Dahlan.

Kusniati, Retno. (2011). “Sejarah Perlindungan Hak-Hak Asasi Manusia dalam Kaitannya
dengan Konsepsi Negara Hukum”. Jurnal Ilmu Hukum, 4(5), hlmn.79-92.

Wilujeng, Sri Rahayu. (2013). “Hak Asasi Manusia: Tinjauan Dari Aspek Historis dan
Yuridis”. Jurnal Ilmiah Kajian Humaniora, 18(2), hlmn. 1-10.

15

Anda mungkin juga menyukai