Anda di halaman 1dari 22

MAKALAH

RUANG LINGKUP HAK ASASI MANUSIA (HAM)

Oleh :
BUDI REYMOND
2074201050

FAKULTAS HUKUM
PERSADA BUNDA PEKANBARU
T.A 2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat rahmat dan anugerah-Nya,
sehingga makalah dengan judul “MAKALAH RUANG LINGKUP HAK ASASI MANUSIA”
dapat diselesaikan dengan baik tanpa suatu halangan apapun. Makalah ini dibuat untuk
memenuhi syarat matakuliah.
Selain itu makalah ini juga dibuat untuk memberikan pemahaman kepada mahasiswa
tentang sejarah dan perkembangan undang-undang pajak.
Semoga dengan dibuatnya makalah ini dapat memberikan wawasan dan pengetahuan
baru kepada mahasiswa tentang sejarah dan perkembangan undang-undang pajak. Dan
semoga bermanfaat bagi kita semua, khususnya dibidang hukum pajak.

Pekanbaru, 13 Juli 2021


Daftar Isi

KATAPENGANTAR...............................................................................................
DAFTAR ISI.............................................................................................................
BAB I PENDAHULUAN ........................................................................................ 1
1.1. Latar Belakang.............................................................................................. 1
1.2. Rumusan Masalah......................................................................................... 2
1.3. Tujuan Makalah............................................................................................ 2
1.4. Manfaat Makalah.......................................................................................... 2
BAB II PEMBAHASAN.......................................................................................... 3
2.1. Pengertian dan Ruang Lingkup HAM.......................................................... 3
2.2. Sejarah HAM................................................................................................ 4
2.3. Hak Asasi dalam UUD 1945........................................................................ 8
2.4. Hak Menurut UU No 39 Tahun 1999........................................................... 10
2.5. Kewajiban Asasi Manusia............................................................................ 11
2.6. HAM pada Tataran Global........................................................................... 13
2.7. HAM (Masalah dan Penangannya)............................................................... 14
BAB III PENUTUPAN............................................................................................ 17
3.1. Kesimpulan................................................................................................... 17
3.2. Saran-saran................................................................................................... 17
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................... 18
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah

Hak merupakan unsur normatif yang melekat pada diri setiap manusia yang dalam
penerapannya berada pada ruang lingkup hak persamaan dan hak kebebasan yang terkait
dengan interaksinya antara individu atau dengan instansi. Hak juga merupakan sesuatu yang
harus diperoleh. Masalah HAM adalah sesuatu hal yang sering kali dibicarakan dan dibahas
terutama dalam era reformasi ini. HAM lebih dijunjung tinggi dan lebih diperhatikan dalam
era reformasi dari pada era sebelum reformasi. Perlu diingat bahwa dalam hal pemenuhan
hak, kita hidup tidak sendiri dan kita hidup bersosialisasi dengan orang lain. Jangan sampai
kita melakukan pelanggaran HAM terhadap orang lain dalam usaha perolehan atau
pemenuhan HAM pada diri kita sendiri. Dalam hal ini penulis merasa tertarik untuk membuat
makalah tentang HAM. Maka dengan ini penulis mengambil judul “Hak Asasi Manusia”.

Secara teoritis Hak Asasi Manusia adalah hak yang melekat pada diri manusia yang
bersifat kodrati dan fundamental sebagai suatu anugerah Allah yang harus dihormati, dijaga,
dan dilindungi. hakikat Hak Asasi Manusia sendiri adalah merupakan upaya menjaga
keselamatan eksistensi manusia secara utuh melalui aksi keseimbangan antara kepentingan
perseorangan dengan kepentingan umum. Begitu juga upaya menghormati, melindungi, dan
menjunjung tinggi Hak Asasi Manusia menjadi kewajiban dan tangung jawab bersama antara
individu, pemeritah (Aparatur Pemerintahan baik Sipil maupun Militer), dan negara.

Berdasarkan beberapa rumusan hak asasi manusia di atas, dapat ditarik kesimpulan tentang
beberapa sisi pokok hakikat hak asasi manusia, yaitu :

a. HAM tidak perlu diberikan, dibeli ataupun di warisi, HAM adalah bagian dari manusia
secara otomatis.

b. HAM berlaku untuk semua orang tanpa memandang jenis kelamin, ras, agama, etnis,
pandangan politik atau asal usul sosial, dan bangsa.

1
c. HAM tidak bisa dilanggar, tidak seorangpun mempunyai hak untuk membatasi atau
melanggar hak orang lain. Orang tetap mempunyai HAM walaupun sebuah negara membuat
hukum yang tidak melindungi atau melanggar HAM.

1.2 Rumusan Masalah

Dalam makalah ini penulis mengidentifikasi masalah sebagai berikut:

 Apa pengertian dan ruang lingkup HAM ?


 Bagaimana Sejarah HAM ?
 Apa saja Hak asasi dalam UUD 1945 ?
 Bagaimana HAM menurut UU NO 39 TH 1999 ?
 Bagaiamana Kewajiban Asasi Manusia ?
 Bagaimana HAM pada tatanan global, permasalahannya dan penegakannya ?

1.3 Tujuan Makalah


Adapun tujuan melakukan yang dirumuskan dalam penelitian ini adalah :

1.    Untuk memenuhi tugas kuliah.


2.    Untuk mengetahui secara baik dan luas bagaimana ruang lingkup dalam HAM.

1.4 Manfaat Makalah


Makalah ini dapat bermanfaat untuk menambah dan memperdalam ilmu pengetahuan tentang
Hak Asasi Manusia.

2
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian dan Ruang Lingkup Hak Asasi Manusia (HAM)

HAM adalah hak-hak dasar yang melekat pada diri manusia,tanpa hak-hak itu manusia
tidak dapat hidup layak sebagai manusia.Menurut John Locke HAM adalah hak-hak yang
diberikan langsung oleh Tuhan Yang Maha Pencipta sebagai hak yang kodrati. Dalam pasal 1
Undang-Undang Nomor 39 Tahun 1999 tentang HAM disebutkan bahwa “Hak Asasi Manusia
adalah seperangkat hak yang melekat pada hakekat dan keberadaan manusia sebagai makhluk
Tuhan Yang Maha Esa dan merupakan anugerah-Nya yang wajib dihormati, dijunjung tinggi,
dan dilindungi oleh negara, hukum, pemerintah dan setiap orang, demi kehormatan serta
perlindungan harkat dan martabat manusia”.

Ruang lingkup HAM meliputi:

- Hak pribadi: hak-hak persamaan hidup, kebebasan, keamanan, dan lain-lain;


- Hak milik pribadi dan kelompok sosial tempat seseorang berada;
- Kebebasan sipil dan politik untuk dapat ikut serta dalam pemerintahan; serta
- Hak-hak berkenaan dengan masalah ekonomi dan sosial.

Hakikat Hak Asasi Manusia sendiri adalah merupakan upaya menjaga keselamatan
eksistensi manusia secara utuh melalui aksi keseimbangan antara kepentingan perseorangan
dengan kepentingan umum. Begitu juga upaya menghormati, melindungi, dan menjunjung
tinggi Hak Asasi Manusia menjadi kewajiban dan tangung jawab bersama antara individu,
pemeritah (Aparatur Pemerintahan baik Sipil maupun Militer),dan negara.Berdasarkan
beberapa rumusan hak asasi manusia di atas, dapat ditarik kesimpulan tentang beberapa sisi
pokok hakikat hak asasi manusia, yaitu :

3
a. HAM tidak perlu diberikan, dibeli ataupun di warisi, HAM adalah bagian dari manusia
secara otomatis.

b. HAM berlaku untuk semua orang tanpa memandang jenis kelamin, ras, agama, etnis,
pandangan politik atau asal usul sosial, dan bangsa.

c. HAM tidak bisa dilanggar, tidak seorangpun mempunyai hak untuk membatasi atau
melanggar hak orang lain. Orang tetap mempunyai HAM walaupun sebuah negara membuat
hukum yang tidak melindungi atau melanggar HAM.

2.2 Sejarah HAM

Sejarah Internasional Hak Asasi Manusia

Umumnya para pakar Eropa berpendapat bahwa lahirnya HAM dimulai dengan
lahirnya Magna Charta pada tahun 1215 di Inggris. Magna Charta antara lain mencanangkan
bahwa raja yang tadinya memiliki kekuasaan absolut (raja yang menciptakan hukum, tetapi ia
sendiri tidak terikat pada hukum), menjadi dibatasi kekuasaannya dan mulai dapat dimintai
pertanggungjawaban di muka umum. Dari sinilah lahir doktrin raja tidak kebal hukum lagi
dan mulai bertanggungjawab kepada hukum. Sejak itu mulai dipraktekkan kalau raja
melanggar hukum harus diadili dan harus mempertanggungjawabkan kebijakasanaannya
kepada parlemen. Jadi, sudah mulai dinyatakan dalam bahwa raja terikat kepada hukum dan
bertanggungjawab kepada rakyat, walaupun kekuasaan membuat Undang-undang pada masa
itu lebih banyak berada di tangan raja. Dengan demikian, kekuasaan raja mulai dibatasi
sebagai embrio lahirnya monarkhi konstitusional yang berintikan kekuasaan raja sebagai
simbol belaka. Lahirnya Magna Charta ini kemudian diikuti oleh perkembangan yang lebih
konkret, dengan lahirnya Bill of Rights di Inggris pada tahun 1689. Pada masa itu mulai
timbul adagium yang intinya adalah bahwa manusia sama di muka hukum (equality before the
law). Adagium ini memperkuat dorongan timbulnya negara hukum dan demokrasi. Bill of
rights melahirkan asas persamaan. Para pejuang HAM dahulu sudah berketatapan bahwa hak
persamaan harus diwujudkan betapapun beratnya resiko yang dihadapi karena hak kebebasan
baru dapat diwujudkan kalau ada hak persamaan. Untuk mewujudkan semua itu, maka

4
lahirlah teori Roesseau (tentang contract social/perjanjian masyarakat), Motesquieu dengan
Trias Politikanya yang mengajarkan pemisahan kekuasaan guna mencegah tirani, John Locke
di Inggris dan Thomas Jefferson di Amerika dengan hak-hak dasar kebebasan dan persamaan
yang dicanangkannya.
Perkembangan HAM selanjutnya ditandai dengan munculnya The American
Declaration of Independence yang lahir dari paham Roesseau dan Montesqueu. Jadi,
walaupun di Perancis sendiri belum dirinci apa HAM itu, tetapi di Amerika Serikat lebih
dahulu mencanangkan secara lebih rinci. Mulailah dipertegas bahwa manusia adalah merdeka
sejak di dalam oerut ibunya, sehingga tidaklah logis bila sesudah lahir, ia harus dibelenggu.
Selanjutnya pada tahun 1789 lahirlah The French Declaration, dimana hak-hak yang lebih
rinci lagi melahirkan dasar The Rule of Law. Antara lain dinyatakah tidak boleh ada
penangkapan dan penahanan yang semena-mena, termasuk ditangkap tanpa alasan yang sah
dan ditahan tanpa surat perintah yang dikeluarkan oleh pejabat yang sah. Dinyatakan pula
presumption of innocence, artinya orang-orany yang ditangkap kemudian ditahan dan dituduh,
berhak dinyatakan tidak bersalah sampai ada keputusan pengadilan yang berkekuatan hukum
tetap yang menyatakan ia bersalah. Dipertegas juga dengan freedom of expression (bebas
mengelaurkan pendapat), freedom of religion (bebas menganut keyakinan/agama yang
dikehendaki), the right of property (perlindungan terhadap hak milik) dan hak-hak dasar
lainnya. Jadi, dalam French Declaration sudah tercakup semua hak, meliputi hak-hak yang
menjamin tumbuhnyademokrasi maupun negara hukum yang asas-asasnya sudah dicanangkan
sebelumnya.
Perlu juga diketahui The Four Freedoms dari Presiden Roosevelt yang dicanangkan
pada tanggal 6 Januari 1941, dikutip dari Encyclopedia Americana, p.654 tersebut di bawah
ini :
"The first is freedom of speech and expression everywhere in the world. The second is
freedom of every person to worship God in his own way-every where in the world. The third
is freedom from want which, translated into world terms, means economic understandings
which will secure to every nation a healthy peacetime life for its inhabitants-every where in
the world. The fourth is freedom from fear-which, translated into world terms, means a
worldwide reduction of armaments to such a point and in such a through fashion that no

5
nation will be in a position to commit an act of physical agression against any neighbor-
anywhere in the world."
Semua hak-hak ini setelah Perang Dunia II (sesudah Hitler memusnahkan berjuta-juta
manusia) dijadikan dasar pemikiran untuk melahirkan rumusan HAM yang bersifat universal,
yang kemudian dikenal dengan The Universal Declaration of Human Rights yang diciptakan
oleh PBB pada tahun 1948.

Sejarah Nasionak Hak Asasi Manusia


Deklarasi HAM yang dicetuskan di Perserikatan Bangsa-Bangsa pada tanggal 10
Desember 1948, tidak berlebihan jika dikatakan sebagai puncak peradaban umat manusia
setelah dunia mengalami malapetaka akibat kekejaman dan keaiban yang dilakukan negara-
negara Fasis dan Nazi Jerman dalam Perang Dunia II. Deklarasi HAM sedunia itu
mengandung makna ganda, baik ke luar (antar negara-negara) maupun ke dalam (antar
negara-bangsa), berlaku bagi semua bangsa dan pemerintahan di negara-negaranya masing-
masing. Makna ke luar adalah berupa komitmen untuk saling menghormati dan menjunjung
tinggi harkat dan martabat kemanusiaan antar negara-bangsa, agar terhindar dan tidak
terjerumus lagi dalam malapetaka peperangan yang dapat menghancurkan nilai-nilai
kemanusiaan. Sedangkan makna ke dalam, mengandung pengertian bahwa Deklarasi HAM
seduania itu harus senantiasa menjadi kriteria objektif oleh rakyat dari masing-masing negara
dalam menilai setiap kebijakan yang dikelauarkan oleh pemerintahnya.
Bagi negara-negara anggota PBB, Deklarasi itu sifatnya mengikat. Dengan demikian
setiap pelanggaran atau penyimpangan dari Deklarasi HAM sedunia si suatu negara anggota
PBB bukan semata-mata menjadi masalah intern rakyat dari negara yang bersangkutan,
melainkan juga merupakan masalah bagi rakyat dan pemerintahan negara-negara anggota
PBB lainnya. Mereka absah mempersoalkan dan mengadukan pemerintah pelanggar HAM di
suatu negara ke Komisi Tinggi HAM PBB atau melalui lembaga-lembaga HAM internasional
lainnya unuk mengutuk bahkan menjatuhkan sanksi internasional terhadap pemerintah yang
bersangkutan.
Adapun hakikat universalitas HAM yang sesungguhnya, bahwa ke-30 pasal yang
termaktub dalam Deklarasi HAM sedunia itu adalah standar nilai kemanusiaan yang berlaku
bagi siapapun, dari kelas sosial dan latar belakang primordial apa pun serta bertempat tinggal
6
di mana pun di muka bumi ini. Semua manusia adalah sama. Semua kandungan nilai-nilainya
berlaku untuk semua.
Di Indonesia HAM sebenarnya telah lama ada. Sebagai contoh, HAM di Sulawesi
Selatan telah dikenal sejak lama, kemudian ditulis dalam buku-buku adat (Lontarak). Antara
lain dinyatakan dalam buku Lontarak (Tomatindo di Lagana) bahwa apabila raja berselisih
faham dengan Dewan Adat, maka Raja harus mengalah. Tetapi apabila para Dewam Adat
sendiri berselisih, maka rakyatlah yang memustuskan. Jadi asas-asas HAM yang telah disorot
sekarang, semuanya sudah diterpkan oleh Raja-Raja dahulu, namun hal ini kurang
diperhatikan karena sebagian ahli hukum Indonesia sendiri agaknya lebih suka mempelajari
teori hukum Barat. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa HAM sudah lama lahir di
Indonesia, namun dalam perkembangannya tidak menonjol karena kurang dipublikasikan.
Human Rights selalu terkait dengan hak individu dan hak masyarakat. Ada yang bertanya
mengapa tidak disebut hak dan kewajban asasi. Juga ada yang bertanya mengapa bukan Social
Rights. Bukankan Social Rights mengutamakan masyarakat yang menjadi tujuan ?
Sesungguhnya dalam Human Rights sudah implisit adanya kewajiban yang harus
memperhatikan kepentingan masyarakat. Demikian juga tidak mungkin kita mengatakan ada
hak kalau tanpa kewajiban. Orang yang dihormati haknya berkewajiban pula menghormati
hak orang lain. Jadi saling hormat-menghormati terhadap masing-masing hak orang. Jadi
jelaslah kalau ada hak berarti ada kewajiban. Contoh : seseorang yang berhak menuntut
perbaikan upah, haruslah terlebih dahulu memenuhi kewajibannya meningkatkan hasil
kerjanya. Dengan demikian tidak perlu dipergunakan istilah Social Rights karena kalau kita
menghormati hak-hak perseorangan (anggota masyarakat), kiranya sudah termasuk pengertian
bahwa dalam memanfaatkan haknya tersebut tidak boleh mengganggu kepentingan
masyarakat. Yang perlu dijaga ialah keseimbangan antara hak dan kewajiban serta antara
kepentingan perseorangan dengan kepentingan umum (kepentingan masyarakat). Selain itu,
perlu dijaga juga keseimbangan antara kebebasan dan tanggungjawab. Artinya, seseorang
memiliki kebebasan bertindak semaunya, tetapi tidak memperkosa hak-hak orang lain. Ada
yang mengatakan bahwa pelaksanaan HAM di Indonesia harus sesuai dengan latar belakang
budaya Indonesia. Artinya, Universal Declaration of Human Rights kita akui, hanya saja
dalam implementasinya mungkin tidak sama dengan di negara-negara lain khususnya negara
Barat yang latar belakang sejarah dan budayanya berbeda dengan kita. Memang benar bahwa
7
negara-negara di dunia (tidak terkecualai Indonesia) memiliki kondisi-kondisi khusus di
bidang politik, sosial, ekonomi, budaya dan lain sebagainya, yang bagaimanapun, tentu saja
berpengaruh dalam pelaksanaan HAM. Tetapi, tidak berarti dengan adanya kondisi yang
bersifat khusus tersebut, maka prinsip-prinsip mendasar HAM yang universal itu dapat
dikaburkan apalagi diingkari. Sebab, universalitas HAM tidak identik dengan
"penyeragaman". Sama dalam prinsip-prinsip mendasar, tetapi tidak mesti seragam dalam
pelaksanaan. Disamping itu, apa yang disebut dengan kondisi bukanlah sesuatu yang bersifat
statis. Artinya, suatu kondisi tertentu tidak dapat dipergunakan sebagai patokan mutlak.
Kondisi itu memiliki sifat yang berubah-ubah, dapat dipengaruhi dan diciptakan dari waktu ke
waktu. Oleh karena itu, masalahnya adalah kembali kepada siapa yang mengkondisikan dan
mengapa diciptakan kondisi seperti itu ?

2.3 Hak Asasi dalam UUD 1945


Masalah Hak Asasi Manusia (HAM) secara jelas diatur dalam UUD 1945 yang
diamandemen. Tapi, bukan berarti sebelum itu UUD 1945 tidak memuat masalah HAM. Hak
asasi yang diatur saat itu antara lain hak tentang merdeka disebut pada bagian pembukaan,
alinea kesatu. Kemudian, hak berserikat diatur dalam pasal 28, hak memeluk agama pada
pasal 29, hak membela negara pada pasal 30, dan hak mendapat pendidikan, terdapat pada
pasal 31. Dalam UUD 1945 yang diamandemen, HAM secara khusus diatur dalam Bab XA,
mulai pasal 28 A sampai dengan pasal 28 J.
- Pasal 28 A : Setiap orang berhak untuk hidup serta berhak mempertahankan hidup
dan kehidupannya.
- Pasal 28 B : (1) Setiap orang berhak membentuk keluarga dan melanjutkan keturunan
melalui perkawinan sah. (2) Setiap anak berhak atas kelangsungan hidup, tumbuh,
dan berkembang serta berhak atas perlindungan dari kekerasan dan diskriminasi.
- Pasal 28 C : (1) Setiap orang berhak mengembangkan diri melalui pemenuhan
kebutuhan dasarnya, berhak mendapat pendidikan dan memperoleh manfaat dan ilmu
pengetahuan dan teknologi, seni dan budaya, demi meningkatkan kualitas hidupnya
dan demi kesejahteraan umat manusia. (2) Setiap orang berhak untuk memajukan

8
dirinya dalam memperjuangkan haknya secara kolektif untuk membangun
masyarakat, bangsa, dan negaranya.
- Pasal 28 D : (1) Setiap orang berhak atas pengakuan, jaminan, perlindungan, dan
kepastian hukum yang adil serta perlakuan yang sama di hadapan hukum. (2) Setiap
orang berhak untuk bekerja serta mendapat imbalan dan perlakuan yang adil dan
layak dalam hubungan kerja. (3) Setiap warga negara berhak memperoleh
kesempatan yang sama dalam pemerintahan. (4) Setiap orang berhak atas status
kewarganegaraan.
- Pasal 28 E :  (1) Setiap orang bebas memeluk agama dan beribadat menurut
agamanya, memilih pendidikan dan pengajaran, memilih pekerjaan, memilih
kewarganegaraan, memilih tempat tinggal di wilayah negara dan meninggalkannya,
serta hendak kembali. (2) Setiap orang berhak atas kebebasan meyakini kepercayaan
menyatakan pikiran dan sikap, sesuai dengan hati nuruninya. (3) Setiap orang berhak
atas kebebasan berserikat, berkumpul, dan mengeluarkan pendapat.
- Pasal 28 F : Setiap  orang  berhak  untuk  berkomunikasi  dan  memperoleh
informasi untuk  mengembangkan  pribadi  dan  lingkungan  sosialnya,  serta 
berhak  untuk mencari,  memperoleh,  memiliki,  menyimpan,  mengolah,  dan 
menyampaikan informasi dengan menggunakan segala jenis saluran yang tersedia.
- Pasal 28 G : (1)  Setiap  orang  berhak atas perlindungan  diri pribadi,  keluarga, 
kehormatan,martabat, dan  harta benda yang dibawah kekuasaannya, 
serta berhak  atas rasa aman  dan  perlindungan  dari  ancaman ketakutan  untuk 
berbuat  atau tidak berbuat sesuatu  yang  merupakan hak asasi.
(2)  Setiap  orang  berhak  untuk  bebas  dari  penyiksaan  dan  perlakuan  yang
merendahkan  derajat  martabat  manusia  dan  berhak   memperoleh  suaka
politik dari negara  lain. 
-Pasal 28H:
1)Setiap orang berhak hidup  sejahtera lahir dan batin, bertempat tinggal, dan
mnedapatkan  lingkungan  hidup  baik  dan  sehat  serta  berhak  memperoleh
pelayanan kesehatan.  (2)  Setiap  orang  mendapat  kemudahan  dan  perlakuan 
khusus  untuk memperoleh  kesempatan  dan  manfaat  yang  sama  guna  mencapai
persamaan dan keadilan. (3)  Setiap  orang  berhak  atas  jaminan  sosial  yang 
9
memungkinkan
pengembangan dirinya secara  utuh  sebagai  manusia yang bermartabat. 
(4)  Setiap  orang  berhak mempunyai  hak milik  pribadi  dan  hak milik  tersebut
tidak boleh diambil alih secara sewenangwenang oleh siapa pun. 
- Pasal 28I : (1) 
Hak untuk hidup, hak untuk tidak  disiksa,  hak  kemerdekaan pikiran dan  hati
nurani,  hak  beragama,  hak  untuk  tidak  diperbudak,  hak  untuk  diakui
sebagai pribadi dihadapan hukum, dan hak untuk  tidak dituntut atas dasar hukum 
yang  berlaku  surut  adalah  hak  asasi  manusia   yang  tidak  dapat
dikurangi dalam keadaan apa  pun.
(2) Setiap  orang  berhak bebas atas  perlakuan  yang bersifat  diskriminatif  atas
dasar apa pun dan berhak  mendapatkan perlindungan terhadap perlakuan
yang bersifat diskriminatif itu. 
(3) Identitas budaya dan hak masyarakat tradisional  dihormati  selaras dengan
perkembangan zaman dan peradaban. 
(4) Perlindungan,  pemajuan,  penegakan,  dan  pemenuhan  hak  asasi manusia
adalah tanggung jawab negara, terutama  pemerintah.
(5) Untuk menegakan dan melindungi hak assi manusia sesuai dengan prinsip
negara  hukum  yang  demokratis,  maka  pelaksanaan  hak  asasi  manusia
dijamin,  diatur,  dan  dituangkan  dalam  peraturan    perundanganundangan.
-Pasal 28J:
(1) Setiap orang  wajib menghormati hak asasi manusia orang lain dalam  tertib
kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara. 
(2)  Dalam  menjalankan  hak  dan  kebebasannya,  setiap  orang  wajib  tunduk
kepada  pembatasan  yang  ditetapkan  dengan  undang-undang   dengan
maksud sematamata untuk menjamin pengakuan serta  penghormatan atas hak 
kebebasan orang  lain  dan untuk memenuhi   tuntutan  yang adil  sesuai dengan 
pertimbangan moral,  nilainilai  agama,   keamanan,  dan  ketertiban
umum dalam suatu masyarakat  demokratis. 

10
2.4 HAM Menurut UU NO 39 TH 1999

Pengertian HAM, menurut UU 39/1999 tentang HAM, adalah seperangkat hak yang
melekat pada hakikat dan keberadaan manusia sebagai makhluk Tuhan Yang Maha Esa dan
merupakan anugerah-Nya yang wajib dihormati, dijunjung tinggi dan dilindungi oleh negara,
hukum, Pemerintah, dan setiap orang demi kehormatan serta perlindungan harkat dan
martabat manusia.
Pemikiran-pemikiran yang mendasari lahirnya UU ini, sebagaimana disebut pada
bagian Umum Penjelasan Pasal demi Pasal, adalah sebagai berikut:
a. Tuhan Yang Maha Esa adalah pencipta alam semesta dengan segala isinya;
b. pada dasarnya, manusia dianugerahi jiwa, bentuk, struktur, kemampuan, kemauan serta
berbagai kemudahan oleh Penciptanya, untuk menjamin kelanjutan hidupnya;
c. untuk melindungi, mempertahankan, dan meningkatkan martabat manusia, diperlukan
pengakuan dan perlindungan hak asasi manusia, karena tanpa hal tersebut manusia akan
kehilangan sifat dan martabatnya, sehingga dapat mendorong manusia menjadi serigala
bagi manusia lainnya (homo homini lupus);
d. karena manusia merupakan makhluk sosial, maka hak asasi manusia yang satu dibatasi
oleh hak asasi manusia yang lain, sehingga kebebasan atau hak asasi manusia bukanlah
tanpa batas;
e. hak asasi manusia tidak boleh dilenyapkan oleh siapapun dan dalam keadaan apapun;
f. setiap hak asasi manusia mengandung kewajiban untuk menghormati hak asasi manusia
orang lain, sehingga di dalam hak asasi manusia terdapat kewajiban dasar;
g. hak asasi manusia harus benar-benar dihormati, dilindungi, dan ditegakkan, dan untuk itu
pemerintah, aparatur negara, dan pejabat publik lainnya mempunyai kewajiban dan
tanggungjawab menjamin terselenggaranya penghormatan, perlindungan, dan penegakan
hak asasi manusia.

2.5 Kewajiban Asasi Manusia

Hakekatnya dalam kehidupan manusia ada dua dimensi kehidupan yaitu dimensi
individu dan dimensi sosial. Pada tataran individu, seseorang akan membangun pada dirinya
praktek dan pengembangan nilai yang akan mengarahkan berbagai tindakan dirinya dalm
11
upaya mencapai rasa puas diri. Walaupun demikian rasa puas diri yang hendak dicapai dapat
dibagi dalam dua gradasi yaitu gradasi pertama adalah adanya kebutuhan dan keinginan yang
bersifat individu. Pada gradasi kedua yang bersifat lebih tinggi adalah kesadaran sosial juga
mempunyai jenis kebutuhan sosial dan keinginan sosial. Pada tataran individu, cara
mencapainya tentu tidak diperkenankan bila kehendak tersebut bila akan dieksekusi  sudah
jelas akan merugikan orang lain, demikian pula pada level kehidupan sosial.

Pada tataran praktek, seseorang yang mempunyai self awareness yang akan dapat
membedakan antara kebutuhan dan keinginan. Peran agama yang merupakan rujukan nilai
yang akan membentuk dan memancarkan perilakunya disamping akar budayanya, bila
diaktualisasikan akan memancarkan pola praktek kewajiban manusia. Dalam konteks atau
semangat ini, maka semua agama telah jelas mengajarkan nilai-nilai toleransi dan pembentuk
motivasi perilaku luhur, baik untuk tujuan ke-akheratan maupun untuk tujuan ke-duniawi-an.
Demikian pula dalam konstruksi hubungan dan perilaku sosial, misalnya, agama Islam telah
memberikan rujukan nilai seperti mekanisme musyawarah dalam menyelesaikan persoalan,
kemudian tolong-menolong dalam hal kebaikan, tanpa melihat perbedaan agama, suku, status
sosial dll. Nilai-nilai seperti ini yang perlu dilakukan re-aktualisasinya dalam konstruksi
hubungan sosial dalam wadah Indonesia ini sehingga menumbuhkan proses-proses sinergitas-
positif. Bila keadaan ini yang terjadi maka proses pensejahteraan bangsa tentu akan lebih
terpacu atau lebih akseleratif. Karenanya dimensi hubungan horizontal dalam nilai-nilai
agama ini yang perlu mendapat prioritas dalam aktualisasi diri, baik sejak pemahamannya
maupun dalam aspek praktikalitasnya. Maka karakter yang membentuk perilaku ini
sesungguhnya merupakan kewajiban asasi manusia (KAM) sebagai makhluk ibadah.

Maka dalam sebuah komunitas yang bernama bangsa yang dibangun atas kesamaan
nilai-nilai budaya, maka dalam wadah kebangsaan perlu dibangun sebuah konstruksi teologi
yang mampu keluar dari kesempitan (aliran) agama dan mampu mendorong umat menyapa
baik komunitas internalnya maupun yang di luarnya. Ada dua hal yang potensial yang dapat
dicapai dalam pengembangan teologi kebangsaan. Pertama, sikap bahwa manusia tidak
mungkin dapat hidup sendiri, maka dalam kesadaran ini “semangat memberi” (giver)
merupakan  sikap  terbaik  sebagai pengganti dari sikap selalu menuntut hak, tanpa diimbangi

12
dengan pengertian adanya kewajiban (taker). Kedua, dalam beragama dan soal-soal
keagamaan, yang mendorong manusia sebagi makhluk ibadah untuk selalu berbuat baik  dapat
dikembangkan menjadi perilaku yang baku dan menjadi sikap yang tidak ter-buru-buru atau
mudah menggunakan alasan agama untuk menghakimi orang lain.Untuk itu, bila dengan
berbagai kejadian yang ada didunia ini dapat dianggap sebagai sedang terjadinya krisis nilai,
yang merupakan akar dari berbagai krisis yang ada, maka bila digunakan teori seven habit-nya
Covey, maka pada tataran : Kemauan – Mengutamakan yang Utama (First Thing First- Yang
penting dan mendesak), dengan penjelasan sebgai berikut :

“Kemampuan manusia berupa kemauan apabila diaktualkan secara optimal akan


menghasilkan kebiasaan hidup teratur – mengutamakan yang utama, dan penuh displin dalam
membuat tata letak antara prioritas utama, kepentingan, dan urgensitas. Keteraturan dan
displin tidak dapat diraih tanpa kemauan keras untuk merebut tanggung jawab. Orang yang
tahu tata letak akan membuat kebiasaan hidup efektif”.

Pada level aktualisasi yang  rendah, kemampuan ini akan menghasilkan kebiasaan
hidup berupa mentalitas jalan-pintas, atau the simple answer, menolak tanggung jawab hidup
sehingga tidak terjadi keteraturan. Membesar-besarkan hal yang kecil dan mengabaikan hal
yang menjadi benih-benih   peristiwa besar  (kebocoran atau kemampetan talang).  Orang
yang malas tidak berarti hidupnya efektif meskipun ia menolak bertanggung jawab karena
pada dasarnya hidup ini tidak memberi pilihan antara  bertanggung jawab atau tidak,
melainkan harus bertanggung jawab. Maka dalam hal ini dalam asumsi sedang terjad
globalisasi krisis nilai, maka nilai utama atau First Thing First yang harus ditegakkan saat ini
adalah mulai dengan menegakkan dan mempraktekkan “kewajiban asasi manusia” atau
(KAM). Marilah bangsa indonesia membangun identitas karakternya dengan semaraknya
praktek moralitas giver, sebagai manifestasi ari kesadaran nilai KAM.

2.6 Hak Asasi Manusia (HAM) pada tataran Global

Sebelum konsep HAM diritifikasi PBB, terdapat beberapa konsep utama mengenai
HAM ,yaitu:

13
a. HAM menurut konsep Negara-negara Barat:
1. Ingin meninggalkan konsep Negara yang mutlak.
2. Ingin mendirikan federasi rakyat yang bebas.
3. Filosofi dasar: hak asasi tertanam pada diri individu manusia.
4. Hak asasi lebih dulu ada daripada tatanan Negara.
b. HAM menurut konsep sosialis:
1. Hak asasi hilang dari individu dan terintegrasi dalam masyarakat
2. Hak asasi tidak ada sebelum Negara ada.
3. Negara berhak membatasi hak asasi manusia apabila situasi menghendaki.
c. HAM menurut konsep bangsa-bangsa Asia dan Afrika:
1. Tidak boleh bertentangan ajaran agama sesuai dengan kodratnya.
2. Masyarakat sebagai keluarga besar, artinya penghormatan utama terhadap
kepala keluarga
3. Individu tunduk kepada kepala adat yang menyangkut tugas dan kewajiban
sebagai anggota masyarakat.
d. HAM menurut konsep PBB;
Konsep HAM ini dibidani oleh sebuah komisi PBB yang dipimpin oleh Elenor
Roosevelt dan secara resmi disebut “Universal Decralation of Human Rights”.

Universal Decralation of Human Rights menyatakan bahwa setiap orang mempunyai:

  Hak untuk hidup


 Kemerdekaan dan keamanan badan
 Hak untuk diakui kepribadiannya menurut hukum
 Hak untuk mendapat jaminan hukum dalam perkara pidana
 Hak untuk masuk dan keluar wilayah suatu Negara
 Hak untuk mendapat hak milik atas benda
 Hak untuk bebas mengutarakan pikiran dan perasaan
 Hak untuk bebas memeluk agama
 Hak untuk mendapat pekerjaan
 Hak untuk berdagang

14
 Hak untuk mendapatkan pendidikan
 Hak untuk turut serta dalam gerakan kebudayaan masyarakat
 Hak untuk menikmati kesenian dan turut serta dalam kemajuan keilmuan.

2.7 HAM di Indonesia : Masalah dan Penanganannya

Sejalan dengan amanat Konstitusi, Indonesia berpandangan bahwa pemajuan dan


perlindungan HAM harus didasarkan pada prinsip bahwa hak-hak sipil, politik, ekonomi,
sosial budaya, dan hak pembangunan merupakan satu kesatuanyang tidak dapat di pisahkan,
baik dalam penerapan, pemantauan, maupun dalam pelaksanaannya. Sesuai dengan pasal 1
(3), pasal 55, dan 56 Piagam PBB upaya pemajuan dan perlindungan HAM harus dilakukan
melalui sutu konsep kerja sama internasional yang berdasarkan pada prinsip saling
menghormati, kesederajatan, dan hubungan antar negaraserta hukum internasional yang
berlaku.

Program penegakan hukum dan HAM meliputi pemberantasan korupsi, antitrorisme,


serta pembasmian penyalahgunaan narkotika dan obat berbahaya. Oleh sebab itu, penegakan
hukum dan HAM harus dilakukan secara tegas, tidak diskriminatif dan konsisten.

Kegiatan-kegiatan pokok penegakan hukum dan HAM meliputi hal-hal berikut:

1. Pelaksanaan Rencana Aksi Nasional Hak Asasi Manusia (RANHAM) dari 2004-2009
sebagai gerakan nasional

2. Peningkatan efektifitas dan penguatan lembaga / institusi hukum ataupun lembaga


yang fungsi dan tugasnya menegakkan hak asasi manusia

3. Peningkatan upaya penghormatan persamaan terhadap setiap warga Negara di depan


hukum melalui keteladanan kepala Negara beserta pimpinan lainnya untuk memetuhi/
menaati hukum dan hak asasi manusia secara konsisten serta konsekuen

15
4. Peningkatan berbagai kegiatan operasional penegakan hukum dan hak asasi manusia
dalam rangka menyelenggarakan ketertiban sosial agar dinamika masyarakat dapat
berjalan sewajarnya.

5. Penguatan upaya-upaya pemberantasan korupsi melalui pelaksanaan Rencana, Aksi


Nasional Pemberantasan Korupsi.

6. Peningkatan penegakan hukum terhadao pemberantasan tindak pidana terorisme dan


penyalahgunaan narkotika serta obat lainnya.

7. Penyelamatan barang bukti kinerja berupa dokumen atau arsip/lembaga Negara serta
badan pemerintahan untuk mendukung penegakan hukum dan HAM.

8. Peningkatan koordinasi dan kerja sama yang menjamin efektifitas penegakan hukum
dan HAM.

9. Pengembangan system manajemen kelembagaan hukum yang transparan.

10. Peninjauan serta penyempurnaan berbagai konsep dasar dalam rangka mewujudkan
proses hukum yang kebih sederhana, cepat, dan tepat serta dengan biaya yang
terjangkau oleh semua lapisan masyarakat.

Contoh-Contoh Kasus Pelanggaran HAM

1. Terjadinya penganiayaan pada praja STPDN oleh seniornya dengan dalih pembinaan
yang menyebabkan meninggalnya Klip Muntu pada tahun 2003.

2. Dosen yang malas masuk kelas atau malas memberikan penjelasan pada suatu mata
kuliah kepada mahasiswa merupakan pelanggaran HAM ringan kepada setiap
mahasiswa.

3. Para pedagang yang berjualan di trotoar merupakan pelanggaran HAM terhadap para
pejalan kaki, sehingga menyebabkan para pejalan kaki berjalan di pinggir jalan
sehingga sangat rentan terjadi kecelakaan.

16
4. Orang tua yang memaksakan kehendaknya agar anaknya masuk pada suatu jurusan
tertentu dalam kuliahnya merupakan pelanggaran HAM terhadap anak, sehingga
seorang anak tidak bisa memilih jurusan yang sesuai dengan minat dan bakatnya.

5. Kasus Babe yang telah membunuh anak-anak yang berusia di atas 12 tahun, yang
artinya hak untuk hidup anak-anak tersebut pun hilang

6. Masyarakat kelas bawah mendapat perlakuan hukum kurang adil, bukti nya jika
masyarakat bawah membuat suatu kesalahan misalkan mencuri sendal proses hukum
nya sangat cepat, akan tetapi jika masyarakat kelas atas melakukan kesalahan misalkan
korupsi, proses hukum nya sangatlah lama

7. Kasus Tenaga Kerja Wanita (TKW) yang bekerja di luar negeri mendapat
penganiayaan dari majikannya

8. Kasus pengguran anak yang banyak dilakukan oleh kalangan muda mudi yang kawin
diluar nikah.

17
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan

HAM adalah hak-hak dasar yang dimiliki oleh manusia sesuai dengan kiprahnya.
Setiap individu mempunyai keinginan agar HAM-nya terpenuhi, tapi satu hal yang perlu
kita ingat bahwa Jangan pernah melanggar atau menindas HAM orang lain.Dalam
kehidupan bernegara HAM diatur dan dilindungi oleh perundang-undangan RI, dimana
setiap bentuk pelanggaran HAM baik yang dilakukan oleh seseorang, kelompok atau suatu
instansi atau bahkan suatu Negara akan diadili dalam pelaksanaan peradilan HAM,
pengadilan HAM menempuh proses pengadilan melalui hukum acara peradilan HAM
sebagaimana terdapat dalam Undang-Undang pengadilan HAM.

3.2 Saran-saran

Sebagai makhluk sosial kita harus mampu mempertahankan dan memperjuangkan


HAM kita sendiri. Di samping itu kita juga harus bisa menghormati dan menjaga HAM
orang lain jangan sampai kita melakukan pelanggaran HAM. Dan jangan sampai pula
HAM kita dilanggar dan dinjak-injak oleh orang lain.Jadi dalam menjaga HAM kita harus
mampu menyelaraskan dan mengimbangi antara HAM kita dengan orang lain.

18
DAFTAR PUSTAKA

Aswanto, 1999, Jaminan Perlindungan HAM dalam KUHAP dan Bantuan Hukum Terhadap
Penegakan HAM di Indonesia, Disertasi, Makassar: Perpustakaan FH-Unair.

Kansil, C.S.T.. 1996. Pengantar Ilmu Hukum dan Tata Hukum Indonesia. Jakarta:
BalaiPustaka

“Konsepsi Bangsa Indonesia Tentang Hak-hak Asasi Manusia Ditinjau Dari Segi Hukum”,
disusun oleh Tim UNPAD, Universitas Padjadjaran, Bandung, Januari 1993.

Peter Laslett (1988). "Introduction: Locke and Hobbes". Two Treatises on Government.


Cambridge University Press. hlm. 68.

Scott Davidson, Hak Asasi Manusia, Grafiti, Jakarta, 1994.

Undang-undang Nomor 39 Tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia.

19

Anda mungkin juga menyukai