Anda di halaman 1dari 15

KATA PENGANTAR

Puji syukur atas kehadiran Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat dan pentunjuk nya sehingga kami
dapat menyelesaikan tugas makalah dengan judul HAK ASASI MANUSIA.

Penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan dan keterbatasan dalam penyajian data
dalam makalah ini. Semoga makalah ini dapat berguna dan bermanfaat bagi kita semua untuk
memenuhi tugas akhir pacasila.

Demikian makalah ini kami susun, apabila ada kata-kata yang kurang berkenan dan banyak
kekurangan, kami mohon maaf yang sebesar-besar nya.

i
DAFTAR ISI

1. Kata Pengantar i
2. Daftar Isi . ii
3. Bab I Pendahuluan . . 1
1.1 Latar Belakang 1
1.2 Rumusan Masalah ... 1
1.3 Tujuan Penulisan . 1
4. Bab II Pembahasan .. 2
2.1 Pengertian HAM .. 2
2.2 Sejarah HAM ... 3
2.3 Klasifikasi HAM .. 4
2.4 Strategi Penegakan HAM di Indonesia 6
5. Bab III Penutup 11
3.1 Kesimpulan .. 11
3.2 Saran 11
6. Daftar Pustaka . 12

i
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Hak merupakan sesuatu yang harus diperoleh. Hak lebih di junjung tinggi dan diperhatikan
dalam era reformasi dari pada era sebelum reformasi. Selain HAM ada hak dan kewajiban
mansyarakat. Namun kebanyakan masyarakat sekarang lebih menuntut haknya dan melupakan
kewajibanya sebagai waraga Negara Indonesia. Masyarakat hanya menuntut haknya dari
pemerintah. Tidak hanya dalam masyarakat saja, hak dalam Negara pun terancam dikuasai oleh
Negara lain. Salah satunya pulau-pulau yang akan dikuasai Negara. Banyak wilayah-wilayah
yang ingin dikuasai Negara lain.
Civil society berasal dari Eropa barat, tumbuh dan berkembang sesuai dengan sosiokultural. Jika
dipahami sepintas nilai-nilainya menjunjung tingi demokrasi dan hak asasi manusi. Manusia
sebagai makhluk ciptaan Tuhan YME dan sebagai wakil Tuhan di bumi yang menerima amanat-
Nya untuk mengelola kekayaan alam. Sebagai hamba Tuhan yang mempunyai kewajiban untuk
beribadah dan menyembah Tuhan Sang Pencipta dengan tulus.

1.2 Rumusan Masalah


Dari latar belakang di atas, kami dapat menarik rumusan masalah diantaranya:
1. Apakah Pengertian dari HAM?
2. Kapan Sejarah dari HAM di mulai?
3. Apa saja Klasifikasi dari HAM?
4. Strategi Apa sajakah Pemerintah dalam Penegakkan HAM?

1.3 Tujuan
Tujuan dan manfaat dari pembuatan makalah ini adalah:
1. Untuk mengetahui apa pengertian HAM.
2. Untuk mengetahui kapan sejarah mulainya HAM.
3. Untuk mengetahui apa sajakah klasifikasi dari HAM.
4. Untuk mengetahui Strategi Pemerintah dalam Menegakkan HAM.

i
BAB II
PENMBAHASAN

2.1 Pengertian HAM

Jan Materson, anggota Komisi Hak Asasi Manusia (HAM) Perserikatan Bangsa-Bangsa
(PBB), merumuskan pengertian HAM dalam ungkapan human rights could be generally defines
as those rights which are inherent in our nature and without which we can not live as human
being. Artinya, HAM adalah hak-hak yang secara inheren melekat dalam diri manusia, dan
tanpa hak itu manusia tidak dapat hidup sebagai manusia.

Menurut Undang-Undang Nomor 39 tahun 1999, HAM itu adalah seperangkat hak yang
melekat pada hakikat keberadaan manusia sebagai makhluk Tuhan Yang Maha Esa dan
merupakan anugerah-Nya yang wajib dihormati, dijunjung tinggi, dan dilindungi oleh negara,
hukum,pemerintah, dan setiap orang demi kehormatan serta perlindungan harkat dan martabat
manusia.

HAM sering dipahami banyak orang secara keliru. HAM itu hanya diartikan secara
sempit sebagai kebebasan. Padahal, HAM itu lebih luas daripada kebebasan atau kebebasan itu
hanya sebagian dari HAM. Secara teoritik HAM lebih mudah dipahami daripada dilakukan
dalam perilaku. Hak Asasi Manusia dapat diartikan sebagai hak dasar (asasi) yang dimiliki dan
melekat pada manusia karena kedudukannya sebagai manusia. Tanpa adanya hak
tersebut,manusia akan kehilangan harkat dan martabatnya sebagai manusia.

Hak Asasi Manusia adalah hak dasar atau hak pokok manusia yang dibawa sejak lahir
sebagai anugerah Tuhan Yang Maha Esa, bukan pemberian manusia atau penguasa. Hak ini
sifatnya sangat mendasar bagi hidup dan kehidupan manusia, serta bersifat kodrati, yakni ia tidak
bisa terlepas dari dan dalam kehidupan manusia sebagai penyandang dari hak tersebut.

Dari pengertian tersebut,maka dalam HAM terkandung dua makna, yaitu :

Pertama, HAM merupakan hak alamiah yang melekat dalam diri setiap manusia sejak ia
lahir didunia. Hak alamiah adalah hak yang sesuai dengan kodrat manusia sebagai insan merdeka
yang berakal budi dan berperikemanusiaan. Karena itu, tidak ada seorangpun yang

i
diperkenankan merampas hak tersebut dari tangan pemiliknya,dan tidak ada kekuasaan apapun
yang memiliki kekuasaan untuk merampasnya. Hal ini tidak berarti bahwa HAM bersifat mutlak
tanpa pembatasan. Karena batas HAM seseorang adalah HAM yang melekat pada orang lain.

Kedua, HAM merupakan instrumen untuk menjaga harkat dan martabat manusia sesuai
dengan kodrat kemanusiaannya yang luhur. Tanpa HAM manusia tidak akan dapat hidup sesuai
dengan harkat dan martabat kemanusiaannya sebagai makhluk Tuhan yang paling mulia.

2.2 Sejarah HAM

Berbicara mengenai sejarah HAM , para pakar berpendapat bahwa lahirnya HAM
dimulai dengan lahirnya piagam Magna Charta.Piagam ini menyatakan bahwa raja yang semula
memiliki kekuasaan absolute (raja yang menciptakan hukum ,akan tetapi ia sendiri tidak terikat
dengan hukum), kekuasaan raja tersebut dibatasi dan mulai dapat diminta pertanggung jawaban
nya di muka hukum. Dari piagam tersebut kemudian lahir suatu doktrin bahwa raja tidak kebal
hukum dan bertanggung jawab kepada hukum.

Sejak lahirnya piagam ini maka dimulailah babak baru bagi pelaksanaan HAM yaitu jika
raja melanggar hukum ia harus di adili dan mempertanggung jawabkan kebijaksanaan - nya
kepada parlemen . Hal ini menunjukkan bahwa sejak itu sudah mulai dinyatakan bahwa raja
terikat dengan hukum dan bertanggung jawab kepada rakyat, namun kekuasaan membuat
undang-undang pada masa itu lebih banyak berada di tangannya.

Lahirnya Magna Charta ini kemudian diikuti oleh perkembangan yang lebih konkrit
dengan lahirnya Bill of Rights di Inggris pada tahun 1689. Bersamaan dengan peristiwa itu
timbullah adagium yang intinya bahwa manusia sama di mata hukum . Adagium ini selanjutnya
memperkuat dorongan timbulnya supremasi negara hukum dan demokrasi. Dengan hadirnya Bill
of Rights telah menghasilkan asas persamaan yang harus diwujudkan betapa pun berat resiko
yang akan di hadapi , sebab hak kebebasan baru dapat diwujudkan jika ada hak persamaan.

Perkembangan sejarah HAM selanjutnya ditandai dengan kemunculan The American


Declaration of Independence di Amerika Serikat lahir dari semangat paham Monesquieu dan
Rousseau . Jadi sekalipun di negara kedua tokoh HAM itu yakni Inggris dan Prancis belum lahir
rincian HAM , namun di Amerika Serikat telah muncul. Sejak inilah mulai di pertegas bahwa
manusia adalah merdeka sejak di dalam perut ibunya , sehingga sangat tidak masuk akal bila
sesudah lahir ia harus dibelenggu. Perkembangan HAM selanjutnya pada tahun 1789 lahir The
French Declaration , dimana hak asasi manusia ditetapkan lebih rinci lagi yang kemudian
menghasilkan dasar dasar negara hukum . Dalam dasar dasar ini antara lain dinyatakan
bahwa tidak boleh terjadi penangkapan dan penahanan yang semena mena , juga termasuk
ditangkap tanpa surat perintah penangkapan , yang dikeluakan oleh pejabat yang sah .

i
Jika dilihat dari perspektif substansi yang diperjuangkan , sejarah perkembangan HAM
di dunia dapat dikategorikan ke dalam empat generasi sebagai berikut :

1. Generasi pertama

Generasi ini berpandangan bahwa substansi HAM berpusat pada aspek hukum dan
politik . Fokus generasi pertama pada aspek hukum dan politik tersebut disebabkan oleh
dampak dan situasi perang dunia II , di mana negara negara yang baru merdeka
berkeinginan untuk menciptakan suatu tertib hukum yang baru .

2. Generasi kedua

Kemerdekaan yang diperoleh banyak negara Dunia Ketiga setelah perang Dunia
II menuntut lebih dari sekadar hak-hak yuridis. Pada generasi HAM kedua ini lahir
dua perjanjian (covenant) yang terkenal yaitu : International Covenant on Economic ,
Social , and Political Rights . Kedua perjanjian tersebut disepakati dalam sidang
umum PBB pada 1966.

3. Generasi ketiga

Generasi kedua yang menitikberatkan pada aspek sosial,ekonomi,poitik, dan


budaya telah mengakibatkan terjadinya ketidakseimbangan di dalam kehidupan
bermasyarakat , karena dengan memprioritaskan berbagai aspek lain , aspek hukum
menjadi tertinggal . Kondisi ketidakseimbangan perkembangan (uneven development
) tersebut menyebabkan timbulnya berbagai kritik dari banyak kalangan , sehingga
melahirkan generasi ketiga yang menjanjikan adanya kesatuan antara hak ekonomi,
sosial budaya ,politik , dan hukum dalam satu keranjang yang disebut dengan hak
pembangunan ( the rights of development ) .

4. Generasi keempat

Generasi keempat banyak melakukan kritik terhadap peranan negara yang


sangat dominan dalam proses pembangunan pada generasi sebelumnya yang lebih
menekankan pembangunan ekonomi sebagai prioritas utama , karena telah terbukti
sangat menafikkan hak-hak rakyat, mengabaikan kesejahteraan rakyat ,dan tidak
berdasarkan pada factor kebutuhan rakyat . Generasi keempat HAM dipelopori oleh
negara-negara di kawasan Asia yang pada 1983 yang melahirkan deklarasi hak asasi
yang disebut Declaration of The Basic Duties of Asian People and Govermment.

Deklarasi generasi ini lebih menekankan pada persoalan persoalan kewa-


jiban asasi bukan lagi hak asasi . Alasan dari gagasan adalah bahwa kata
i
kewajiban mengandung pengertian keharusan akan pemenuhan , sementara kata
hak baru sebatas perjuangan dari untuk memenuhi hak.

2.3 Klasifikasi HAM

1. Derogable rights and Non-derogable rights

Adalah hak asasi manusia (HAM) yang tidak dapat dikurangi dalam keadaan apapun. Non-
derogable rights demikian dirumuskan dalam Perubahan UUD 1945 Pasal 28 I ayat (1) yang
menyatakan sebagai berikut: Hak untuk hidup, hak untuk tidak disiksa, hak kemerdekaan
pikiran dan hati nurani, hak beragama, hak untuk tidak diperbudak, hak untuk diakui sebagai
pribadi di hadapan hukum, dan hak untuk tidak dituntut atas dasar hukum yang berlaku surut
adalah hak asasi manusia yang tidak dapat dikurangi dalam keadaan apa pun.
Pengklasifikasian non-derogable rights dan derogable rights adalah sesuai Konvenan
internasional Hak-Hak Sipil dan Politik atau International Covenan on Civil and Political
Rights (ICCPR). Ifdhal Kasim dalam tulisannya Konvensi Hak Sipil dan Politik, Sebuah
Pengantar, yang diterbitkan ELSAM, hak-hak non-derogable yaitu hak-hak yang bersifat
absolut dan tidak boleh dikurangi pemenuhannya oleh negara-negara pihak, walaupun dalam
keadaan darurat sekalipun. Miriam Budiarjo dalam Perlukah Non-Derogable Rights Masuk
Undang-Undang Dasar 1945, (Jurnal Analisis CSIS, Tahun XXIX/2000 No.4, hlm. 413-416)
mengatakan dengan dimasukkannya non-derogable rights dalam UUD, maka kita telah
mengikat tangan sendiri. Misalkan saja, fakir miskin dan anak terlantar dalam UUD dinyatakan
sebagai hak non- derogable, maka kita akan dituduh negara pelanggar HAM jika tidak
memenuhinya karena berhubung dengan keterbatasan dana. (Minggu, 19 Desember 2010 by
miftakhul huda).

2. Hak-hak asasi Negatif (Liberal):


Melindungi kehidupan pribadi manusia terhadap campur tangan negara dan kekuatan sosial
lainnya

3. Hak-hak asasi Aktif (Demokrasi):


Keyakinan akan kedaulatan, hak rakyat memerintah diri sendiri.

i
4. Hak-hak asasi positif :
Menuntut prestasi Negara berupa pelayanan publik
5. Hak-hak asasi Sosial:
Perluasan paham kewajiban negara
6. Berdasarkan Universal Declaration of Human Rights
a) Hak asasi pribadi / personal Right
Hak kebebasan untuk bergerak, bepergian dan berpindah-pndah tempat
Hak kebebasan mengeluarkan atau menyatakan pendapat
Hak kebebasan memilih dan aktif di organisasi atau perkumpulan
Hak kebebasan untuk memilih, memeluk, dan menjalankan agama dan kepercayaan yang
diyakini masing-masing
b) Hak asasi politik / Political Right
Hak untuk memilih dan dipilih dalam suatu pemilihan
Hak ikut serta dalam kegiatan pemerintahan
Hak membuat dan mendirikan parpol / partai politik dan organisasi politik lainnya
Hak untuk membuat dan mengajukan suatu usulan petisi
c) Hak asasi hukum / Legal Equality Right
Hak mendapatkan perlakuan yang sama dalam hukum dan pemerintahan
Hak untuk menjadi pegawai negeri sipil / pns
Hak mendapat layanan dan perlindungan hokum
d) Hak asasi Ekonomi / Property Rigths
Hak kebebasan melakukan kegiatan jual beli
Hak kebebasan mengadakan perjanjian kontrak
Hak kebebasan menyelenggarakan sewa-menyewa, hutang-piutang, dll
Hak kebebasan untuk memiliki susuatu
Hak memiliki dan mendapatkan pekerjaan yang layak
e) Hak Asasi Peradilan / Procedural Rights
Hak mendapat pembelaan hukum di pengadilan
Hak persamaan atas perlakuan penggeledahan, penangkapan, penahanan dan penyelidikan di
mata hukum.
f) Hak asasi sosial budaya / Social Culture Right

i
Hak menentukan, memilih dan mendapatkan pendidikan
Hak mendapatkan pengajaran
Hak untuk mengembangkan budaya yang sesuai dengan bakat dan minat

2.4 Strategi Pemerintah Dalam Menegakkan HAM


Semua negara di dunia sepakat menyatakan penghormatan terhadap nilai nilai hak asasi
manusia yang universal melalui berbagai upaya penegakan HAM. Akan tetapi, pelaksanaan hak
asasi manusia dapat saja berbeda antara satu negara dengan negara lain. Ideologi, kebudayaan
dan nilai-nilai khas yang dimiliki suatu bangsa akan mempengaruhi sikap dan perilaku hidup
berbangsa. Misalnya di Indonesia, semua perilaku hidup berbangsa diukur dari kepribadian
Indonesia yang tentu saja berbeda dari bangsa lain. Bangsa Indonesia dalam proses penegakan
HAM tentu saja mengacu pada Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia
Tahun 1945 serta peraturan perundangundangan lainnya.
Dengan kata lain, penegakan HAM di Indonesia tidak berorientasi pada pemahaman
HAM liberal dan sekuler yang tidak selaras dengan makna sila pertama yaitu Ketuhanan Yang
Maha Esa. Selain mengacu pada peraturan perundang-undangan nasional, proses penegakan
HAM di Indonesia juga mengacu kepada ketentuanketentuan hukum internasional yang pada
dasarnya memberikan wewenang luar biasa kepada setiap negara. Berkaitan dengan hal tersebut,
(Idrus Affandi dan Karim Suryadi) menegaskan bahwa bangsa Indonesia dalam proses
penegakan HAM sangat mempertimbangkan dua hal di bawah ini:

1. Kedudukan negara Indonesia sebagai negara yang berdaulat baik secara hukum, sosial, politik
harus dipertahankan dalam keadaan apapun sesuai dengan prinsip-prinsip yang dianut dalam
piagam PBB.

2. Dalam pelaksanaannya, pemerintah harus tetap mengacu kepada ketentuanketentuan hukum


internasional mengenai HAM. Kemudian menyesuaikannya dan memasukkannya ke dalam
sistem hukum nasional serta menempatkannya sedemikian rupa, sehingga merupkan bagian yang
tidak terpisahkan dari sistem hukum nasional.

i
Pemerintah Indonesia dalam proses penegakan HAM ini telah melakukan
langkah-langkah strategis, diantaranya:

1. Pembentukan Komisi Nasional Hak Asasi Manusia (Komnas HAM)

Komnas HAM dibentuk pada tanggal 7 Juni 1993 melalui Kepres Nomor 50 tahun 1993.
keberadaan Komnas HAM selanjutnya diatur dalam Undang- Undang RI Nomor 39 tahun1999
tentang Hak Asas Manusia pasal 75 sampai dengan pasal 99. Komnas HAM merupakan lembaga
negara mandiri setingkat lembaga negara lainnya yang berfungsi sebagai lembaga pengkajian,
penelitian, penyuluhan, pemantauan, dan mediasi HAM. Komnas HAM beranggotakan 35 orang
yang dipilih oleh DPR berdasarkan usulan Komnas HAM dan diresmikan oleh Presiden. Masa
jabatan anggota Komnas HAM selama lima tahun dan dapat dianggkat lagi hanya untuk satu kali
masa jabatan.

Komnas HAM mempunyai wewenang sebagai berikut:


1) melakukan perdamaian pada kedua belah pihak yang bermasalah
2) menyelesaikan masalah secara konsultasi maupun negosiasi
3) menyampaikan rekomendasi atas suatu kasus pelanggaran hak asasi manusia kepada
pemerintah dan DPR untuk ditindaklanjuti.
4) memberi saran kepada pihak yang bermasalah untuk menyelesaikan sengketa di pengadilan.

Setiap warga negara yang merasa hak asasinya dilanggar boleh melakukan pengaduan kepada
Komnas HAM. Pengaduan tersebut harus disertai dengan alasan, baik secara tertulis maupun
lisan dan identitas pengadu yang benar.

2. Pembentukan Instrumen HAM.

Instrumen HAM merupakan alat untuk menjamin proses perlindungan dan penegakan hak asasi
manusia. Instrumen HAM biasanya berupa peraturan perundang-undangan dan lembaga-lembaga
penegak hak asasi manusia, seperti Komisi Nasional Hak Asasi Manusia (Komnas HAM) dan
Pengadilan HAM. Instrumen HAM yang berupa peraturan perundang-undangan dibentuk untuk

i
menjamin kepastian hukum serta memberikan arahan dalam proses penegakan HAM. Adapun
peraturan perundang-undangan yang dibentuk untuk mengatur masalah HAM adalah:

1) Pada Amandemen Kedua Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945
telah ditetapkan satu bab tambahan dalam batang tubuh yaitu bab X A yang berisi mengenai hak
asasi manusia, melengkapi pasal-pasal yang lebih dahulu mengatur mengenai masalah HAM.
2) Dalam Sidang Istimewa MPR 1998 ditetapkan sebuah Ketetapan MPR mengenai Hak Asasi
Manusia yaitu TAP MPR Nomor XVII/MPR/1998.
3) Ditetapkannya Piagam HAM Indonesia pada tahun 1998.
4) Diundangkannya Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 39 Tahun 1999 tentang Hak
Asasi Manusia, yang diikuti dengan dikeluarkannya PERPU Nomor 1 Tahun 1999 tentang
pengadilan HAM yang kemudian ditetapkan menjadi sebuah undang-undang, yaitu Undang-
Undang Republik Indonesia
Nomor 26 Tahun 2000 tentang Pengadilan HAM.
5) Ditetapkan peraturan perundang-undangan tentang perlindungan anak, yaitu:
a) Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 3 Tahun 1997 tentang
Pengadilan Anak
b) Undang-Undang Republik IndonesiaI Nomor 23 Tahun 2002 tentang
Perlindungan Anak
c) Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 11 Tahun 2012 tentang
Sistem Peradilan Anak
6) Meratifikasi instrumen HAM internasional selama tidak bertentangan dengan Pancasila dan
Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945. Instrumen HAM internasional
yang diratifikasi diantaranya:

a. Konvensi Jenewa 12 Agustus 1949. Telah diratifikasi dengan Undang- Undang Republik
Indonesia Nomor 59 Tahun 1958.
b) Konvensi Tentang Hak Politik Kaum Perempuan (Convention of Political Rights of Women).
Telah diratifikasi dengan Undang-Undang Republik
Indonesia Nomor 68 Tahun 1958.

i
c) Konvensi tentang Penghapusan Segala Bentuk Diskriminasi terhadap Perempuan (Convention
on the Elmination of Discrimination againts
Women). Telah diratifikasi dengan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 7 Tahun 1984.
d) Konvensi Hak Anak (Convention on the Rights of the Child). Telah diratifikasi dengan
Keputusan Presiden Nomor 36 Tahun 1990.
e) Konvensi Pelarangan, Pengembangan, Produksi dan Penyimpanan Senjata Biologis dan
Penyimpanannya serta pemusnahannya (Convention on the Prohobition of the Development,
Production and Stockpilling of Bacteriological (Biological) and Toxic Weaponsand on their
Destruction). Telah diratifikasi dengan Keputusan Presiden Nomor 58 Tahun 1991.
f) Konvensi Internasional terhadap Anti Apartheid dalam Olahraga (International Convention
Againts Apartheid in Sports). Telah diratifikasi dengan Undang-Undang Republik Indonesia
Nomor 48 Tahun 1993.
g) Konvensi Menentang Penyiksaan dan Perlakuan atau Penghukuman Lain yang Kejam, Tidak
Manusiawi, atau Merendahkan, atau merendahkanmartabat Manusia (Toture Convention). Telah
diratifikasi dengan Undang- Undang Republik Indonesia Nomor 5 Tahun 1998.
h) Konvensi orgnisasi Buruh Internasional No. 87 Tahun 1998 Kebebasan Berserikat dan
Perlindungan Hak untuk Berorganisasi (ILO (International Labour Organisation) Convention
No. 87, 1998 Concerning Freedom Association and Protection on the Rights to Organise). Telah
diratifikasi dengan Keputusan Presiden Nomor 83 Tahun 1998.
i) Konvensi Internasional tentang Penghapusan Semua Bentuk Diskriminasi Rasial (Convention
on the Elemination of Racial Discrimination). Telah diratifikasi dengan Undang-Undang
Republik Indonesia Nomor 29 Tahun 1999.
j) Konvensi Menentang Penyiksaan dan Perlakuan atau Penghukuman yang Kejam, Tidak
Manusiawi, atau Merendahkan Martabat Manusia (Convention Against Torture and Other Cruel,
Inhuman or Degrading Treatment or Punishment). Telah diratifikasi dengan Undang-Undang
Republik Indonesia Nomor 5 Tahun 1998.
k) Konvensi Internasional Hak-hak Ekonomi, Sosial.dan Budaya (International Covenant on
Economic, Social and Cultural Rights) Telah diratifikasi dengan Undang-Undang Republik
Indonesia Nomor 12 tahun 2005.

i
3. Pembentukan Pengadilan HAM

Pengadilan HAM dibentuk berdasarkan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 26 tahun


2000. Pengadilan HAM adalah pengadilan khusus terhadap pelanggaran HAM berat yang
diharapkan dapat melindungi hak asasi manusia baik perseorangan maupun masyarakat dan
menjadi dasar dalam penegakan, kepastian hukum, kead ilan dan perasaan aman, baik
perseorangan maupun masyarakat. Pengadilan HAM bertugas dan berwenang memeriksa dan
memutuskan perkara pelanggaran hak asasi manusia yang berat. Disamping itu, berwenang
memeriksa dan memutus perkara pelanggaran HAM yang dilakukan oleh warga negara
Indonesia dan terjadi di luar batas teritorial wilayah Indonesia.

i
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Pengertian HAM dalam ungkapan human rights could be generally defines as those rights
which are inherent in our nature and without which we can not live as human being.
Artinya, HAM adalah hak-hak yang secara inheren melekat dalam diri manusia, dan tanpa
hak itu manusia tidak dapat hidup sebagai manusia.
HAM terkandung dua makna, yaitu :
Pertama, HAM merupakan hak alamiah yang melekat dalam diri setiap manusia sejak ia
lahir didunia.
Kedua, HAM merupakan instrumen untuk menjaga harkat dan martabat manusia sesuai
dengan kodrat kemanusiaannya yang luhur.

Sejarah HAM , para pakar berpendapat bahwa lahirnya HAM dimulai dengan lahirnya
piagam Magna Charta.

Klasifikasi HAM ada 6:


- Derogable rights and Non-derogable rights
- Hak-hak asasi Negatif (Liberal)
- Hak-hak asasi Aktif (Demokrasi)
- Hak-hak asasi positif
- Hak-hak asasi sosial
- dan apa yang berdasarkan Universal Declaration of Human Rights

Penegakan HAM di Indonesia tidak berorientasi pada pemahaman HAM liberal dan sekuler
yang tidak selaras dengan makna sila pertama yaitu Ketuhanan Yang Maha Esa. Selain
mengacu pada peraturan perundang-undangan nasional, proses penegakan HAM di
Indonesia juga mengacu kepada ketentuanketentuan hukum internasional yang pada
dasarnya memberikan wewenang luar biasa kepada setiap negara.

3.2 Saran saran

Sebagai makhluk sosial kita harus mampu mempertahankan dan memperjuangkan HAM
kita sendiri. Di samping itu kita juga harus bisa menghormati dan menjaga HAM orang lain
jangan sampai kita melakukan pelanggaran HAM. Dan Jangan sampai pula HAM kita
dilanggar dan dinjakinjak oleh orang lain.

Jadi dalam menjaga HAM kita harus mampu menyelaraskan dan mengimbangi antara
HAM kita dengan HAM orang lain.

i
DAFTAR PUSTAKA

https://blog.djarumbeasiswaplus.org/galangputra/2014/10/24/makalah-ham-terbaru-2014/
http://amankeun.blogspot.co.id/2013/12/makalah-ham.html

Margono. 2012. Pendidikan Pancasila : topik aktual kenegaraan dan kebangsaan. Malang :
Universitas Negri Malang.
Ibn Chamim Asykuri. 2006. Pendidikan Kewarganegaraan Menuju Kehidupan Yang Demokratis
dan Berkeadaban. : The Asia Foudation.
Affandi , Idrus, dkk. 2007. Hak Asasi Manusia. Jakarta : Universitas Terbuka.
Majda, El-Muhtaj. 2007. Hak Asasi Manusia Dalam Konstitusi Indonesia. Jakarta: Kencana
MuzaffPrasetyohadi, Wisnuwardhani, Savitri. 2008. Penegakan HAM Dalam 10 Tahun
Reformasi. Jakarta : Komnas HAM
Saraswati, L. G. dan Rocky Gerung, Hak Asasi Manusia: Teori, Hukum, Kasus, 2006, Jakarta:
Filsafat-UI Press.

Anda mungkin juga menyukai