DISUSUN OLEH
DARPA [22702010003]
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS ABDURRAB
KATA PENGANTAR
Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat rahmat dan karunia nya kami dapat
menyelesaikan makalah dengan judul “Hak Asasi Manusia Dalam Konstitusi Perundangan
Undangan” ini dapat tersusun hingga selesai dan tepat pada waktu yang telah di tentukan.
Makalah ini membahas tentang pentingnya Hak Asasi Manusia Dalam Konstitusi
Perundangan Undangan bagi masyarakat indonesia didalam mata kuliah Kewarganegaraan.
Teknik pengumpulan data yang di gunakan dalam pembuatan makalah ini adalah observasi dan
literasi. Hasilnya menunjukkan bahwa masyarakat indonesia harus memahami konsep dari Hak
Asasi Manusia Dalam Konstitusi Perundangan Undangan agar bisa menjadi warga masyarakat
yang baik.
Kami berharap makalah ini dapat bermanfaat bagi mahasiswa dan masyarakat indonesia
khususnya dan pembaca pada umumnya, sebagai salah satu sumber informasi dan bahan
pembelajaran tentang Konsep Hak Asasi Manusia Dalam Konstitusi Perundangan Undangan
Dalam hal ini kami selaku penyusun menyadari masih banyak kesulitan dan kendala dalam
membuat makalah ini, untuk itu kami meminta maaf atas segala keterbatasan kemampuan kami
dalam menyelesaikan makalah ini. Segala kritik dan saran yang membangun senantiasa kami
harapkan demi peningkatkan kualitas makalah ini.
PENULIS
DARPA
I
DAFTAR ISI
BAB I
Pendahuluan .................................................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang .................................................................................................. 1
1.2 Rumusan Masalah............................................................................................. 1
1.3 Tujuan Penulisan .............................................................................................. 1
BAB II
Pembahasan..................................................................................................................... 3
2.1 Pengertian HAM Dalam Konstitusi Perundang Undangan ............................. 3
2.2 Perjalanan Sejarah HAM dalam Konstitusi Perundang Undangan ............... 3
2.3 Hak Asasi Manusia dalam UUD 1945 ............................................................. 4
2.4 Hak Asasi Manusia dalam Konstitusi RIS....................................................... 6
2.5 Hak Asasi Manusia dalam UUDS 1950 ........................................................... 7
2.6 Hak Asasi Manusia dalam UUD NRI 1945 Pasca Amandemen ..................... 8
BAB III
Penutup ........................................................................................................................... 10
3.1 Kesimpulan ....................................................................................................... 10
3.2 Saran ................................................................................................................ 10
II
BAB I
PENDAHULUAN
1
1.3.2 Untuk mengetahui sejarah HAM dalam Konstitusi Perundang Undangan
1.3.3 Untuk mengetahui Hak Asasi Manusia dalam UUD 1945
1.3.4 Untuk mengetahui Hak Asasi Manusia dalam Konstitusi RIS
1.3.5 Untuk mengetahui Hak Asasi Manusia dalam UUDS 1950
1.3.6 Untuk mengetahui Hak Asasi Manusia dalam UUD NRI 1945 Pasca Amandemen
2
BAB II
PEMBAHASAN
3
sangat tidak cocok dengan sifat dan karakter masyarakat Indonesia. Soepomo
mengkhawatirkan terjadi konflik atau adanya penindasan, karena hak asasi manusia tidak
cocok dalam Negara Indonesia yang berasaskan kekeluargaan, karena antara pemerintah
dan rakyat adalah tubuh yang sama, Negara dan rakyat adalah satu kesatuan yang tidak
terpisahkan.
Sementara Mohammad Yamin menghendaki adanya hak asasi manusia dimasukkan
dalam konstitusi. Menurutnya tidak ada dasar apapun yang dapat dijadikan alasan untuk
menolak memasukkan hak asasi manusia kedalam Undang-Undang Dasar. Dari perdebatan
tersebut membuhkan kesepakatan sehingga dihasil kannaskah Undang-Undang Dasar
1945.
Dengan demikian sebenarnya sejak dahulu, tatkala UUD 1945 disahkan pada tanggal
18 Agustus1945. Hak asasi manusia ditempatkan sangat penting oleh para pendiri Negara
(the founding father). Khususnya terhadap pembukaan UUD 1945 tidak boleh dilakukan
amandemen yang secara eksplisit karena memuat hal-hal:
4
Menurut steenbeek, sebagaimana dikutip oleh Sri Soemantri berisi tiga pokokmateri
muatan dalam konstitusi, yakni:
2.3.1 Adanya jaminan atas hak asasi manusia dan warga Negara
2.3.2 Ditetapkannya susunan kewarganegaraan suatu Negara yang bersifat fundamental
2.3.3 Adanya pembagian dan pembatasan tugas ketatanegaraan yang bersifat
fundamental.
Adanya jaminan terhadap hak-hak dasar setiap warga Negara mengandung arti penting
bahwa setiap penguasa dalam Negara tidak dapat dan tidak boleh bertindak sewenang-
wenang terhadap warga negaranya. Bahkan adanya hak-hak dasar itu juga mempunyai arti
keseimbangan dalam Negara, yaitu keseimbangan antara kekuasaan dalam Negara dan
hak-hak dasar warga Negara. Konstitusi merupakan napas kehidupan ketatanegaraan
sebuah bangsa, termasuk Indonesia. Konstitusi sebagai perwujudan konsesus dan
penjelmaan dari kemauan rakyat memberikan jaminan atas keberlangsungan hidup secara
nyata. Oleh karena itu, jaminan konstitusi atas hak asasi manusia adalah bukti dari hakikat,
kedudukan, dan fungsi konstitusi itu sendiri bagiseluruh rakyat Indonesia.
Menyikapi jaminan UUD 1945 atas hak asasi manusia, terdapat pandangan
yangberagam. Setidaknya ada tiga kelompok pandangan, yaitu:
2.3.1 Mereka yang berpandangan bahwa UUD 1945 tidak memberikan jaminan atas hak
asasi manusia secara komprehensif
2.3.2 Mereka yang berpandangan UUD 1945 memberikan jaminan atas hak asasi
manusia secara komprehensif
2.3.3 Mereka yang berpandangan bahwa UUD 1945 hanya memberikan jaminan pokok-
pokok atas hak asasi manusia
Pandangan pertama didukung oleh Mahfud MD dan Bambang Sutiyoso, hal ini
didasarkan bahwa istilah hak asasi manusia tidak ditemukan secara eksplisit di dalam
pembukaan batang tubuh maupun penjelasannya. Menurut Sutiyoso di dalam UUD 1945
hanya ditemukan pencantuman dengan tegas perkataan hak dan kewajiban warga Negara
dan hak-hak DPR. Menurut Mahfud MD tidak sedikit orang yang berpendapat bahwa
UUD 1945 itu sebenarnya tidak banyak memberi perhatian pada hak asasi manusia,
bahkan UUD 1945 tidak berbicara apapun tentang hak asasi manusia universal
kecuali dalam dua hal, yaitu sila ke empat pancasila yang meletakan asas “kemanusiaan
5
yang adil dan beradab” dan pasal 29 yang menderivasikan jaminan “kemerdekaan tiap
penduduk untuk memeluk agama dan beribadah”.
Perumusan hak-hak asasi manusia dan kebebasan-kebebasan hak asasi manusiadalam
UUD 1945 belum tersusun secara sistematis. Oleh sebab itu, nilai-nilai hukum dari hak-
hak asasi itu kurang mendapat perhatian, akan tetapi karena susunan UUD 1945
merupakan inti dasar kenegaraan, yang dapat dirumuskan sebagai hasil
perundingan antara pemimpin dari seluruh aliran masyarakat, yang diadakan
pada masa berakhrinya pemerintahaan penduduk tentara Jepang di Indonesia.
Jaminan perlindungan atas hak asasi manusia yang terdapat dalam Undang-
Undang Dasar Tahun 1945, di antaranya adalah sebagai berikut:
2.3.1 Hak atas persamaan kedudukan dalam hukum dan pemerintahan, Pasal 27 Ayat(1).
2.3.2 Hak atas pekerjaan dan penghidupan yang layak, Pasal 27 Ayat (2).
2.3.3 Hak berserikat dan berkumpul, mengeluarkan pikiran dengan lisan dan tulisan,
Pasal 28.
2.3.4 Hak memeluk dan beribadah sesuai dengan ajaran agama, Pasal 29 Ayat (2).
2.3.5 Hak dalam usaha pembelaan negara, Pasal 30.6.
2.3.6 Hak mendapat pengajaran, Pasal 31.
2.3.7 Hak menikmati dan mengembangkan kebudayaan nasional dan daerah, Pasal 32.
2.3.8 Hak di bidang perekonomi, Pasal 33.
2.3.9 Hak fakir miskin dan anak terlantar dipelihara oleh negara, Pasal 34.
6
undang”. Hal tersebut maka hak asasi mengenai kebebasan berserikat dan berkumpul
yang dilaksanakan secara damai diakui dalam Konstitusi RIS, meskipun pengakuan atas
hak kebebasan berserikat dan berkumpul hanya diperuntukkan bagi penduduk.
Pengaturan mengenai kedudukan penduduk, terdapat pada Pasal 6 Konstitusi RIS,yang
menyatakan bahwa yang termasuk dalam istilah penduduk adalah setiap orang yang
berdiam di Indonesia menurut aturan-aturan yang ditetapkan oelh undang-undang federal.
Sedangkan pada masa konstitusi RIS, undang-undang federal yang mengatur
mengenai penduduk belum pernah terwujud. Hal tersebut menyebabkan ketidak jelasan
mengenai siapa saja selain warga Negara RIS yang diakui dan dijamin
kebebasan berserikat dan berkumpulnya. Tidak adanya produk hukum yang mengatur
mengenai kedudukan penduduk dan jaminan perlindungan hukum atas pelaksanaan
kebebasan berserikat dan berkumpul pada masa Konstitusi RIS, merupakan hal
cukup beralasan karena Konstitusi RIS merupakan Undang-Undang Dasar yang bersifat
sementara.
Konstitusi RIS mengatur hak-hak dan kebebasan-kebebasan Dasar
Manusia(Bab I, Bagian 5) yang terbentang dalam 27 pasal, mengatur kewajiban hak
asasiNegara dalam hubungannya dengan upaya penegakan hak asasi manusia (Bab
I,Bagian 6 Asas-asas Dasar) yang terbentang dalam 8 pasal. Berdasarkan hal ini maka
secara keseluruhan perihal hak asasi manusia diatur dalam dua bagian yaitu bagian 5dan 6
pada Bab I) dengan jumlah 36 pasal.
Meskipun tidak ditemukan kata hak asasi manusia dalam Konstitusi RIS, namun ada
tiga kalimat yang dipergunakan, yaitu setiap/segala/sekalian orang/siapa pun/tiada seorang
pun, setiap warga Negara, dan berbagai kata yang menunjukkan adanya kewajiban
asasi manusia, dan Negara. Seluruh kata ini dapat ditafsirkan kepada makna dan pengertian
hak asasi manusia yang sesungguhnya
7
Konferensi Meja Bundar yang berlaku sejak tanggal 27 Desember 1949 sampai dengan
tanggal 17 Agustus 1950 terdiri atas 6 bagian dan 43 pasal dengan ketentuan hak
asasi manusia diatur pada bagian V (Hak-hak dan Kebebasan-kebebasan Dasar Manusia)
dari mulai Pasal 7 sampai dengan Pasal 33. Pemerintahjuga memiliki kewajiban dasar
konstitusional yang diatur pada bagian VI (Asas-asasDasar), Pasal 35 sampai Pasal 43.
Hak asasi manusia dalam UUDS 1950 setidaknya ada sekitar 27 hak yang diakui oleh
konstitusi yang termuat dalam 31 pasal
2.6 Hak Asasi Manusia dalam UUD NRI 1945 Pasca Amandemen
Pengaturan mengenai hak asasi manusia dalam UUD NRI 1945 yaitu bahwa antara hak
dan kewajiban warga Negara adalah seimbang. Kebebasan hak asasi manusia terhadap
manusia lainnya dibatasi oleh undang-undang dengan maksud untuk menjamin
pengakuandan penghormatan atas hak dan kebebasan orang lain dan untuk memenuhi
tuntutan yang adil sesuai dengan pertimbangan moral, nilai-nilai agama, keamanan,dan
ketertiban umum dalam masyarakat demokratis. Hak asasi manusia di Indonesia
bersumber dari Pancasila, maka harus sesuai dengan falsafah pada Pancasila.
Eksistensi UUD 1945 sebagai konstitusi, menurut A.A.H. Struycken Undang-Undang
Dasar (grondwet) sebagai konstitusi tertulis merupakan sebuah dokumen formal
yang berisi:
2.6.1 Hasil perjuangan politik bangsa di waktu yang lampau
2.6.2 Tingkat-tingkat tertinggi perkembangan ketatanegaraan bangsa
2.6.3 Pandangan tokoh-tokoh bangsa yang hendak diwujudkan, baik sekarang maupun
untuk masa yang akan datang
2.6.4 Suatu keinginan, dengan nama perkembangan kehidupan ketatanegaraan bangsa
hendak dipimpin
Reformasi memberikan perubahan mengenai peraturan hak asasi manusia
diIndonesia, hal ini terlihat pada awalnya UUD 1945 hanya memuat 71 butir,
kini menjadi 199 butir ketentuan. Dampak dari amandemen menegaskan bahwa
perlindungan, pemajuan, penegakan dan pemenuhan hak asasi manusia adalah
tanggung jawab Negara, terutama pemerintah. Meskipun pada tahun pertama reformasi
8
ditandai oleh konflik horizontal seperti di Ambon, Poso, dan Kalimantan,
dimana pelanggaran hak asasi dilakukan oleh kelompok-kelompok masyarakat sendiri.
Dalam sidang MPR tanggal 18 Agustus 2000, ditambahkan Bab khusus tentang hak
asasi manusia yang tertuang dalam Bab X Pasal 28 A – 28 J
9
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Pengaturan tentang hak asasi manusia sebelum amandemen UUD 1945 diatursebagai
hak dan kewajiban warga Negara Republik Indonesia yang di dalamnya terkandung nilai-
nilai hak asasi manusia dan diatur dalam Pasal 27 sampai dengan 34. Pengaturan hak asasi
manusia setelah amandemen Undang-Undang Dasar 1945 diaturdalam Pasal 28 A sampai
dengan Pasal 28 J.
Hak asasi manusia dalam konstitusi Indonesia diatur seimbang antara hak dankewajiban
setiap orang sehingga tercipta suatu kehidupan yang harmoni. Selain itu terdapat
pembatasan bagi setiap orang dalam menjalankan hak dan kewajibannya.
Pembatasan yang ditetapkan dengan undang-undang untuk menjamin pengakuan serta
penghormatan atas hak dan kebebasan orang lain dan untuk memenuhi tuntutan yangadil
sesuai dengan pertimbangan moral, nilai agama, keamanan, dan ketertiban umum dalam
suatu masyarakat yang demokratis.
3.2 Saran
Pengaturan hak asasi manusia dalam konstitusi Indonesia harus
direalisasikansebagaimana mestinya. Jangan hanya dijadikan sebagai aturan tertulis.
Pengaturan hakasasi manusia harus dapat mengikuti perkembangan yang ada di
masyarakat. Selainitu, masyarakat dan pihak lain harus dapat meningkatkan kesadaran
atas pentingnyamenghormati hak-hak sesamanya yang menjadi pembatas hak dirinya
sendiri demiterciptanya kehidupan yang harmonis.
10
DAFTAR PUSTAKA
Effendi, A. Masyhur. 2005. Perkembangan Dimensi Hak Asasi Manusia (HAM) &Proses
Dinamika Penyusunan Hukum Hak Asasi Manusia (HAKHAM). Bogor.GhaliaUtama.
Irmansyah, Rizky Ariestandi. 2013. Hukum, Hak Asasi Manusia, dan Demokrasi.Yogyakarta.
Graha Ilmu.
Ismatullah, Dedy, Asep A. Sahid. 2007. Ilmu Negara dalam Multi Perspektif Kekuasaan,
Masyarakat, Hukum dan Agama, ed. VII. Bandung.Pustaka Setia.
Muladi.2007. Hak Asasi Manusia- Hakekat, Konsep, & Implikasinya Dalam Perspektif Hukum
dan Masyarakat. Bandung. Refika Aditama.
Perbawati, Candra. 2019. Konstitusi dan Hak Asasi Manusia. Lampung. Pusat Kajian Konstitusi
dan Peraturan Perundang-Undangan.
Soemantri, Sri. 1992. Bunga Rampai Hukum Tata Negara Indonesia. Bandung. Alumni
11