Anda di halaman 1dari 20

MAKALAH

KONSEP HAM BARAT, HAM CINA, HAM ISLAM,


DAN HAM PANCASILA, HAM HINDU

Diajukan untuk memenuhi Tugas Mata Kuliah


Konstitusi, HAM, dan Demokrasi
Dosen Pengampu:
Prof. Dr. Sarbaini., M.Pd

Oleh
Meylina Eka Setiawati
NIM 2220112320022

PROGRAM STUDI MAGISTER PENDIDIKAN IPS


PROGRAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
BANJARMASIN
DESEMBER 2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT karena rahmat-Nya,


penulis dapat menyelesaikan penyusunan makalah yang berjudul “KONSEP
HAM BARAT, HAM CINA, HAM ISLAM, DAN HAM PANCASILA, HAM
HINDU. Penulisan makalah merupakan salah satu tugas mata kuliah Konstitusi,
HAM, dan Demokrasi di Universitas Lambung Mangkurat Banjarmasin.

Selesainya penulisan makalah ini tidak terlepas dari dukungan, bantuan, dan
sumbang saran dari berbagai pihak. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis
mengucapkan terima kasih yang sebesar besarnya serta penghargaan yang
setinggi-tingginya, khususnya kepada :

1. Prof. Dr. Sarbaini., M.Pd selaku dosen Konstitusi, HAM, dan Demokrasi
yang memberikan motivasi dan memberikan bimbingan serta saran-saran
dalam menyelesaikan penulisan makalah ini.
2. Secara khusus penulis menyampaikan terima kasih kepada keluarga tercinta
yang telah memberikan dorongan dan bantuan serta pengertian yang besar
kepada penulis, baik selama mengikuti pembelajaran maupun dalam
menyelesaikan makalah ini.
3. Teman-teman yang telah banyak berpartisipasi mendukung dan memberikan
bantuan dalam penulisan makalah ini.
Penulis menyadari, bahwa dalam penulisan ini masih ditemukan kekurangan
dan hal ini disebabkan karena keterbatasan wawasan yang penulis miliki, maka
untuk kesempurnaan penulis berharap sumbang saran dan kritik membangun
untuk penulisan pada masa yang akan datang.

Banjarmasin, 24
Desember 2022

Penulis
DAFTAR ISI

Kata Pengantar................................................................................... i
BAB I Pendahuluan............................................................................ 1
a. Latar Belakang........................................................................ 1
b. Rumusan Masalah................................................................... 1
c. Manfaat Penelitian................................................................. 2
BAB II Tinjauan Pustaka................................................................... 3
a. Hak Asasi Manusia............................................................... 3
BAB III Pembahasan........................................................................ 6
1. Konsep HAM Barat, HAM Cina, HAM Islam, dan HAM
Pancasila, HAM Hindu........................................................ 6
BAB IV Kesimpulan.......................................................................... 15
a. Simpulan............................................................................. 15
b. Saran................................................................................... 15
DAFTAR PUSTAKA......................................................................... 17
BAB I
PENDAHULUAN

1. Pendahuluan
A. Latar Belakang
Menurut Adam (2015) Hak Asasi Manusia adalah seperangkat hak
yang melekat pada hakikat dan keberadan setiap manusia sebagai makhluk
Tuhan Yang Maha Esa dan merupakan anugerahnya yang wajib dihormati,
dijunjung tinggi, dan dilindungi negara hukum, pemerintah, dan setiap
orang demi kehormatan serta perlindungan hak dan martabat manusia.
Perwujudan HAM mengalami proses panjang yang sudah dimulai
sejak abad ke 13 dengan ditandatanganinya magna charta pada tahun 1215
oleh Raja Jhon Lackland Peristiwa penandatanganan ini dapat dicatat
sebagai permulaan perjuangan hak asasi manusia meskipun isi dari piagam
magna charta bukan bentuk perlindungan kepada masyarakat secara
umum, namun sebagai bentuk perlindungan terhadap kaum bangsawan
dan kaum gereja. Perjuangan untuk melindungi hak-hak manusia terus
berkembang sampai pada tahun 1628 tersebut raja berhadapan dengan
parlemen yang terdiri dari utusan rakyat.. Kehidupan berbangsa dan
bernegara belakangan ini menunjukkan berbagai kekwatiran. Jika ini
dibiarkan akan memberikan penilaian negative sebagai negara yang mudah
terpecah belah bagi bangsa Indonesia. Padahal kebudayaan Indonesia
sebenarnya sangat mengangkat tinggi humanisme, praktek kemanusiaan,
praktek memanusiakan manusia secara layak.
Berdasarkan uraian diatas maka penulis tertarik untuk membahas
tentang konsep HAM Barat, HAM Cina, HAM Islam, dan HAM Pancasila, HAM
Hindu.

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana konsep HAM Barat, HAM Cina, HAM Islam, HAM
Hindu, dan HAM Pancasila?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui konsep HAM Barat, HAM Cina, HAM Islam,
HAM Hindu, dan HAM Pancasila.
BAB II
KAJIAN TEORI

1. Hak Asasi Manusia


Hak asasi manusia sebagai anugerah Tuhan Yang Maha Esa, biasa
di rumuskan sebagai hak kodraiah yang melekat dimiliki oleh manusia
sebagai karunia pemberian Tuhan kepada insan manusia dalam
menompang dan mempertahankan hidup dan prikehidupannya di muka
bumi. DF. Scheltens (Ibid), mengemukakan bahwa HAM adalah hak yang
diperoleh sebagai konsekuensi ia dilahirkan menjadi manusia. Karenaya
HAM harus dibedakan dengan hak dasar, dimana HAM berasal dari kata
“Mensen Rechten” sedangkan hak dasar berasal dari kata “Grand
rechten”.
Di Indonesia Hak Asasi manusia telah diatur dalam UUD 1945
yaitu terdapat dalam pasal-pasal Undang-Undang Dasar (Kosasih, 2003:2).
Pada 27 ayat 3 mengatakan bahwa setiap warga negara berhak dan wajib
ikut serta dalam upaya pembelaan negara. Kehidupan berbangsa dan
bernegara belakangan ini menunjukkan berbagai kekwatiran. Jika ini
dibiarkan akan memberikan penilaian negative sebagai negara yang mudah
terpecah belah bagi bangsa Indonesia. Padahal kebudayaan Indonesia
sebenarnya sangat mengangkat tinggi humanisme, praktek kemanusiaan,
praktek memanusiakan manusia secara layak.
Hukum Hak Asasi Manusia merumuskan tiga bentuk kewajiban
Negara yaitu: (1) kewajiban untuk menghormati (2) kewajiban untuk
memenuhi (3) kewajiban untuk melindungi:
a. Kewajiban untuk menghormati
Kewajiban untuk menghormati mengacu pada kewajiban
Negara untuk tidak melakukan camur tangan terhadap hak sipil
warga Negara. Campur tangan yang tidak sah merupakan
pelanggaran hak asasi manusia. Oleh karena itu, hak untuk
hidup berhubungan dengan kewajiban negara untuk tidak
membunuh, hak integritas fisik dan mental berhubungan
dengan kewajiban negara untuk tidak melarang bahkan
mengeluarkan seseorang dari pemilihan umum yang
demokratis, sedangkan hak untuk bekerja, kesehatan dan
Pendidikan berhubungan dengan kewajiban negara untuk
menyediakan pekerjaan, fsilitas kesehatan dan sistem
Pendidikan.
b. Kewajiban untuk memenuhi
Kewajiban untuk memenuhi mengacu pada kewajiban negara
untuk mengambil langkah legislative, administrative, judisial
dan kebijakan praktis untuk memastikan hak-hak warga negara
dapat dipenuhi pencapaian maksimal.
c. Kewajiban untuk melindungi
Kewajiban untuk melindungi mensyaratkan tindakan aktif dari
negara untuk memastikan tidak terjadinya pelanggaran hak
asasi manusia oleh pihak ketiga, baik itu individu ataupun
korporasi.
Dalam kaitannya dengan negara hokum, hak asasi manusia
menjadi penanda apakah suatu negara layak dikatakan sebagai
negara hukum atau tidak. Negara yang menyatakan dirinya sebagai
Negara hukum mengakui supremasi hukum apabila dalam praktik
kenegaraannya kemudian melanggar dan tidak menghormati sendi-
sendi hak asasi manusia maka Negara tersebut tidak dapat disebut
Negara hukum. Ahli Erofa Kontinental antara lain Immanuel Kant
dan Stahl menyebutkan terdapat empat unsut negara hukum yaitu:
1. Adanya pengakuan hak asasi manusia
2. Adanya pemisahan kekuasaan untuk menjamin hak – hak asasi
manusia
3. Jalannya pemerintah berdasarkan peraturan
4. Adanya peralihan tata usaha negara
Tak jauh berbeda dengan hal diatas, para ahli hokum
Inggris dan Amerika menyatakan bahwa Negara hukum lebih
menitikberatkan pada segi-segi keadilan dan membangun doktrin
Judge Made Law. Menurut A.V Dicey dikatakan sebagai negara
hokum apabila mengandung tiga unsur yaitu:
1. Hak asasi manusia dijamin oleh undang-undang
2. Persamaan kedudukan dimuka hukum
3. Supremasi aturan hukum serta tidak adanya kewenangan-
kewenangan
Hal diatas menunjukan bahwa hak asasi menempati posisi
yang sangat penting dalam Negara hukum. Tak heran apabila
tuntutan agar produk hukum bercorak humanis makin menguat.
Hal ini dikarenakan karena persinggungan hukum dengan manusia
sangatlah erat, di tiap lini kehidupan masyarakat. Negara, melalui
produk hukum dan berbagai kebijakan lain, mengupayakan
pemecahan atau perbaikan masalah untuk menciptakan tatanan
masyarakat yang lebih baik. Cita-cita ini sesuai dengan definisi
hukum menurut Wirjono Prodjodikoro yang menyatakan bahwa
hukum adalah rangkaian peraturan mengenai tingkah laku orang-
orang sebagai anggota suatu masyarakat, sedangkan satu-satunya
tujuan dari hukum ialah menjamin keselamatan, kebahagiaan, dan
tata tertib masyarakat tersebut.
Theo Huiybers menyatakan bahwa makna dari hak asasi
manusia menjadi jelas apabila pengakuan hak-hak tersebut
dipandang sebagai bagian humanisasi hidup yang telah mulai
digalang sejak manusia menjadi sadar tentang tempat dan tugasnya
di dunia. Sejarah kebudayaan adalah juga sejarah humanisasi hidup
di bidang moral, social, dan politik melalui hukum. Melalui hukum
pula prinsipprinsip yang terkadung dalam pengakuan eksistensi
manusia sebagai subyek hukum dirumuskan sebagai suatu bagian
integral dari tata hukum. Melalui hukum, hak asasi manusia diakui
dan dilindungi karena hukum akan selalu dibutuhkan untuk
mengakomodasi komitmen negara untuk melindungi hak asasi
manusia,
BAB III
HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Konsep HAM Barat, HAM Cina, HAM Islam HAM Pancasila, HAM
Hindu
1. Konsep HAM Barat
Konsep HAM di kalangan sejarawan Eropa tumbuh dari
konsep hak (right) pada Yurisprudensi Romawi, kemudian meluas
pada etika via teori hukum (natural law). Tentang hal ini Robert Audi
mengatakan sebagai berikut: the concept of right arose in Roman
Jurisprudence and was exended to ethics via natural law theory. Just
as positive law makers, confers legal legal rights, so the natural
confers natural rights.
Secara ringkas, uraian berikut akan menggambarkan
kronologi konseptualisasi penegakan HAM yang diakui secara yuridis-
formal. Pengembangan berikut juga menggambarkan pertumbuhan
kesadaran pada masyarakat Barat. Tonggak-tonggak sosialisasinya
adalah sebagai berikut, pertama dimulai paling dini oleh munculnya
“Perjanjian Agung” di Inggris pada 15 Juni 1215, sebagai bagian dari
pemberontakan para baron terhadap Raja John. Isi pokok dokumen itu
ialah hendaknya raja tidak melakukan pelanggaran terhadap hak milik
dan kebebasan pribadi seorang pun dari rakyat (sebenarnya cukup
ironis bahwa pendorong pemberontakan para baron itu sendiri antara
lain ialah dikenakannya pajak yang sangat besar, dan dipaksakannya
para baron untuk membolehkan anak perempuan mereka kawin dengan
rakyat biasa).
Kedua, keluarnya Bill of Right pada 1628, yang berisi
penegasan tentang pembatasan kekuasaan raja dan dihilangkannya hak
raja untuk melaksanakan kekuasaan terhadap siapapun, atau untuk
memenjarakan, menyiksa, dan mengirimkan tentara kepada siapapun,
tanpa dasar hukum.
Ketiga, Deklarasi Kemerdekaan Amerika Serikat pada 4
Juli 1776, yanag memuat penegasan bahwa setiap orang dilahirkan
dalam persamaan dan kebebasan dengan hak untuk hidup dan
mengejar kebahagiaan, serta keharusan mengganti pemerintahan yang
tidak mengindahkan ketentuan-ketentuan dasar tersebut.
Keempat, Deklarasi Hak-hak Asasi Manusia dan Warga
Negara (Declaration de Droits de I’Homme et du Cittoyen/Declaration
of the Rights of Man and of the Citizen). Dari Prancis pada tanggal 4
Agustus 1789 dengan titik berat kepada lima hak asasi kepemilikan
harta, kebebasan, persamaan, keamanan, dan perlawanan terhadap
penindasan. Deklarasi universal tentang Hak-Hak Asasi Manusia pada
10 Desember 1948 yang memuat pokok-pokok tentang kebebasan,
persamaan, pemilikan harta, hak-hak dalam perkawinan, pendidikan,
hak kerja, dan kebebasan beragama,(termasuk pindah agama).
Deklarasi itu, ditambahkan dengan berbagai instrumen lainnya yang
datang susul menyusul, telah memperkaya umat manusia tentang hak-
hak asas, dan menjadi bahan rujukan yang tidak mungkin diabaikan.
Dari perkembangan historis, dapat dilihat bahwa terdapat
perbedaan filosofi yang tajam, baik dari segi nilai maupun orientasi. Di
Inggris menekankan pada pembatasan raja, di Amerika Serikat
mengutamakan kebebasan individu, di Prancis memprioritaskan
egalitas anisme, persamaan kedudukan di hadapan hukum, di Rusia
tidak diperkenankan hak individu tetapi hanya mengakui hak sosial
dan kolektif.
Sementara itu, PBB merangkum berbagai nilai dan orientasi
karena UDHR sebagai konsensus dunia setelah mengalami Perang
Dunia II, yang mengeluarkan pengakuan prinsip kebebasan
perseorangan, kekuasaan hukum dan demokrasi sebagaimana
diformulasikan dalam Mukaddimah Atlantic Charter 1945. Terlepas
dari hal tersebut yang mendasar dipahami bahwa meskipun realitas
lokal kesejateraan manusia memiliki kareteristik-karakteristik tertentu,
namun secara substansial manusia membutuhkan keselarasan dan
keserasian hidup yang berbekal pada pengakuan dimensi kemanusiaan
secara objektif.
Setiap kali kita menyebut hak hak asasi, dengan sendirinya
rujukan paling baku ialah UDHR/UDUHAM. Ini wajar dan merupakan
keharusan, karena UDHR merupakan puncak konseptualisasi manusia
sejagat yang menyatakan dukungan dan pengakuan yang tegas tentang
hak asasi manusia. Begitupun UDHR/DUHAM dipandang sebagai
puncak konseptualisasi HAM sejagat, apa yang tertuang di dalamnya
dilihat dari persepektif perkembangan generasi HAM adalah termasuk
ke dalam generasi pertama dari keempat generasi HAM yang ada. Ciri
nya yang terpenting bahwa pengertian HAM hanya terbatas pada
bidang hukum dan politik. Sangat wajar dikarenakan beberapa hal
yakni, realitas politik global pasca-Perang Dunia II, dan adanya
keinginan kuat negara-negara baru untuk menciptakan tertib hukum
dan politik yang baru.
Generasi HAM Kedua menyusul pada keinginan yang kuat
masyarakat global untuk memberikan kepastian terhadap masa depan
HAM yang melebar pada aspek sosial, ekonomi, politik, dan budaya
dalam sidang Umum PBB 16 Desember 1966 kemudian dirumuskan
dua buah covenant (persetujuan), yakni Internasional Covenant at
Economic, Social and Cultural Right, dahn Internasional Covenant on
Civil and Political Rights.
Perkembangan pemikiran HAM juga mengalami
peningkatan ke arah kesatupaduan antara hak-hak ekonomi, sosial,
budaya, politik, dan hukum dalam “satu keranjang” yang disebut
dengan hak-hak melaksanakan pembangunan (the Right of
development). Inilah generasi HAM Ketiga.
Sebagai sebuah proses dialektika, pemikiran HAM
akhirnya memasuki tahap penyempurnaan sampai munculnya generasi
HAM Keempat yang mengkritik peranan negara yang sangat dominan
dalam proses pembangunan yang terfokus pada pembangunan
ekonomi sehingga menimbulkan dampak negatif seperti diabaikannya
berbagai aspek kesehjateraan rakyat. Munculnya generasi keempat
HAM ini dipelopori oleh negara-negara di kawasan Asia yang pada
tahun 1983 melahirkan deklarasi HAM yang dikenal dengan
Declaration of the Basic Duties of Asia People and Government.

2. Konsep HAM CINA


Sebagaimana sempat disinggung oleh A. Kadragic, bahwa
dewasa ini apapun ideologi yang dianut, kebanyakan Negara mengatur
masalah bahwa ...”To day guarantee of basic human righs are
included in the constitution of most country” (Alma Kadragic, 2004).
Pengaturan HAM dalam Konstitusi sebagai upaya penguatan hukum
atau “legal empowerment”bagi rakyat agar hak-hak mereka yang
dijami oleh instrumen internasional dapat dinikmati dengan pasti
(Wiktor Osiatynki, 2009).
Namun demikian sejumlah organisasi HAM dunia tetap
memberi sorotan yang tajam terhadap implementasi HAM Cina.
Beberapa isu kontroversi yang menjadi sorotan mereka adalah tentang
hukuman mati, kebijakan satu anak, status tibet, kebebasan pers,
kebebasan beragama, kemandirian pengadilan, menegakkan hukum
dan hukum pidana, laangan adanya serikat buruh, diskriminasi atas
pekerja di pedesaan, diskriminasi etnis minoritas.
Dalam ajaran Khonghucu. Manusia adalah makluk ciptaan
Tuhan Yang Maha Esa pembawa sifat Tuhan dan Dunia. Manusia
diciptakan dariu kekuatan alam, persatuan roh suci, serta hakikat yang
terhalus dan anstrak yaitu lima unsur bumi, tumbuhan, logam, air dan
api.

3. Konsep HAM ISLAM


Jika HAM dalam pandangan duia Barat dan Amerika
bersandar pada Ideologi Individualistik dan sosialis komunis bersandar
pada ideologi kolektifitas atau komunal, maka Islam tidak terjebak
alternatif salah satunya dari paham tersebut, melainkan memilih
toleransi demi kepentingan harkat dan martabat kemanusiaan sebagai
ciptaan yang diberi derajat tertinggi dimuka bumi. Islam mengakui
menghormati hak-hak personal individual manusia sebagai nikmat
karunia yang dianugerahkan Tuhan Allah SWT dan mengakui dan
meghormai hakl-hak kolektivitas sebagai hak publik dalam rangka
menata kehidupan di muka bumi dengan konsep hablum minannas
wahablum minallah.
Islam meletakkan hak-hak individu dalam penggunaannya
memberi manfaat baik bagi manusia individu maupun bagi manusia
lainnya (manusia yang baik dapat memberi manfaat bagi manusia
lainnya). Hak-hak publik yang dikelola oleh negara harus memberi
mashalat bagi masyarakat luas termasuk individu-individu yang harus
ditanggung oleh negara. Pandangan Islam tentang HAM dengan tegas
dapat dicermati dalam Piagam Madinah (Konstitusi Madinah) sebagai
perjanjian yang diadakan oleh Rasulullah Muhammad SAW dengan
beberapa golongan dikala itu, yang secara substansial mengakomodir
HAM di bidang Politik, dibidang sosial, ekonomi, budaya, dan agama.
Penegasan tentang pandangan Islam tentang HAM di dunia
Internasional di Kairo pada tahun 1990 (cairo Declaration on Human
Right in Islam 1990). Naskah tentang HAM Deklarasi Kairo disusun
selama 13 tahun dengan perundingan-perundingan yang diadakan oleh
negara-negara yang tergabung dalam Organisasi Konferensi Islam
sedunia.
Secara garis besar HAM yang diatur dslam Deklarasi
tersebut, meliputi HAM di bidang Ekonomi, bidang persamaan atau
equal, bidang gender, bidang hak hidup atau life, bidang pekerjaan,
medis, dan kesehatan, penghidupan yang layak dan pendidikan.
Namun menurut Khalid M. Ishaque, dalam tulisannya yang
berjudul’human Rights In Islamic Law”hukum HAM dalam Hukum
Islam, termuat dalam “The Review, International Commission of
Jurits, 1994: 30-39), telah merinci HAM menurut pandangan Islam ke
dalam sebelas butir sebagai berikut:
1. Hak untuk hidup
2. Hak untuk mendapatkan keadilan
3. Hak persamaan
4. Kewajiban untuk memnuhi apa uyang sesuai dengan hukum serta
hak untuk tidak patuh kepada apa yang tidak sesuai dengan hukum
5. Hak kebebasan
6. Hak kebebasan kepercayaan
7. Hak untuk menyatakan kebenaran
8. Hak mendapatkan perlindungan terhadap penindasan karena
perbedaan agama
9. Hak mendapatkan kehormatan dan nama baik
10. Hak ekonomi
11. Hak untuk memiliki

Seiring menguatnya kesadaran global akan arti penting


HAM dewasa ini, persoalan tentang universalitas HAM dan
hubungannya dengan berbagai sistem nilai atau tradisi agama terus
menjadi pusat perhatian dalam perbuincangan wacana HAM
kontemporer. Harus diakui bahwa agama berperan memberikan
landasan etik kehidupan manusia. Perkembangan wacana global
tentang HAM memberikan penilaian tersendiri bagi posisi Islam.
Hubungan antara Islam dan HAM, muncul menjadi isu penting
mengingat, kecuali di dalamnya terdapat interpretasi yang berperan
mengandung perdebatan yang sengit, perkembangan plitik global
memberikan implikasi tersendiri hubungan Islam dan Barat.
Menurut Supriyanto Abdi, setidaknya terdapat tiga varian
pandangan tentang hubungan Islam dan HAM, baik yang dikemukakan
oleh para sarjana Barat atau pemikir Muslim sendiri, yakni pertama
menegaskan bahwa Islam tidak sesuai dengan gagasan konsepsi HAM
Modern. Kedua menyatakan bahwa Islam menerima semangat
kemanusiaan HAM modern adalah khazanah kemanusiaan universal
dan Islam (bisa dan seharusnya) memberikan landasan normatif yang
sangat kuat terhadapnya.
Pandangan pertama berangkat dari asas esensialisme dan
relaivisme kultural. Esensialisme menunjukkan kepada paham yang
menegaskan bahwa suatu gagasan atau konsep pada dasarnya
mengakar atau bersumber pada suatu sistem nilai, tradisi, atau
peradaban tertentu. Sedangkan relativisme kultural adalah paham yang
berkeyakinan bahwa suatu gagasan lahir atau terkait dengan sistem
nilai tertentu tidak bisa berlaku atau tidak bisa ditetapkan dalam
masyarakat dengan sistem nilai yang berbeda. Dikalangan pemikir
Barat termasuk di dalamnya Samuel P. Huntington serta Polis dan
Schwab. Menurut keduanya, karena dasarnya terkait dan terbatas pada
konsep konsep kulktural.
Pandangan kedua lebih dikenal dengan gerakan islamisasi
HAM. Pandangan ini muncul sebagai reaksi “gagal”nya HAM versi
Barat dalam mengakomodasi kepentingan terbesar masyarakat
Muslim. Tindak kalah pentingnya, gerakan ini merupakan alternatif
yang diyakini mampu menjembatani pemikiran HAM dalam
persepektif Islam. Di antara pemikir Muslim yang termasuk dalam
pandangan tersebut diantaranya Abdul A’la al Maududi.
Ketiga menegaskan bahwa HAM Modern adalah khazanah
kemanusiaan universal dan Islam, memberikan landasan normatif yang
sangat kuat terhadapnya. Berbeda dengan dua pandangan sebelumnya,
varian ketiga ini menegaskan bahwa universalitas HAM sebagai
khazanah kemanusiaan yang landasan normatif dan filosofisnya
dilacak dan dijumpai dalam berbagai sistem nilai dan tradisi agama,
termasuk Islam di dalamnyua. Yan termasuk berpandangan demikian
diantaranya adalah Abdullah Ahmedan-an Naim.

4. Konsep HAM PANCASILA


Jimly Asshiddiqie (2011: 253), mengemukakan bahwa
keberadaan Pancasila sebagai falsafah kenegaraan cita negara yang
berfungsi sebagai falsafah kenegaraan (staatsidee) cita negara yang
berfungsi sebagai filosofische grondslag dan common platfrom atau
kalimatun sawa di antara sesama warga masyarakat dalam konteks
kehidupan bernegara dalam kesepakaatan pertama penyangga
konstitusionalsme menunjukkan hakikat Pancasila sebagai ideologi
terbuka.
Konsekuensi Pancasila sebagai ideologi terbuka adalah
membuka ruang terbentuknya kesepakatan-kesepakatan masyarakat
untuk memusyawarahkan bagaimana mencapai cita-cita dan nilai-nilai
dasar yang terkandung di dalamnya. Pancasila sebagai Ideologi Negara
RI berbeda dengan Ideologi Liberalisme Kapitalis yang berpaham
individualisme, juga berbeda dengan Ideologi Sosialis Komunis yang
berpaham kolektivitas komunal. Pancasila mengakui dan melindungi
baik hak-hak individu maupun hak-hak warga masyarakat, baik di
bidang ekonomi maupun politik. Ideologi pancasila mengakui secara
selaras baik kolektivitisme maupun individualisme.
Demokrasi yang dikembangkan bukan demokrasi di bidang
politik semata, seperti dalam ideologi Liberal Kapitalis, akan tetapi
juga demokrasi ekonomi. Dalam sistem kapitalisme liberal dasar
perekonomian bukan usaha bersama dan kekeluargaan, namun
kebebasan, individual untuk berusaha. Adapun dalam sistem sosial
komunis (etatisme), negaralah yang mendorong perekonomian, bukan
warga negara baik sebagai individu maupun bersama-sama warga
negara lainnya. (Jimly Asshiddiqie, 2005: Makalah Orasi Ilmiah).
Kedudukan pancasila sebagai ideologi negara dilihat dari
segi struktur tata hukum Indonesia, menempati derajat tertinggi secara
hirerarki yaitu norma fundamental negara, dikemukakan dalam
Mukamidah Pembukaan UUD NRI tahun 1945, norma dibawahnya
adalah staatsgrundgezetz yaitu batang tubuh UUD Negara yang juga
biasa disebut sebagai groundrecht. A. Hamid S. Attamimi (1991: 309),
mengatakan bahwa Pancasila dilihat sebagai cita hukum (rechtsidee)
merupakan bintang pemandu.

5. Konsep HAM HINDU


Hak asasi manusia sudah sejak ada sejak zaman dahulu,
hanya saja kebanyakan bersifat normative yang tertuang dalam kitab
suci. Hindu memiliki konsep HAM yang tinggi yang tertuang dalam
weda, baik weda Sruti maupun weda Smerti. Tentang persamaan
dalam bhagavad gita tidak hanya dengan manusia tetapi terhadap
semua mahkluk hidup seperti kutipan sloka yang artinya Pararesi yang
rendah hati berdasarkan pengetahuan yang sejati melihat seorang
brahmana yang bijaksana dan lembut.
Menurut Agama Budha semua manusia adalah sama dalam
bahwa mereka tunduk pada hukum alam yang sama. Semua tergantung
dalam kelahiran, usia tua, dan kematian. Hukum karma adalah
mengikat semua orang. Semua orang menuai apa yang ia tabur dan
dunuia terus terjadi setalah kegiatan Karma.
Dalam kehidupan bermasyarakat penganut agama Hindu
mengikuti ajaran ajaran yang ditekankan oleh Gandhi adalah ajaran
anti kekerasan, ahimsa secara harfiah artinya tidak menyakiti disini
maksudnya adalah tidak hanya menyakiti secara fisik tetapi juga tidak
membenci atau memperalat orang lain.
BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan
HAM merupakan hak-hak yang melekat pada diri manusia
tidak bersumber dari suatu kedudukan atau kewajiban tertentu, dimana
dalam HAM terdapat berbagai macam HAM yaitu konsep HAM Barat,
HAM Cina, HAM Islam, dan HAM Pancasila, HAM Hindu . Konsep HAM
Barat yang terlihat dari berbagai Negara Luar seperti, di Inggris
menekankan pada pembatasan raja, di Amerika Serikat mengutamakan
kebebasan individu, di Prancis memprioritaskan egalitas anisme,
persamaan kedudukan di hadapan hukum, di Rusia tidak
diperkenankan hak individu tetapi hanya mengakui hak sosial dan
kolektif.
Konsep HAM Cina, dalam ajaran Khonghucu. Manusia
adalah makluk ciptaan Tuhan Yang Maha Esa pembawa sifat Tuhan
dan Dunia. Manusia diciptakan dari kekuatan alam, persatuan roh suci,
serta hakikat yang terhalus dan abstrak yaitu lima unsur bumi,
tumbuhan, logam, air dan api. Konsep HAM Pancasila mengakui dan
melindungi baik hak-hak individu maupun hak-hak warga masyarakat,
baik di bidang ekonomi maupun politik. Konsep HAM Budha,
menurut Agama Budha semua manusia adalah sama dalam bahwa
mereka tunduk pada hukum alam yang sama. Semua tergantung dalam
kelahiran, usia tua, dan kematian. Konsep HAM Islam, Islam
mengakui menghormati hak-hak personal individual manusia sebagai
nikmat karunia yang dianugerahkan Tuhan Allah SWT dan mengakui
dan meghormai hak-hak kolektivitas sebagai hak publik dalam rangka
menata kehidupan di muka bumi dengan konsep hablum minannas
wahablum minallah.
B. Saran
Penulis menyadari bahwa masih jauh dari kata sempurna dalam
menyusun makalah yang membahasa mengenai konsep HAM..
Kedepannya penulis akan lebih fokus dan detail menjelaskan makalah ini.
Maka dari itu penulis meminta saran kepada pembaca berupa kritik yang
membangun terhadap penulisan makalah ini. Semoga adanya makalah ini
pembaca dapat mengerti dan memahami tentang makalah ini.
DAFTAR PUSTAKA

Adam Muhsi. 2015. Teologi Konstitusi Hukum Hak Asasi Manusia atau
Kebebasan Beragama. Yogyakarta: LKIS Pelangi Aksara

Jimly Asshiddiqie, SH, Abbas Hafid. 2002. Hak Asasi Manusia dalam Konstitusi
Indonesia. 2002. Kencana: Jakarta
Majda El Muhtaj. 2005. Hak Asasi Manusia dalam Konstitusi Indonesia.
Kencana: Jakarta
Qamar, Nurul. 2014. Hak Asasi Manusia dalam Negara Demokrasi. Sinar
Grafika: Jakarta

Anda mungkin juga menyukai