Oleh
Meylina Eka Setiawati
NIM 2220112320022
Selesainya penulisan makalah ini tidak terlepas dari dukungan, bantuan, dan
sumbang saran dari berbagai pihak. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis
mengucapkan terima kasih yang sebesar besarnya serta penghargaan yang
setinggi-tingginya, khususnya kepada :
1. Prof. Dr. Sarbaini., M.Pd selaku dosen Konstitusi, HAM, dan Demokrasi
yang memberikan motivasi dan memberikan bimbingan serta saran-saran
dalam menyelesaikan penulisan makalah ini.
2. Secara khusus penulis menyampaikan terima kasih kepada keluarga tercinta
yang telah memberikan dorongan dan bantuan serta pengertian yang besar
kepada penulis, baik selama mengikuti pembelajaran maupun dalam
menyelesaikan makalah ini.
3. Teman-teman yang telah banyak berpartisipasi mendukung dan memberikan
bantuan dalam penulisan makalah ini.
Penulis menyadari, bahwa dalam penulisan ini masih ditemukan kekurangan
dan hal ini disebabkan karena keterbatasan wawasan yang penulis miliki, maka
untuk kesempurnaan penulis berharap sumbang saran dan kritik membangun
untuk penulisan pada masa yang akan datang.
Banjarmasin, 24
Desember 2022
Penulis
DAFTAR ISI
Kata Pengantar................................................................................... i
BAB I Pendahuluan............................................................................ 1
a. Latar Belakang........................................................................ 1
b. Rumusan Masalah................................................................... 1
c. Manfaat Penelitian................................................................. 2
BAB II Tinjauan Pustaka................................................................... 3
a. Hak Asasi Manusia............................................................... 3
BAB III Pembahasan........................................................................ 6
1. Konsep HAM Barat, HAM Cina, HAM Islam, dan HAM
Pancasila, HAM Hindu........................................................ 6
BAB IV Kesimpulan.......................................................................... 15
a. Simpulan............................................................................. 15
b. Saran................................................................................... 15
DAFTAR PUSTAKA......................................................................... 17
BAB I
PENDAHULUAN
1. Pendahuluan
A. Latar Belakang
Menurut Adam (2015) Hak Asasi Manusia adalah seperangkat hak
yang melekat pada hakikat dan keberadan setiap manusia sebagai makhluk
Tuhan Yang Maha Esa dan merupakan anugerahnya yang wajib dihormati,
dijunjung tinggi, dan dilindungi negara hukum, pemerintah, dan setiap
orang demi kehormatan serta perlindungan hak dan martabat manusia.
Perwujudan HAM mengalami proses panjang yang sudah dimulai
sejak abad ke 13 dengan ditandatanganinya magna charta pada tahun 1215
oleh Raja Jhon Lackland Peristiwa penandatanganan ini dapat dicatat
sebagai permulaan perjuangan hak asasi manusia meskipun isi dari piagam
magna charta bukan bentuk perlindungan kepada masyarakat secara
umum, namun sebagai bentuk perlindungan terhadap kaum bangsawan
dan kaum gereja. Perjuangan untuk melindungi hak-hak manusia terus
berkembang sampai pada tahun 1628 tersebut raja berhadapan dengan
parlemen yang terdiri dari utusan rakyat.. Kehidupan berbangsa dan
bernegara belakangan ini menunjukkan berbagai kekwatiran. Jika ini
dibiarkan akan memberikan penilaian negative sebagai negara yang mudah
terpecah belah bagi bangsa Indonesia. Padahal kebudayaan Indonesia
sebenarnya sangat mengangkat tinggi humanisme, praktek kemanusiaan,
praktek memanusiakan manusia secara layak.
Berdasarkan uraian diatas maka penulis tertarik untuk membahas
tentang konsep HAM Barat, HAM Cina, HAM Islam, dan HAM Pancasila, HAM
Hindu.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana konsep HAM Barat, HAM Cina, HAM Islam, HAM
Hindu, dan HAM Pancasila?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui konsep HAM Barat, HAM Cina, HAM Islam,
HAM Hindu, dan HAM Pancasila.
BAB II
KAJIAN TEORI
A. Konsep HAM Barat, HAM Cina, HAM Islam HAM Pancasila, HAM
Hindu
1. Konsep HAM Barat
Konsep HAM di kalangan sejarawan Eropa tumbuh dari
konsep hak (right) pada Yurisprudensi Romawi, kemudian meluas
pada etika via teori hukum (natural law). Tentang hal ini Robert Audi
mengatakan sebagai berikut: the concept of right arose in Roman
Jurisprudence and was exended to ethics via natural law theory. Just
as positive law makers, confers legal legal rights, so the natural
confers natural rights.
Secara ringkas, uraian berikut akan menggambarkan
kronologi konseptualisasi penegakan HAM yang diakui secara yuridis-
formal. Pengembangan berikut juga menggambarkan pertumbuhan
kesadaran pada masyarakat Barat. Tonggak-tonggak sosialisasinya
adalah sebagai berikut, pertama dimulai paling dini oleh munculnya
“Perjanjian Agung” di Inggris pada 15 Juni 1215, sebagai bagian dari
pemberontakan para baron terhadap Raja John. Isi pokok dokumen itu
ialah hendaknya raja tidak melakukan pelanggaran terhadap hak milik
dan kebebasan pribadi seorang pun dari rakyat (sebenarnya cukup
ironis bahwa pendorong pemberontakan para baron itu sendiri antara
lain ialah dikenakannya pajak yang sangat besar, dan dipaksakannya
para baron untuk membolehkan anak perempuan mereka kawin dengan
rakyat biasa).
Kedua, keluarnya Bill of Right pada 1628, yang berisi
penegasan tentang pembatasan kekuasaan raja dan dihilangkannya hak
raja untuk melaksanakan kekuasaan terhadap siapapun, atau untuk
memenjarakan, menyiksa, dan mengirimkan tentara kepada siapapun,
tanpa dasar hukum.
Ketiga, Deklarasi Kemerdekaan Amerika Serikat pada 4
Juli 1776, yanag memuat penegasan bahwa setiap orang dilahirkan
dalam persamaan dan kebebasan dengan hak untuk hidup dan
mengejar kebahagiaan, serta keharusan mengganti pemerintahan yang
tidak mengindahkan ketentuan-ketentuan dasar tersebut.
Keempat, Deklarasi Hak-hak Asasi Manusia dan Warga
Negara (Declaration de Droits de I’Homme et du Cittoyen/Declaration
of the Rights of Man and of the Citizen). Dari Prancis pada tanggal 4
Agustus 1789 dengan titik berat kepada lima hak asasi kepemilikan
harta, kebebasan, persamaan, keamanan, dan perlawanan terhadap
penindasan. Deklarasi universal tentang Hak-Hak Asasi Manusia pada
10 Desember 1948 yang memuat pokok-pokok tentang kebebasan,
persamaan, pemilikan harta, hak-hak dalam perkawinan, pendidikan,
hak kerja, dan kebebasan beragama,(termasuk pindah agama).
Deklarasi itu, ditambahkan dengan berbagai instrumen lainnya yang
datang susul menyusul, telah memperkaya umat manusia tentang hak-
hak asas, dan menjadi bahan rujukan yang tidak mungkin diabaikan.
Dari perkembangan historis, dapat dilihat bahwa terdapat
perbedaan filosofi yang tajam, baik dari segi nilai maupun orientasi. Di
Inggris menekankan pada pembatasan raja, di Amerika Serikat
mengutamakan kebebasan individu, di Prancis memprioritaskan
egalitas anisme, persamaan kedudukan di hadapan hukum, di Rusia
tidak diperkenankan hak individu tetapi hanya mengakui hak sosial
dan kolektif.
Sementara itu, PBB merangkum berbagai nilai dan orientasi
karena UDHR sebagai konsensus dunia setelah mengalami Perang
Dunia II, yang mengeluarkan pengakuan prinsip kebebasan
perseorangan, kekuasaan hukum dan demokrasi sebagaimana
diformulasikan dalam Mukaddimah Atlantic Charter 1945. Terlepas
dari hal tersebut yang mendasar dipahami bahwa meskipun realitas
lokal kesejateraan manusia memiliki kareteristik-karakteristik tertentu,
namun secara substansial manusia membutuhkan keselarasan dan
keserasian hidup yang berbekal pada pengakuan dimensi kemanusiaan
secara objektif.
Setiap kali kita menyebut hak hak asasi, dengan sendirinya
rujukan paling baku ialah UDHR/UDUHAM. Ini wajar dan merupakan
keharusan, karena UDHR merupakan puncak konseptualisasi manusia
sejagat yang menyatakan dukungan dan pengakuan yang tegas tentang
hak asasi manusia. Begitupun UDHR/DUHAM dipandang sebagai
puncak konseptualisasi HAM sejagat, apa yang tertuang di dalamnya
dilihat dari persepektif perkembangan generasi HAM adalah termasuk
ke dalam generasi pertama dari keempat generasi HAM yang ada. Ciri
nya yang terpenting bahwa pengertian HAM hanya terbatas pada
bidang hukum dan politik. Sangat wajar dikarenakan beberapa hal
yakni, realitas politik global pasca-Perang Dunia II, dan adanya
keinginan kuat negara-negara baru untuk menciptakan tertib hukum
dan politik yang baru.
Generasi HAM Kedua menyusul pada keinginan yang kuat
masyarakat global untuk memberikan kepastian terhadap masa depan
HAM yang melebar pada aspek sosial, ekonomi, politik, dan budaya
dalam sidang Umum PBB 16 Desember 1966 kemudian dirumuskan
dua buah covenant (persetujuan), yakni Internasional Covenant at
Economic, Social and Cultural Right, dahn Internasional Covenant on
Civil and Political Rights.
Perkembangan pemikiran HAM juga mengalami
peningkatan ke arah kesatupaduan antara hak-hak ekonomi, sosial,
budaya, politik, dan hukum dalam “satu keranjang” yang disebut
dengan hak-hak melaksanakan pembangunan (the Right of
development). Inilah generasi HAM Ketiga.
Sebagai sebuah proses dialektika, pemikiran HAM
akhirnya memasuki tahap penyempurnaan sampai munculnya generasi
HAM Keempat yang mengkritik peranan negara yang sangat dominan
dalam proses pembangunan yang terfokus pada pembangunan
ekonomi sehingga menimbulkan dampak negatif seperti diabaikannya
berbagai aspek kesehjateraan rakyat. Munculnya generasi keempat
HAM ini dipelopori oleh negara-negara di kawasan Asia yang pada
tahun 1983 melahirkan deklarasi HAM yang dikenal dengan
Declaration of the Basic Duties of Asia People and Government.
A. Simpulan
HAM merupakan hak-hak yang melekat pada diri manusia
tidak bersumber dari suatu kedudukan atau kewajiban tertentu, dimana
dalam HAM terdapat berbagai macam HAM yaitu konsep HAM Barat,
HAM Cina, HAM Islam, dan HAM Pancasila, HAM Hindu . Konsep HAM
Barat yang terlihat dari berbagai Negara Luar seperti, di Inggris
menekankan pada pembatasan raja, di Amerika Serikat mengutamakan
kebebasan individu, di Prancis memprioritaskan egalitas anisme,
persamaan kedudukan di hadapan hukum, di Rusia tidak
diperkenankan hak individu tetapi hanya mengakui hak sosial dan
kolektif.
Konsep HAM Cina, dalam ajaran Khonghucu. Manusia
adalah makluk ciptaan Tuhan Yang Maha Esa pembawa sifat Tuhan
dan Dunia. Manusia diciptakan dari kekuatan alam, persatuan roh suci,
serta hakikat yang terhalus dan abstrak yaitu lima unsur bumi,
tumbuhan, logam, air dan api. Konsep HAM Pancasila mengakui dan
melindungi baik hak-hak individu maupun hak-hak warga masyarakat,
baik di bidang ekonomi maupun politik. Konsep HAM Budha,
menurut Agama Budha semua manusia adalah sama dalam bahwa
mereka tunduk pada hukum alam yang sama. Semua tergantung dalam
kelahiran, usia tua, dan kematian. Konsep HAM Islam, Islam
mengakui menghormati hak-hak personal individual manusia sebagai
nikmat karunia yang dianugerahkan Tuhan Allah SWT dan mengakui
dan meghormai hak-hak kolektivitas sebagai hak publik dalam rangka
menata kehidupan di muka bumi dengan konsep hablum minannas
wahablum minallah.
B. Saran
Penulis menyadari bahwa masih jauh dari kata sempurna dalam
menyusun makalah yang membahasa mengenai konsep HAM..
Kedepannya penulis akan lebih fokus dan detail menjelaskan makalah ini.
Maka dari itu penulis meminta saran kepada pembaca berupa kritik yang
membangun terhadap penulisan makalah ini. Semoga adanya makalah ini
pembaca dapat mengerti dan memahami tentang makalah ini.
DAFTAR PUSTAKA
Adam Muhsi. 2015. Teologi Konstitusi Hukum Hak Asasi Manusia atau
Kebebasan Beragama. Yogyakarta: LKIS Pelangi Aksara
Jimly Asshiddiqie, SH, Abbas Hafid. 2002. Hak Asasi Manusia dalam Konstitusi
Indonesia. 2002. Kencana: Jakarta
Majda El Muhtaj. 2005. Hak Asasi Manusia dalam Konstitusi Indonesia.
Kencana: Jakarta
Qamar, Nurul. 2014. Hak Asasi Manusia dalam Negara Demokrasi. Sinar
Grafika: Jakarta