Anda di halaman 1dari 17

MAKALAH

“HAM DAN HAK DAN KEWAJIBAN WARGA NEGARA”

Dosen pengampu: Hudatullah M.Pd

DISUSUN OLEH :

1. M.KASPUL ASROR
2. M.MALIKUSSHALIH AKBAR AMAR
3. MUTIA MADIANA
4. NURAINI
5. BAIQ RAIDAH
6. RINI MURTIANI
7. RINA MURTIANA
8. MAUIZZATUL HASANAH

PRODI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

SEKOLAH TINGGI ILMU TARBIYAH AL-AZIZIYAH KAPEK GUNUNGSARI

T.A 2023/2024

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami haturkan kepada Allah SWT karena atas berkah dan karunia-Nya, sehingga

kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul. “Ham dan Hak dan Kewajiban warga negara”

Pada kesempatan ini kami penyusun mengucapkan terimakasih kepada Bapak Hudatullah,M.Pd

selaku dosen mata kuliah Pendidikan Kewarganegaraan yang telah memberikan bimbingan dan

pengarahan demi terselesaikannya makalah ini serta,rekan-rekan semua pihak yang telah

membantu dalam menyelesaikan makalah ini.

Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna.Oleh karena itu, kritik dan

saran yang bersifat membangun sangat penyusun harapkan demi kesempurnaan makalah ini

dimasa mendatang.

Semoga makalah ini dapat dapat bermanfaat bagi para mahasiswa khususnya dan

masyarakat pada umumnya.Dan semoga makalah ini dapat dijadikan sebagai bahan untuk

menambah pengetahuan para mahasiswa dan masyarakat dan pembaca.

Kapek, Agustus 2023

Penulis
DAFTAR ISI

 HALAMAN JUDUL........................................................................................................................i
 KATA PENGANTAR....................................................................................................................ii
 DAFTAR ISI..................................................................................................................................iii
 BAB I PENDAHULUAN...............................................................................................................1
A. Latar belakang.................................................................................................................1
B. Rumusan masalah............................................................................................................1
C. Tujuan...............................................................................................................................1
 BAB II PEMBAHASAN.................................................................................................................2
A. Pengertian Ham dan hak dan kewajiban warga negara.............................................2
B. Jenis-jenis Hak dan kewajiban warga negara.............................................................
C. Pelanggaran Hak dan pengingkaran Kewajiban warga negara...............................
 BAB III PENUTUP.......................................................................................................................
A. Kesimpulan.....................................................................................................................
B. Saran...............................................................................................................................
 DAFTAR PUSTAKA..................................................................................................................
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar belakang

Setiap bangsa mempunyai sejarah perjuangan dari orang-orang terdahulu yang


memiliki nilai nasionalis patriotris dan sebagainya yang terpatri dalam setiap jiwa warga
negaranya, Nilai- nilai tersebut semakin lama semakin hilang dari diri seseorang dalam
suatu bangsa. Oleh karena itu, kita perlu pembelajaran untuk mempertahankan nilai-nilai
tersebut, agar terus menyatu dalam setiap warga Negara dan setiap warga Negara tau hak
dan kewajiban dalam menjalankan kehidupan berbangsa dan bernegara. Pendidikan
kewarganegaraan adalah pendidikan yang mengingatkan kita akan pentingnya nilai-nilai
hak dan kewajiban suatu warga Negara agar setiap hal yang dikerjakan sesuai dengan
tujuan dan cita-cita bangsa dan tidak menyimpang dari apa yang diharapkan karna betapa
penting nya nilai pendidikan ini sudah diterapkan sejak usia dini di setiap jenjang
pendidikan mulai dari yang paling dini hingga diperguruan tinggi agar dapat
menghasilkan penerus-penerus bangsa yang berkompeten dan siap menjalankan hidup
berbangsa dan bernegara.
B. Rumusan masalah
1. Apa pengertian Ham dan Hak dan Kewajiban warga negara?
2. Apa saja jenis hak dan kewajiban warga negara?
3. Apa saja jenis pelanggaran hak dan pengingkaran kewajiban warga negara?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian hak dan kewajiban warga negara
2. Untuk mengetahui jenis hak dan kewajiban warga negara
3. Untuk mengetahui jenis pelanggaran hak dan pengingkaran kewajiban warga negara

BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Ham dan Hak dan Kewajiban Warga Negara

1. Hak Asasi Manusia

Istilah HAM pertama kali diperkenalkan oleh Roosevelt ketika Universal Declaration of
Human Rights dirumuskan pada tahun 1948, sebagai pengganti istilah the Rights of Man.
Dalam konstitusi Indonesia (UUD 1945) digunakan istilah hak warga negara yang oleh the
Founding Father di maksudkan sebagai pemenuhan hak asasi manusia. Namun kedua istilah ini
( Ham dan hak serta kewajiban warga negara) dipergunakan secara resmi oleh MPR
sebagaimana tercantum dalam 4 Amandemen kedua UUD 1945 (Bab X dan Bab X A) maupun
dalam ketetapan MPR RI Nomor : XVII/1998. HAM merupakan suatu pemikiran yang
dituangkan dalam bentuk hukum. Pemikiran HAM itu sangat legal formal dan bermula di Eropa
Barat sebagai tempat munculnya pemikiran liberal. Para pemikir liberal seperti John Locke dan
John S. Mill yang menekankan pada kebebasan manusia dan Montesquieu serta Rouseau yang
menekankan pada equality, menghendaki perlunya pembatasan peran negara/pemerintah.
Menurut pemikiran liberal, negara hanya berperan semata-mata sebagai alat untuk melindungi,
menjamin unsur kehidupan, kesejahteraan dan kebebasan. Bahkan lebih ekstrim dapat dikatakan
peran negara hanya peronda malam. Pemikiran liberal yang menekankan pada “ kebebasan”,
pada dasarnya menjunjung tinggi kepentingan individu. Hal mana berbeda dengan pemikiran
aliran kiri yang menitikberatkan pada “golongan.” Berlainan halnya dengan konsepsi liberal dan
aliran kiri, konsepsi HAM menurut versi Indonesia adalah HAM menurut susunan masyarakat
Indonesia. Dapat dikatakan pula konsepsi HAM di Indonesia menitikberatkan pada
keseimbangan antara hak Asasi dengan kewajiban asasi. Perbedaan konsepsi itu terletak pada ide
dan aplikasi. HAM meskipun demikian secra substansial, HAM merupakan suatu konsep
universal yang di dalamnya terdapat aspek-aspek kemanusiaan sebagai dasar yang tidak boleh
dilanggar oleh siapapun dan dalam kondisi apapun.

HAM merupakan hak kodrat, hak dasar manusia, hak mutlak 1. Menurut Jan Matenson,
HAM adalah hak-hak yang melekat pada manusia, yang tanpa dengannya manusia mustahil
dapat hidup sebagai manusia2. Menurut Lopa, HAM adalah hak-hak yang diberikan langsung
oleh Tuhan Yang Maha Pencipta (hak-hak yang bersifat kodrati). Oleh karenanya tidak ada
kekuasaan apapun di dunia yang dapat mencabutnya.3

1
H.A.Mansyur Effendi, Hak Asasi Manusia dalam Hukum Nasional dan Internasional, Ghaliah Indonesia Jakarta
1994, hlm .15

2
2 Baharudin Lopa, Alqur’an dan HAM PT Dana Bakti Prima Yasa Jokyakarta 1996 hlm 1
3
3 Baharudin Lopa Alqur’an dan HAM PT dana bakti Prima Yasa Jokyakarta 1996, hlm 2
Dalam ketetapan MPR RI Nomor : XVII/1998 disebutkan bahwa HAM merupakan hak
dasar yang melekat pada diri manusia yang sifatnya kodrati, universal dan abadi sebagai karunia
Tuhan Yang Maha Esa dan berfungsi untuk menjamin kelangsungan hidup, kemerdekaan,
perkembangan manusia dan masyarakat yang tidak boleh diabaikan, dirampas atau diganggu
gugat oleh siapapun. Sedangkan dalam Undang Undang nomor 39 tahun 1999 ditegaskan HAM
adalah seperangkat hak yang melekat pada hakekat dan keberadaan manusia sebagai mahluk
Tuhan Yang Maha Esa dan merupakan anugrah-Nya yang wajib dihormati, dijunjung tinggi dan
dilindungi oleh negara, hukum, Pemerintah dan setiap orang demi kehormatan serta
perlindungan harkat dan martabat manusia. Dari rumusan ini jelaslah bahwa hak asasi
berbarengan dengan kewajiban dasar asasi manusia.

Bertitik tolak dari pemikiran maupun rumusan HAM di atas maka pada hakikatnya HAM
terdiri dari dua hak dasar yang paling fundamental yakni hak persamaan dan hak kebebasan. Dari
kedua hak dasar ini lahir HAM lainnya. Dengan kata lain tanpa kedua hak dasar ini maka Hak
Asasi Manusia lainnya sulit akan ditegakkan. Lazimnya hak asasi dibagi dalam dua jenis yakni :
hak asasi individual dan hak asasi sosial 4. Hak asasi individual sebagai hak fundamental yang
melekat pada pribadi manusia individual ialah hak hidup dan perkembangan hidup.
Umpamanya : hak atas kebebasan batin, kebebasan menganut agama, kebebasan dalam hidup
pribadi, hak atas nama baik, hak untuk kawin dan hak membentuk keluarga. Sedangkan hak asasi
sosial merupakan hak yang melekat pada pribadi manusia sebagai mahluk sosial yang meliputi
hak ekonomis, sosial dan kultural. Umpamanya hak untuk memenuhi kebutuhan hidup (pangan,
sandang), kesehatan, kerja, pendidikan. Dalam posisinya sebagai mahluk sosial, individu
mempunyai kewajiban untuk membangun hidup bersama agar hak-hak di maksud dapat
terwujud.

Konsepsi HAM yang diakui oleh negara kita seperti halnya negara lain menurut hukum
dapat dibagi menjadi dua kategori yaitu:

a. Hak-hak pokok yang hanya dimiliki oleh para warga negara.

b. Hak-hak pokok yag pada dasarnya dimiliki oleh semua orang yang bertempat tinggal di suatu
negara tanpa memandang kewarganegaraannya.

Konsepsi dasar HAM mengalami perkembangan Menurut pendapat para ahli bahwa HAM dibagi
atas 4 generasi yakni :

1. Generasi I : menitik bertkan pada hak-hak pribadi politik dan hukum;

2. Generasi II : menekankan pada hak-hak dasar ekonomi, sosial dan budaya.

3. Generasi III : menekankan pada hak-hak suatu komunitas untuk berkembang.

4. Generasi IV : menekankan pada perimbangan hak dan kewajiban warga negara.


4
Theo Huijbers Filsafat Hukum, Kanisius, Yokykarta 1995 hlm 103
Berdasarkan pembagian ini nyatalah bahwa budaya terkait erat dengan HAM. Budaya dapat
memotivasi manusia untuk mempertahankan dan mengembangkan kehidupannya dengan bebas,
bahkan dengan budaya apa yang dibutuhkan mnusia dapat terpenuhi. Sebaliknya budaya akan
berkembang sejalan dengan aktivitas dan kreativitas manusia dalam mengaktualisasikan hak dan
kewajiban asasinya. Oleh sebab itu dapatlah dikatakan budaya merupakan suatu komplex
aktivitas dan tindakan manusia yang berpola, salah satu diantaranya hukum positif yang
melindungi, dan menjamin perwujudan HAM.

2. Hak dan Kewajiban Warga Negara

Hak warga negara adalah suatu kewenangan yang dimiliki oleh warga negara guna
melakukan sesuatu sesuai peraturan perundang undangan. Dengan kata lain hak warga negara
merupakan suatu keistimewaan yan menghendaki agar warga negara diperlakukan sesuai
keistimewaan tersebut. Sedangkan Kewajiban warga negara adalah suatu keharusan yang tidak
boleh ditinggalkan oleh warga negara dalam kehidupan bermasyarkat berbangsa dan bernegara.
Kewajiban warga negara dapat pula diartikan sebagai suatu sikap atau tindakan yang harus
diperbuat oleh seseorang warga negara sesuai keistimewaan yang ada pada warga lainnya.

Erat kaitannya dengan kedua istilah ini ada beberapa istilah lain yang memerlukan
penjelasan yaitu : tanggung jawab dan peran warga negara. Tanggunjawab warga negara
merupakan suatu kondisi yang mewajibkan seorang warga negara untuk melakukan tugas
tertentu. Tanggung jawab itu timbul akibat telah menerima suatu wewenang. Sementara yang
dimaksud dengan peran warga negara adalah aspek dinamis dari kedudukan warga negara.
Apabila seorang warga negara melaksanakan hak dan kewajiban sesuai kedudukannya maka
warga tersebut menjalankan suatu peranan. Istilah peranan itu lebih banyak menunjuk pada
fungsi, penyesuaian diri dan sebagai suatu proses.

Istilah peranan mencakup 3 hal 5 yaitu :

a. Peranan meliputi norma yang dihubungkn dengn posisi seseorang dalam masyarakat. Dalam
konteks ini peranan merupakan rangkaian peraturan yang membimbing seseorang dalam
kehidupan kemasyarakatan.

b. Peranan adalah suatu konsep tentang apa yang dapat dilakukan oleh individu dalam
masyarakat sebagai organisasi.

c. Peranan dapat juga dikatakan sebagai perilaku individu yang penting bagi struktur sosial
masyarakat.

Dari pengertian di atas tersirat suatu makna bahwa hak dan kewajiban warga negara itu
timbul atau bersumber dari negara. Maksudnya negaralah yang memberikan ataupun
5
Soerjono Soekanto Sosiologi suatu Pengantar, PT Raja Grafindo Persada, Jakarta 1990 Hlm 269.
membebankan hak dan kewajiban itu kepada warganya. Pemberian/pembebanan dimaksud
dituangkan dalam peraturan perundang-undangan sehingga warga negara maupun penyelenggara
negara memiliki peranan yang jelas dalam pengaplikasian dan penegakkan hak serta kewajiban
tersebut.

B. Jenis-jenis Hak dan Kewajiban Warga Negara

Kalau menelaah Undang-Undang dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, baik naskah
sebelum maupun setelah perubahan, akan dengan mudah menemukan ketentuan mengenai warga
negara dengan segala hal yang melekat pada dirinya. Ketentuan tersebut dapat kalian identifikasi
mulai dari Pasal 26 sampai dengan Pasal 34. Dalam ketentuan tersebut juga diatur mengenai
jenis hak dan kewajiban warga negara indonesia. Berikut ini diuraikan beberapa jenis hak dan
kewajiban yang diatur dalam Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945:

1. Hak atas kewarganegaraan

Pasal 26 Ayat (1) dan (2) dengan tegas menjawab pertanyaan tersebut. Berdasarkan
ketentuan pasal tersebut bahwa yang menjadi warga negara ialah orang-orang warga Indonesia
asli dan orang-orang bangsa lain yang disahkan dengan Undang-Undang sebagai warga negara.
Adapun, yang menjadi penduduk Indonesia ialah warga negara indonesia dan orang asing yang
bertempat tinggal di Indonesia. Pasal 26 ini merupakan jaminan atas hak warga negara untuk
mendapatkan status kewarganegaraannya yang tidak dapat dicabut secara semena-mena. Pasal 26
ini juga merupakan salah satu pencerminan dari pokok pikiran kedaulatan rakyat, penjabaran sila
keempat yang menjadi landasan kehidupan politik dinegara kita, indonesia tercinta.

2. Hak Kesamaan Kedudukan dalam Hukum dan Pemerintahan

Negara Republik Indonesia menganut asas bahwa setiap warga negara mempunyai
kedudukan yang sama dihadapan hukum dan pemerintahan. Ini adalah konsekuensi dari prinsip
kedaulatan rakyat yang bersifat kerakyatan. Pasal 27 Ayat (1) menyatakan bahwa “Segala warga
negara bersamaan kedudukannya didalam hukum dan pemerintahan dan wajib menjunjung
hukum dan pemerintahan itu dengan tidak ada kecualinya.” Hal ini menunjukkan adanya
keseimbangan antara hak dan kewajiban dan tidak adanya diskriminasi diantara warga negara
mengenai kedua hal ini. Pasal 27 Ayat (1) ini merupakan jaminan hak warga negara atas
kedudukan yang sama dalam hukum dan juga merupakan kewajiban warga negara untuk
menjunjung hukum dan pemerintahan.

Pasal 27 Ayat (2) menyatakan bahwa “Tiap-tiap warga negara berhak atas pekerjaan dan
penghidupan yang layak bagi kemanusiaan”. Pasal ini memancarkan asas keadilan sosial dan
kerakyatan yang merupakan hak warga negara atas pekerjaan dan penghidupan yang layak.
Berbagai peraturan perundang-undangan yang mengatur hal ini misalnya terdapat dalam
Undang-Undang, Agraria, Perkoperasian, Penanaman modal, Sistem pendidikan Nasional,
Tenaga Kerja, Perbankan, dan sebagainya yang bertujuan untuk menciptakan lapangan kerja agar
warga negara memperoleh penghidupan yang layak.

3. Hak dan Kewajiban Bela Negara

Pasal 27 Ayat (3) menyatakan bahwa “Setiap warga negara berhak dan wajib ikut serta
dalam upaya pembelaan negara”. Ketentuan tersebut menegaskan hak dan kewajiban warga
negara menjadi sebuah kesatuan. Dengan kata lain, upaya pembelaan negara merupakan hak
sekaligus menjadi kewajiban dari setiap warga negara indonesia.

4. Hak Kemerdekaan Berserikat dan Berkumpul

Pasal 28 menetapkan hak warga negara dan penduduk untuk berserikat dan berkumpul,
mengeluarkan pikiran secara lisan maupun tulisan, dan sebagainya. Syarat-syaratnya akan diatur
dalam undang undang. Dalam ketentuan ini terdapat tiga hak warga negara, yaitu hak kebebasan
berserikat, hak kebebasan berkumpul, serta hak kebebasan untuk berpendapat.

5. Hak Kemerdekaan Memeluk Agama

Pasal 29 Ayat (1) menyatakan bahwa “Negara berdasar atas ketuhanan Yang Maha Esa”.
Ketentuan ayat ini menyatakan kepercayaan bangsa Indonesia terhadap Tuhan Yang Maha Esa.
Kemudian Pasal 29 Ayat (2) menyatakan “Negara menjamin kemerdekaan tiap-tiap penduduk
untuk memeluk agamanya masing-masing dan beribadah menurut agamanya dan kepercayaan
itu”. Hal ini merupakan hak warga negara atas kemerdekaan beragama dan berkepercayaan di
Indonesia. Dalam konteks kehidupan bangsa indonesia, kebebasan beragama ini tidak diartikan
bebas tidak beragama, tetapi bebas untuk memeluk satu agama sesuai dengan keyakinan masing-
masing, serta bukan berarti pula bebas untuk mencampuradukkan ajaran agama.

6. Hak Pertahanan dan Keamanan Negara

Pertahanan dan keamanan negara dalam Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia
Tahun 1945 dinyatakan dalam bentuk hak dan kewajiban yang dirumuskan dalam Pasal 30 Ayat
(1) menyatakan “tiap-tiap warga negara berhak dan wajib ikut serta dalam usaha pembelaan
negara” dan Pasal 30 Ayat (2) menyatakan “usaha pertahanan dan keamanan negara
dilaksanakan melalui sistem pertahanan dan keamanan rakyat semesta oleh TNI dan POLRI
sebagai kekuatan utama, dan rakyat sebagai kekuatan pendukung”. Ketentuan tersebut
menyatakan hak dan kewajiban warga negara untuk ikut serta dalam sistem pertahanan dan
keamanan negara Republik Indonesia.

7. Hak mendapatkan Pendidikan

Sesuai dengan tujuan Negara Kesatuan Republik Indonesia yang tercermin dalam alinea
keempat pembukaan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, yaitu
bahwa “Pemerintah negara Indonesia antara lain berkewajiban mencerdaskan kehidupan
bangsa“. Pasal 31 Ayat (1) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945
menetapkan bahwa “Setiap warga negara berhak mendapat pendidikan“. Ketentuan ini
merupakan penegasan hak warga negara untuk mendapatkan pendidikan.
Selanjutnya dalam Pasal 31 Ayat (2) ditegaskan bahwa “Setiap warga negara wajib
mengikuti pendidikan dasar dan pemerintah wajib membiayainya“. Pasal ini merupakan
penegasan atas kewajiban warga negara untuk mengikuti pendidikan dasar. Untuk maksud
tersebut, pasal menyatakan bahwa pemerintah mengusahakan dan menyelenggarakan satu sistem
pendidikan nasional, yang meningkatkan keimanan dan ketakwaan serta akhlak mulia dalam
rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, yang diatur dengan undang-undang.
8. Hak Kebudayaan Nasional Indonesia

Pasal 32 Ayat (1) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945
menetapkan bahwa “Negara memajukan kebudayaan nasional Indonesia di tengah
peradaban dunia dengan menjamin kebebasan masyarakat dalam memelihara dalam
mengembangkan nilai-nilai budayanya“. Hal ini merupakan penegasan atas jaminan hak
warga negara untuk mengembangkan nilai-nilai budayanya. Kemudian dalam Pasal 32 Ayat
(2) disebutkan “Negara menghormati dan memelihara bahasa daerah sebagai kekayaan
budaya nasional“. Ketentuan ini merupakan jaminan atas hak warga negara untuk
mengembangkan dan menggunakan bahasa daerah sebagai bahasa pergaulan.

9. Hak Perekonomian Nasional

Pasal 33 Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 mengatur tentang
perekonomian nasional. Pasal 33 yang terdiri atas lima ayat menyatakan sebagai berikut.
(1) Perekonomian disusun sebagai usaha bersama berdasar atas asas kekeluargaan.
(2) Cabang-cabang produksi yang penting bagi negara dan yang menguasai hajat hidup orang
banyak dikuasai oleh negara.
(3) Bumi dan air dan kekayaan alam yang terkandung di dalamnya dikuasai oleh negara dan
dipergunakan untuk sebesar-besar kemakmuran rakyat.
(4) Perekonomian nasional diselenggarakan berdasar atas demokrasi ekonomi dengan prinsip
kebersamaan, efisiensi berkeadilan, berkelanjutan, berwawasan lingkungan, kemandirian, serta
dengan menjaga keseimbangan kemajuan dan kesatuan ekonomi nasional.
(5) Ketentuan lebih lanjut mengenai pelaksanaan pasal ini diatur dalam undang-undang.
Ketentuan pasal 33 ini merupakan jaminan hak warga negara atas usaha perekonomian dan
hak warga negara untuk mendapatkan kemakmuran.

10. Hak Kesejahteraan Sosial

Masalah kesejahteraan sosial dalam Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia


Tahun 1945 diatur dalam Pasal 34. Pasal 34 terdiri atas empat ayat, yaitu.
(1) Fakir miskin dan anak-anak terlantar dipelihara oleh negara.
(2) Negara mengembangkan sistim jaminan sosial bagi seluruh rakyat dan memberdayakan
masyarakat yang lemah dan tidak mampu sesuai dengan martabat kemanusiaan.
(3) Negara bertanggungjawab atas penyediaan fasilitas pelayanan kesehatan dan fasilitas
pelayanan umum yang layak.
(4) Ketentuan lebih lanjut mengenai pelaksanaan pasal ini diatur dalam undang-undang.
Pasal 34 ini memancarkan semangat untuk mewujudkan keadilan sosial. Ketentuan dalam
pasal ini memberikan jaminan atas hak warga negara untuk mendapatkan kesejahteraan sosial
yang terdiri atas hak mendapatkan jaminan sosial, hak mendapatkan jaminan kesehatan, dan hak
mendapatkan fasilitas umum yang layak.

C. Pelanggaran Hak dan Pengingkaran Kewajiban Warga Negara

Sebagai warga negara Indonesia, hendaknya kita memahami arti dari hak dan kewajiban.
Dengan tujuan agar setiap warga negara dapat tanggung jawab dengan hak dan kewajibannya
masing-masing. Namun dalam kenyataannya, masih banyak warga negara yang yang melanggar
haknya dan mengingkari kewajibannya yang akhirnya merugikan diri sendiri, orang lain, bahkan
negara.

Secagai contoh kasus dari pelanggaran hak ialah menangkap seseorang demi menjaga
stabilitas tanpa didasari hukum. Hal itu telah melanggar haknya sebagai aparatur negara, sebab
dalam proses penangkapan harus didasari dengan hukum yang jelas bukan hanya untuk menjaga
stabilitas semata. Sementara, contoh dari kasus pengingkaran kewajiban sebagai warga negara
ialah tidak membayar pajak. Sebagai warga Indonesia kita memiliki kewajiban membayar pajak
kepada negara. Apabila kita tidak melakukannya maka kita telah mengingkari kewajiban sebagai
warga Indonesia.

Pengingkaran kewajiban dapat terjadi karena adanya pelanggaran hak. Banyak faktor yang
menyebabkan seseorang dapat melanggar hak dan mengingkari kewajibannya. Pelanggaran hak
warga negara merupakan akibat dari kelalaian atau pengingkaran kewajiban, baik yang dilakukan
oleh pemerintah maupun oleh warga negara itu sendiri. Oleh karena itu, perlu dilakukan tindakan
untuk menghilangkan adanya pelanggaran hak dan pengingkaran kewajiban sebagai warga
negara.

Pelanggaran hak warga negara terjadi pada saat warga negara tidak dapat menikmati atau
memperoleh haknya sebagaimana seharusnya diatur oleh undang-undang. Pelanggaran hak
warga negara merupakan akibat dari kelalaian atau pengingkaran kewajiban, baik yang dilakukan
oleh pemerintah maupun oleh warga negara itu sendiri. Misalnya kemiskinan yang masih
menimpa sebagian masyarakat Indonesia, penyebabnya bisa dari pemerintah ketika program
pembangunan tidak berjalan sebagaimana mestinya, atau bisa juga karena perilaku warga yang
sama yang malas bekerja atau tidak mau bekerja. memiliki keterampilan untuk hidup di garis
kemiskinan.6

6
Farahdiba, Siti Zikrina, et al. "Tinjauan Pelanggaran Hak dan Pengingkaran Kewajiban Warga Negara Berdasarkan UUD
1945." Jurnal Kewarganegaraan 5.2 (2021): 837-845.
Kesadaran berbangsa dan bernegara artinya sikap dan perilaku harus sesuai dengan
kepribadian bangsa dan selalu berkorelasi dengan cita-cita dan tujuan hidup bangsa Indonesia
(sesuai amanat yang terkandung dalam Pembukaan UUD 1945). Penerapan Hak dan Kewajiban,
tindakan terbaik dalam menegakkan hak dan kewajiban warga negara adalah mencegah segala
faktor yang menyebabkan terjadinya pelanggaran hak dan pengingkaran kewajiban warga
negara.

1. Penyebab Terjadinya Pelanggaran Hak dan Pengingkaran Kewajiban Warga Negara

Pelanggaran hak warga negara dapat terjadi ketika warga negara tidak dapat menikmati atau
memperoleh haknya sebagaimana seharusnya diatur oleh undang-undang. Pelanggaran hak
warga negara merupakan akibat dari kelalaian atau pengingkaran kewajiban, baik yang dilakukan
oleh pemerintah maupun oleh warga negara itu sendiri (Moendoeng 2019). Di Masa modern
seperti sekarang di mana semua informasi dapat diakses dan terbuka untuk umum tidak menjadi
solusi untuk mengurangi terjadinya pelanggaran hak dan kewajiban yang terjadi di Indonesia .

Hal ini malah menjadi faktor terjadinya pelanggaran hak dan kewajiban. Dengan
perkembangan teknologi semua orang dapat dengan bebas melihat kehidupan seseorang, Banyak
darinya yang menjadi iri dan berusaha untuk mengikuti gaya hidup seseorang padahal ia tidak
mampu, contoh kasusnya seseorang membeli mobil karena melihat postingan temannya dengan
mobil barunya. Akhirnya orang ini tidak dapat membayar pajak karena memang tidak mampu
untuk membayarnya.

Selain perkembangan zaman terdapat beberapa faktor lainnya di antaranya;

 Sikap egois

Setiap orang mempunyai hak dan kewajiban tetapi jika seseorang selalu menuntut haknya
tanpa memenuhi kewajibannya, maka akan terjadi pelanggaran. Sikap egois tidak akan
memikirkan orang lain dan akan melakukan apa yang diinginkannya. Seseorang dengan sikap
egois akan melakukan berbagai cara agar hak-haknya dapat terpenuhi, meskipun
mengabaikan hak orang lain.

 Sikap intoleransi

Indonesia merupakan negara dengan banyak suku budaya ras dan agama oleh karena itu
dibutuhkan sikap menghormati dan menghargai seseorang tanpa memandang status dan
semua perbedaan untuk menjaga Kesatuan NKRI.

 Kurangnya Rasa Kesadaran Berbangsa dan Bernegara

Setiap negara memiliki aturan yang tidak boleh dilanggar oleh warganya. Ketika
kesadaran warga rendah dan mengabaikan aturan yang ada akan menyebabkan perbuatan
buruk. Tindakan sewenangwenang dapat menimbulkan sikap menyimpang terhadap hak dan
kewajiban warga negara.7

2. Kasus Pelanggaran Hak dan Pengingkaran Kewajiban Warga Negara


 Pelanggaran hak warga Negara

a) Pelanggaran Kebebasan Berpendapat.

Kebebasan berpendapat salah satu hak setiap warga negara yang telah dijamin oleh
konstitusi. Negara Indonesia merupakan negara hukum dan demokratis yang berwenang untuk
mengatur dan melindungi pelaksanaannya. Kebebasan berpikir dan mengeluarkan pendapat
tersebut diatur dalam perubahan keempat Undang-Undang Dasar Republik Indonesia tahun 1945
Pasal 28 E ayat (3) Setiap orang berhak atas kebebasan berserikat, berkumpul, dan mengeluarkan
pendapat.

Salah satu pelanggaran hak berpendapat yaitu pelanggan yang dilakukan oleh pemerintah
atau kelompok individu. Adanya pelanggaran tersebut akan menghambat keinginan orang lain
untuk berpendapat. Walaupun ada undangundang yang melindungi pendapat, tetapi kita harus
menjaga sikap kita dalam mengutarakan pendapat, menghormati orang lain dan menjaga sopan
santun.

Ancaman berpendapat bukan terjadi dari kelompok kecil, tetapi ancaman sesungguhnya
berasal dari sekelompok politik yang memberikan izin kepada kita untuk mengemukakan
berpendapat dan juga mencoba untuk membungkam kelompok lainnya.

Upaya untuk kebebasan berpendapat dan berekspresi dengan Pasal 310 dan 311 KUHP dapat
dilakukan dengan cara penerapannya yang proporsional yaitu bukan dengan pidana penjara yang
dinilai dari aspek Hak Asasi Manusia sebagai hal yang berlebihan untuk menangani persoalan
kebebasan berpendapat dan berekspresi. Penghapusan pidana penjara dan mengganti dengan
pidana denda dapat memberikan efek yang lebih baik bagi masyarakat. Khususnya kalangan
masyarakat yang berprofesi sebagai aktivis ataupun jurnalis.

b) Menggunakan budaya kekerasan atau main hakim sendiri di masyarakat

Tindakan main hakim sendiri di masyarakat dapat terjadi karena berbagai faktor. Faktor-
faktor penyebab masyarakat untuk melakukan tindakan tersebut adalah kurangnya pemahaman
dan kesadaran masyarakat tentang hukum, kekhawatiran masyarakat tentang kasus pencurian
yang tidak pernah terungkap, penegakan hukum yang lemah, dan ketidakpercayaan masyarakat
kepada penegak hukum.

Upaya aparat kepolisian dan masyarakat untuk mencegah tindakan main hakim sendiri dapat
dilakukan dengan beberapa cara. Pertama, upaya preventif sebelum kejahatan terjadi. Misalnya,

7
Ibid hal.841
upaya peningkatan ketegasan polisi dalam mengatasi pencurian, pelaksanaan dan penguatan
tuntunan agama, sosialisasi KAMTIBMAS oleh POLRI, Ronda tiap RT, dan patrol pada jam-
jam rawan. Kedua, upaya aparat penegak hukum untuk menegakkan keadilan dalam main hakim
sendiri, yaitu penyelesaian hukum oleh aparat penegak hukum secara keseluruhan.an Budaya
Kekerasan atau Main Hakim Sendiri di Masyarakat.

c) Pelanggaran hak asasi manusia (pemerkosaan, penculikan, pembunuhan, dll)

Di indonesia sering kali terjadi pelanggaran hak asasi manusia diantaranya seperti
pemerkosaan, penculikan, pembunuhan dan kekerasan dalam rumah tangga. Padahal dalam
UUD 1945 pasal 28 A-28j dijelaskan keberadaan hak asasi manusia dan dijamin
keberadaannya. Untuk mengurangi terjadinya pelanggaran hak asasi manusia di butuh
beberapa upaya untuk menanggulanginya, menurut Yusnawan Lubis dan Mohamad Sodeli
dalam buku berjudul Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan, upaya pencegahan
terjadinya pelanggaran HAM dapat dilakukan dengan tindakan berikut ini, diantaranya;
Pertama, meningkatkan pengetahuan dan pemahaman masyarakat mengenai prinsip HAM,
salah satu caranya dengan memperbaiki kualitas lembaga pendidikan formal non-formal
seperti sekolah, perguruan tinggi.
Kedua, melakukan penegakan demokrasi dan supremasi hukum, dalam hal ini dibutuhkan
kerja sama antara aparat penegak hukum dan juga masyarakat dengan tujuan untuk
meningkatkan partisipasi masyarakat dalam pencegahan HAM.
Ketiga, menghargai dan menghormati antar kelompok dan golongan sehingga terjadi
hubungan kerja sama yang baik didalamnya.
Keempat, meningkatkan pengawasan masyarakat dan lembaga politik terhadap penegakan
HAM oleh pemerintah
Kelima, Meningkatkan kualitas pelayanan publik.
Keenam, Meningkatkan profesionalisme lembaga pertahanan dan keamanan.

 Pengingkaran kewajiban warga Negara

a) Melanggar Peraturan Perundangundangan


Seseorang yang mempunyai sifat kesadaran rendah dan bersifat egois yang selalu
mementingkan dirinya sendiri. Seseorang yang mempunyai sikap seperti itu akan
melakukan segala cara agar hak atau kemauannya terpenuhi, meskipun orang lain
mempunyai hak yang harus dihormati dan tidak bisa dilanggar. Padahal sudah dijelaskan
dalam UUD pasal 28J ayat 1 dan 2 bahwa dalam menjalankan hak dan kebebasannya, setiap
orang wajib tunduk kepada pembatasan yang ditetapkan oleh undang-undang.
Upaya bagi seseorang yang melanggar peraturan perundang-undangan yaitu dengan
menumbuhkan sikap rasa kesatuan dan persatuan bangsa bernegara. Serta rasa kesadaran
atas tanggung jawab sebagai warga negara. Karena sejatinya bangsa Indonesia mempunyai
banyak suku bangsa yang mempunyai bahasa adat istiadat yang berbeda. Kepolisian juga
harus andil dalam menangani kasus pelanggaran peraturan perundang-undangan. Seperti
memberikan hukum dan juga sanksi yang adil bagi pelaku.

b) Merusak Lingkungan Hidup


Manusia merupakan bagian dari komponen lingkungan hidup yang mempengaruhi dan
dipengaruhi oleh alam di sekitarnya. Manusia menggunakan tanah, hutan, dan sumber daya
lainnya untuk memenuhi kebutuhan mereka. Selain berhak mendapat lingkungan yang baik,
manusia juga memiliki kewajiban untuk menjaga kelestariannya. Jika hak dan kewajiban
dilaksanakan dengan seimbang, manusia dapat memenuhi berbagai kebutuhan dan terhindar
dari bencana.
Namun nampaknya manusia agak kesulitan menjalankan kewajibannya untuk menjaga
lingkungan (Nurgiansah, 2020) (Nurgiansah, 2021). Hal itu dapat terlihat dari banyaknya
kasus perusakan lingkungan yang disebabkan ulah manusia itu sendiri. Hal tersebut tentu
saja mengartikan bahwa seseorang tersebut telah mengingkari kewajibannya. Beberapa
kasus ulah manusia yang dapat mengakibatkan kerusakan lingkungan seperti kerusakan
hutan dan alih fungsi hutan, pertambangan, pencemaran udara, air, dan tanah dan lain
sebagainya.
Upaya pencegahan dan penanganan dari tindak kejahatan perusakan lingkungan dapat
dilakukan dengan tahap pre-emtif, preventif dan represif. Tahap pertama yang dapat
dilakukan ialah melalui tahap pre-emtif dengan menanamkan nilainilai atau norma yang
baik, harapannya norma tersebut dapat terinternalisasi dalam diri seseorang, sehingga
mencegah seseorang berbuat kejahatan. Tahap selanjutnya dikenal sebagai tahap preventif
yaitu tahapan mencegah seseorang melakukan kejahatan yang terfokus pada faktor luar diri
manusia. Tahap terakhir disebut tahap represif, yaitu merupakan upaya penindakan melalui
hukum pidana. Tahap represif dilakukan apabila tahapan pre-emtif dan preventif tidak dapat
mencegah seseorang melakukan kejahatan

BAB III

PENUTUP

Kesimpulan

Dari uraian diatas dapat disimpulkan antara lain :


1. Antara hak asasi manusia dengan hak dan kewajiban warga negara terdapat
perbedaan namun tidak dapat dipisahkan.
2. HAM bersumber dari kodrat manusia sebagai ciptaan Tuhan yang Maha Esa,
bersifat universal dan abadi tidak tergantung kepada peraturan perundang-undangan.
Sedangkan hak dan kewajiban warga negara timbul karena adanya peraturan
perundang-undangan.
3.Hak dan kewajiban merupakan suatu hal yang mempunyai kaitan erat dimana dalam
menjalankannya harus seimbang. Setiap orang yang ingin mempunyai hak nya harus
melakukan kewajibannya juga. Dimana pengertian hak itu sendiri adalah segala
sesuatu yang dimiliki setiap individu sejak didalam kandungan sedangkan kewajiban
memiliki arti segala tugas atau keharusan seseorang atau individu dalam menjalankan
perannya guna mendapatkan haknya.

Saran

Hendaknya warga negara meningkatkan pemahaman dan pelaksanaan HAM, hak


dan kewajibannya dengan mengacu pada seluruh peraturan perundang-undangan yang
bersifat responsif.

DAFTAR PUSTAKA

Baharudin Lopa, Alqur’an dan HAM, PT Dana Bakti Prima Yasa, Yogyakarta, 1996.
H.A.Mansyur Effendi, Hak Azasi Manusia dalam Hukum Nasional dan Internasional, Ghalia
Indonesia, Jakarta 1994

Theo Huijbers, Filsafat Hukum, Kanisius, Yogyakarta 1995.

Soejono Soekanto, Sosiologi suatu pengantar PT Raja Grafindo Persada Jakarta. 1990.

https://doc.lalacomputer.com/makalah-hak-dan-kewajiban-warga-negara/

Dwientha, D., Seriksat, N., Jaya, P., & Purwoto. (2019). Kebijakan Hukum Pidana Dalam Upaya
Penanggulangan. Diponegoro Law Journal, Volume 8, Nomor 2, 1026-1041.

Moendoeng, N. (2019). “Peran Pemerintah Dalam Mengatasi Pelanggaran Hak Dan


Pengingkaran Kewajiban Warga Negara Berdasarkan UUD 1945.” Lex Et Societatis 52(1):1–5.

Anda mungkin juga menyukai