DISUSUN OLEH:
KELOMPOK 9
PEKANBARU- RIAU
TA. 2021
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami ucapkan kehadirat Allah SWT atas segala rahmat-Nya
sehingga makalah ini dapat tersusun sampai dengan selesai. Tidak lupa kami
mengucapkan terima kasih terhadap bantuan dari pihak yang telah berkontribusi
dengan memberikan sumbangan baik pikiran maupun materinya. Penulis sangat
berharap semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan pengalaman bagi
pembaca. Bahkan kami berharap lebih jauh lagi agar makalah ini bisa pembaca
praktekkan dalam kehidupan sehari-hari.
Penulis
ii
DAFTAR ISI
Cover
iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Hak asasi manusia merupakan hak setiap warga negara Indonesia yang
telah dilindungi oleh negara. Setiap orang memiliki hak dan kewajiban yang
sama dimata hukum. Karena hukum tidak membeda-bedakan warga negara
yang satu dengan yang lain untuk menciptakan keadilan dan rasa aman pada
seluruh warga negara. Ketentuan perundangan-undangan dalam hukum
publik seringkali disorot rawan melanggar Hak Asasi Manusia, sehingga
dalam hal penerapannya harus hati-hati, ketentuan hukum publik yang
dimaksud adalah hukum pidana.
Kebebasan dan kemerdekaan karena nilainya sangat tinggi dan merupakan
milik dari setiap insani, maka berbagai Undang-undang memberikan
perlindungan secara khusus terhadap kebebasan dan kemerdekaan manusia
tersebut. Kebebasan dan kemerdekaan bukan hanya hak segala bangsa, akan
tetapi hak dari setiap manusia. Dalam Pasal 17 Undang-Undang HAM diatur
bahwa setiap orang tanpa diskriminasi berhak untuk memperoleh keadilan
serta diadili melalui proses peradilan yang bebas serta tidak memihak, oleh
karena itu perlu ditekankan adanya keadilan dalam mengadili seseorang.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana sejarah hak asasi manusia (HAM) ?
2. Bagaimana substansi hak dan kewajiban asasi manusia dalam pancasila ?
3. Apa saja kasus pelanggaran hak asasi manusia ?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui sejarah hak asasi manusia (HAM)
2. Untuk mengetahui substansi hak dan kewajiban asasi manusia dalam
pancasila
3. Untuk mengetahui kasus pelanggaran hak asasi manusia
1
BAB II
PEMBAHASAN
1
Astuti, Galuh Faradhilah Yuni. (2015). “Relevansi Hukum Adat Dalam Pembaharuan Hukum
Pidana Di Indonesia”, Pandecta Volume 10 Nomor 2
2
Hak-hak asasi manusia adalah hak-hak dasar atau hak-hak pokok yang
dibawa manusia sejak lahir sebagai anugerah Tuhan Yang Maha Esa. Hak-
hak asasi ini menjadi dasar hak-hak dan kewajiban-kewajiban yang lain.
Sebagaimana kita ketahui, di samping hak-hak asasi, yang dalam hidup
kemasyarakatan kita seharusnya mendapat perhatian terlebih dahulu, baru
menuntut hak.2 Dalam masyarakat yang individualistis ada kecenderungan
pelaksanaannya secara mutlak karena penuntutan pelaksanaan hak asasi
secara mutlak berarti melanggar hakhak asasi yang sama dari orang lain.
1. Hak Asasi Manusia adalah seperangkat hak yang melekat pada hakekat
dan keberadaan manusia sebagai mahluk Tuhan Yang Maha Esa dan
merupakan anugerah Nya, yang wajib dihormati, dijunjung tinggi dan
dilindungi oleh Negara, hukum dan pemerintahan dan setiap sejak ia
lahir secara kodrati yang tidak dapat dirampas atau dicabut
keberadaannya.
2. Pancasila merupakan pandangan hidup bangsa, sumber kejiwaan
masyarakat dan dasar Negara republik Indonesia.
3. Indonesia sebagai Negara hukum menjunjung Hak asasi manusia, hal
ini termuat dalam pancasila yang syarat akan nilai-nilai Hak asasi
manusia dan UUD 1945 yang memuat materi tentang HAM mulai dari
pembukaan, penjelasan umum dan batang tubuhnya.
2
Supeli, Karlina Leksono. (2001). “Tak ada Jalan Pendek Menuju Rekonsiliasi”,Jurnal Demokrasi
dan HAM Volume 1 Nomor 3.
3
dan wajib dilakukan oleh setiap manusia di dunia tanpa membeda-bedakan
suku bangsa, agama, ras maupun golongan. Oleh karena itu, setiap negara
wajib menegakkan hak asasi manusia. Akan tetapi, karakteristik penegakkan
hak asasi manusia berbeda-beda antara negara yang satu dengan negara
lainnya. Ideologi, kebudayaan dan nilai-nilai khas yang dimiliki suatu negara
akan mempengaruhi pola penegakkan hak asasi manusia di suatu negara.
Contohnya di Indonesia, dalam proses penegakkan hak asasi manusia
berlandaskan kepada ideologi negara yaitu Pancasila yang selalu
mengedepankan keseimbangan antara hak dan kewajiban.
Pancasila merupakan ideologi yang mengedepankan nilai-nilai
kemanusian. Pancasila sangat menghormati hak dan kewajiban asasi setiap
warga negara maupun bukan warga negara Indonesia. Bagaimana Pancasila
menjamin itu semua? Pancasila menjamin hak dan kewajibanasasi manusia
melalui nilai-nilai yang terkandung didalamnya. Nilai-nilai Pancasila dapat
dikategorikan menjadi tiga, yaitu nilai dasar, nilai instrumental dan nilai
praksis. Ketiga kategori nilai Pancasila tersebut mengandung jaminan atas
hak asasi manusia, sebagaimana dipaparkan berikut ini.
1. Hak dan kewajiban Asasi Manusia dalam Nilai Dasar Pancasila
Nilai dasar berkaitan dengan hakikat kelima sila Pancasila, yaitu:
nilai ketuhanan, nilai kemanusiaan, nilai persatuan, nilai kerakyatan,
dan nilai keadilan. Nilai-nilai dasar tersebut bersifat universal,
sehingga di dalamnya terkandung cita-cita, tujuan, serta nilai-nilai
yang baik dan benar. Nilai dasar ini bersifat tetap dan terlekat pada
kelangsungan hidup negara.
Hubungan antara hak dan kewajiban asasi manusia dengan
Pancasila dapat dijabarkan secara singkat sebagai berikut:
a. Sila Ketuhanan Yang Maha Esa menjamin hak kemerdekaan
untuk memeluk agama, melaksanakan ibadah dan kewajiban
untuk menghormati perbedaan agama.
b. Sila Kemanusiaan yang Adil dan Beradab menempatkan hak
setiap warga negara pada kedudukan yang sama dalam hukum
4
serta memiliki kewajiban dan hak-hak yang sama untuk
mendapat jaminan dan perlindungan hukum.
c. Sila Persatuan Indonesia mengamanatkan adanya unsur
pemersatu diantara warga negara dengan semangat gotong
royong, saling membantu, saling menghormati, rela berkorban
dan menempatkan kepentingan bangsa dan negara diatas
kepentingan pribadi atau golongan. Hal ini sesuai dengan
prinsip hak asasi manusia dimana hendaknya sesama manusia
bergaul satu sama lainnya dalam semangat persaudaraan.
2. Hak dan Kewajiban Asasi Manusia dalam Nilai Instrumental Pancasila
Nilai instrumental merupakan penjabaran dari nilai-nilai dasar
Pancasila. Nilai isntrumental sifatnya lebih khusus dibandingkan
dengan nilai dasar. Dengan kata lain, nilai instrumental merupakan
pedoman pelaksanaan kelima sila Pancasila. Perwujudan nilai
instrumental pada umumnya berbentuk ketentuan-ketentuan
konstitusional mulai dari Undang-Undang Dasar sampai dengan
peraturan daerah.
Hak dan kewajiban asasi manusia juga dijamin dan diatur oleh
nilai-nilai instrumental Pancasila. Adapun peraturan perundang-
undangan yang menjamin hak asasi manusia diantaranya:
a. Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945
terutama Pasal 28 A – 28 J
b. Ketetapan MPR Nomor XVII/MPR/1998 tentang Hak Asasi
Manusia. Di dalam Tap MPR tersebut terdapat Piagam HAM
Indonesia.
c. Ketentuan dalam Undang-undang organik, yaitu:
1) Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 5 tahun 1998
tentang Konvensi Menentang Penyiksaan dan Perlakuan
atau Penghukuman yang Kejam, Tidak Manusiawi, atau
Merendahkan Martabat Manusia.
5
2) Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 39 tahun 1999
tentang Hak Asasi Manusia.
3) Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 26 tahun 2000
tentang Pengadilan Hak Asasi Manusia.
4) Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 11 tahun 2005
tentang Kovenan Internasional tentang Hak-hak Sipil dan
Politik.
5) Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 12 tahun 2005
tentang Kovenan Internasional Hak-hak Ekonomi, Sosial
dan Budaya.
3. Hak dan Kewajiban Asasi Manusia dalam Nilai Praksis Sila-Sila
Pancasila
Nilai praksis merupakan realisasi nilai-nilai instrumental suatu
pengalaman dalam kehidupan sehari-hari. Nilai praksis Pancasila
senantiasa berkembang dan selalu dapat dilakukan perubahan dan
perbaikan sesuai dengan perkembangan zaman dan aspirasi
masyarakat. Hal tersebut dikarenakan Pancasila merupakan ideologi
yang terbuka.
Hak asasi manusia dalam nilai praksis Pancasila dapat terwujud
apabila nilainilai dasar dan instrumental dari Panacasila itu sendiri
dapat dilaksanakan dalam kehidupan sehari-hari oleh seluruh warga
negara. Hal tersebut dapat diwujudkan apabila setiap warga negara
menunjukkan sikap positif dalam kehidupan sehari-hari. 3
C. Kasus Pelanggaran Hak Asasi Manusia
1. Penyebab Pelanggaran Hak Asasi Manusia
Dalam kehidupan sehari-hari, kalian tentunya sering mendengar
dan melihat peristiwa-peristiwa seperti pembunuhan, pemerkosan,
perampokan yang disertai pembunuhan, penyiksaan, dan sebagainya.
Selain itu, mungkin saja kalian pernah melihat seorang pembantu rumah
3
Supriyanto, Bambang Heri. (2014). “Penegakan Hukum Mengenai Hak Asasi Manusia (HAM)
Menurut Hukum Positif Di Indonesia”, Jurnal Al- Azhar Indonesia Seri Pranata Sosial Volume 2
Nomor 3
6
tangga yang dicaci maki oleh majikannya karena melakukan sebuah
kesalahan, seorang siswa yang dihardik oleh teman-temannya, dan
sebagainya. Semua peristiwa itu merupakan peristiwa pelanggaran HAM.
Setiap manusia pasti mempunyai hak asasi, akan tetapi hak asasi
yang dimiliki oleh manusia dibatasi oleh hak asasi manusia lainnya.
Dengan demikian tidak ada seorang pun yang diperbolehkan untuk
melanggar hak asasi orang lain. Akan tetapi dalam kenyataannya manusia
suka lupa diri, bahwa disekitarnya terdapat manusia yang mempunyai
kedudukan yang sama dengan dirinya. Namun dengan ketamakannya,
manusia sering melabrak hak asasi sesamanya dengan alasan yang tidak
jelas.
Pelanggaran HAM disebabkan oleh faktor-faktor berikut:
a. Faktor internal, yaitu dorongan untuk melakukan pelanggaran HAM
yang berasal dari diri pelaku pelanggar HAM, diantaranya adalah:
1) Sikap egois atau terlalu mementing diri sendiri. Sikap ini akan
menyebabkan seseorang untuk selalu menuntut haknya, sementara
kewajibannya sering diabaikan. Seseorang yang mempunyai sikap
seperti ini, akan menghalalkan segala cara supaya haknya bisa
terpenuhi, meskipun caranya tersebut dapat melanggar hak orang
lain.
2) Rendahnya kesadaran HAM
Hal ini akan menyebabkan pelaku pelanggaran HAM
berbuat seenaknya. Pelaku tidak mau tahu bahwa orang lain pun
mempunyai hak asasi yang yang harus dihormati. Sikap tidak mau
tahu ini berakibat muncul perilaku atau tindakan penyimpangan
terhadap hak asasi manusia.
3) Sikap tidak toleran
Sikap ini akan menyebabkan munculnya saling tidak
menghargai dan tidak menghormati atas kedudukan atau
keberadaan orang lain. Sikap ini pada akhirnya akan mendorong
orang untuk melakukan diskriminasi kepada orang lain.
7
b. Faktor Eksternal, yaitu faktor-faktor di luar diri manusia yang
mendorong seseorang atau sekelompok orang melakukan pelanggaran
HAM, diantaranya sebagai berikut:
1) Penyalahgunaan kekuasaan
Di dalam masyarakat terdapat banyak kekuasaan yang
berlaku. Kekuasaan disini tidak hanya menunjuk pada kekuasaan
pemerintah, tetapi juga bentuk-bentuk kekuasaan lain yang
terdapat di dalam masyarakat. Salah satu contohnya adalah
kekuasaan di dalam perusahaan. Para pengusaha yang tidak
memperdulikan hak-hak buruhnya jelas melanggar hak asasi
manusia. Oleh karena itu, setiap penyalahgunaan kekuasaan
mendorong timbulnya pelanggaran HAM.
2) Ketidaktegasan Aparat Penegak Hukum
Aparat penegak hukum yang tidak bertindak tegas terhadap
setiap pelanggaran HAM, tentu saja akan mendorong timbulnya
pelanggaran HAM lainnya. Penyelesaian kasus pelanggaran yang
tidak tuntas akan menjadi pemicu bagi munculnya kasus-kasus
lain, para pelaku tidak akan merasa jera, dikarenakan mereka tidak
menerima sanksi yang tegas atas perbuatannya itu. Selain hal
tersebut, aparat penegak hukum yang bertindak sewenang-wenang
juga merupakan bentuk pelanggaran HAM dan menjadi contoh
yang tidak baik, serta dapat mendorong timbulnya pelanggaran
HAM yang dilakukan oleh masyarakat pada umumnya.
3) Penyalahgunaan Teknologi
Kemajuan teknologi dapat memberikan pengaruh yang
positif, tetapi bisa juga memberikan pengaruh negatif bahkan
dapat memicu timbulnya kejahatan. Kalian tentunya pernah
mendengar terjadinya kasus penculikan yang berawal dari
pertemanan dalam jejaring sosial. Kasus tersebut menjadi bukti,
apabila kemajuan teknologi tidak dimanfaatkan untuk hal-hal yang
sesuai aturan, tentu saja akan menjadi penyebab timbulnya
8
pelangaran HAM. Selain itu juga, kemajuan teknologi dalam
bidang produksi ternyata dapat menimbulkan dampak negatif,
misalnya munculnya pencemaran lingkungan yang bisa
mengakibatkan terganggunya kesehatan manusia.4
4
Naning, Ramdlon. (1983). Cita dan Citra Hak- Hak Asasi Manusia Di Indonesia. Jakarta:
Lembaga Kriminologi Universitas Indonesia.
9
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Indonesia sebagai Negara hukum sangat menjunjung Hak asasi manusia,
dan pancasila sebagai dasar negara dan landasan yang fundamental mengandung
nilai-nilai bahwa negara negara harus menjunjung tinggi harkat dan martabat
manusia sebagai mahluk yang beradab dalam hidup bermasyarakat, berbangsa,
dan bernegara.Pancasila sebagai dasar hukum Negara Kesatuan Republik
Indonesia mengandung isi yang bermoral dan mengangkat martabat rakyat
Indonesia dengan tidak melihat ras,suku, dan agama. Dengan memandang secara
rata dan mengedepankan hak asasi manusia dalam ketuhanan Yang Maha
Esa,kemanusiaan yang adil dan beradab, kesatuan Indonesia, kerakyatan yang
dipimpin oleh hikmat dalam permusyawaratan perwakilan, dan keadilan sosial
bagi seluruh rakyat Indonesia.
10
DAFTAR PUSTAKA
Supeli, Karlina Leksono. (2001). “ Tak ada Jalan Pendek Menuju Rekonsiliasi ”,
Jurnal Demokrasi dan HAM Volume 1 Nomor 3.
Naning, Ramdlon. (1983). Cita dan Citra Hak- Hak Asasi Manusia Di Indonesia.
Jakarta: Lembaga Kriminologi Universitas Indonesia.
11