Anda di halaman 1dari 27

PERMASALAHAN HAM DI INDONESIA

Makalah Ini Disusun Untuk Melengkapi Tugas Mata Kuliah


“Pendidikan Kewarga Negaraan”

Disusun Oleh :

DEDY SETIADI
NIM. 2174201035

Dosen Pengampu:

FAJAR FITRIO DWI NUGROHO, S.H., M.H.

PROGRAM STUDI ILMU HUKUM


SEKOLAH TINGGI ILMU HUKUM SERASAN
MUARA ENIM
TAHUN 2021/2022

i
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah puji dan syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT atas
limpahan rahmat dan karunia-Nya kepada kita dan tak lupa pula kita mengirim
salam dan salawat kepada baginda Nabi Besar Muhammad SAW yang telah
membawakan kita suatu ajaran yang benar yaitu agama Islam, sehingga penulis
dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Permasalahan HAM di Indonesia”
ini dengan lancar.
Makalah ini ditulis dari hasil penyusunan data-data sekunder yang penulis
peroleh dari berbagai sumber yang berkaitan dengan permasahlahan, tak lupa
penulis ucapkan terima kasih kepada pengajar matakuliah Pendidikan Kewarga
Negaraan atas bimbingan dan arahan dalam penulisan makalah ini. Juga kepada
pihak-pihak yang telah mendukung sehingga dapat diselesaikannya makalah ini.
Penulis harap, dengan membaca makalah ini dapat memberi manfaat bagi
kita semua, dalam hal ini dapat menambah wawasan kita mengenai implementasi
iman dan takwa dalam kehidupan modern, khususnya bagi penulis. Kami
menyadari bahwa makalah ini belumlah sempurna. Oleh karena itu, saran dan
kritik yang membangun dari pembaca sangat dibutuhkan untuk penyempurnaan
makalah ini.

Muara Enim, November 2021

Penulis

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ....................................................................................................... i

KATA PENGANTAR ................................................................................................... ii

DAFTAR ISI ................................................................................................................. iii

ABSTRAK ..................................................................................................................... iv

BAB I PENDAHULUAN .............................................................................................. 1

A. Latar Belakang .................................................................................................. 1

B. Rumusan Masalah ............................................................................................. 5

C. Tujuan Permasalahan ........................................................................................ 5

BAB II ISI....................................................................................................................... 6

A. Pengertian HAM dan Pelanggaran HAM .......................................................... 6

B. Penyebab Permasalahan Pelanggaran HAM di Indonesia ................................ 8

C. Contoh Permasalahan HAM.............................................................................. 9

D. Upaya Pemerintah dalam Penegakkan HAM .................................................. 17

E. Peran serta Masyarakat terhadap Penegakkan HAM ...................................... 18

F. Macam-macam Perlindungan terhadap Korban HAM.................................... 20

BAB III PENUTUP ..................................................................................................... 21

A. Kesimpulan...................................................................................................... 21

B. Saran ................................................................................................................ 22

DAFTAR PUSTAKA .................................................................................................. 23

iii
ABSTRACT
The term human rights indicates that the power or authority possessed by a person is
fundamental or fundamental. The number of cases of human rights problems in Indonesia in the
form of human rights violations occur because of a lack of understanding of the essential values
that are owned by everyone so that people easily violate the rights of others. This violation is
influenced by several causes or several factors and which are considered the most influential
factors are political, economic, social, cultural and security factors. The writing of this paper is
based on a study of the existing literature to find out the meaning of human rights violations, the
causes of human rights problems in Indonesia, examples of human rights violations in Indonesia,
government efforts in upholding human rights, community participation in upholding human rights
and various kinds of protection for victims of human rights violations. Overall, the presentation of
this paper can be concluded that human rights need to be communicated and implemented in
people's lives and among students. By knowing human rights and human obligations, the
implementation of human rights will be even better.

Keywords: human rights, human rights violations, enforcement

ABSTRAK
Istilah hak asasi menunjukkan bahwa kekuasaan atau wewenang yang dimiliki seseorang
tersebut bersifat mendasar atau fundamental. Banyaknya kasus-kasus permasalahan HAM di
Indonesia yang berupa pelanggaran hak asasi manusia terjadi karena kurangnya pemahaman
tentang nilai-nilai hakiki yang dimiliki oleh setiap orang sehingga dengan mudah orang
melanggar hak orang lain. Pelangaran ini dipengaruhi oleh beberapa sebab atau beberapa faktor
dan yang dianggap factor yang paling berpengaruh adalah faktor politik, ekonomi, social, budaya
dan keamanan. Penulisan makali ini berdasarkan kajian dari literatur yang ada untuk
mengetahui pengertian pelanggaran HAM, penyebab permasalahan HAM di Indonesia, contoh
pelanggaran HAM di Indonesia, upaya pemerintah dalam penegakan HAM, peran serta
masyarakat dalam penegakan HAM serta macam-macam perlindungan terhadap korban
pelanggaran HAM. Secara keseluruhan pemaparan makalah ini dapat disimpulkan bahwa hak
asasi manusia perlu dikomunikasikan dan diimplementasikan di dalam kehidupan masyarakat dan
di kalangan mahasiswa. Dengan mengatahui hak asasi dan kewajiban asasinya maka pelaksanaan
hak asasi manusia akan lebih baik lagi.

Kata Kunci: HAM, pelanggaran HAM, penegakkan

iv
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Hak Asasi Manusia (HAM) menurut defenisi para ahli merupakan hak-
hak dasar yang dimilki setiap pribadi manusia sebagai anugrah Tuhan yang
dibawa sejak lahir. Dan pengertian HAM menurut PBB merupakan hak yang
melekat dengan kemanusiaan kita sendiri, yang tanpa hak mustahil kita hidup
sebagai manusia. Karateristik HAM adalah bersifat universal, artinya hak asasi
manusia merupakan hak yang dimiliki oleh setiap manusia tanpa membeda
bedakan suku, agama, ras maupun golongan. Akan tetapi disetiap Negara
berbeda beda antara yang satu dengan Negara lainnya, ideology, kebudayaan
dan nilai nilai khas yang dimiliki suatu Negara (Marzuki, 2011).
Hak asasi manusia (HAM) sebagai gagasan serta kerangka konseptual
tidak lahir secara tiba-tiba sebagaimana kita lihat dalam Universal Declaration
of Human Right 10 Desember 1948, namun melalui suatu proses yang cukup
panjang dalam sejarah peradaban manusia. Awal perkembangan HAM dimulai
ketika ditandatangani Magna Charta (1215), oleh Raja Jhon Lacklaand.
kemudian juga penandatanganan Petition of Right pada tahun 1628 oleh Raja
Charles I. Dalam hubungan inilah maka perkembangan hak asasi manusia ini
sangat erat hubungannya dengan perkembangan demokrasi (Siroj, 2020).
Indonesia merupakan negara hukum yang mana di dalam negara hukum
selalu ada pengakuan dan perlindungan terhadap hak asasi manusia. Semua
manusia akan mendapat perlakuan yang sama kedudukannya dalam hukum,
sosial, ekonomi, dan kebudayaan. Termasuk juga hak seorang anak ini semua
telah di atur di dalam Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia
Tahun 1945 pada Pasal 28B ayat 2 yang berbunyi “Setiap anak berhak atas
kelangsungan hidup, tumbuh, dan berkembang serta berhak atas
perlindungan dari kekersan dan diskriminasi”. Dapat terlihat jelas bahwa di
negara Republik Indonesia dijamin adanya perlindungan hak asasi manusia
berdasarkan ketentuan-ketentuan hukum dan bukan kemauan seseorang atau
golongan yang menjadi dasar kekuasaan.

1
Di Indonesia sendiri hak asasi manusia sebenarnya tidak dapat di
pisahkan dengan pandangan filsafat Indonesia yang terkandung dalam
Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia tahun 1945
(UUD NKRI 1945) yang dinyatakan dalam pembukaan Undang-Undang
Dasar Negara Republik Indonesia 1945 “Kemerdekaan adalah hak segala
bangsa”. Dalam pernyataan ini terkandung jelas pengakuan secara yuridis hak
asasi manuia tentang kemerdekaan sebagaimana yang terkandung dalam
Deklarasi Perserikatan Bangsa-Bangsa Pasal 1.
Berdasarkan Undang-Undang Nomor 39 Tahun 1999 Hak Asasi Manusia
adalah seperangkat hak yang melekat pada hakikat dan keberdaan manusia
sebagai makhluk Tuhan Yang Maha Esa dan merupakan anugerah-Nya yang
wajib dihormati, dijunjung tinggi dan dijunjung oleh negara, hukum,
pemerintah dan setiap orang demi kehormatan serta perlindungan harkat dan
martabat manusia.
Jadi, Hak Asasi Manusia (HAM) adalah hak-hak dasar yang dimiliki
manusia yang dibawanya sejak lahir yang berkaitan dengan martabat dan
harkatnya sebagai ciptaan Tuhan Yang Maha Esa yang tidak boleh dilanggar,
dilenyapkan oleh siapa pun juga. Berhubung hak asasi manusia merupakan
hak-hak dasar yang dibawa manusia sejak lahir sebagai anugerah Tuhan Yang
Maha Esa, maka perlu dipahami bahwa hak asasi manusia tersebut tidaklah
bersumber dari Negara dan hukum,tetapi semata-mata bersumber dari Tuhan
sebagai pencipta alam semesta beserta isinya.
Menurut Marzuki (2011), namun sayangnya pada praktik kehidupan
bernegara di Indonesia telah banyak terjadi kasus permasalahan HAM di
Indonesia contohnya yaitu pelanggaran HAM. Contoh kasus pelanggaran
HAM yang pernah terjadi di Indonesia yaitu:
1. Peristiwa Trisakti merupakan satu kasus pelanggaran HAM yang paling
terkenal di Indonesia yaitu penembakan mahasiswa Universitas Trisakti
yang terjadi pada tanggal 12 mei 1998. Penembakan Mahasiswa Trisakti
sendiri memiliki erat kaitannya dengan aksidemontrasi mahasisawa
diberbagai wilayah Indonesia yang berpusat di Jakarta untuk menuntut
Presiden Soeharto untuk menuntut Presiden Soeharto untuk turun dari

2
jabatannya sebagai Presiden. Penyelesaian hukum pada kasus penembakan
mahasiswa trisakti justru membuat citra Indonesia tercoreng. bagaimana
mungkin sebuah peristiwa pelanggaran HAM yang telah sisahkan melalui
deklarasi Hak Asasi Manusia oleh PBB sebagai kejahatan internasional
memiliki sifat ketetapan hukum yang tidak jelas dan tidak diketahui pula
pihak yang bertanggung jawab.
2. Kasus pembunuhan Munir . Munir merupakan aktifitas HAM yang pernah
menanggani kasus-kasus pelanggaran HAM, ia meninggal dunia pada
tanggal 7 september 2004 di dalam pesawat garuda indonesia .
3. Kasus pembunuhan marsinah aktifis wanita nganjuk pada tanggal 4 Mei
1993. Marsinah adalah seorang aktivis dan buruh pabrik jaman
pemerintahan orde baru.
4. Dan masih banyak lagi kasus kasus pelanggaran HAM seperti
pembunuhan, penyiksaan, perbudakan dan pemerkosaan dan lain lain.
Sering juga kita lihat di media media sosial dan media cetak kasus kasus
pelanggaran HAM yang lainnya, maka dari itulah tantangan kita sebagai
warga Negara Indonesia untuk mencegah dan menyelesaikan pelanggaran-
pelanggaran HAM di Indonesia, dan kita sebagai warga Indonesia juga harus
mencegah terjadinya kasus kasus pelanggaran HAM yang lain, seperti
pembunuhan, pemerkosaan dan penyiksaan dan kita juga harus mewujudkan
upaya pencegahan kasus kasus HAM yang lain.
Hak asasi manusia adalah masalah lokal sekaligus masalah global, yang
tidak mungkin diabaikan dengan dalih apapun termasuk di Indonesia.
Implementasi hak asasi manusia di setiap negara tidak mungkin sama,
meskipun demikian sesungguhnya sifat dan hakikat hak asasi manusia itu
sama. Adanya hak asasi manusia menimbulkan konsekuensi adanya kewajiban
asasi, di mana keduanya berjalan secara paralel dan merupakan satu kesatuan
yang tak dapat dipisahkan.
Pengabaian salah satunya akan menimbulkan pelanggaran hak asasi
manusia atas hak asasi manusia yang lain. Implementasi hak asasi manusia di
Indonesia, meskipun masih banyak kasus pelanggaran hak asasi manusia dari
yang ringan sampai yang berat dan belum kondusifnya mekanisme

3
penyelesaiannya, tetapi secara umum baik menyangkut perkembangan dan
penegakkannya mulai menampakkan tanda-tanda kemajuan pada akhir-akhir
ini. Hal ini terlihat dengan adanya regulasi hukum Hak Asasi Manusia melalui
peraturan perundang-undangan serta dibentuknya Pengadilan Hak Asasi
Manusia dalam upaya menyelesaikan berbagai kasus pelanggaran Hak Asasi
Manusia yang terjadi.
Sudah menjadi hal yang salah kaprah bahwa setiap hak yang ada pada diri
manusia dianggapnya sebagai hak asasi. Banyak sekali masyarakat kita yang
tidak bisa membedakan mana yang disebut sebagai hak asasi dan mana yang
bukan hak asasi. Dari banyaknya kasus-kasus pelanggaran Hak Asasi Manusia
yang terjadi di Indonesia, seperti kasus Lapindo yang menganggap telah
terjadi pelanggaran setidaknya ada lima belas (15) hak yang terlanggar yaitu
hak hidup, hak atas rasa aman, hak atas informasi, hak pengembangan diri,
hak atas perumahan, hak atas pangan, hak atas kesehatan, hak atas pekerjaan,
hak pekerja, hak atas pendidikan, hak berkeluarga dan melanjutkan keturunan,
hak atas kesejahteraan, hak atas jaminan sosial, hak-hak pengungsi. Kasus
Aceh berkaitan dengan Gerakan Aceh Merdeka, Gerakan Papua Merdeka,
Penanganan terhadap orang-orang yang diduga teroris yang langsung
ditembak mati, ataupun penanganan terhadap orang-orang yang berkasus
dari mulai penyidikan sampai pelaksanaan hukuman yang sering melanggar
hak-hak saksi atau tersangka (Buyung, 2006).
Banyak peraturan perundangan yang telah diproduksi oleh para pemimpin
bangsa ini namun dalam prakteknya masih sering terjadi pelanggaran dan
pelaksanaannya dirasa belum maksimal. Negara yang demokratis dianggap
sebagai Negara yang menjunjung tinggi hak asasi manusia. Negara-negara
yang umumnya sudah menjadi Negara maju relative melaksanakan hak-hak
asasi manusia secara lebih baik. Dari permasalahan tersebut di ataslah maka
makalah dengan judul Permasalahan HAM di Indonesia ini dibuat.

4
B. Rumusan Masalah
Sesuai dengan judul makalah ini “Permasalahan HAM di Indonesia” maka
masalah yang dapat di identifikasi sebagai berikut:
1. Apa pengertian pelanggaran HAM ?
2. Apa penyebab permasalahan HAM di Indonesia?
3. Apa contoh pelanggaran HAM di Indonesia?
4. Bagaimana upaya pemerintah dalam penegakan HAM?
5. Apa saja peran serta masyarakat dalam penegakan HAM?
6. Apa saja macam-macam perlindungan terhadap korban pelanggaran
HAM?

C. Tujuan Pembahasan
1. Untuk menjelaskan pengertian dari pelanggaran HAM
2. Untuk mengetahui penyebab permasalahan HAM di Indonesia
3. Untuk mengetahui contoh pelanggaran HAM di Indonesia
4. Untuk menjelaskan upaya apa saja yang telah dilakukan pemerintah dalam
menegakkan HAM di Indonesia
5. Untuk mengetahui peran serta masyarakat dalam penegakan HAM
6. Untuk mengetahui macam-macam perlindungan terhadap korban
pelanggaran HAM

5
BAB II
ISI

A. Pengertian HAM dan Pelanggaran HAM


Hak Asasi atau hak dasar adalah hak-hak yang pokok atau dasar yang
dimiliki oleh setiap manusia sebagai pembawaan sejak ia lahir, yang sangat
berkaitan dengan martabat dan harkat manusia tersebut (Marzuki, 2011).
Tuntutan-tuntutan hak asasi merupakan kewajiban dasar yang harus dipenuhi
karena bersifat fundamental. Segala hak lain (hak yang bukan asasi) atau hak
derivative bisa dikatakan sebagai penjabaran dari hak-hak ini. Karena hak
asasi bersifat mendasar atau fundamental maka pemenuhannya bersifat
imperative, artinya hak-hak itu wajib dipenuhi karena hak-hak ini
menunjukkan nilai subjek hak, atau perintah yang harus dilaksanakan (Dudi,
2009).
Menurut Dudi (2009), ada beberapa definisi tentang Hak Asasi Manusia.
Pertama, Hak Asasi Manusia adalah hak yang melekat pada diri manusia,
tanpa hak-hak ini manusia tidak dapat hidup layak sebagai manusia. Kedua,
Hak Asasi Manusia adalah hak yang dimiliki manusia yang telah diperoleh
dan dibawanya bersamaan dengan kelahirannya atau kehadirannya di dalam
kehidupan masyarakat. Ketiga, Hak Asasi Manusia adalah hak-hak dasar yang
dibawa manusia sejak lahir yang melekat pada esensinya sebagai anugerah
Tuhan. Keempat, Hak Asasi adalah seperangkat hak yang melekat pada
hakikat dan keberadaan manusia sebagai mahluk Tuhan Yang Maha Esa dan
merupakan anugerah-Nya yang wajib dihormati, dijunjung tinggi, dan
dilindungi oleh Negara, hukum, pemeritahan, dan setiap orang demi
kehormatan serta perlindungan harkat dan martabat manusia, seperti tertera
dalam Pasal 1 ayat 1 UU no 39 tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia.
Menurut Siroj (2020), Hak Asasi Manusia mempunyai arti sebagai:
those rights which are inherent in our nature and without which we cannot
live as human being. Dari pengertian yang diberikan oleh Siroj (2020), maka
Hak Asasi Manusia ini melekat

6
secara alamiah pada diri kita sebagai manusia, yang berarti juga bahwa
keberadaan Hak Asasi Manusia ini lahir dengan sendirinya dalam diri setiap
manusia dan bukan karena keistimewaan yang diberikan oleh hukum atau
undang-undang (Dudi, 2009).
Berdasarkan pengertian-pengertian di atas, maka dapat disimpulkan bahwa
yang dimaksud dengan Hak Asasi Manusia adalah kekuasaan atau wewenang
moral yang dimiliki seseorang berdasarkan martabatnya sebagai manusia.
Kekuasaan atau wewenang tersebut bersifat moral karena kekuasaan atau
wewenang atas nilai-nilai tersebut menunjukan kebaikan atau martabat
manusia sebagai manusia.
Menurut Pasal 1 Angka 6 No. 39 Tahun 1999 yang dimaksud dengan
pelanggaran hak asasi manusia adalah “setiap perbuatan seseorang atau
kelompok orang termasuk aparat negara, baik disengaja maupun tidak
disengaja atau kelalaian yang secara hukum mengurangi, menghalangi,
membatasi dan atau mencabut hak asasi manusia seseorang atau kelompok
orang yang dijamin oleh undang-undang dan tidak mendapatkan atau
dikhawatirkan tidak akan memperoleh penyesalan hukum yang adil dan benar
berdasarkan mekanisme hukum yang berlaku”.
Menurut UU no 26 Tahun 2000 tentang pengadilan HAM, pelanggaran
HAM adalah setiap perbuatan seseorang atau kelompok orang termasuk aparat
negara baik disengaja atau kelalaian yang secara hukum mengurangi,
menghalangi, membatasi, dan atau mencabut Hak Asasi Manusia seseorang
atau kelompok orang yang dijamin oleh Undang-Undang ini, dan tidak
didapatkan, atau dikhawatirkan tidak akan memperoleh penyelesaian hukum
yang adil dan benar, berdasarkan mekanisme hukum yang berlaku.
Dengan demikian pelanggaran HAM merupakan tindakan pelanggaran
kemanusiaan baik dilakukan oleh individu maupun oleh institusi negara atau
institusi lainnya terhadap hak asasi individu lain tanpa ada dasar atau alasan
yuridis dan alasan rasional yang menjadi pijakanya.

7
B. Penyebab Permasalahan Pelaanggaran HAM di Indonesia
1. Faktor Internal
Menurut Sabila dkk (2009), faktor internal yaitu dorongan untuk
melakukan pelanggaran HAM yang berasal dari diri pelaku pelanggar
HAM, diantaranya adalah:
a. Sikap Egois atau Terlalu Mementing Diri Sendiri
Sikap ini akan menyebabkan seseorang untuk selalu menuntut
haknya, sementara kewajibannya sering diabaikan. Seseorang yang
mempunyai sikap seperti ini, akan menghalalkan segala cara supaya
haknya bisa terpenuhi, meskipun caranya tersebut dapat melanggar hak
orang lain.
b. Rendahnya Kesadaran HAM
Hal ini akan menyebabkan pelaku pelanggaran HAM berbuat
seenaknya. Pelaku tidak mau tahu bahwa orang lain pun mempunyai
hak asasi yang yang harus dihormati. Sikap tidak mau tahu ini
berakibat muncul perilaku atau tindakan penyimpangan terhadap hak
asasi manusia.
c. Sikap Tidak Toleran
Sikap ini akan menyebabkan munculnya saling tidak menghargai
dan tidak menghormati atas kedudukan atau keberadaan orang lain.
Sikap ini pada akhirnya akan mendorong orang untuk melakukan
diskriminasi kepada orang lain.
2. Faktor Eksternal
Adapun Faktor eksternal yang mempengaruhi pelanggaran HAM
menurut Sabila dkk (2009), yaitu faktor-faktor di luar diri manusia yang
mendorong seseorang atau sekelompok orang melakukan pelanggaran
HAM, diantaranya sebagai berikut:
a. Penyalahgunaan Kekuasaan
Di masyarakat terdapat banyak kekuasaan yang berlaku.
Kekuasaan disini tidak hanya menunjuk pada kekuasaan pemerintah,
tetapi juga bentuk-bentuk kekuasaan lain yang terdapat di masyarakat.
Salah satu contohnya adalah kekuasaan di perusahaan. Para pengusaha

8
yang tidak memperdulikan hak-hak buruhnya jelas melanggar hak
asasi manusia. Oleh karena itu, setiap penyalahgunaan kekuasaan
mendorong timbulnya pelanggaran HAM.
b. Ketidaktegasan Aparat Penegak Hukum
Aparat penegak hukum yang tidak bertindak tegas terhadap setiap
pelanggaran HAM, tentu saja akan mendorong timbulnya pelanggaran
HAM lainnya. Penyelesaian kasus pelanggaran yang tidak tuntas akan
menjadi pemicu bagi munculnya kasus-kasus lain, para pelaku tidak
akan merasa jera, dikarenakan mereka tidak menerima sanksi yang
tegas atas perbuatannya itu. Selain hal tersebut, aparat penegak hukum
yang bertindak sewenang-wenang juga merupakan bentuk pelanggaran
HAM dan menjadi contoh yang tidak baik, serta dapat mendorong
timbulnya pelanggaran HAM yang dilakukan oleh masyarakat pada
umumnya.
c. Penyalahgunaan Teknologi
Kemajuan teknologi dapat memberikan pengaruh yang positif,
tetapi bisa juga memberikan pengaruh negatif bahkan dapat memicu
timbulnya kejahatan. Selain itu juga, kemajuan teknologi dalam bidang
produksi ternyata dapat menimbulkan dampak negatif, misalnya
munculnya pencemaran lingkungan yang bisa mengakibatkan
terganggunya kesehatan manusia.
d. Kesenjangan Sosial dan Ekonomi yang Tinggi
Kesenjangan menggambarkan telah terjadinya ketidakseimbangan
yang mencolok didalam kehidupan masyarakat. Biasanya pemicunya
adalah perbedaan tingkat kekayaan atau jabatan yang dimiliki. Apabila
hal tersebut dibiarkan, maka akan menimbulkan terjadinya
pelanggaran HAM, misalnya perbudakan, pelecehan, perampokan
bahkan bisa saja terjadi pembunuhan.

C. Contoh Permasalahan HAM di Indonesia


Menurut Yeni (2011), secara umum pelanggaran HAM dibedakan
menjadi dua yakni pelanggaran HAM ringan di Indonesia serta pelanggaran

9
HAM berat di Indonesia. Berikut ini merupakan daftar kasus pelanggaran
HAM di Indonesia, baik kasus pelanggaran HAM ringan di Indonesia maupun
kasus pelanggaran HAM berat di Indonesia.
1. Peristiwa Trisakti
Salah satu pelanggaran HAM di Indonesia yang paling terkenal
adalah peristiwa trisakti. Peristiwa ini adalah peristiwa penembakan
mahasiswa Universitas Trisakti yang terjadi pada tanggal 12 Mei 1998.
Hal ini terjadi saat demonstrasi mahasiswa yang menuntut Soeharto
mundur dari jabatannya. Sebanyak 4 orang mahasiswa tewas tertembak
dan puluhan lainnya luka-luka saat melakukan unjuk rasa (Marzuki, 2011).
2. Tragedi Semanggi I
Tragedi Semanggi I merupakan peristiwa protes masyarakat kepada
pelaksanaan serta agenda Sidang Istimewa MPR yang mengakibatkan
tewasnya warga sipil. Peristiwa ini terjadi pada tanggal 13 November 1998
dan menuntut pembersihan orang-orang orde baru dari posisi
pemerintahan dan militer. Setidaknya 5 orang korban meninggal dunia
akibat peristiwa ini dan puluhan lainnya luka-luka (Marzuki, 2011).
3. Tragedi Semanggi II
Sama seperti sebelumnya, tragedi Semanggi II juga terjadi akibat
protes dan demonstrasi masyarakat sipil. Tragedi Semanggi II terjadi pada
tanggal 24 September 1999, selisih hampir satu tahun dengan tragedi
Semanggi I yang terjadi tahun 1998. Pada tragedi ini, sekurang-kurangnya
5 orang korban meninggal dunia dan ratusan korban lainnya luka-luka
(Sabila dkk, 2019).
4. Kasus Pembunuhan Munir
Contoh pelanggaran HAM di Indonesia lainnya adalah kasus
pembunuhan Munir. Munir Said Thalib merupakan aktifis HAM yang
pernah menangani kasus-kasus pelanggaran HAM. Pria asal Malang ini
meninggal dunia pada tanggal 7 September 2004 di dalam pesawat Garuda
Indonesia ketika Munir sedang melakukan perjalanan menuju Amsterdam,
Belanda. Penyebab tewasnya tidak diketahui, namun banyak berita yang

10
menyebutkan ia tewas diracun. Hingga kini belum ada titik temu mengenai
kasus pembunuhan Munir ini (Buyung, 2006).
5. Kasus Pembunuhan Marsinah
Kasus pembunuhan Marsinah terjadi pada tanggal 3-4 Mei 1993.
Marsinah merupakan seorang pekerja dan aktivis wanita yang bekerja di
PT Catur Putera Surya Porong. Berawal dari aksi mogok yang dilakukan
oleh Marsinah dan buruh lainnya yang menuntut kepastian pada
perusahaan yang telah melakukan PHK mereka tanpa alasan. Setelah aksi
demo tersebut, Marsinah yang menjadi aktivis buruh malah ditemukan
tewas 5 hari kemudian. Ia tewas di kawasan hutan Wilangan, Nganjuk
dalam kondisi mengenaskan. Kasus pelanggaran HAM ini pun belum bisa
diselesaikan dan masih menjadi misteri sampai sekarang (Marzuki, 2011).
6. Peristiwa Tanjung Priok
Peristiwa Tanjung Priok merupakan salah satu contoh kasus
pelanggaran HAM di Indonesia yang cukup terkenal. Kasus ini terjadi
tahun 1984 antara aparat dengan warga sekitar. Pemicu peristiwa terjadi
akibat masalah SARA dan unsur politis. Warga sekitar melakukan
demonstrasi pada pemerintah karena menolak pemindahan makam
keramat Mbah Priok. Hal ini memicu bentrok antara warga dengan
anggota polisi dan TNI. Diperkirakan ratusan korban meninggal dunia
akibat kekerasan dan penembakan akibat bentrok yang terjadi (Marzuki,
2011).
7. Kasus Dukun Santet di Banyuwangi
Peristiwa ini terjadi di Banyuwangi pada tahun 1998. Saat ini marak
terjadi pembunuhan guru ngaji dan tokoh agama akibat praktek santet di
desa-desa. Warga sekitar mulai melakukan kerusuhan berupa penangkapan
serta pembunuhan terhadap orang yang dituduh sebagai dukun santet.
Orang yang diduga sebagai dukun santet pun langsung dibunuh secara
sepihak. Polisi dan TNI langsung mengamankan orang yang dituduh
sebagai dukun santet untuk menghindari amukan warga. Masih menjadi
misteri siapa dalang pembunuhan tokoh agama yang marak terjadi
sebelumnya (Marzuki, 2011).

11
8. Peristiwa di Abepura, Papua
Salah satu contoh kasus pelanggaram HAM di Papua terjadi di
daerah Abepura pada tahun 2003. Saat itu pelanggaran HAM yang dipicu
oleh penyerangkan Mapolsek Abepura. Setelah itu terjadi penyisiran yang
membabi buta terhadap pelaku yang diduga melakukan penyerangan
Mapolsek Abepura. Peristiwa ini tercatat sebagai contoh pelanggaran
HAM di Papua (Marzuki, 2011).
9. Penculikan Aktivis Pro Demokrasi
Pelanggaran HAM ini terjadi akibat adanya kasus penculikan aktivis
pro-demokrasi pada tahun 1997 dan 1998. Sekitar 23 aktivis diculik dan
menghilang tanpa penyebab yang diketahui, bahkan diketahui ada yang
sampai dibunuh. Sampai sekarang ada 13 aktivis yang masih tidak
diketahu kejelasannya. Banyak orang berpendapat bahwa mereka diculik
dan disiksa oleh para anggota militer. Peristiwa ini menjadi contoh kasus
pelanggaran HAM pada masa Orde Baru (Marzuki, 2011).
10. Kasus Bulukumba
Kasus Bulukumba merupakan kasus yang terjadi pada tahun 2003.
Pemicu kasus pelanggaran HAM ini adalah perusahaan PT. London
Sumatra (Lonsum) yang ingin melakukan perluasan area perkebunan,
namun ditolak oleh warga sekitar. Aksi demonstrasi yang dilakukan warga
berujung pada bentrok dengan polisi. Akibatnya terdapat beberapa korban
tewas. Persengkataan lahan antara perusahaan Lonsum dan warga sekitar
terkait tanah dan lahan menjadi pemicu pelanggaran HAM ini (Marzuki,
2011).
11. Kasus Penganiayaan Wartawan
Kasus ini terjadi pada tahun 1996, tepatnya pada tanggal 16 Agustus
1996. Seorang wartawan bernama Fuad Muhammad Syafruddin atau biasa
dipanggil Udin tewas setelah dianiaya di Yogyakarta. Udin dikenal
sebagai wartawan yang kritis dan sering mengkritik kebijakan pemerintah
Orde Baru. Ia diduga diculik, dianiaya dan dibunuh oleh orang tak dikenal
(Marzuki, 2011).

12
12. Tragedi Bom Bali
Peristiwa bom bali terjadi pada tahun 2002. Sebuah bom diledakkan
di kawasan Legian Kuta, Bali oleh sekelompok jaringan teroris. Akibatnya
ratusan korban meninggal dunia dan ratusan lain luka-luka, baik warga
lokal atau pun turis mancanegara. Aksi bom bali menjadi salah satu aksi
terorisme terbesar yang pernah terjadi di Indonesia dan tragedi ini
diberitakan di seluruh dunia (Marzuki, 2011).
13. Kasus Pemberontakan GAM
Pelanggaran HAM di Aceh ini terjadi sejak tahun 1976.
Pemberontakan di Aceh dikobarkan oleh Gerakan Aceh Merdeka (GAM)
yang bertujuan untuk memperoleh kemerdekaan dari Indonesia. Gerakan
ini pertama dibentuk pada tanggal 4 Desember 1976. Konflik antara
pemerintah dan GAM yang diakibatkan perbedaan keinginan ini telah
berlangsung sejak tahun 1976. Total puluhan ribu korban tewas akibat
konflik ini (Marzuki, 2011).
14. Kasus Pengkhianatan G 30S/PKI
Peristiwa Gerakan 30 September PKI (G 30S/PKI) adalah peristiwa
pemberontakan Partai Komunis Indonesia (PKI) dengan menculik dan
membunuh beberapa perwira dan jenderal militer pada tanggal 30
September 1965. PKI menculik dan membantai 10 perwira jenderal dan
mayatnya dibuang di sumur lubang buaya. Peristiwa ini menjadi salah satu
tragedi kelam dalam sejarah bangsa Indonesia. PKI kemudian ditetapkan
sebagai partai terlarang karena dianggap melakukan pemberontakan dan
pengkhianatan terhadap Negara (Dudi, 2009).
15. Kasus Pembantaian Massal Anggota PKI
Usai melakukan pengkhianatan, keberadaan Partai Komunis
Indonesia (PKI) pun dilarang. Pemerintah dan pihak militer pun
melakukan operasi pembantaian pada sisa-sisa anggota PKI. Pembantaian
ini merupakan peristiwa pembunuhan dan penyiksaan terhadap orang yang
dituduh sebagai anggota PKI di Indonesia. Diperkirakan sekitar 1 juta
lebih anggota PKI meninggal atau menghilang usai operasi militer ini
(Dudi, 2009).

13
16. Konflik Sampit (Suku Dayak dan Madura)
Konflik dan tragedi Sampit ini terjadi pada tahun 2001 setelah
sebelumnya terjadi konflik serupa di tahun 90an. Konflik terjadi akibat
perbedaan ras antara penduduk ras Dayak dengan ras Madura yang
merupakan pendatang. Banyak rumor dan isu beredar mengenai pemicu
konflik ini yang kemudian menyebabkan banyak korban jiwa yang tewas
mengenaskan (Dudi, 2009).
17. Kasus Pembantaian Rawagede
Pembantaian Rawagede merupakan pelanggaran HAM yang terjadi
akibat penembakan dan pembunuhan penduduk kampung Rawagede yang
sekarang dikenal sebagai Desa Balongsari, Rawamerta di Karawang.
Pembantaian dilakukan oleh tentara Belanda tanggal 9 Desember 1945
bersamaan dengan Agresi Militer Belanda I. Akibatnya puluhan warga
sipil terbunuh oleh tentara Belanda yang kebanyakan dibunuh tanpa alasan
yang jelas (Marzuki, 2011).
18. Penembakan Misterius 1982-1985
Kasus penembakan misterius (biasa disebut Petrus) terjadi di antara
tahun 1982 sampai 1985. Peristiwa ini adalah peristiwa penculikan,
penganiayaan dan penembakan terhadap para preman yang sering
menganggu ketertiban masyarakat. Tidak diketahui siapa pelakunya
sampai sekarang. Banyak korban penembakan misterius yang ditemukan
meninggal dengan keadaan tangan dan lehernya diikat dan dibuang di
hutan. Diperkirakan ada ratusan korban penembakan misterius ini (Siroj,
2020).
19. Kasus Pembantaian Santa Cruz
Kasus pembantaian Santa Cruz termasuk salah satu contoh kasus
pelanggaran HAM di Indonesia. Kasus ini terjadi area Pemakaman Santa
Cruz, Dili, Timor Timur pada 12 November 1991. Terjadi peristiwa
pembantaian oleh anggota militer pada warga sipil. Puluhan pelajar dan
warga sipil meninggal dunia akibat peristiwa pembantaian ini yang
kemungkinan diakibatkan faktor politik (Siroj, 2020).

14
20. Peristiwa Kudatuli
Peristiwa Kudatuli ini terjadi pada tanggal 27 Juli 1996 dimana para
pendukung Megawati Soekarno Putri menyerbu dan mengambil alih
kantor DPP PDI di Jakarta Pusat. Massa terlibat bentrok dengan anggota
polisi dan tentara hingga meluas ke jalanan. Banyak bangunan dan fasilitas
jalan yang rusak. Dikabarkan 5 orang meningal dunia dan puluhan lainnya
luka-luka (Siroj, 2020).
21. Kasus Pembunuhan Salim Kacil
Kasus pelanggaran HAM terbaru di Indonesia terjadi tahun 2015 lalu
di Lumajang, Jawa Timur. Bermula pada aktivitas penambangan pasir
Pantai Watu Pecak secara ilegal, seorang aktivis bernama Salim Kancil
berusaha untuk menghentikannya. Namun Salim Kancil kemudian diikat
oleh gerombolan orang dan kemudian dipukuli dan dibunuh dengan kejam.
Terdapat 22 pelaku yang terlibat dalam peristiwa pembunuhan Salim
Kancil ini dan sudah ditangani oleh kepolisian (Marzuki, 2011).
22. Pelanggaran HAM di Timor Timur
Saat masih menjadi bagian dari Indonesia, sering terjadi kasus
pelanggaran HAM di Timor Timur. Diberitakan terjadi pembantaian
terhadap ratusan ribu warga Timor Timur antara tahun 1974 sampai tahun
1999 oleh pasukan keamanan militer Indonesia. Timor Timur kemudian
secara resmi berpisah dan menjadi negara baru bernama Timor Leste sejak
tahun 1999 (Marzuki, 2011).
23. Tragedi Kerusuhan di Ambon, Maluku
Kerusuhan di Ambon, Maluku yang terjadi sejak bulan Januari 1999
dan menimbulkan banyak korban jiwa yang meninggal. Peristiwa
kerusuhan ini diawali dengan terjadinya perkelahian antara pemuda yang
berbeda etnis dan agama. Perkembangan terakhir terkait konflik Ambon
diperkirakan ratusan korban meninggal dunia dan ratusan orang lainnya
mengalami korban luka-luka (Marzuki, 2011).
24. Konflik Berdarah Poso
Konflik Poso ini terjadi sejak tahun 1998 sampai tahun 2000 di Poso,
Sulawesi Tengah. Diawali oleh pemilihan bupati yang dilandasi oleh

15
sentimen keagamaan. Adanya perbedaan agama, politik, sosial dan budaya
pun melandasi terjadinya konflik dan kerusahaan. Pembunuhan dan
pembantaian pun terjadi di Poso yang mengakibatkan banyaknya korban
jiwa yang meninggal dunia (Marzuki, 2011).
25. Peristiwa Perbudakan Buruh Panci
Peristiwa terjadi di Desa Lebak Wangi, Sepatan Timur, Tangerang.
Terjadi peristiwa perbudakan terhadap puluhan buruh pabrik oleh Juki
Hidayat. Ia mempekerjakan puluhan buruh tanpa dibayar sepeser pun, jika
menolak atau ingin melarikan diri maka pekerja akan disiksa dan dipukul.
Rata-rata pekerja berusia muda dan hanya memakai 1 baju saja sehari-
harinya tanpa dibekali uang, baju dan ponsel. Peristiwa ini baru terkuat
setelah ada dua pekerja yang kabur dan melaporkan ke polisi (Marzuki,
2011).
26. Peristiwa Pembantaian Petani
Peristiwa pembantaian petani terjadi di Desa Sungai Sodong, Mesuji,
Ogan Komeling Ilir, Sumatera Selatan pada tahun 1997 dan termasuk
kasus pelanggaran HAM di Indonesia. Pertikaian terjadi antara warga dan
perusahaan kelapa sawit akibat bermasalahnya kerjasama plasma yang
sebelumnya sudah disepakati. Banyak korban berjatuhan satu per satu dari
pihak keamanan maupun warga akibat konflik ini (Marzuki, 2011).
27. Peristiwa Aceh 1990
Contoh kasus pelanggaran HAM di Indonesia berikutnya adalah
peristiwa Aceh. Peristiwa ini terjadi di Aceh pada tahun 1990. Pada tahun
1990, dikerahkan ribuan pasukan militer tambahan untuk menghentikan
gerakan Aceh Merdek. Jumlah yang sangat besar untuk menumpas
anggota GAM yang hanya berjumlah ratusan orang sajapada waktu itu.
Akibatnya banyak korban jiwa berjatuhan (Marzuki, 2011).
28. Kasus Organisasi Papua Merdeka
Kasus pelanggaran HAM di Papua ini terjadi tahun 60an. Peristiwa
ini telah menelan ribuan korban jiwa dalam operasi intensif yang
diselenggarakan oleh anggota militer TNI. Peristiwa ini adalah bentuk
pertahanan dari aparat Indonesia terhadap gerakan Organisasi Papua

16
Merdeka (OPM) yang meresahkan karena ingin memisahkan diri dengan
negara Indonesia (Marzuki, 2011).
29. Peristiwa Talang Sari
Peristiwa Talangsari adalah insiden yang terjadi di antara kelompok
Warsidi dengan aparat keamanan di Dusun Talangsari III di Lampung
Timur pada tanggal 7 Februari 1989. Terjadi penyerbuan Talangsri dari
aparat setempat dan warga pada komunitas yang dipimpin oleh Warsidi.
Puluhan korban tewas meninggal dunia dan ratusan orang ditangkap dan
dipenjarakan akibat peristiwa ini (Marzuki, 2011).
30. Pelanggaran HAM di Tolikara
Komnas HAM menganggap bahwa telah terjadi kasus pelanggaran
HAM di Tolikara, Papua. Sebanyak poin yang dianggap sebagai
pelangagran HAM adalah pelanggaran terkait kebebasan beragama, hak
hidup, hak rasa aman dan hak atas kepemilikan. Peristiwa Tolikara dipicu
oleh pembakaran masjid yang menyebabkan konflik. Akibatnya terdapat
korban jiwa, korban luka hinga kerugian bangunan dan fasilitas yang
hancur (Marzuki, 2011).

D. Upaya Pemerintah dalam Penegakkan HAM


Hak asasi manusia tidak lagi dipandang sekadar sebagai perwujudan
faham individualisme dan liberalisme. Hak asasi manusia lebih dipahami
secara humanistis sebagai hak-hak yang inheren dengan harkat dan martabat
kemanusiaan, apapun latar belakang ras, etnik, agama, warna kulit, jenis
kelamin dan pekerjaannya (Sabila dkk, 2019). Menurut Siroj (2020), dewasa
ini pula banyak kalangan yang berasumsi negatif terhadap pemerintah dalam
menegakkan HAM. Sangat perlu diketahui bahwa pemerintah Indonesia sudah
sangat serius dalam menegakkan HAM. Hal ini dapat kita lihat dari upaya
pemerintah sebagai berikut;
1. Indonesia menyambut baik kerja sama internasional dalam upaya
menegakkan HAM di seluruh dunia atau di setiap negara dan Indonesia
sangat merespons terhadap pelanggaran HAM internasional hal ini dapat
dibuktikan dengan kecaman Presiden atas beberapa agresi militer di

17
beberapa daerah akhir-akhir ini contoh; Irak, Afghanistan, dan baru-baru
ini Indonesia juga memaksa PBB untuk bertindak tegas kepada Israel yang
telah menginvasi Palestina dan menimbulkan banyak korban sipil, wanita
dan anak-anak.
2. Komitmen Pemerintah Indonesia dalam mewujudkan penegakan HAM,
antara lain telah ditunjukkan dalam prioritas pembangunan Nasional tahun
2000-2004 (Propenas) dengan pembentukan kelembagaan yang berkaitan
dengan HAM. Dalam hal kelembagaan telah dibentuk Komisi Nasional
Hak Asasi Manusia dengan kepres nomor 50 tahun 1993, serta
pembentukan Komisi Anti Kekerasan terhadap perempuan.
3. Pengeluaran Undang-undang Nomor 39 Tahun 1999 tentang hak asasi
manusia , Undang-undang nomor 26 tahun 2000 tentang pengadilan HAM,
serta masih banyak UU yang lain yang belum tersebutkan menyangkut
penegakan hak asasi manusia. Menjadi titik berat adalah hal-hal yang
tercantum dalam UU nomor 39 tahun 1999 tentang hak asasi manusia
adalah sebagai berikut;
a. Hak untuk hidup.
b. Hak berkeluarga.
c. Hak memperoleh keadilan.
d. Hak atas kebebasan pribadi.
e. Hak kebebasan pribadi
f. Hak atas rasa aman.
g. Hak atas kesejahteraan.
h. Hak turut serta dalam pemerintahan.
i. Hak wanita
j. Hak anak
Hal-hal tersebut sebagai bukti konkret bahwa Indonesia tidak main-main
dalam penegakan HAM.

E. Peran serta Masyarakat dalam Penegakkan HAM


Menurut Dudi (2009), peran serta masyarakat dalam penegakan HAM
telah diatur dalam UU No. 39 Tahun 1999 tentang HAM antara lain yaitu :

18
1. Pihak yang berhak berpatisipasi dalam penegakan HAM adalah:
a. Individu f. Perguruan tinggi
b. Kelompok g. Lembaga studi
c. Organisasi politik h. Lembaga
d. Organisasi masyarakat Kemasyarakatan lainnya
e. LSM
2. Peran serta dalam penegakan HAM yang dapat dilakukan adalah
a. Menyampaikan laporan atas terjadinya pelanggaran HAM kepada
Komnas HAM atau lembaga lain yang berwenang dalam rangka
perlindungan dan pemajuan HAM
b. Memajukan usulan mengenai perumusan dan kebijakan yang berkaitan
dengan HAM kepada Komnas HAM dan atau lembaga lainnya
c. Secara sendiri-sendiri maupun bekerja bersama-sama dengan Komnas
HAM dapat melakukan penelitian, pendidikan dan penyebarluasan
informasi megenai HAM
3. Wujud peran serta masyarakat dalam penegakan HAM antara lain:
a. Wujud partisipasi warga Negara dalam penegakan HAM dalam
hubungan dengan pemerintah, antara lain:
1) Mendirikan LSM atau NGO (Non Government Organazation)
2) Mengajukan laporan atau pengaduan, baik lisan atau tertulis
kepada Komnas HAM untuk meminta perlindungannya dengan
syarat telah memiliki alasan dan bukti yang kuat bahwa hak
asasinya telah dilanggar.
3) Menyampaikan pendapat dimuka umum atas terjadinya suatu kasus
pelanggaran HAM sesuai dengan UU Nomor 9 Tahun 1998
tentang Kemerdekaan Menyampaikan Pendapat di Muka Umum.
4) Menyampaikan kritik atau saran kepada pemerintah, tentang
pelaksanaan HAM
5) Melakukan penelitian dan menyampaikan hasil penelitian atas
suatu kasus pelanggaran HAM secara professional dan
proporsional, dan lain-lain.

19
b. Wujud partisipasi warga Negara dalam penegakan HAM dalam
hubungan dengan sesama warga Negara dalam pergaulan hidup
sehari-hari, antara lain:
1) Mengakui persamaan derajat, hak dan kewajiban sesama manusia
2) Mengembangkan sikap saling menghormati dan mencintai sesama
3) Bersikap tenggang rasa terhadap orang lain
4) Tidak semena-mena terhadap orang lain
5) Bersikap adil terhadap sesama manusia
6) Berani membela kebenaran dan keadilan

F. Macam-macam Perlindungan terhadap Korban Pelanggaran HAM


Menurut Yeni (2011), setiap korban dan saksi dalam pelanggaran HAM
yang berat mendapatkan hak perlindungan dari aparat dan aparat keamanan.
Ada dua macam perlindungan yang diberikannya yaitu:
1. Perlindungan fisik
2. Perlindungan mental dari ancaman , gangguan, teror dan kekerasan dari
pihak manapun.
Menurut Yeni (2011), setiap korban pelaggaran HAM yang berat dan
atau ahli warisnya dapat memperoleh kompensasi, restitusi dan rehabilitasi.
1. Kompensasi adalah imbala yang dierikan oleh Negara karena tidak mampu
memberikan ganti rugi yang sepenuhnya menjadi tanggungjawabnya.
2. Restitusi adalah ganti rugi yang diberikan pada korban atau keluarganya
oleh pelaku atau pihak ketiga. Restitusi dapat berupa :
a. Pengembalian harta milik
b. Pembayaran ganti kerugian untuk kehilangan atau penderitaan
c. Pengganti biaya untuk tindakan tertentu
3. Rehabilitasi adalah pemulihan pada kedudukan semula, misal nama baik,
jabatan, kehormatan dan hak-hak lainnya

20
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Kesimpulan yang didapat berdasarkan pemaparan makalah mengenai
Permasalah HAM di Indonesia yaitu sebagai berikut:
1. Pelanggaran HAM merupakan tindakan pelanggaran kemanusiaan
terhadap hak asasi individu lain tanpa ada dasar atau alasan yuridis dan
alasan rasional yang menjadi pijakanya.
2. Penyebab permasalahan pelanggaran HAM di Indonesia terdiri dari dua
faktor yaitu faktor internal (sikap egois atau terlalu mementing diri sendiri,
rendahnya kesadaran HAM dan sikap tidak toleran). Sedangkan faktor
eksternal berupa (penyalahgunaan kekuasaan, ketidak tegasan aparat
penegak hukum, penyalahgunaan teknologi, kesenjangan sosial dan
ekonomi yang tinggi)
3. Contoh kasus permasalahan HAM yang pernah terjadi di Indonesia yaitu
Peristiwa Trisakti, Tragedi Semanggi I, Tragedi Semanggi II, Kasus
Pembuuhan Munir, Kasus Pembunuhan Marsinah, Peristiwa Tanjung
Priok, dan masih banyak lagi.
4. Upaya pemerintah dalam penegakkan HAM yaitu dengan dibentuknya
Komisi Nasional Hak Asasi Manusia yang termuat dalam kepres nomor 50
tahun 1993, serta pembentukan Komisi Anti Kekerasan terhadap
perempuan, pengeluaran Undang-undang Nomor 39 Tahun 1999 tentang
hak asasi manusia, Undang-undang nomor 26 tahun 2000 tentang
pengadilan HAM, serta masih banyak UU yang lain.
5. Peran serta masyarakat terhadap penegakkan HAM dapat berupa
menyampaikan laporan atas terjadinya pelanggaran HAM kepada Komnas
HAM atau lembaga lain, mendirikan LSM atau NGO (Non Government
Organazation), menyampaikan kritik atau saran kepada pemerintah,
tentang pelaksanaan HAM.
6. Adapun macam-macam perlindungan terhadap korban pelanggaran HAM
terdiri dari perlindungan secara fisik dan perlindungan secara mental.

21
B. Saran
Berdasarkan pemaparan makalah permasalahan HAM di Indonesia saran
yang ingin penulis sampaikan yaitu pemerintah bersama-sama dengan
masyarakyatnya harus senantiasa berusaha untuk meningkatkan kesadaran
akan rasa kemanusiaan yang tinggi, sehingga tercipta masyarakat yang selaras,
seimbang dalam menjalankan hak-hak serta kewajibannya; pemerintah
menciptakan aparatur hukum yang bersih, dan tidak semena-mena dalam
menjalankan tugasnya, memberikan sanksi yang tegas bagi pelanggar Hak
Asasi Manusia, penanaman nilai-nilai etika dan keagamaan pada semua
lapisan masyarakat.

22
DAFTAR PUSTAKA

Buyung, A. Instrumen Internasional Pokok Hak Asasi Manusia. Jakarta: Yayasan


Obor Indonesia. 2006.

Dudi, C. 2009. Pengantar Pendidikan Kewarganegaraan. Bandung: Insan


Mandiri.

Marzuki, S. 2011. Tragedi Politik Hukum HAM. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Sabila, Y., Kamaruzaman Bustamam dan Badri. 2019. Landasan Teori Hak Asasi
Manusia dan Pelanggaran Hak Asasi Manusia. Jurnal Peradilan Indonesia.
Vol. 07. No. 05. ISSN 2460-2043. Halaman 205-224.

Siroj, A.M. 2020. Problem Penegakkan Hak Asasi Manusia di Indonesia. Jurnal
HAKAM. Vol. 04 No. 01. Halaman 1-24.

Yeni, K. 2011. Pelaksanaan dan Penegakkan Hak Asasi Manusia dan Demokrasi
di Indonesia. Jurnal Humaniora. Vol. 02. No. 01. Halaman 201-213.

Peraturan PER-UUAN
UU Nomor 39 Tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia

UU Nomor 26 Tahun 2000 tentang Pengadilan HAM

Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 pada Pasal 28B
ayat 2

23

Anda mungkin juga menyukai